Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract: Puskesmas Pekauman was public health care that had highest Acute Respiratory
Infection (ARI) score in Banjarmasin, it was 427 cases of pneumonia ARI and 3.531 cases
of non-pneumonia ARI, with many case happened in children under five years old (12-59
m.o). Nutrition status was one of many factor that affecting resistance of non-pneumonia ARI
in children under five years old. This study was aimed to determine the correlation between
nutritional status with resistance of non-pneumonia ARI in children under five years old (12-
59 m.o) at Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Design of this study was observational
analytic with cross sectional study. Samples obtained with systematic random sampling were
50 children under five years old. The result of this research were nutritional status of 36%
children under five years old were good, 64% were below standard, 32% children under five
years old had resistance of non-pneumonia ARI, and 68% had not resistancy. Among
variables was then analyzed using chi-square test. The conclusion was significant correlation
found between nutritional status with resistency of non-pneumonia ARI in children under five
years old (12-59 m.o) at Puskesmas Pekauman Banjarmasin (p = 0,007). Children under five
years old with good nutrional status had resistancy 5 times greater than children under five
years old with below standard nutritional status.
263
Berkala Kedokteran, Vol.12, No.2, Sep 2016:263-270
statistik chi-square. Kesimpulan penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan ketahanan balita (12-59 bulan) terhadap ISPA non-pneumonia di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin (p = 0,007). Balita (12-59 bulan) di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin dengan gizi baik memiliki ketahanan terhadap ISPA non-pneumonia 5 kali
lebih besar dibandingkan balita (12-59 bulan) dengan gizi kurang.
264
Shifa,M.dkk. Hubungan Status Gizi dengan…
265
Berkala Kedokteran, Vol.12, No.2, Sep 2016:263-270
266
Shifa,M.dkk. Hubungan Status Gizi dengan…
Banjarmasin lebih banyak balita yang tidak tahan terhadap ISPA non-
memiliki status gizi baik, yaitu pneumonia kurang berjumlah 16 orang
berjumlah 32 orang (64%). Sedangkan (32%). Hal ini dikarenakan karakteristik
balita yang memiliki status gizi kurang responden yang seluruhnya memiliki
berjumlah 18 orang (36%). riwayat imunisasi lengkap (sesuai
Kemungkinan, hal ini disebabkan oleh kriteria inklusi) dan sebagian besar
jenis kelamin responden yang memiliki status gizi yang baik. Menurut
seluruhnya adalah perempuan, sesuai Layuk RR (2012), ISPA merupakan
dengan kriteria inklusi. Menurut penyakit yang dapat dicegah melalui
Wahyudi I, et.al (2009) balita pemberian imunisasi, terutama imunisasi
perempuan cenderung memiliki status campak dan DPT.21 Pemberian vaksin
gizi lebih baik dibandingkan balita laki- merupakan langkah yang dipercaya
laki. Hal ini berkaitan pula dengan dapat memberikan proteksi terhadap
kebutuhan nutrisi balita laki-laki yang kuman ISPA. Anak dengan status gizi
lebih banyak dibandingkan dengan baik memiliki sistem ketahanan tubuh
perempuan. Kebutuhan yang tinggi ini, yang adekuat dalam melawan kuman
disebabkan aktivitas balita laki-laki yang penyebab penyakit, khususnya penyakit
cenderung lebih tinggi dibandingkan infeksi.22
dengan perempuan. Sehingga balita Analisis bivariat pada penelitian
perempuan lebih berpotensi memiliki ini, menggambarkan ada atau tidaknya
status gizi baik, dibandingkan balita laki- hubungan status gizi dengan ketahanan
laki.20 terhadap ISPA non-pneumonia pada
Berdasarkan data penelitian, balita (12-59 bulan) di Puskesmas
didapatkan bahwa tingkat ketahanan Pekauman Banjarmasin. Analisis ini
terhadap ISPA non-pneumonia di menggunakan tabulasi silang antara
Puskesmas Pekauman Banjarmasin lebih status gizi dengan ketahanan terhadap
banyak balita yang tahan terhadap ISPA ISPA non-pneumonia, yaitu sebagai
non-pneumonia, yaitu berjumlah 34 berikut:
orang (68%). Sedangkan balita yang
Tabel Tabel Silang antara Status Gizi dengan Ketahanan terhadap ISPA Non-
pneumonia pada Balita (12-59 Bulan) di Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Ketahanan terhadap ISPA Non-pneumonia
Status Gizi Total
Balita Tidak Tahan Tahan
N % N % N %
Gizi 10 55,56 8 44,44 18 100
Kurang
Gizi Baik 6 18,75 26 81,25 32 100
267
Berkala Kedokteran, Vol.12, No.2, Sep 2016:263-270
memiliki ketahanan terhadap ISPA non- dengan gizi baik memiliki ketahanan
pneumonia dan 26 orang balita (81,25%) terhadap ISPA non-pneumonia 5 kali
yang memiliki ketahanan terhadap ISPA lebih besar daripada balita (12-59 bulan)
non-pneumonia. Hasil analisis statistik, di Puskesmas Pekauman Banjarmasin
dengan menggunakan uji chi-square dengan gizi kurang. Nilai common odds
menunjukan nilai korelasi p = 0,007 ratio menunjukan batas atas dan batas
dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. bawah odds ratio. Artinya, balita balita
Dengan demikian, hipotesis diterima, (12-59 bulan) dengan gizi baik di
yaitu terdapat hubungan yang bermakna Puskesmas Pekauman Banjarmasin,
antara status gizi dengan ketahanan sekurang-kurangnya memiliki ketahanan
balita (12-59 bulan) terhadap ISPA non- 1,498 kali lebih besar dibandingkan
pneumonia di Puskesmas Pekauman balita (12-59 bulan) di Puskesmas
Banjarmasin. Pekauman Banjarmasin yang memiliki
Kekurangan gizi dapat gizi kurang, dan maksimal memiliki
mengakibatkan menurunnya berat badan, ketahanan 19,588 kali lebih besar
gangguan pertumbuhan, menurunnya dibandingkan balita (12-59 bulan) di
imunitas dan kerusakan mukosa, Puskesmas Pekauman Banjarmasin yang
termasuk mukosa saluran nafas. memiliki gizi kurang. Nilai signifikansi
Menurunnya imunitas dan kerusakan odds ratio (p value) = 0,01 dengan
mukosa memegang peranan utama derajat kemaknaan p value < 0,05. Maka,
dalam proses patogenesis penyakit ISPA pada taraf kepercayaan 95% nilai odds
non-pneumonia. Hal tersebut akan ratio hasil penelitian ini dinyatakan
signifikan, yang berarti dapat mewakili
mempermudah agen-agen infeksius keseluruhan populasi penelitian.
memasuki sistem pertahanan tubuh.9,23 Informasi yang diperoleh pada
Penelitian ini berhasil membuktikan penelitian ini, kiranya dapat bermanfaat
teori The Immune System is Bridge of sebagai dasar peneilitian mengenai ISPA
Life dalam Chandra (1997), yang sudah non-pneumonia berikutnya, serta
dimodifikasi, yang menyatakan status memberikan kemudahan dalam
gizi yang merupakan intermediate factor mengolah dan mengumpulkan data
dapat mempengaruhi ketahanan tubuh tentang hubungan antara status gizi
seseorang. Hasil penelitian ini juga dengan ketahanan terhadap ISPA non-
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pneumonia pada balita (12-59 bulan) di
Wati E. (2005) dan Hidayati M. Noor Puskesmas Pekauman Banjarmasin,
(2009) bahwa keadaan gizi yang baik sehingga petugas kesehatan dapat
akan meningkatkan ketahanan tubuh memberikan pengarahan kepada
terhadap penyakit infeksi saluran nafas, orangtua di Puskesmas Pekauman
salah satunya ISPA non-pneumonia.9,24 Banjarmasin mengenai pentingnya status
Besarnya faktor resiko variabel gizi yang baik, dalam rangka
bebas terhadap variabel terikat, dapat meningkatkan ketahanan terhadap ISPA
dilihat dari nilai oddss ratio. Nilai odds non-pneumonia pada balita (12-59
ratio pada penelitian ini ditunjukan bulan).
dengan nilai estimates, yaitu 5,417.
Artinya, balita (12-59 bulan) di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin
268
Shifa,M.dkk. Hubungan Status Gizi dengan…
269
Berkala Kedokteran, Vol.12, No.2, Sep 2016:263-270
270