Sunteți pe pagina 1din 15

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PRE OPERASI PADA ANAK USIA


SEKOLAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program
Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:

RAMALIA LIANDI
070201006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011

i
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PRE OPERASI PADA ANAK USIA
SEKOLAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

RAMALIA LIANDI
070201006

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :

ii
CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ANXIETY
LEVEL OF CHILDREN IN PRE-SURGERY STAGE
AT PKU MUHAMMADIYAHHOSPITAL OF
YOGYAKARTA1

Liandi Ramalia 2, Arofiati fitri3

Abstract

Background: Undergoing an operation or surgery might give an unpleasant feeling toward


children since it might leave a traumatic experience that lead to a severe anxiety. The total
support of the family including emotional, information, instrumental, and appreciative
support would be needed to reduce the children‟s anxiety.
Research Aim: To know the relation between family support nd anxiety level of pre surgery
on children at PKU Muhammadiyah of Yogyakarta in 2011.
Reseach Method: This was a corellation research with cross sectional approach. 30
participants were involved as respondents. Sampling technique utilized accidental method,
while a set of questionnaires was employed as the research instrument. The validity and
reliabilty was examined using product moment and alfa cronbach. Data collected was then
analysed using Kendall Tau with significant value of 5%.
Result: The result of the research over 30 respondents showed that family support given to
pre-surgery children was mostly in Medium category; that was 60%. Meanwhile, the level
of anxiety felt by children was also in Medium category; that was 63.33%.
Conclusion: Examination on co-efficiency found the significant value was 0.283, thus
p>0.05. This meant that Ho was accepted and Ha was rejected, showed that there was no
relation between family support and the anxiety level of school children in pre-surgery state.
Recommendation: Award support was the lowest support given to the pre-surgery childs.
Therefore, it was expected that families can increase support to child, award support pre-
surgery especially.

Keywords : Family support, anxiety level, school children.


Number of pages : xiii, 83 Pages, 2 Bibliographies, 7 Appendices

1
The Title of The Thesis
2
Student of School of Nursing „Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
3
Lecturer of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta

iii
PENDAHULUAN rumah sakit terutama dalam menghadapi
operasi atau preoperatif ( Wijayanti, 2008).
Menurut WHO konsep sehat sakit
adalah keadaan yang sempurna baik fisik, Tindakan operasi merupakan salah satu
mental, maupun sosial, dan tidak hanya tindakan medis yang mengakibatkan stressor
terbebas dari penyakit atau kelemahan dan terhadap integritas seseorang terutama pada
kecacatan (Notosoedirji & Latipun, 2001). anak-anak. Tindakan operasi akan
Sehat sakit merupakan suatu keadaaan membangkitkan reaksi stres baik fisiologis
biopsikososial yang menyatu dalam maupun psikologis. Salah satu respon stres
kehidupan manusia. Pengenalan manusia adalah cemas. Fenomena yang ada di
terhadap kedua konsep ini bersamaan dengan masyarakat menyebutkan bahwa hampir 80%
pengenalannya terhadap kondisi dirinya. pasien terutama anak yang menjalani
Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi tindakan operasi mengalami kecemasan (
dan manusia akan memerankan sebagai Ferlina, 2002).
orang sehat atau sakit (Rahmawati, 2009).
Kecemasan pada tindakan operasi
Sehat sakit juga terjadi pada anak yang
merupakan hal yang wajar. Berbagai
merupakan dimana kondisi anak berada
perasaan yang sering muncul pada anak yaitu
dalam rentang antara sejahtera, sehat optimal,
cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah.
sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal.
Perasaan tersebut muncul karena menghadapi
Rentang sehat sakit ini merupakan alat ukur
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami
dalam mengukur kesehatan pada anak.
sebelumnya, rasa tidak nyaman, perasaan
Dalam rentang tersebut, anak membutuhkan
kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya,
bantuan perawat baik langsung mauput tidak
dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan
langsung. Tugas perawat dalam hal ini adalah
(Wong, 2001). Beberapa pernyataan yang
meningkatkan derajat kesehatan dan
biasa terungkap adalah ketakutan timbulnya
mencapai taraf kesehatan baik fisik,
nyeri setelah tindakan operasi, ketakutan
psikologi, maupun sosial (Hidayat, 2005).
perubahan fisik (tidak berfungsinya secara
Jumlah anak di Indonesia saat ini normal), takut keganasan (bila diagnosis
mencapai 82,31 jiwa atau kurang lebih 41% belum ditegakkan), takut atau cemas
dari total penduduk. Data ini menunjukkan mengalami kondisi yang sama dengan orang
bahwa anak Indonesia mempunyai jumlah lain yang mempunyai penyakit yang sama,
yang signifikan dan merupakan kelompok takut memasuki ruang operasi, mengahadapi
penduduk strategi untuk menentukan masa peralatan bedah dan petugas, takut akan mati
depan bangsa dan negara (Anonim, 2004 setelah dianestesi, serta ketakutan apabila
dalam Wibowo, 2008). Anak merupakan operasi akan mengalami kegagalan (Effendy,
generasi penerus bangsa, bila anak sehat 2005).
bangsa pun akan kuat dan sejahtera. Harapan
Keadaan anak yang sangat cemas
bangsa adalah anak dapat tumbuh dan
dalam menghadapi operasi akan menghambat
berkembang sebaik-baiknya sehingga dapat
jalannya operasi. Karena respon tubuh akan
menjadi orang dewasa yang sehat fisik,
mengalami penurunan dalam mekanisme
mental dan sosial (Ietje, 2003).
sistem tubuh anak. Akibat dari kecemasan
Namun dalam memberikan proses yang sangat hebat maka ada kemungkinan
keperawatan, seringkali rumah sakit operasi tidak bisa dilaksanakan karena pada
mengabaikan salah satu aspek yaitu aspek anak yang mengalami kecemasan sebelum
psikologis, sehingga dalam hal ini dapat operasi muncul kelainan seperti peningkatan
menimbulkan masalah psikologis pada anak tekanan darah cukup tinggi serta irama
khususnya masalah kecemasan. Kecemasan jantung tidak normal sehingga kalau tetap
ini terjadi pada anak menjalani perawatan di dioperasi dapat mengakibatkan penyulit
dalam menghentikan perdarahan bahkan

1
setelah operasi pun sangat mengganggu ditunjukkan dengan ekspresi baik secara
proses penyembuhan. Sedangkan penyebab verbal maupun nonverbal karena anak sudah
kecemasan bagi anak sebelum operasi mampu mengkomunikasikannya. Anak
diantaranya adalah rasa takut sakit, takut sekolah sudah mampu mengontrol
kalau nanti tidak sadar lagi, kurangnya perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan
pengetahuan tentang operasi (Mustofa, menggigit bibir atau memegang sesuatu
2007). dengan erat (Supartini, 2004).
Dalam menghadapi kecemasan pada Dalam masalah ini, pemerintah telah
anak, ada beberapa cara diantaranya dengan mengeluarkan Undang-Undang perlindungan
bermain, bercerita, menggambar, menonton anak No.23 tahun 2002 menyebutkan bahwa
video kaset dengan cerita yang berkaitan anak mempunyai kesempatan yang seluas-
dengan tindakan atau prosedur yang akan luasnya untuk tumbuh dan berkembang
dilakukan pada anak serta mengorentasikan secara optimal baik fisik, mental maupun
kamar bedah. Cara ini dapat dilakukan jauh sosial demi kesejahteraan anak dalam
hari sebelumnya apabila memungkinkan Di pemenuhan hak-haknya. Tanggung jawab
dalam menghadapi kecemasan anak juga tersebut tidak hanya ditujukan kepada orang
membutuhkan dukungan orang terdekat, tua anak saja, tetapi juga tanggung jawab
terutama dukungan keluarga (Supartini, bersama baik pemerintah, masyarakat bahkan
2004). negara. Dan menurut UU 23 Tahun 1992
Dukungan keluarga merupakan salah yang menyatakan bahwa setiap orang
satu bentuk strategi koping yang dapat mempunyai hak yang sama dalam
digunakan untuk mengatasi kecemasan bagi memperoleh derajat kesehatan yang optimal
anak karena dengan dukungan keluarga anak dan memiliki kewajiban ikut serta dalam
dapat mengidentifikasi, mengekspresikan, memelihara dan meningkatkan derajat
serta mengungkapkan rasa takut dan kesehatan perorangan, keluarga dan
cemasnya sehingga kecemasan dapat lingkungannya. Untuk itu, setiap individu
berkurang (Stuart, 2006). Dukungan tersebut harus turut mendukung individu lainnya
bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
emosional melalui rasa empati, dukungan Dalam hal ini keluarga sangat berperan
penghargaan melalui dorongan maju, (Hastuti,2005).
dukungan instrumental melalui bantuan Bahkan ada beberapa Rumah Sakit dan
langsung baik harta ataupun benda, serta pusat pembedahan memberikan program
dukungan informatif melalui pemberian persiapan preoperatif untuk perawatan di
nasehat, saran maupun petunjuk. Keluarga rumah sakit. Program tersebut sering
merupakan unsur terpenting dalam perawatan diberikan oleh staf bedah. Program itu
anak karena anak bagian dari keluarga diantaranya dengan brosur persiapan, film,
(Supartini, 2004). pertunjukkan boneka, dan pertunjukkan slide
Perawatan di rumah sakit memaksa yang efektif untuk kelompok usia yang
anak untuk berpisah dengan lingkungan yang berbeda. Persiapan lebih difokuskan pada
dicintainya, yaitu keluarga dan terutama informasi faktual mengenai tujuan dan
kelompok sosialnya dan menimbulkan penentuan waktu tindakan. Dalam program
kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi ini anak didorong untuk mengungkapkan rasa
akibat dirawat di rumah sakit karena adanya takut atau cemas sehingga adanya rasa
pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol percaya dan adanya keakraban dengan staf
tersebut berdampak pada perubahan peran bedah (Barbara, 2005).
dalam keluarga, anak kehilangan kelompok Dalam persepsi masyarakat, tindakan
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan operasi merupakan tindakan medis yang
bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut sama halnya dengan pertaruhan nyawa.
mati, dan adanya kelemahan fisik. Reaksi Sebagian besar masyarakat menganggap ini
terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan merupakan suatu masalah, karena tindakan

2
operasi dapat menyebabkan kecemasan. satu waktu (point time approach),
Kecemasan pada anak akan memperlambat (Notoatmojo, 2005).
kesembuhan pada anak. Namun sebagian Variabel dependent dalam penelitian
rumah sakit tidak memberikan kesempatan ini adalah tingkat kecemasan pre operasi
pada keluarga untuk memberikan dukungan pada anak sekolah, Variabel independent
atau support kepada anaknya saat (bebas) dalam penelitian ini adalah dukungan
preoperatif. Pihak rumah sakit tidak mau keluarga. Populasi adalah wilayah
ambil resiko, apabila keluarga memberikan generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek
dukungan akan dapat mengganggu jalannya yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
operasi. Padahal dukungan keluarga pada tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
saat preoperatif itu sangat penting untuk dipelajari dan kemudian ditarik
psikologis anak (Barbara, 2005). kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi
Dari hasil studi pendahuluan yang dalam penelitian ini adalah semua anak usia
sudah dilakukan pada tanggal 20 Desember sekolah yang akan dilakukan tindakan
2010 diperoleh data anak yang operasi di RS operasi di RS PKU Muhammadiyah
PKU Muhammadiyah Yogyakarta tercatat Yogyakarta. Sampel adalah sebagian dari
dari tahun 2009 ada 254 anak, sedangkan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
pada tahun 2010 ada 271 anak serta populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Cara
ditemukan dari 7 anak, 5 diantaranya penentuan sampel dengan metode accidental
mengalami kecemasan sedang yang ditandai yaitu sampel yang diambil dari responden
dengan sering merasakan jantung berdebar- atau kasus yang kebetulan ada atau tersedia.
debar, tampak gelisah, susah tidur, kurang Adapun sampel dalam penelitian ini
bisa berkonsentrasi, tidak mau menantap sebanyak 30 responden.
orang yang sedang diajak bicara dan bilang Tingkat kecemasan pre operasi pada
takut akan dioperasi dan 2 anak lainnya anak adalah tingkat respon psikologis anak
mengalami kecemasan yang ringan yang sebelum operasi yang ditandai dengan rasa
ditandai dengan tiba-tiba telapak tangan khawatir, takut, gelisah, terhadap sesuatu
berkeringat, nafas pendek, kadang menangis yang sebabnya tidak jelas. Penilaian
serta gelisah. Hal ini dapat dilihat dari dilakukan dengan menggunakan skala cemas
dukungan yang diberikan oleh keluarganya. yaitu HRS-A (Hamilton Rating Scale of
Anak yang mengalami kecemasan sedang, Anxiety). Kriteria hasilnya : ringan, sedang,
dikarenakan dukungan keluarga yang kurang, berat. Dengan menggunakan skala ordinal.
sedangkan anak mengalami kecemasan Untuk mengukur tingkat kecemasan
ringan disebabkan oleh dukungan yang menggunakan HRS-A (Hamilton Rating
cukup. Scale of Anxiety) yang dimodifikasi oleh
peneliti. Instrumen HRS-A (Hamilton Rating
METODE PENELITIAN Scale of Anxiety) terdiri dari 16 pertanyaan
dan menghabiskan waktu lebih kurang 20
Jenis penelitian yang digunakan dalam menit. HRS-A (Hamilton Rating Scale of
penelitian ini adalah penelitian korelasi yaitu Anxiety) dibagi menjadi 14 domain yaitu
penelitian yang bertujuan untuk kecemasan, ketegangan, ketakutan, insomia,
menghubungkan antar variabel (Nursalam, intelektual, depresi, somatik (otot), somatik
2003), yaitu variabel bebas dukungan (sensorik), kardiovaskular, pernapasan,
keluarga dan variabel terikatnya tingkat gastrointestinal, perkemihan dan perilaku.
kecemasan preoperasi pada anak sekolah.
Rancangan penelitian ini menggunakan Dukungan keluarga merupakan sikap
pendekatan cross sectional yaitu suatu atau tindakan yang diberikan oleh ayah, ibu,
penelitian untuk mempelajari dinamika saudara terdekat ataupun anggota keluarga
kolerasi antara faktor-faktor dengan efek lainnya yang menunggu anak preoperasi baik
dengan pengumpulan data sekaligus pada dalam bentuk emosional, penghargaan,

3
informasi, dan instrumental untuk pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas
mengurangi kecemasan sehingga anak dapat bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
menghadapi tindakan operasi dengan tenang. terhadap gejala yang sama dengan
Penilaian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pada
menggunakan kuesioner dukungan keluarga. penelitian ini, uji reliabilitas akan
Kriteria hasilnya : rendah, sedang, tinggi. menggunakan rumus Alpha Cronbach
Dengan menggunakan skala ordinal. (Sugiyono,2006).
Kuesioner akan diberikan pada anggota
keluarga seperti ayah, ibu, saudara terdekat
ataupun anggota keluarga lainnya yang HASIL PENELITIAN DAN
sedang menunggui anak dan mengetahui PEMBAHASAN
tentang kondisi anak selama di rumah sakit.
Kuesioner ini akan diberikan pada saat yang A. Karakteristik Responden Keluarga
bersamaan dengan kuesioner tingkat dan Responden Anak Usia Sekolah
kecemasan. Kuesioner ini terdiri dari 16 item 1. Karakteristik Responden Keluarga
yang terdiri dari dukungan emosional, Subjek penelitian ini adalah
dukungan penghargaan, dukungan anak usia sekolah beserta keluarga
instrumental, dan dukungan informasi. yang sedang menunggu anak yang
Pre operasi adalah periode waktu dimulai akan menjalani operasi di Rumah
dari transfer pasien ke kamar operasi sampai Sakit Umum PKU Muhammadiyah
kembali ke bangsal. Yogyakarta. Karakteristik responden
keluarga pada penelitian ini adalah
Pengumpulan data diawali dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
meminta persetujuan dari Kepala RS PKU dukungan keluarga yaitu usia, jenis
Muhammadiyah Yogyakarta, setelah pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
mendapatkan persetujuan maka peneliti Tabel 4.1
langsung berkoordinasi dengan kepala Distribusi Keluarga Berdasarkan Usia,
bangsal “Ibnu Sina” RS PKU Jenis Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan
Muhammadiyah Yogyakarta untuk di Bangsal Ibnu Sina RSU PKU
mengambil data pasien. Selanjutnya peneliti Muhammadiyah Yogyakarta, Tahun 2011
mengidentifikasi, memilih dan menetapkan
responden untuk masing-masing, kemudian Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
(%)
setelah ditetapkan kemudian dilanjutkan Usia :
dengan meminta persetujuan responden < 25 tahun 0 0,00
dengan memberikan informed consent 25 – 34 tahun 6 20
kepada responden yaitu anak pre operasi. 35 – 44 tahun 23 76,67
Validitas adalah salah satu indeks yang >45 tahun 1 3,33
Jenis Pekerjaan :
menunjukkan alat ukur itu benar-benar PNS 5 16,67
mengukur apa yang diukur (Danirn.S, 2003). Wiraswasta 17 56,67
Dalam penelitian ini, kuesioner dukungan TNI/ POLRI 1 3,33
keluarga maupun tingkat kecemasan akan Ibu rumah tangga 7 23,33
dilakukan uji validitas. Uji validitas Tingkat Pendidikan :
SD 0 0,00
dilakukan di RS PKU Muhammadiyah
SMP 3 10
Yogyakarta dengan responden 15 anak. SMA 22 73,33
Kuesioner diuji validitasnya dengan teknik PT 5 16,67
korelasi Product Moment (Arikunto, S 2002). Sumber : Data Primer
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan
sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau distribusi keluarga berdasarkan usia,
dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002). Hal jenis pekerjaan, dan tingkat
ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pendidikan. Distribusi usia responden

4
keluarga sebagian besar adalah usia 3. Analisa Univariat
antara 35 – 44 tahun yaitu sebanyak a. Gambaran Dukungan Keluarga
23 orang (76,67%). Berdasarkan jenis Tabel 4.3
pekerjaan kebanyakan responden Distribusi Tingkat Dukungan Keluarga di
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak Bangsal Ibnu Sina RSU PKU
17 orang (56,67%). Sedangkan Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2011
berdasarkan tingkat pendidikan lebih
banyak dengan pendidikan SMA Tingkat Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase
(%)
yaitu sebanyak 22 orang (73,33%). Rendah 2 6,67
Sedang 21 70
2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Tinggi 7 23,33
Tabel 4.2 Jumlah 30 100
Distribusi Responden Anak Sekolah Sumber : Data Primer
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,Kelas Dari tabel 4.3 terlihat bahwa
dan Diagnosa Penyakit di Bangsal Ibnu tingkat hubungan keluarga yang
Sina RSU PKU Muhammadiyah diukur berdasarkan jawaban
Yogyakarta, Tahun 2011 responden terhadap kuesioner yang
diberikan dikategorikan menjadi tiga
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase kategori yaitu rendah (skor < 55,54),
(%)
sedang (skor > 55,54 - < 59,92), dan
Usia :
6 – 9 tahun 17 56,67 tinggi (skor > 59,92). Berdasarkan
10 – 12 tahun 13 43,33 penelitian diperoleh hasil bahwa
Jenis Kelamin : dukungan keluarga yang diberikan
Laki- laki 23 76,67 kepada anaknya yang akan menjalani
Perempuan 7 23,33 operasi di bangsal Ibnu Sina PKU
Diagnosa Penyakit:
Fraktur 12 40
Muhammadiyah Yogyakarta
APP 9 30 termasuk dalam kategori sedang yaitu
Sirkumsisi 6 20 sebanyak 21 orang (70%). Hal ini
Luka bakar 2 66,67 dapat dipengaruhi oleh beberapa
Tonsilektomi 1 3,33 faktor, diantaranya tingkat
Sumber : Data Primer pengetahuan, pekerjaan serta
Dari tabel 4.2 dapat dilihat kedekatan antara anak yang akan
bahwa karakteristik responden anak dioperasi dengan keluarga.
berdasarkan usia, sebagian besar b. Gambaran Tingkat Kecemasan
berusia 6 – 9 tahun yaitu berjumlah Anak Usia Sekolah
17 anak (56,67%). Karakteristik Tabel 4.4
responden anak berdasarkan jenis Distribusi Tingkat Kecemasan pada Anak
kelamin, sebagian besar adalah laki- Sekolah Selama di Rawat di Bangsal Ibnu
laki yaitu 23 anak (76,76%). Sina RSU PKU Muhammadiyah
Sedangkan karakteristik responden Yogyakarta Tahun 2011
anak berdasarkan diagnosa penyakit,
sebagian besar adalah fraktur yaitu 12 Tingkat Frekuensi Persentase (%)
anak (40%). Kecemasan
Rendah 6 20
Sedang 20 66,67
Tinggi 4 13,33
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.4 diatas terlihat
kecemasan yang dialami oleh anak
sekolah tersebut dikategorikan

5
menjadi tiga kategori, yaitu rendah tingkat pemahaman individu tentang
(skor < 24,82), sedang (> 24,82 - < perawatan di samping itu juga didukung
37,1), berat (skor > 37,1). oleh tingkat pendidikan yang sebagian
Berdasarkan penelitian, diperoleh besar responden berpendidikan SMA
hasil bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 22 orang (73,33%),
kecemasan peropeasi yang dialami sehingga dapat disimpulkan bahwa
anak usia sekolah termasuk dalam tingkat pendidikan keluarga bisa
kategori sedang yaitu sebanyak 20 dikatakan tinggi. Dalam hal ini dapat
anak (66,67%). Hal ini dapat meningkatkan perawatan terhadap anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang akan menjalani operasi. Dalam hal
diantaranya perkembangan usia, ini memudahkan dokter, perawat, serta
pengalaman dirawat di Rumah Sakit tim kesehatan lainnya dalam memberikan
sebelumnya, perkembangan koping pengobatan. Menurut Notoatmodjo
dalam menangani stressor, tingkat (2003) semakin tinggi tingkat pendidikan
pengetahuan (Supartini, 2004). seseorang maka semakin mudah pula
orang tersebut dalam mengadapi suatu
4. Analisa Bivariat masalah. Hal ini sesuai dengan hasil
a. Hubungan Dukungan Keluarga penelitian Oksariandi (2005) yang
dengan Tingkat Kecemasan mengatakan bahwa salah satu
Tabel 4.5 keberhasilan perawatan anak di rumah
Hubungan Dukungan Keluarga dengan sakit adalah sejauh mana keluarga
Tingkat Kecemasan Pre Operasi pada mengerti instruksi yang dijelaskan
Anak Sekolah di Bangsal Ibnu Sina RSU mengenai kebijakan bangsal dan kegiatan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun apa yang boleh dilakukan.
2011 Berdasarkan jenis pekerjaan,
sebagian besar responden adalah
Tingkat Kecemasan Total
wiraswasta yaitu 17 orang (56,67%).
Dukungan Rendah Sedang Tinggi
keluarga F % F % F % F %
Dalam hal ini, berarti keluarga harus rela
dalam meninggalkan pekerjaan untuk
Rendah 0 0 2 6,67 0 0 2 6,67
Sedang 3 10 16 53,33 2 6,67 21 70 sementara waktu demi perawatan anak di
Tinggi 3 10 2 6,67 2 6,67 7 23,33 rumah sakit. Kondisi ini sangat
Total 6 20 20 66,67 4 13,33 30 100 bermanfaat untuk mempertahankan
Sumber : Data Primer interaksi keluarga selama anak akan
Dari tabel 4.5 dapat dilihat menjalani operasi di rumah sakit
bahwa dukungan keluarga sedang sehingga jalinan komunikasi antara anak
sebanyak 16 orang (53,33) dan keluarga tidak terputus.
menyebabkan kecemasan sedang. Kedekatan antara anak yang akan
Kecemasan rendah sebanyak 3 anak menjalani operasi dengan keluarga juga
(10%) dan kecemasan sedang 2 anak mempengaruhi dukungan keluarga. Hal
(6,67%) didapat pada anak yang ini dapat dilihat bahwa anak yang akan
memperoleh dukungan tinggi (baik) menjalani operasi dengan keluarga akan
dari keluarga mereka. sangat membantu dalam mengatasi
masalah yang sedang dialami.
PEMBAHASAN Keberadaan dalam mendukung anak yang
1. Karakteristik Responden Keluarga akan menjalani tindakan operasi operasi
Berdasarkan dari tabel 4.1 adalah salah satu bentuk dukungan
diketahui bahwa karakteristik responden keluarga selain dukungan emosional,
berdasarkan usia sebagian besar antara dukungan informasional, dan dukungan
35-44 tahun yaitu sebanyak 23 orang penghargaan.
(76,67%). Usia juga dapat mempengaruhi

6
2. Karakteristik responden anak usia yaitu 12 anak (40%). Hal ini karenakan
sekolah banyaknya anak jatuh saat bermain.
Dari karakteristik anak, Karena dalam usia anak sekolah ini, anak
berdasarkan usia pada tabel 4.2 terdapat masih pada fase bermain. Dalam
17 anak (56,67%) yang berusia antara 6-9 penelitian dapat dibedakan jenis
tahun. Umumnya pada usia ini anak lebih operasinya diantaranya fraktur dan luka
bereaksi terhadap perpisahan dengan bakar termasuk operasi besar. Sedangkan
teman sekolah daripada dengan keluarga APP, sirkumsisi, dan tonsilektomi
atau orangtuanya. Mereka beranggapan termasuk operasi kecil. Respon anak
bahwa, sesudah mereka keluar dari dalam menghadapi operasi berbeda-beda.
rumah sakit mereka tidak dapat diterima Mayoritas respon yang biasa ditonjolkan
sepenuhnya oleh kelompok karena ada adalah respon pada prilaku diantaranya
beberapa aktivitas yang tidak dapat gelisah, menghindar, menarik diri,
diikuti. Menurut Oksariandi (2005) menangis, tidak ingin jauh dari keluarga,
mereka khawatir juga jika tidak dapat dan prilaku menolak.
menyesuaikan lagi dengan aktivitas baru 3. Dukungan Keluarga
yang akan dijalani. Perkembangan Dari hasil pengukuran dukungan
psikososial anak usia sekolah berada pada keluarga pada tabel 4.3 yaitu dari 30
stadium industri vs inferioritu, anak responden, 2 orang (6,67%)
selalu berusaha untuk mencapai sesuatu dikategorikan rendah dalam memberikan
yang diinginkan tetapi apabila harapan dukungan, 21 orang (70%) dikategorikan
anak tidak tercapai kemungkinan anak sedang dalam memberikan dukungan,
akan merasa rendah diri (Wong, 2001). dan 7 orang (23,33%) dikategorikan
Dalam kehidupan sehari-hari usia tinggi dalam memberikan dukungan. Hal
anak 6-9 tahun telah bisa dikatakan ini menunjukkan bahwa kebanyakan anak
mandiri, sehingga ketika sakit mereka yang akan menjalani operasi di bangsal
tergantung pada orang lain saat Ibnu Sina di RSU PKU Muhammadiyah
melakukan aktivitas. Kecemasan pada Yogyakarta selama dilakukan penelitian
anak usia ini juga dirasakan ketika cukup mendapatkan dukungan dari
mereka harus dibantu untuk melakukan keluarga terutama dari orangtuanya. Dari
kegiatan yang bersifat pribadi seperti data yang diperoleh juga terdapat urutan
buang air dan mandi. dukungan yang diberikan dari yang
Karakteristik anak berdasarkan tertinggi adalah dukungan emosional,
jenis kelamin pada tabel 4.2 diketahui dukungan instrumental, dukungan
bahwa sebagian besar anak anak laki-laki informasi, serta yang paling rendah
yaitu 23 anak (76,67%). Dalam adalah dukungan penghargaan.
menghadapi kecemasan akan menjalani Dari hasil pengukuran dukungan
operasi, anak laki-laki lebih cenderung keluarga dapat terlihat bahwa ada 2 orang
bersikap sabar dan tenang, karena mereka dikategorikan rendah, ini dapat
lebih siap dalam menghadapi prosedur- disebabkan oleh usia yang relatif muda,
prosedur operasi. Namun kadangkala tingkat pendidikan yang bisa dikatakan
mereka juga menghadapi kecemasan rendah dan pekerjaan yang dapat
dengan cara menarik diri, marah dan mengurangi kedekatan anak dan
menyerang. Menurut Oksariandi (2005) keluarga. Sedangkan 21 orang
kondisi ini akan meningkatkan dikategorikan sedang dan 7 orang
kecemasan anak selama mereka dirawat dikategorikan tinggi dapat disebabkan
di rumah sakit. oleh usia yang relatif matang, tingkat
Dalam karakteristik anak pendidikan yang bisa dikatakan tinggi
berdasarkan jenis diagnosa penyakit dan pekerjaan yag tidak terlalu
diketahui bahwa fraktur mendominasi

7
mengganggu kedekatan anak dan Dukungan keluarga merupakan
keluarga. salah satu kekuatan individu untuk
Menurut Oksariandi (2005) ada melawan penyakit atau saat dihadapkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pada stressor (Oksariandi, 2005).
dukungan keluarga diantaranya tingkat Dukungan keluarga yang diberikan pada
pengetahuan, pekerjaan serta kedekatan anak yang akan menjalani operasi dapat
antara anak yang akan dioperasi dengan berbentuk dukungan emosional,
keluarga. Dari segi tingkat pengetahuan dukungan informasional, dukungan
dapat dilihat bahwa semakin tinggi penilaian dan dukungan instrumental
tingkat pendidikan seseorang maka seperti memberikan support,
semakin mudah pula orang tersebut penghargaan, perhatian dan nasehat. Hal
dalam mengadapi suatu masalah. Hal ini ini juga didukung oleh penelitian yang
merupakan salah satu keberhasilan dilakukan oleh Liliyanti (2000) bahwa
perawatan anak di rumah sakit adalah keluarga ikut berperan dalam pemenuhan
sejauh mana keluarga mengerti instruksi kebutuhan fisiologis dan psikologis
yang dijelaskan mengenai kebijakan pasien. Selain itu dukungan keluarga
bangsal dan kegiatan apa yang boleh yang diberikan juga dapat meningkatkan
dilakukan. Dalam penelitian ini dapat peran keluarga dalam perawatan anaknya.
dilihat bahwa sekitar 73,33% keluarga 4. Tingkat Kecemasan
berpendidikan SMA, sehingga tingkat Kecemasan yang dirasakan oleh
pendidikan keluarga dapat dikatakan anak usia sekolah selama akan menjalani
tinggi. operasi dikarenakan kondisi dan tindakan
Pekerjaan juga merupakan faktor operasi yang akan mereka lakukan serta
yang mempengaruhi dukungan keluarga. lingkungan yang dianggap asing.
Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian Kecemasan yang dialami oleh anak akan
besar responden adalah wiraswasta yaitu termanifestasi dengan prilaku anak paska
17 orang (56,67%). Dalam hal ini, berarti keluar dari rumah sakit, diantaranya
keluarga harus rela dalam meninggalkan susah tidur, mimpi buruk dan lain-lain.
pekerjaan untuk sementara waktu demi Kecemasan pre operasi adalah
perawatan anak di rumah sakit. Kondisi suatu kondisi yang dapat menyebabkan
ini sangat bermanfaat untuk stres pada anak saat sakit dan dirawat di
mempertahankan interaksi keluarga Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan anak
selama anak akan menjalani operasi di berusaha untuk beradaptasi dengan
rumah sakit sehingga jalinan komunikasi lingkungan yang baru yaitu Rumah sakit,
antara anak dan keluarga tidak terputus. sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
Kedekatan anak yang akan operasi stressor terhadap anak (Wong, 2001).
dengan keluarga juga merupakan faktor Pada usia anak sekolah stressor yang
yang mempengaruhi dukungan keluarga. dihadapi saat anak dirawat di rumah sakit
Kedekatan antara anak yang akan adalah lingkungan baru dan asing,
menjalani operasi dengan keluarga juga pengalaman yang menyakitkan dengan
mempengaruhi dukungan keluarga. Hal tenaga medis, prosedur tindakan
ini dapat dilihat bahwa anak yang akan keperawatan, pembedahan, diagnostik
menjalani operasi dengan keluarga akan dan terapi, berpisah dengan orang tuanya
sangat membantu dalam mengatasi dalam arti sementara. Kondisi ini akan
masalah yang sedang dialami. Dalam menyebabkan kecemasan pada anak
penelitian ini hampir 40% anak ditunggui (Rasmun, 2004 dalam Rahmawati, 2009).
oleh orang tua mereka, terutama oleh ibu. Hasil pengukuran seperti yang
Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan ditunjukkan pada tabel 4.4 dari 30
anak yang akan operasi dengan keluarga responden, 6 anak (20%) mengalami
cukup tinggi. kecemasan dengan kategori rendah, 20

8
anak (66,67%) mengalami kecemasan dukungan yang ada dari orang lain untuk
dengan kategori sedang, dan 4 anak melepaskan tekanan akibat penyakit yang
(13,33%) mengalami kecemasan dengan dideritanya. Anak biasanya akan minta
kategori tinggi. Dari hasil penelitian ini dukungan kepada orang terdekat
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar misalnya orang tua atau saudaranya.
anak yang akan menjalani tindakan Perilaku ini biasanya ditandai dengan
operasi mengalami kecemasan dalam permintaan anak untuk ditunggui selama
kategori sedang. Hal ini dapat dirawat di rumah sakit, di dampingi saat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, dilakukan treatment padanya, minta
diantaranya perkembangan usia, dipeluk saat merasa takut dan cemas
pengalaman dirawat di Rumah Sakit bahkan saat merasa ketakutan terhadap
sebelumnya, perkembangan koping suatu hal. Dalam penelitian ini, dukungan
dalam menangani stressor, tingkat yang diberikan oleh keluarga terhadap
pengetahuan. Menurut Supartini (2004), anak yang akan menjalani operasi bisa
kecemasan dipengaruhi oleh beberapa dikatakan cukup baik.
faktor diantaranya reaksi anak terhadap Perkembangan koping dalam
sakit berbeda-beda sesuai tingkat menangani stressor juga merupakan
perkembangan anak. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi tingkat
umur anak, semakin muda anak maka kecemasan. Apabila mekanisme koping
akan semakin sukar baginya untuk anak baik dalam menerima keadaan
menyesuaikan diri dengan terhadap bahwa dia harus dirawat di rumah sakit
rumah sakit. Dalam penelitian ini jumlah maka akan lebih kooperatif anak tersebut
anak yang berumur 6-9 tahun berkisar dalam menjalani perawatan di rumah
56,67%, sedangkan 10-12 tahun berkisar sakit. Dalam penelitian ini dapat dilihat
43,33%. Jadi dapat disimpulkan masih bahwa ada 43,33% anak yang berumur
banyak anak dalam penelitian ini yang 10-12 tahun. Sehingga dapat dikatakan
sukar dalam menyesuaikan diri terhadap pada usia ini, anak mempunyai
rumah sakit. mekanisme koping dalam menghadapi
Pengalaman dirawat di rumah sakit dirinya dirawat di rumah sakit
sebelumnya juga termasuk dalam faktor dibandingkan umu 6-9 tahun.
yang mempengaruhi kecemasan. Apabila Tingkat Pengetahuan juga
anak pernah mengalami pengalaman merupakan faktor yang mempengaruhi
tidak menyenangkan saat dirawat di tingkat kecemasan. Kecemasan pada hal-
rumah sakit sebelumnya, akan hal yang belum diketahui sebelumnya
menyebabkan anak takut dan trauma. adalah suatu hal yang umum terjadi. Ini
Sebaliknya apabila saat dirawat di rumah disebabkan karena kurangnya informasi
sakit anak mendapatkan perawatan yang tentang pembedahan hasil yang
menyenangkan maka anak akan lebih diharapkan dengan resiko-resiko pada
kooperatif pada perawat dan dokter. kondisi seperti ini keluarga dan peran
Dalam penelitian ini terdapat 23,33% perawat sangat dibutuhkan agar anak
anak yang telah pernah dirawat di rumah memahami tentang informasi tentang
sakit sebelumnya. Akan tetapi masih tindakan apa yang akan dilakukan kepada
76,67% anak yang belum pernah dirawat dirinya sehingga diharapkan anak siap
di rumah sakit. Sehingga dalam untuk dilakukan tindakan operasi. Dalam
penelitian ini, masih banyak anak yang penelitian ini dapat dilihat bahwa sekitar
belum kooperatif saat dirawat di rumah 56,67% anak duduk di bangku TK
sakit. sampai kelas 3 SD. Hal ini menunjukkan
Dukungan keluarga juga bahwa lebih dari setengahnya mereka
merupakan faktor yang mempengaruhi mempunyai tingkat pendidikan yang
tingkat kecemasan. Anak akan mencari masih rendah.

9
5. Hubungan Dukungan Keluarga satunya faktor yang mempengaruhi
dengan Tingkat Kecemasan Pre tingkat kecemasan pre operasi pada anak
Operasi pada Anak Sekolah usia sekolah.
Hasil korelasi antara dukungan Hal ini juga sesuai dengan teori
keluarga dengan tingkat kecemasan pada bahwa dukungan keluarga merupakan
anak sekolah seperti terlihat pada tabel semangat yang diberikan keluarga kepada
4.5. Dengan menggunakan uji Kendall anggota keluarganya, dimana individu
Tau, didapatkan hasil Ʈ adalah – 0,149 percaya bahwa dukungan keluarga dapat
dan hasil (p) adalah 0,283. membantu menghadapi suatu masalah
Interpretasi angka korelasi menurut (Trisnowati,2002). Dalam segi psikologis
Sugiyono (2000) adalah sebagai berikut anak merasakan bahwa dirinya masih
0,000 – 0,199 korelasi rendah sekali dianggap sebagai orang yang berharga,
(hampir tidak ada hubungan), 0,200 – hai ini dapat membangkitkan semangat
0,399 korelasi rendah, 0,400 – 0,599 anak dalam menghadapi masalah yang ia
korelasi sedang, 0,600 – 0,799 korelasi alami. Anak merasa tidak sendirian
tinggi, 0,800 – 1,000 korelasi tinggi karena adanya keluarga yang sangat
sekali. Hasil dalam penelitian ini bahwa mendukung dirinya menghadapi saat
dukungan keluarga mempunyai korelasi operasi.
yang rendah dengan p-value 0,283. Hal Dalam analisa data juga dapat
ini dapat disebabkan oleh kesalahan dari dilihat bahwa kedekatan seseorang
peneliti yaitu dalam pembuatan kuesioner terhadap orang lain seperti keluarganya
yang kurang atau metodologi penelitian. sendiri juga dapat mempengaruhi
Faktor lain yang mungkin berpengaruh motivasi anak dan dapat memberikan
dari analisa data yang didapat yaitu sesuatu yang berarti bagi anak yang
berupa kedekatan anak dengan keluarga sedang mengalami kecemasan. Dalam hal
(hubungan keluarga dengan anak). ini keluarga merupakan kekuatan yang
Dari data tersebut dapat dilihat dapat diandalkan karena keluarga lebih
bahwa signifikansi yang diperoleh yaitu mengenal anak secara mendalam
0,283 adalah lebih besar dari taraf sehingga mereka lebih memahami antara
signifikansi yang diambil sebesar 0,05. satu dengan yang lainnya (Hastuti,2005).
Maka hal ini menunjukkan bahwa Ho Dukungan keluarga merupakan
diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak salah satu faktor yang dapat membantu
ada hubungan dukungan keluarga dengan anak dalam mengadapi stressor. Wills cit
tingkat kecemasan pre operasi anak Friedman menyatakan bahwa dukungan
sekolah. Dari data juga terlihat bahwa keluarga dapat menimbulkan efek
hasil korelasi sebesar – 0,149 yang berarti penyangga yaitu dukungan keluarga
semakin baik dukungan keluarga maka menahan efek-efek negatif dari stres
semakin rendah tingkat kecemasan pre terhadap kesehatan dan efek utama yaitu
operasi pada anak sekolah. dukungan keluarga secara langsung
Hal ini bertentang dengan teori mempengaruhi peningkatan kesehatan.
yang telah dilakukan oleh Hastuti (2005) Hasil penelitian yang telah
dengan menggunakan uji product dilakukan oleh Handoko (2003) bahwa
moment (p) yang diperoleh adalah – 0, keluarga memerankan suatu peran yang
753 sehingga ada hubungan bermakna sangat penting dalam memberikan
antara dukungan keluarga dengan tingkat dukungan kepada anaknya yang sedang
kecemasan klien preoperasi dan berarti menghadapi stressor. Dimana hal tersebut
semakin baik dukungan keluarga pada diharapkan dapat mengurangi trauma
klien operasi makan semakin ringan pula pada anak atau kecemasan yang bisa
tingkat kecemasan yang dirasakan. Akan muncul oleh prosedur yang dilakukan di
tetapi dukungan keluarga bukan satu- rumah sakit.

10
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Bagi responden ( anak dan keluarga )
Kesimpulan Agar dapat mengoptimalkan peran
1. Dukungan keluarga yang diberikan pada keluarga sehingga keluarga merasa puas
pre operasi anak sekolah di RSU PKU dengan perannya serta agar dapat
Muhammadiyah Yogyakarta sebagian mempercepat proses penyembuhan anak.
besar dalam kategori sedang yaitu sebesar
60%
2. Tingkat kecemasan yang terjadi pada DAFTAR PUSTAKA
anak yang akan menjalani operasi di RSU Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian,
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Suatu Pendekatan Praktik Edisi
sebagian besar dalam kategori sedang Revisi VI. Asdi Maha Satya. Jakarta.
yaitu sebesar 63,33%
Effendi, C. H, SO. 2005, Kiat Khusus
3. Didapat hasil yang menunjukkan bahwa Menghadapi Operasi. Sahabat Setia.
korelasi negatif antara dukungan keluarga
Yogyakarta.
dengan tingkat kecemasan pre operasi Ferlina, I. S. 2002. Hubungan Pengetahuan
pada anak sekolah. Hal ini ditunjukkan
dengan Kecemasan pada Pasien
dengan hasil uji statistik Kendall Tau Preoperasi. Skripsi Tidak
dengan harga korelasi sebesar – 0,149.
Diterbitkan. Program Studi Ilmu
Jadi, tidak ada hubungan bermakna
Keperawatan UMM. Malang.
antara kedua variabel yang mampu
Hidayat, A.A.A, 2005 Pengantar Ilmu
dibuktikan tingkat kemaknaannya secara
Keperawatan Anak. Salemba Medika.
statistik. Hal ini dapat disebabkan oleh
Jakarta. .
metodologi penelitian baik dari segi alat
Hartono, 2008. Statistik Untuk Penelitian.
maupun cara yang kurang maksimal.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Saran Hastuti. R.P.S. 2005. Peran Dukungan
Adapun saran dalam penelitian ini adalah :
Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan
1. Bagi teoritis
Klien Pre Operasi Di RSU PKU
Agar dapat menambah database dalam
Muhammadiyah. Skripsi FK UMY.
bidang kesehatan terutama tentang
Yogyakarta.
tingkat kecemasan pre operasi pada anak
Ietje, S. S. 2003, Hubungan Antara
sekolah.
penjelasan Pra Bedah Oleh Perawat
2. Bagi praktisi :
Dengan Tingkat Kecemasan Anak yang
a. Agar memberikan masukan kepada
akan Dioperasi Di IRNA 1 Lantai 2 RS.
organisasi profesi, dalam rangka
DR. Sardjito Yogyakarta. Skripsi UGM.
pembinaan organisasi anggotanya
Kazier, E dan Burke, B. 2004. Fundamental
khususnya yang berada di dunia
of Nursing Consept, Process & Practice.
keperawatan anak.
Prentice Hall Health. New Jersey.
b. Agar menjadi sumber bacaan peneliti
Liliyanti. 2000. Peran Keluarga dalam Proses
dan pengembangan selanjutnya dalam
Hospitalisasi di IRNA I Bangsal Bedah
bidang keperawatan khususnya pada
RS Dr.Sardjito Yogyakarta. Tidak di
peran perawat di ruang operasi anak.
terbitkan, Fakultas Kedokteran UGM
3. Bagi institusi rumah sakit
Yogyakarta.
Agar memberikan masukan untuk
Mustofa, A. 2007. Hubungan antara Tingkat
meningkatkan pelayanan keperawatan
Pengetahuan Tentang Prosedur Operasi
anak terutama anak pre operasi serta agar
dengan Tingkat Kecemasan Pasien
mengoptimalkan peran perawat dalam
Sebelum Operasi di Bangsal Flamboyan
memberikan asuhan keperawatan yang
BPK RSU Muntilan Kbupaten
profesional dalam rangka mempercepat
Magelang. Stikes Aisyiyah. Yogyakarta.
proses penyembuhan anak.

11
Notoadmojo. 2002. Metodologi Penelitian Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian.
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta . Alfabeta. Bandung.
Notosoedirjo, M. Dan Latipun., 2001. Supartini, Y. 2004. Konsep Dasar
Kesehatan Mental; Konsep dan Keperawatan Anak. EGC. Jakarta.
Penerapan, Edisi Ketiga. UMM. Malang. Wibowo, A. R. 2008. Hubungan Dukungan
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Keluarga Dengan Kecemasan Akibat
metodologi Penelitian Ilmu Hospitalisasi Pada Anak Usia Sekolah
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Di Ruang Anak RSUD Merauke.
Oksariandi, C. 2005. Hubungan Dukungan Fakultas Kedokteran UGM .
Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Yogyakarta.
pada Anak Sekolah Saat di Rawat di Wijayanti, D. 2008. Hubungan Dukungan
Bangsal Anak RSU PKU Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi FK Pasien Preoperatif Di Bangsal Melati
UMY RSD panembahan Senopati Bantul
Rahmawati, I. Y. 2009. Hubungan Dukungan Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM.
Keluarga Dengan Kecemasan Pada Anak Yogyakarta.
Yang Akan Menjalani Sunat Di Wong, D. L. 2001. Essential of Pediatric
Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Nursing. Mosby Co. St Lowis
Yogyakarta.
Stuart, G. W dan Sundeen, S. J., 2006. Buku
saku Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta.

12

S-ar putea să vă placă și