Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
Expenditure to the drug spent almost 40% of the total budget operational hospital.Therefore drug must be
The objective of this research is to identification drug supply management in logistic unit of pharmacy
installation, identification risk of count loss that caused drug stagnant and stockout, analysis caused drug
stagnant and stockout and recommendation to anticipation of the occurrence drug stagnant and stockout.
This research represent descriptive research by using method of obsevasional and indepth interview by
cross sectional during April 2012 and with do counting of loss amount because drug stagnant and stockout.
The result of this research is drug high stockout is 54% and drug stagnant is 39%. The cause of high drug
stockout is procurement planning of drug inaccurate, floor stock in service unit and lack of human resources and
cause of drug stganant is procurement medicine excessive requirenment planning to much and user in the use of
The conclution of this research is implementation management system not true type in logistic unit of
Keywords : Drug supply management, drug stockout and stagnant, material losses, causes of stockout and
stagnant.
PENDAHULUAN dengan klasifikasi C pengendaliannya tidaklah seketat
utama. Pemasukan rumah sakit sebesar 50% dari Pengertian Manajemen Persediaan
keseluruhan berasal dari pengelolaan perbekalan Manajemen persediaan adalah jantung dari
farmasi (Suciati dan Adisasmito, 2006). Investasi yang sistem persediaan obat. (Waluyo, 2006).
penyimpanan terlalu banyak yang mungkin Persediaan timbul disebabkan tidak sinkronnya
mempunyai opportunity cost. Persediaan yang tidak permintaan dan penyediaan, serta waktu yang
mencukupi dapat menyebabkan biaya kekurangan digunakan untuk memproses bahan baku. Empat
bahan, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat faktor fungsi persediaan; (Yamit, 2003).
terdiri dari dua unit yaitu unit logistik dan apotek. 3. Faktor ketidakpastian penggunaan
ke unit pelayanan RSU Haji Surabaya. Tujuan persediaan menurut Quick (1997);
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Desain yang ditanggung dengan menggunakan tabel
penelitian adalah cross sectional. berdasarkan perhitungan pada setiap biaya dan
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, Pengelolaan Persediaan Obat RSU Haji Surabaya
penghapusan, pengendalian, evaluasi, obat yang Pengelolaan obat di RSU Haji Surabaya
stagnant, obat yang stockout, penyebab stagnant dan dilakukan oleh Instalasi Farmasi. Instlasi farmasi
stockout, biaya pembelian obat stagnant, biaya mengelola perbekalan di apotek dan unit pelayanan.
pemesanan obat stagnant, biaya penyimpanan obat Pengelolaan perbekalan obat untuk unit pelayanan
stagnant, biaya kesempatan obat stockout dan dikelola oleh unit logisitik dan pengelolaan perbekalan
Lokasi dan Waktu Penelitian Perencanaan Logistik Obat di RSU Haji Surabaya
Penelitian mengambil lokasi di unit logistik RSU Perencanaan kebutuhan obat di RSU Haji
Haji Surabaya bulan April 2012 s/d bulan Mei 2012. Surabaya adalah metode konsumsi dan dilakukan
Responden penelitian dari petugas yang mengelola perencanaan pengadaan. Pada perencanaan
unit logistik instalasi farmasi Rumah Sakit Haji anggaran yang disebut plan of action (POA) dilakukan
Unit analisis penelitian pada instalasi farmasi unit Pengadaan Logistik Obat di RSU Haji Surabaya
1.Data primer diperoleh dengan cara dengan menjalin kontrak kerja dengan RSU Haji Surabaya.
pedoman indepth interview pada petugas untuk dan Pengadaan dilakukan oleh pejabat pengadaan
Observasi dengan menggunakan lembar observasi dengan ketentuan barang tidak boleh dua kali dalam
yang telah ditetapkan oleh penelitian. satu bulan dan kebijakan pengadaan ≤ 100 juta. Hari
2. Data sekunder diperoleh melalui laporan bulanan lead time dari distributor untuk setiap pengiriman obat
obat di unit logistik RSU Haji Surabaya bulan Oktober 5 hari kerja dalam setiap pengiriman.
Tahun 2011 dan bulan April s/d Mei Tahun 2012. Penerimaan Logistik Obat di RSU Haji Surabaya
persediaan obat RSU Haji Surabaya adalah dengan petugas dari unit gudang obat memeriksa jumlah,
date dan sesuai dengan faktur obat. menyebabkan data evaluasi kurang.
Penyimpanan Logistik Obat RSU Haji Surabaya Faktor Penyebab Utama Stockout Obat dan
jenis obat dengan jumlah obat paling besar pada pemesanan bernilai Rp 100,00 maka biaya yang
3.341 obat. Hal ini menandakan bahwa pada Rp 100,00 x 4 lbr =Rp 400 untuk setiap satu kali
tetapi memiliki efek yang besar dengan nilai obat Biaya pemesanan per jenis obat :
obat stagnant sebesar Rp 244.023.752 Biaya pemesanan perobat stagnant untuk kertas: Rp
Pada bulan April 2012 terdapat 17 jenis obat Biaya tinta pada alat tulis (pulpen) untuk pemesanan
dan 30.449 jumlah pengadaan obat pada seluruh jenis per obat dengan asumsi satu pulpen untuk empat kai
obat yang dilakukan pengadaan pada bulan April 2012 dilakukan pengadaan obat, dengan harga satu pulpen
Terdapat 12 jenis obat yang mengalami stagnant Pengadaan pada bulan April maka
semua kelompok A, B dan C dengan jumlah 4 jenis Biaya alat tulis untuk obat yang stagnant :
setiap jenis obat dan kontrol pengendalian pada Asumsi biaya yang dikeluarkan stempel adalah Rp
kelompok A tidak efektif karena jumlah kejadian 20,00 Asumsi dalam satu kali pemesanan terdapat 4
stagnant yang sama pada satiap kelompok. Hal ini kali pemberian stempel. Maka biaya yang dikeluarkan
perlu diperhatikan katrena kelompok A memiliki nilai adalah : Rp 20 x 4 kali = Rp 80 untuk setiap kali
investasi terbesar dengan biaya nilai sisa total obat pemesanan obat tersebut.
Obat yang mengalami stagnat akan menimbulkan Rp 4,7 untuk biaya pemesanan stempel obat yang
biaya pemesanan terhadap obat tersebut, meliputi : stagnant adalah Rp 4,7 x 12 = 56,4 dibulatkan RP 56.
a.Biaya Kertas botol tinta print (dari logistik farmasi hingga di bagian
Berdasarkan indept interview dengan penanggung pengadaan obat) seharga 18.500 per botol tinta
jawab logistik setip pemesanan obat membutuhkan yang diguanakan untuk biaya print pemesanan.
Biaya setiap pemesanan obat 55.500 / 17 = Rp (Luar Waktu Beban Puncak) dan blok WBP (Waktu
3.265, sedangkan biaya pemesanan obat stagnant Beban Puncak). Satu hari terdiri dari 24 jam dengan
= Rp 3.265 x 12 = Rp 39.180. WBP terdiri dari lima jam yaitu rentang waktu antara
Total Biaya Administarsi pengadaan obat yang jam 17.00-22.00 dan LWBP diluar dari rentang waktu
mengalami stagnant adalah Biaya kertas + Biaya WBP yaitu 19 jam diluar jam 17.00 – 22.00.
alat tulis + biaya stempel + biaya tinta ; Di unit logistik Instalasi Farmasi RSU Haji
jawab logistik RSU Haji Surabaya membutuhkan Biaya listrik gudang logistik pada bulan April 2012;
20 menit x tarif telpon lokal Terdapat 12 lampu dengan setiap lampu terdiri dari
20 menit x 175 = 3.500 40 w dan menyala pada jam kerja mulai pukul 07.00 –
Biaya telpon setiap obat untuk pengadaan yaitu ; 16.00. Setiap hari 8 jam dan terdiri dari lima hari kerja
Rp 3500 x 12 = Rp 42.500 jenis obat. Jadi biaya dalam satu minggu dengan asumsi tanpa tanggal
telpon yang dikeluarkan setiap obat yang merah (libur besar). Pada bulan April yang terdiri dari
mengalami stagnant adalah; Rp 42.500 30 hari dalam satu minggu terdapat 21 hari kerja.
Jadi total Biaya untuk pemesanan obat yang Jumlah jam kerja pada 21 hari adalah 21 x 8 = 168
mengalami stagnant adalah : jam lampu menyala pada bulan April 2012.
Biaya administrasi + biaya telpon Tarif listrik per KwH dipada blok LWBP Rp 605
Rp 39.872 + Rp 42.500 = Rp 82.372 Obat yang mengalami stagnant pada bulan April 2012
3. Kerugian Akibat Penyimpanan Obat sebesar 11.127.Biaya lampu dihitung dengan rumus :
penyimpanan terhadap obat tersebut, biaya = 12 x {(40 watt x 605/Kwh)/1000 }x 168 jam x 9338
Perpres no.8 tahun 2011 tentang tarif listrik. Tarif Unit logistik instalasi farmasi RSU Haji
menyimpan 11 jenis obat dengan jumlah total obat jam x 30 hari x ∑ obat stagnant)
1583 obat. Kulkas yang digunakan dengan merk Jumlah Obat yang ada gudang
kelompok A, B dan C dengan jumlah obat 2152 AC dengan 1 PK; dengan blok WBP selama 5 jam
Biaya kulkas dapat dihitung dengan rumus; = 2 x ( 1000 W x Rp 908/KwH)/1000 x 5 jam x 30 hari
Jumlah Obat yang ada di kulkas selama 19 jam dalam satu hari;
3. Biaya AC = Rp 121.829,95
AC menyala terus non stop. Di gudang obat AC yang mempunyai 0,5 PK; dengan blok WBP
Panasonic untuk AC selanjutnya dengan merk =(500WxRp 908/KwH)/1000 x 5 jam x 30 hari x 9.338
kulkas disajikan pada tabel berikut : Biaya 1 buah AC 0.5 PK dalam satu bulan adalah
Haji Surabaya dihitung dengan rumus sebagai berikut Total Biaya AC gudang logistik sebesar ;
AC dengan 1 PK; dengan blok LWBP selama 19 jam Rp 679.788,8 + Rp 169.947,22 = Rp 849.736
stagnant pada gudang obat adalah ; Biaya lampu + Total biaya penyimpanan obat yang mengalami
Berdasarkan data jumlah nilai total harga Biaya listrik + kerusakan kadarluarsa + kartu stok
dan nilai expired date tahun 2011 sumber dari data Jadi total kerugian akibat stagnant :
expired date obat sebesar Rp 215.050 sumber dari Biaya pembelian + pemesanan + penyimpanan
daftar persediaan barang di Instalasi Farmasi RSU = Rp 244.023.752+ Rp 82.372 +Rp 990.610
dengan data dilapangan 0,0014%. Kerugian Yang Ditanggung RSU Haji Surabaya
Jumlah total harga obat x 0,0014% Kerugian yang ditanggung oleh RSU Haji
Biaya pembuatan kartu stok dan kartu kendali menimbulkan biaya kesempatan (opportunity cost);
Harga pembuatan kartu kendali Rp 250,00 Tabel Distribusi obat stockout di unit logistik instalasi
farmasi RSU haji Surabaya pada bulan
Harga pembuatan kartu barang (stock) Rp 250,00 Januari s/d April 2012
Maka, biaya untuk pembuatan dua kartu tersebut Jumlah jenis Keuntungan obat
No Obat yang stockout Kategori
stockout (Rupiah)
adalah ; Rp 250,00 + Rp 250,00 =Rp 500 1 0 0 A
2 2 7.791 B
3 164 10.828.613 C
Jumlah jenis obat yang mengalami stagnant Jumlah 166 10.836.405
Sumber : Pengelolaan lap.persediaan
adalah 118 obat. Biaya pembuatan kartu stok dan obat,pengeluaran dan pengadaan obat,
2012
kartu persediaan ; Biaya stockout dengan mengalikan harga setiap jenis
Rp 500 x 118 jenis obat stagnant = Rp 59.000 obat dikalikan keuntungan sebsar 15% berdasarkan
Maka biaya pembuatan kartu stok dan kartu jurnal dari muzakin tahun 2008. Jadi total kerugian
persediaan per obat adalah dengan keseluruhan yang ditanggung oleh RSU Haji Surabaya akibat
Rp 59.000/ 13.216 = Rp 4,46 Total Kerugian yang Ditanggung Oleh RSU Haji
9.338 obat, maka biaya pembuatan kartu kendali Perhitungan kerugian obat akibat stagnant dan
dan kartu barang (stock) obat untuk obat yang stockout obat per satuan obat dan tidak terdapat
stockout dengan total biaya adalah : menghindari risiko stockout dan stagnant obat
Haji Surabaya belum berjalan efektif. Dikarenakan terdapat stagnant dan stockout obat pada evaluasi
pihak gudang hanya memberikan informasi kepada perencanaan, belum diadakan evaluasi mutu secara
unit pemesan apabila stok obat telah tersedia. pihak rutin oleh unit logistik, pada evaluasi obat kadarluarsa
gudang tidak mengantar obat yang dipesan secara masih terdapat obat expired date dan evaluasi
langsung, tetapi menunggu pihak yang memesan pemenuhan kebutuhan unit lembar LPLPO yang
mengambil sendiri obat yang telah dipesan. Metode ini digunakan sebagai acuan tidak terisi lengkap
memperlama waktu sampainya obat ke tempat tujuan. menyebabkan data evaluasi kurang.
Berdasarkan indepth interview kurangnya Faktor Utama Penyebab Stockout dan Stagnant
kepatuhan dalam pengisian lembar LPLPO dari unit Obat Fast moving di Manajemen Persediaan Obat
pelayanan tidak dapat terkontrol dengan baik Hal Kejadian stockout sebesar 54% dan stagnant
tersebut menyebabkan terjadi selisih antara obat yang sebesar 39%. Penyebab stockout obat karena adanya
didistribusikan dengan stok yang ada di gudang. floor stock, kurangnya tenaga kerja untuk kegiatan
Sehingga meningkatkan risiko terjadi stockout dan inventory dan perencanaan pengadaan yang tidak
ke produsen telah dilaksanakan secara efektif. Metode 1. Perencanaan tidak dilaksanakan secara efektif
penghapusan obat yang tidak dapat diretur belum karena masih terdapat stagnant dan stockout obat
ditentukan. Jadi metode penghapusan tidak dapat di unit logistik Instalsi farmasi RSU Haji Surabaya;
secara efektif karena obat masih menumpuk di 2. Pengadaan di RSU Haji Surabaya belum dikatakan
Pengendalian logistik obat masih secara dengan harga yang lebih dari 100 juta;
administratif pada saat perencanaan pengadaan 3. Penerimaan obat di unit logistik dikatakan efektif
sebagai usulan pengadaan obat. Tujuan dari karena sesuai standar untuk menjamin kuantitas,
pengendalian logistik yaitu mencapai persediaan kualitas, dan expired date obat;
dalam jenis dan jumlah yang cukup sekaligus 4. Penyimpanan obat di unit logistik kurang optimal
menghindari kekosongan dan menumpuknya karena tidak adanya protap penyimpanan, fasilitas
persediaan belum dapat dicapai. yang kurang mendukung dan kegiatan inventory
terdapat petugas khusus distribusi, penggunaan obat yang fast moving, slow moving dan medium
bon sementara dan kurangnya kepatuhan unit moving. Pada perencanaan pengadaan perlunya
untuk mengisi LPLPO sebagai acuan untuk pengkajian perhitungan kuantitas pengadaan,
mengontrol persediaan di unit pelayanan; kebijakan khusus pengadaan yang melebihi 100
6. Kegiatan penghapusan obat kurang efektif karena juta, penambahan SOP manajerial, optimalisasi
masih belum dilakukan kegiatan pemusnahan obat kegiatan inventory di gudang logistik untuk
untuk obat yang tidak dapat diretur, sehingga mengontrol persediaan obat dan kualitas dari obat
7. Pengendalian obat yang kurang optimal karena kebijakan pengisian LPLPO. Pada pengendalian
tidak terdapatnya metode khusus pengendalian diperlukan metode khusus untuk persediaan obat.
dan hanya dilakukan pengendalian obat secara Pada penghapusan dengan menetukan metode
administratif pada saat usulan pengadaan; penghapusan. Kebijakan untuk penggunaan obat
8. Evaluasi obat tidak optimal karena masih terdapat bagi user karena menjadi salah satu penyebab dari
stagnant dan stockout obat pada evaluasi stagnant obat. Optimalisasi manajemen untuk
perencanaan, terdapat obat exp date pada kebutuhan obat pada manajemen persediaan obat.
evaluasi pemenuhan kebutuhan unit yang masih 1. Dukungan dari seluruh fihak yang terkait
9. Laporan persediaan menunjukkan kejadian antara petugas di unit logistik dan unit
stockout sebesar 54% dan stagnant sebesar 39%. pelayanan terutama persediaan obat dan
Kejadian stagnant dan stockout obat menimbulkan koordinasi petugas unit logistik dan user
10. Penyebab stockout obat karena adanya floor 2. Pembaharuan list obat pada laporan
stock, kurangnya tenaga kerja untuk kegiatan persediaan untuk membedakan obat yang
inventory dan perencanaan pengadaan yang tidak stok kosong dan jenis obat yang sudah tidak
akurat dan penyebab stagnant obat karena digunakan di unit logistik instalasi farmasi
pengadaan obat yang berlebihan dan user dalam RSU Haji Surabaya;
11. Rekomendasi untuk mengantisipasi terjadinya perhitungan kuantitas pembelian obat yang
stagnant dan stockout obat di unit logisitk Instalasi dapat memberikan keuntungan terbaik dan
Farmasi RSU Haji Surabaya adalah paling tidak berisiko stockout dalam
Instalasi Farmasi
Daftar Pustaka