Sunteți pe pagina 1din 19

Balance Vol. XIII No.

1 | Januari 2016

FAKTOR INTERNALDAN EKSTERNAL YANG BERPENGARUH TERHADAP


KEBIJAKAN HUTANGDAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan BUMN Non Bank Yang Go-Public di Bursa Efek
Indonesia)

Rinaldi Yonnia Firmansyah, Made Sudarma, Yeney Widia P


Department of Accounting, Faculty of Economics And Business, Brawijaya University, Indonesia

ABSTRACT
The purposed of research is analyzing the effect of internal factors and external factors to
debt policy and to examine the effect of debt policy to corporate values. This research used the
State-Owned Enterprises non bank which is listed in Indonesia stock exchange started the year
2007-2014 with total 10 Companies.Selection sample based on purposive sampling method with
the purpose to get sample according to research aim. Based on the certain criteria which are
assigned, so we get data pooling with analyze units 80. the analytical technique was multiple
regressions.The research results show that external factors which are proxied by inflation rates,
gross domestic bruto, interest rate, foreign exchange rate and crude oil prices has significant effect
to debt policy. However, Internal factors which are proxied by profitability, corporate size,
corporate growth and external factors which is proxied by composite stocks price index has no
effect to debt policy. This research has also proved the debt policy has significant to corporate
values. State-Owned Enterprises in taking policy on debt is influenced by external factors. The
decision to use debt as source of funding will increase corporate value, its appropriate with trade
off theory.
Keywords : trade off theory, internal factors, external factors, debt policy and corporate values.
Correspondence to : Inalak06@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan faktor eksternal
terhadap kebijakan hutang dan menguji pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sample perusahaan BUMN non bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia mulai tahun 2007-2014 dengan total 10 perusahaan. Pemilihan sample dilakukan
berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sample yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan, sehingga didapatkan
pooling data dengan unit analisis 80. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor eksternal yang diproksikan oleh tingkat inflasi, produk
domestik bruto, tingkat suku bunga, nilai tukar valuta asing, harga minyak mentah berpengaruh
terhadap kebijakan hutang. Berikutnya, faktor internal yang diproksikan profitabilitas, ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan faktor eksternal yang diproksikan indeks saham
gabungan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini juga berhasil membuktikan
bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Perusahaan BUMN dalam
mengambil kebijakan terkait hutang sangat dipengaruhi oleh faktor ekternal. Keputusan

25
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan akan meningkatkan nilai perusahaan, hal ini sesuai
dengan trade off theory.

Kata kunci : Trade off Theory, faktor internal, faktor eksternal, kebijakan hutang, nilai perusahaan.
Korespondensi : Inalak06@gmail.com

PENDAHULUAN / INTRODUCTION eksternal perusahaan. Faktor internal yang perlu


Perusahaan dalam menjalankan aktivitas dipertimbangkan antara lain mengenai kinerja
bisnisnya memerlukan pembiayaan dari segi keuangan perusahaan yang tercermin dari laba
operasional dan investasi, pembiayaan tersebut perusahaan dan manajemen cash flow. Besarnya
memerlukan pendanaan yang didapat perusahaan Investasi juga mempengaruhi kebijakan
dari internal perusahaan yaitu berasal dari laba pendanaan yang akan dilakukan oleh
ditahan dan dari eksternal perusahaan melalui manajemen, apakah akan dibiayai cukup dari
hutang dan modal saham. Keputusan pendanaan internal atau dari eksternal perusahaan, berapa
tersebut diambil, tidak terlepas dengan lama tingkat pengembalian atas investasi
permasalahan risiko yang tidak dapat dipastikan tersebut, jika investasi dibiayai dari internal
dimasa yang akan datang, sehingga memerlukan yaitu laba ditahan, apakah cash flow perusahaan
analisis baik dari kondisi internal perusahaan dan mampu untuk menutupi aspek pembiayaan
faktor fundamental makroekonomi. lainnya. Sedangkan, jika investasi tersebut
Tujuan mengenai pendanaan untuk dibiayai dari eksternal yaitu hutang, apakah
membiayai aktivitas bisnis perusahaan tersebut tingkat pengembalian atas investasi tersebut
untuk dapat meningkatkan kekayaan dari mampu memberikan return ataupun
pemegang saham, dengan harapan bahwa penghematan pajak yang lebih besar jika
pengembalian atas aktivitas tersebut memberikan dibandingkan dengan beban bunga yang harus
benefit dimasa yang akan datang. dibayar oleh manajemen.
Dalam teori keagenan terdapat hubungan Analisis mengenai faktor internal dan
antara pihak prinsipal dan agen, Pihak principal eksternal sebelum manajemen memutuskan
(shareholders) memperkerjakan pihak agen untuk mengambil sumber pendanaan penting
(manajer) untuk mampu meningkatan untuk dilakukan.Keputusan mengenai faktor
kekayaannya berupa peningkatan nilai internal lebih kepada bagaimana kondisi
perusahaan yang tercermin dalam nilai saham keuangan perusahaan dan skala prioritas atas
dan cash dividen yang dibagikan (Eriotis,et al., investasi yang dilakukan, sedangkan faktor
2007). Kebijakan yang diambil oleh manajer eksternal lebih kepada kondisi-kondisi diluar
dalam hal pendanaan, untuk mencukupi aktivitas kemampuan perusahaan untuk
pengeluaran operasi dan investasi perusahaan mengendalikannya.
diharapkan mampu untuk memberikan Faktor internal dalam penelitian ini terdiri
peningkatan kekayaan bagi prinsipal atau agar atas variabel profitabilitas, ukuran perusahaan
keberlangsungan hidup perusahaan terjaga. dan pertumbuhan perusahaan yang merupakan
Pengambilan keputusan atas kebijakan terkait replikasi dan kombinasi dari penelitian (Sudarma
pendanaan melalui hutang perlu ,2004) dan (Jong, et al., 2007). Faktor eksternal
mempertimbangkan faktor internal dan faktor dalam penelitian ini terdiri atas variabel tingkat

26
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

inflasi, produk domestik bruto, IHSG, tingkat Oleh karena pertimbangan tersebut,
suku bunga, nilai tukar valuta asing dan harga penelitian ini memfokuskan pada aspek
minyak yang merupakan replikasi dan kombinasi pendanaan melalui hutang yang dikemas dalam
dari penelitian (Rivai, 2011), (Milles & Scott, sebuah judul “Faktor Intern dan Faktor
2005), (Dong, 2011) dan (Burger, et al.,2010). Ekstern yang berpengaruh Terhadap
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan
perusahaan BUMN non Bank dengan (Study Empiris pada perusahaan BUMN Non
pertimbangan agar memiliki perbedaan dengan Bank yang Go-Public di BEI)”.
penelitian sebelumnya, selain itu sejalan dengan
pemilihan variabel faktor eksternal yang lebih TINJAUAN PUSTAKA
banyak dari pada faktor internal dan juga aspek Fungsi Manajemen
kebijakan dalam pengambilan keputusan terkait Sudarma (2004) mengatakan bahwa
pendanaan yang memiliki perbedaan dengan keputusan dibidang keuangan pada prinsipnya
perusahaan lain pada umumnya. Dalam menyangkut tiga hal, yaitu keputusan investasi
perusahaan BUMN kebijakan tentang pendanaan (investment decision), keputusan pemenuhan
dibatasi dengan adanya peraturan perundang- kebutuhan dana (financing decision), dan
undangan.peraturan-peraturan tersebut antara keputusan pendistribusian laba (distribution
lain Undang-Undang no. 40 Tahun 2007 decision). Manager keuangan, dalam
mengenai Perseroan Terbatas, Undang-Undang menentukan berapa banyak investasi yang akan
No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal, dilakukan dan pada jenis aset apa saja disebut
Undang-Undang No.19 Tahun 2003 mengenai keputusan investasi dan keputusan yang diambil
Badan Usaha Milik Negara, Peraturan oleh perusahaan dalam menentukan bagaimana
Pemerintah No. 44 Tahun 2005 mengenai Tata memperoleh dana untuk membiayai investasi
Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal tersebut dinamakan keputusan pembiayaan.
Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Atas dasar kedua keputusan ini, diharapkan
Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah perusahaan akan memberikan kontribusi terkait
No. 59 Tahun 2009 mengenai perubahan atas peningkatan atas laba bersih perusahaan, dimana
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2005 laba bersih perusahaan tersebut yang nantinya
tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan juga akan mempengaruhi keputusan perusahaan
Perseroan. terkait dividen atau terkait dengan pembiayaan
Selain itu, investasi yang dilakukan oleh investasi tersebut sehingga diharapkan akan
perusahaan BUMN tidak semuanya mampu meningkatkan nilai perusahaan. Namun
menfokuskan terhadap tingkat pengembalian dalam beberapa perusahaan milik pemerintah
atas investasi yang dilakukan, ada juga aspek (BUMN) terkait keputusan investasi, didasarkan
mandatory dari pemerintah yang mengharuskan atas beberapa pertimbangan, selain diharapkan
BUMN untuk melaksanakan program investasi memberikan kontribusi berupa laba bersih
tersebut agar sejalan dengan program yang perusahaan antara lain, pemenuhan akan
dilakukan oleh pemerintah, yang tidak memiliki pelayanan (level of service) dan pemenuhan akan
tingkat pengembalian secara langsung atas fungsi-fungsi yang disyaratkan (level of
investasi yang dilakukan oleh perusahaan. requirement). Oleh karena itu, perusahaan milik
sehingga berpengaruh terhadap strategi pemerintah tidak selalu fokus terhadap
kebijakan yang akan dilakukan oleh perusahaan peningkatan nilai perusahaan tersebut.
kedepan dalam mencukupi kebutuhan
pendanaannya.

27
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

Keputusan Pendanaan bisnisnya tidak terlepas dengan adanya aspek


Wijaya., et al (2010) mengatakan bahwa pembiayaan perusahaan baik untuk aktivitas
struktur pendanaan adalah seluruh bagian yang operasional, Investasi ataupun untuk membiayai
terdapat pada sisi sebelah kanan posisi keuangan bunga atas hutang. Dana yang digunakan
perusahaan, sedangkan struktur modal adalah perusahan untuk membiaya aktivitas tersebut
campuran dari sumber dana jangka panjang yang berasal dari internal ataupun dari eksternal,
digunakan perusahaan untuk membiayai pendanaan internal tersebut akan memiliki risiko
aktivitasnya. Struktur keuangan perusahaan likuiditas perusahaan dikarenakan pendanaan
merupakan komposisi dari keputusan pendanaan internal sangat tergantung kepada aktivitas
yang meliputi hutang jangka pendek, hutang operasional yang dilakukan perusahaan.
jangka panjang, modal sendiri dan modal dari Sedangkan pendanaan eksternal memiliki risiko
ekternal, masing-masing sumber pendanaan berkurangnya dividen kepada pemegang saham
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan atas tambahan biaya berupa bunga yang harus
yang berbeda-beda. dibayar ataupun prosentase kepemilikan saham.
Sebelum memutuskan untuk memperoleh
pendanaan dari berbagai struktur modal tersebut, Teori Keagenan (AgencyTheory)
perusahaan dapat melakukan kajian struktur Hubungan keagenan muncul ketika salah satu
modal mana yang dapat memberikan manfaat atau lebih individu (Prinsiple) menggaji individu
lebih dari biaya yang dikeluarkan. Tujuan dari lain (agen atau karyawan) untuk bertindak atas
manajemen struktur modal adalah memadukan namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk
padankan sumber dana permanen yang membuat keputusan kepada agen dan
digunakan oleh perusahaan dengan cara karyawannya. Dalam konteks manajemen
memaksimumkan harga saham perusahaan dan keuangan, hubungan ini muncul antara
meminimumkan biaya modal perusahaan (cost of pemegang saham (shareholders) dengan para
capital), serta menyeimbangkan antara risiko manager dan antara pemegang saham dengan
dan tingkat pengembalian. kreditor (bondholders).
Risiko bisnis dipengaruhi oleh beberapa Kepentingan yang berbeda antara pihak agent
faktor yaitu: sensitifitas permintaan, harga jual, dan principle, dimana berbagai pihak tersebut
harga input, operating leverage, tingkat memiliki kepentingan masing-masing untuk
persaingan, diversifikasi produk, prospek mencapai tujuan akan menimbulkan yang
pertumbuhan dan ukuran perusahaan. dinamakan permasalahan keagenan.
Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi di Permasalahan keagenan tersebut akan
luar kegiatan perusahaan yang tidak dapat menimbulkan biaya keagenan.
diantisipasi oleh perusahaan, faktor yang Kaitannya teori keagenan dengan penelitian
menyebabkan terjadinya risiko pasar adalah ini terdapat pada, keputusan pendanaan yang
inflasi, resesi, fluktuasi nilai tukar dan harga diambil oleh pihak manajemen (agent) apakah
minyak. Hal tersebut sangat tergantung terhadap akan memberikan tambahan kekayaan bagi
kondisi permintaan dan penawaran atas suatu pemegang saham (principle) atau meningkatkan
barang atau jasa. (Sudarma, 2004) mengatakan nilai perusahaan atau justru memberikan benefit
bahwa risiko pasar diukur kepekaannya dengan lebih kepada manajemen atas adanya free cash
koefisien beta, semakin peka perubahannya flow jika perusahaan memutuskan berhutang.
semakin tinggi beta faktor tersebut. Permasalahan seperti ini dalam kaitannya
Risiko keuangan adalah risiko dimana suatu dengan teori keagenan akan menimbulkan yang
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas disebut agency problem.

28
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

yang kurang profitable akan cenderung


Pecking Order Theory (POT) mempunyai hutang yang lebih besar karena dua
Myers & Majluf (1983) dalam Frank & alasan, yaitu dana internal yang tidak mencukupi
Goyal (2003) menyatakan bahwa urutan dan hutang merupakan sumber dana eksternal
pendanaan dimulai dari laba perusahaan, hutang yang lebih disukai.
dan kemudian saham. Asumsi yang mendasar Dana internal lebih disukai dikarenakan
pernyataan tersebut antara lain (1) Perusahaan beberapa hal, perusahaan tidak sedang dalam
lebih mengutamakan dana internal karena dirasa perencanaan investasi yang besar, sehingga
paling murah. (2) Perusahaan berupaya penggunaan dana internal dirasa mampu untuk
menyesuaikan target dividend payout ratio mencukupinya, kedua investor beranggapan
terhadap peluang investasinya. Namun demikian, bahwa dengan kondisi seperti itu penggunaan
perusahaan berupaya menghindari perubahan dana internal tidak akan mengurangi dividen
pembayaran dividennya secara drastis. (3) yang dibayarkan kepadanya. kedua penggunaan
Kebijakan dividen yang ketat ditambah dengan dana eksternal melalui hutang lebih disukai
fluktuasi profitabilitas dan adanya peluang daripada melalui saham baru dikarenakan,
investasi yang tidak terduga, mengakibatkan investor beranggapan bahwa dengan melakukan
sumber dana internal (dari hasil operasi pendanaan melaui hutang maka biaya yang
perusahaan), mungkin melebihi atau bahkan dikeluarkan investor terhadap permasalahan
kurang dari kebutuhan investasi. Karena itu jika keagenan jauh lebih besar daripada biaya atas
sumber dana internal ternyata lebih kecil dari bunga hutang, dimana jika perusahaan berhutang
kebutuhan investasinya, maka perusahaan akan pengawasan akan diversifikasikan secara
menggunakan saldo kas atau menjual portofolio langsung ataupun tidak langsung kepada
surat-surat berharga yang dimiliki. (4) Apabila kreditur.
pendanaan dari luar diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang Trade Off Theory (TOT)
paling aman, yaitu pertama-tama dengan Sudarma (2004) mengatakan bahwa dengan
menerbitkan obligasi, kemudian diikuti dengan menggunakan asumsi yang cukup ketat yaitu
penerbitan sekuritas yang berkarakteristik opsi risiko perusahaan dapat diukur, semua investor
(seperti obligasi konversi). Bilamana hal ini memiliki estimasi yang sama terhadap kinerja
dirasa masih belum mencukupi, barulah pihak keuangan perusahaan dimasa yang akan datang
perusahaan menerbitkan saham. dan tidak ada pajak perusahaan, sehingga
Sudarma (2004) mengatakan bahwa dalam penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan
teori pecking order menjelaskan bahwa hanya tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dari
ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan pernyataan tersebut penggunaan hutang sebagai
eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam sumber pendanaan hanya sebatas pada
perusahaan lebih disukai dari modal sendiri dari pemenuhan kebutuhan kas perusahaan, jika laba
luar perusahaan, dengan kata lain bahwa jika ditahan untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan
perusahaan-perusahaan yang meminjam dana operasional dan investasi tidak mampu untuk
dalam jumlah yang sedikit, bukanlah karena dipeenuhi, penggunaan hutang tersebut tidak
mereka mempunyai target debt to equity yang memberikan kontribusi atas peningkatan
rendah, melainkan karena mereka memerlukan kekayaan bagi pemegang saham.
external financing yang sedikit, sebagai Dalam kondisi ideal, asumsi atas risiko selalu
konsekuensi dari tersedianya dana internal yang ada dan sulit untuk diukur dengan pasti, kondisi
cukup. Sebaliknya bagi perusahaan-perusahaan

29
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

kinerja keuangan tidak dapat dapat diprediksi dan perusahaan memiliki

kewajiban atas pajak kepada Negara, sehingga keuangannya dengan membuat keputusan
dengan menggunakan hutang sebagai sumber mengenai struktur pembiayaan yang diambil
pendanaan akan memberikan peningkatan nilai dengan tidak mempertimbangkan berbagai aspek
perusahaan atas adanya pembayaran beban dan risikonya akan membuat perusahaan dalam
bunga yang memberikan penghematan atas pajak kondisi financial distress atau bahkan bangkrut.
yang dibayar.
Eriotis, et al (2007) mengatakan bahwa
efektif atau tidaknya manajer dalam mengelola

Fenomena :
Keputusan Pendanaan

Variabel independen :
1. Faktor Intern
Profitabilitas (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Teori Yang Digunakan : Pertumbuhan Perusahaan (X3) Penelitian Terdahulu :
1. Pecking Order Theory 2. Faktor Ekstern 1. Sudarma (2004)
2. Trade Off Theory Inflasi (X4) 2. Gajurel (2006)
3. Agency Theory Produk Domestik Bruto (X5) 3. Jong, et al (2007)
IHSG (X6) 4. Rivai (2011)
Tingkat Suku Bunga (X7) 5. Burger, et al (2010)
Nilai Tukar Valuta Asing (X8)
Harga Minyak Mentah (X9)
Variabel Dependen :
Kebijakan Hutang (Y1)
Nilai Perusahaan (Y2)

Metode Analisis :
Ordinary Least Square

Analisis Kuantitatif

Gambar 1 Kerangka Berpikir


HIPOTESIS PENELITIAN al, 2012). Sehingga, ketika keputusan pendanaan
Profitabilitas hutang diambil, maka akan mengurangi dividen
Profitabilitas menunjukkan seberapa besar yang diberikan kepada investor atas biaya bunga
perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas yang mengurangi laba perusahaan. Sedangkan
kegiatan usahanya dalam satu periode. Teori dalam teori pecking order urutan pendanaan
agency menganggap bahwa peningkatan laba selalu dimulai dari laba ditahan kemudian baru
perusahaan tersebut dimungkinkan akan hutang usaha. Sehingga ketika terjadi terjadi
memberikan peningkatan tambahan kekayaan peningkatan atas rasio profitabilitas tersebut
bagi investor berupa cash dividend(Mardiati. Et diharapkan perusahaan agar mengoptimalkan

30
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

penggunaan dana internal untuk mencukupi melibatkan pihak kreditur dalam pembayaran
modal kerjanya. hutang perusahaan kepada pihak kreditur.
Sudarma (2004) mengatakan bahwa terdapat Berdasarkan teori pecking order maka jika
hubungan yang negatif antara profitabilitas dan laba ditahan tidak mampu untuk mencukupi
rasio hutangnya, semakin besar laba perusahaan pengeluaran perusahaan maka langkah
akan memperbesar laba ditahan perusahaan dan berikutnya yaitu mencukupinya dengan hutang.
mengurangi proporsi penggunaan hutang dalam Karena semakin besar perusahaan maka semakin
struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh besar pula biaya yang ditanggung perusahaan.
Yeniatie dan N. Destriana (2010) mengatakan penggunaan laba ditahan untuk mencukupi
bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif modal kerja operasi dan investasi terbatas,
terhadap Kebijakan Hutang, Sehingga didapat sehingga alternatif pendanaan berikutnya adalah
konsistensi antara teori yang melandasi dengan melalui hutang.
beberapa penelitian terdahulu yang telah Mulianti (2010) mengatakan bahwa terdapat
dilakukan, bahwa semakin tinggi kemampuan hubungan positif dan signifikan antara ukuran
perusahaan dalam menghasilkan labanya maka perusahaan dengan hutang, hal ini dikarenakan
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan semakin besar ukuran perusahaan maka
sumber pendanaan melalui hutang akan semakin kebutuhan akan dana juga akan semakin besar
berkurang. yang salah satunya didapat dari hutang.
Sehingga didapat konsistensi antara teori dengan
H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif beberapa penelitian yang telah dilakukan.
terhadap kebijakan hutang. Sedangkan Menurut Kesuma (2009) ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh negatif
Ukuran Perusahaan terhadap harga saham, semakin besar ukuran
Ukuran perusahaan digambarkan dengan total perusahaan yang diproksikan dengan nilai
asset yang dimiliki perusahaan dan diharapkan asetnya, tidak sejalan dengan peningkatan
untuk memperoleh keuntungan dimasa yang ekuitas yang proksikan dengan harga sahamnya,
akan datang, selain itu aset perusahaan sehingga kemungkinan perusahaan membiayai
digunakan sebagai jaminan atas hutang yang modal kerjanya melalui hutang.
dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar
ukuran perusahaan maka pengeluaran H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh Positif
perusahaan juga semakin besar. terhadap kebijakan hutang.
Dalam agency theory, permasalahan
keagenan muncul ketika terjadi perbedaan Pertumbuhan Perusahaan
kepentingan antara pihak prinsipal dan agen, Pertumbuhan perusahaan merupakan
semakin besar perusahaan maka permasalahan penambahan kekayaan perusahaan dibandingkan
keagenan akan semakin besar. Dan semakin dengan tahun sebelumnya yang tercermin dari
besar permasalahan keagenan tersebut maka nilai asetnya, penambahan nilai aset tersebut
akan semakin besar pula biaya keagenan untuk kemungkinan bisa diakibatkan dari kinerja
mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara perusahaan yang semakin baik ataupun
untuk mereduksi biaya keagenan tersebut yaitu bertambahnya nilai investasi yang dilakukan
dengan melakukan diversivikasi pengawasan. perusahaan.
Dengan melakukan kontrak kerja dengan pihak Menurut teori agency bertambahnya nilai aset
kreditur, maka proses pengawasan juga akan perusahaan yang disebabkan meningkatnya laba
perusahaan berarti kinerja perusahaan dalam hal

31
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

ini kinerja agen sebagai konduktor semakin baik, sehingga melemahkan daya beli masyarakat
sehingga principal akan mengeluarkan cost of dalam beberapa periode tertentu.
capital berupa reward (bonus) terhadap kinerja Hal tersebut sesuai dengan teori pecking
manajemen tersebut. Cost of capital yang order, dimana penggunaan laba internal
dikeluarkan tentunya tidak sebesar penambahan merupakan sumber dana paling murah.
kekayaan perusahaan tersebut, karena akan Peningkatan inflasi akan mengakibatkan
mengurangi jumlah dividen yang diterima pihak peningkatan biaya operasional perusahaan,
principal dan tentu saja tidak akan menambah sehingga akan menurunkan laba perusahaan.
hutangnya karena akan semakin membebani dalam kondisi seperti ini perusahaan sebaiknya
perusahaan berupa biaya bunga atas hutang lebih mengoptimalkan pendanaan yang ada.
perusahaan. Dalam teori pecking order Rivai (2011) mengatakan bahwa terdapat
penambahan kekayaan perusahaan atas pengaruh negatif dan signifikan antara tingkat
peningkatan laba tersebut tentunya akan inflasi dengan hutang, hal ini dikarenakan
menambambah cash in flow perusahaan, semakin tingginya tingkat inflasi di Indonesia
sehingga cash in flow tersebut dapat digunakan pada periode tertentu, maka tingkat suku bunga
sebagai modal kerja atau dapat juga untuk akan mengalami peningkatan, sehingga
membayar hutang perusahaan. perusahaan akan mengurangi komposisi
Jong, et al (2007) mengatakan bahwa pinjaman berbunga melalui pihak kreditur dan
terdapat hubungan negatif dan signifikan antara lebih mengutamakan untuk menggunakan dana
pertumbuhan perusahaan dengan hutang, hal ini internal perusahaan terlebih dahulu.
dikarenakan perusahaan yang memiliki peluang
bertumbuh yang baik dimasa yang akan datang H4: Tingkat Inflasi berpengaruh negatif
akan tetap menjaga hutangnya tetap kecil, hal ini terhadap kebijakan hutang.
dikarenakan investor tidak menginginkan
memindahkan kekayaannya ke kreditur. Produk Domestik Bruto (PDB)
Eriotis, et al (2007) mengatakan bahwa PDB atau GDP (Gross Domestik Product)
terdapat hubungan negatif dan signifikan antara merupakan pengukuran yang paling luas dari
pertumbuhan perusahaan dengan hutang, hal ini total output barang dan jasa suatu negara. PDB
dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat merupakan penjumlahan dari Konsumsi,
pertumbuhan yang tinggi memiliki berbagai Investasi Bruto, Pembelanjaan pemerintah atas
variasi dalam mendapatkan pendapatannya, barang dan jasa serta ekspor yang dihasilkan
dengan kata lain dapat diinterpretasikan dengan dalam suatu negara dalam satu tahun tertentu.
tingginya tingkat risiko, dan semakin mahalnya Pertumbuhan PDB juga akan berdampak
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk terhadap pertumbuhan ekonomi dalam suatu
mendapatkan hutang dari kreditur. wilayah atau negara. Pertumbuhan ekonomi bagi
investor dan calon investor akan digunakan
H3: Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh sebagai pertimbangan dalam melakukan
negatif terhadap kebijakan hutang. investasi, karena pertumbuhan ekonomi dapat
berpotensi untuk meningkatkan atau
Inflasi menurunkan kinerja pasar modal. Pertumbuhan
Inflasi merupakan faktor fundamental dari ekonomi yang tinggi menggambarkan
indikator makroekonomi yang menggambarkan peningkatan daya beli masyarakat.
kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena Meningkatnya daya beli masyarakat akan
harga-harga barang secara umum meningkat memacu kegiatan atau transaksi ekonomi

32
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

meningkat, dan hal ini merupakan signal positif Sedangkan menurut Pangeran (2010)
bagi perusahaan untuk meningkatkan perusahaan lebih mungkin untuk menerbitkan
kegiatannya. ekuitas setelah kinerja pasar ekuitas atau pasar
Hal tersebut sesuai dengan teori agency dan modal menguntungkan, yang ditandai dengan
teori pecking order, pertumbuhan PDB akan meningkatnya indeks harga saham gabungan.
memberikan gairah bagi kinerja perusahaan. Dengan demikian seiiring dengan meningkatnya
peningkatan kinerja perusahaan tersebut IHSG kemungkinan perusahaan untuk
tercermin dalam laba perusahaan, dalam teori menambah struktur modalnya adalah melalui
agency untuk mengurangi biaya agency, penerbitan saham bukan melalui hutang.
principal akan memberikan insentif berupa Rivai (2011) menyatakan bahwa perusahaan
bonus jika manajemen memenuhi target-target akan melakukan penerbitan saham pada saat
yang ditetapkan oleh prinsipal sehingga harga saham mengalami peningkatan.
berdampak terhadap peningkatan kekayaan Perusahaan akan memanfaatkan momen
investor. Sehingga penggunaan hutang akan peningkatan harga yang menyebabkan harga
mengurangi bonus bagi manajemen dan saham pada kelompok industri tersebut
kekayaan bagi principal. mengalami overvalued. Peningkatan harga
Rivai (2011) mengatakan bahwa terdapat saham membuat replacement cost of capital
pengaruh negatif dan signifikan antara PDB akan menjadi lebih murah sehingga akan
dengan hutang, hal ini dikarenakan semakin mendorong perusahaan meningkatkan investasi
tinggi peningkatan PDB maka dapat dikatakan melalui penerbitan saham. Oleh karena itu,
bahwa kondisi perekonomian dalam keadaan peningkatan harga saham berbanding terbalik
baik, sehingga akan menyebabkan bergairahnya dengan leverage.
kegiatan perusahaan yang berdampak pada laba
perusahaan, dan menggurangi bunga pinjaman. H6: IHSG akan berpengaruh negatif terhadap
Maka perusahaan pada akhirnya akan memilih kebijakan hutang.
untuk menggunakan dana internal dibandingkan
dengan meminjam dana dari pihak kreditur. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga merupakan konsekuensi atas
H5: PDB berpengaruh negatif terhadap setiap aktivitas pendanaan yang dilakukan
kebijakan hutang. perusahaan, bagi pihak funding (simpanan)
bunga merupakan keuntungan atas dana yang
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditempatkan, sedangkan bagi pihak lending
Pasar modal mempunyai indikator indeks (pinjaman) bunga merupakan tambahan
harga saham yang menjadi pintu gerbang pembayaran atas dana yang di pinjam.
sekaligus barometer utama untuk para investor Sudiyatno (2010) mengatakan bahwa tingkat
dalam mengambil keputusan strategik (Miles & suku bunga di Indonesia ditetapkan oleh bank
Scott, 2005). Menurutnya perhitungan terhadap pemerintah dalam hal ini bank Indonesia secara
indeks harga saham dapat dilakukan dengan periodik yang dapat mempengaruhi kebijakan
berbagai metode. Yang umum digunakan adalah investasi, tingkat bunga lending dan tingkat
perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan, bunga funding perbankan secara umum. Dimana
dimana indeks tersebut merupakan indeks ketika tingkat suku bunga naik akan berpengaruh
komposit dari seluruh saham yang tercatat di terhadap tingkat bunga simpanan ataupun
BEI. pinjaman dan menurunkan investasi.

33
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

Dari hal tersebut diatas teori yang sesuai dan menurunkan hutangnya, hal ini sejalan
yaitu teori pecking order dimana ketika tingkat dengan penelitian Dong (2011) mengatakan
suku bunga naik, akan mengakibatkan bahwa “Exchange rate between New Zealand
meningkatnya tingkat bunga pinjaman yang Dollars to US Dollars have a significant
berdampak terhadap keputusan pendanaan negative relationship with change in long term
perusahaan melalui hutang, karena peningkatan debt ratio”, hal ini disebabkan bahwa LPTs
tingkat bunga tersebut akan meningkatkan beban (listed property trust) di New Zealand sangat
dan menurunkan laba perusahaan. mengapresiasi atas perubahan nilai tukarnya, dan
lebih memilih untuk mengurangi hutang jangka
H7 : Tingkat suku bunga berpengaruh negatif panjangnya jika nilai tukar mata uangnya
terhadap kebijakan hutang. mengalami penguatan dibandingkan dengan US
Dollar.
Nilai Tukar Valuta Asing (Exchage Rate)
Nilai tukar mata uang lokal yaitu rupiah H8 : Nilai tukar valuta asing berpengaruh
terhadap mata uang asing yaitu US Dollar terjadi negatif terhadap kebijakan hutang.
dikarenakan terdapat aktivitas perdagangan yang
melibatkan Negara Indonesia dengan Negara Harga Minyak Mentah
lain yang menggunakan mata uang US Dollar Harga minyak mentah di Indonesia mengacu
dalam aktivitas transaksi. Menguatnya mata kepada ICP (Indonesia Crude Price), naik atau
uang rupiah terhadap US Dollar terjadi, jika turunnya harga minyak mentah dipengaruhi oleh
terdapat permintaan lebih atau banyaknya permintaan pasar ataupun produktivitas minyak
transaksi yang menggunakan mata uang rupiah, mentah tersebut. Meningkatnya harga minyak
begitu juga sebaliknya. tersebut sedikit banyak akan membebani
Meningkatnya mata uang US Dollar terhadap perusahaan, hal ini dikarenakan sumber daya
mata uang rupiah akan mengakibatkan energi yang digunakan mayoritas masih
meningkatnya biaya operasional perusahaan di menggunakan bahan bakar minyak.
Indonesia, hal ini terjadi jika aktivitas bisnis Hal tersebut sesuai dengan teori pecking
perusahaan dibayarkan dalam kedua mata uang order dimana ketika komposisi pendanaan
tersebut ataupun kegiatan perusahaan banyak internal perusahaan tidak mampu untuk
didominasi oleh kegiatan ekspor impor. Jika mencukupi modal kerja baik operasional
perusahaan memiliki hutang dalam bentuk mata maupun invesasi, pengunaan dana eksternal
uang asing atau US Dollar maka juga akan berupa hutang dapat dilakukan.
meningkatkan beban perusahaan dikarenakan Burger, et al (2010) menemukan bahwa di
bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Negara Trinidad & Tobago menurunnya harga
Hal ini sesuai dengan teori pecking order, minyak akan berdampak terhadap kebijakan
jika kondisi tersebut diatas terjadi, maka hutangnya, hal ini disebabkan Negara Trinidad
penggunaan dana internal untuk mencukupi dan Tobago merupakan Negara importir minyak
modal kerja perusahaan lebih baik dilakukan dari dari amerika dan kebanyakan membeli minyak
pada menggunakan dana eksternal. tersebut dengan hutang. Sehingga menurunnya
Menurut Kewal (2012) semakin menguatnya harga minyak akan menurunkan hutangnya.
kurs Rupiah terhadap US Dollar maka akan Sedangkan menurut Masih (2011) mengatakan
semakin meningkatkan nilai IHSG, Semakin bahwa peningkatan harga minyak di Korea
menguatnya nilai IHSG maka akan Selatan akan meningkatkan Harga Saham pada
menyebabkan menguatnya sumber pendanaan jangka pendek dan menurunkan Harga Saham

34
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

Pada Jangka Panjang. Hal ini sejalan dengan Dalam teori trade off dikatakan bahwa
Burger, et al (2010). penggunaan hutang dalam batas yang optimal
akan mengakibatkan meningkatnya nilai
H9 : harga minyak mentah berpengaruh perusahaan dikarenakan penghematan pajak atas
positif terhadap kebijakan hutang. biaya bunganya. Dalam teori agency penggunaan
hutang akan menurunkan biaya agency atas
Kebijakan Hutang opportunity behavior yang dilakukan perusahaan
Kebijakan Hutang merupakan salah satu terkait free cash flow perusahaan dikarenakan
komponen dalam fungsi manajemen terkait pembayaran atas bunga tersebut dengan asumsi
keputusan pembiayaan (financing decision), bahwa hutangnya dilakukan sepenuhnya untuk
dimana perusahaan memerlukan suatu dana membiayai aktivitas investasi. Sehingga
untuk membiayai kegiatan operasional maupun penghematan atas biaya agency perusahaan akan
investasinya. Kebijakan hutang perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi pihak prinsipal
dilakukan dengan berhutang kepada perbankan dengan meningkatnya laba perusahaan dan nilai
konvensional dalam jangka waktu tertentu, atau atas saham.
dapat juga dilakukan dengan perbankan ekspor Suteja & Manihuruk (2009) mengatakan
impor dengan opsi membeli suatu produk pada bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
Negara tertentu dengan mendapatkan fasilitas antara variabel kebijakan hutang dengan nilai
kredit dari bank yang mengelola ekspor ataupun perusahaan, hal ini mengindikasikan bahwa
impor tersebut dan dapat juga menjual surat kenaikan kebijakan hutang mampu
hutang berjangka berupa obligasi kepada pihak meningkatkan nilai perusahaan, hal ini konsisten
investor baik di dalam negeri ataupun diluar dengan penelitian yang dilakukan oleh
negeri dengan opsi tertentu. Sudiyatno (2010) mengatakan bahwa
Dalam teori pecking order urutan pendanaan penggunaan hutang pada batas tertentu akan
yang pertama yaitu melalui laba perusahaan, dan meningkatkan nilai perusahaan, batas tertentu
ketika laba perusahaan tidak mampu untuk yang dimaksud adalah ketika marginal income
menutupi pembiayaan operasional maupun dari present value penghematan pajak sama
investasinya maka hutang merupakan pilihan dengan marginal cost dari biaya kebangkrutan.
berikutnya untuk menutupi kekurangannya
tersebut, dan jika hutang dirasa sudah melebihi H10: Kebijakan hutang berpengaruh positif
batas optimal maka selanjutnya pendanaan terhadap nilai perusahaan.
melalui saham.

35
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

FAKTOR INTERNAL
Profitabilitas
(X1)
H1

Ukuran
Perusahaan
(X2) H2

Pertumbuhan
Perusahaan
(X3) H3
Kebijakan H10
Nilai Perusahaan
Hutang
(Y2)
FAKTOR EKSTERNAL (Y1)
Tingkat Inflasi
H4
(X4)

PDB H5
(X5)

IHSG H6
(X6)

H7
Tingkat Suku
Bunga (X7)

Nilai Tukar H8
Valuta Asing (X8)

Harga Minyak H9
Mentah (X9)

Gambar 2. Model Hipotesis Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN berganda yang dibuat berdasarkan model empiris


Data 1 dan regresi linier sederhana untuk model
Populasi dan sampel penelitian ini adalah empiris 2. Hipotesis 1 sampai 9 diajukan untuk
perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh model empiris 1 dan hipotesis 10 diajukan untuk
pemerintah atau yang lebih dikenal Badan Usaha model empiris 2, berikut persamaan regresi yang
Milik Negara, khususnya Badan Usaha Milik ditunjukkan pada model empiris tersebut:
Pemerintah non bank yang listed di Bursa Efek Persamaan model empiris 1 kebijakan hutang
Indonesia pada tahun pengamatan 2007 sampai diproksikan dengan DER perusahaan :
dengan tahun 2014 sejumlah 10 Perusahaan DER = a1 + b1 PROF + b2SIZE + b3GO +
BUMN. Pengambilan sampel dilakukan dengan b4INFLA + b5PDB + b6IHSG + b7 IR + b8 ER +
menggunakan metode purposive sampling yang b9ICPe1
bertujuan untuk mendapatkan sampel yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Persamaan model empiris 2 nilai perusahaan
Berdasarkan kriteria sampel, sebagai berikut: diproksikan dengan MBVR perusahaan :
(1) Perusahaan BUMN Non Bank yang listed di MBVR = a2+ b10DER+ e2
Bursa Efek Indonesia sampai dengan periode 31 Keterangan :
Desember 2014, (2) perusahaan BUMN Non DER : Struktur Modal
Bank yang belum listed pada periode 31 MBVR : Nilai Perusahaan
Desember 2007. Sehingga didapat sejumlah PROF : Profitabilitas
delapan puluh (80) sampel penelitian. SIZE : Ukuran Perusahaan
GO : Pertumbuhan Perusahaan
Metodologi INFLA : Inflasi
Untuk menganalisis pengaruh variabel- PDB : Produk Domestik Bruto
variabel independen terhadap variabel dependen IHSG : Indeks Harga Saham
dalam model penelitian empiris tersebut, maka Gabungan
digunakan model persamaan regresi linier IR : Tingkat Suku Bunga

36
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

ER : Nilai Tukar Valuta Asing Uji statistik dalam penelitian ini meliputi
ICP : Harga Minyak Mentah analisis korelasi, dan analisis regresi dimana
‘a1..a2 : Konstanta persamaan yang terbentuk telah melalui
‘b1..b6 : Koefisien pengujian asumsi klasik.
‘e1..e2 : Residual
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistika Deskriptif
Tabel 1. Statistika Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
MBVR 80 0,19 21,16 2,94 2,74
DER 80 0.18 0.89 0,47 0,20
PROF 80 -0,02 0,56 0,19 0,13
SIZE 80 27,31 32,58 29,81 1,27
GO 80 -0,33 0,39 0,12 0,12
INFLA 80 -0,26 0.07 -0.03 0.11
PDB 80 0,08 0,19 0,12 0,03
IHSG 80 -1,03 0,47 0,05 0,43
IR 80 0,06 0,09 0.07 0,00
ER 80 8.776,46 11.868,67 9.851,82 957,24
ICP 80 61,58 112,73 92,11 17,83
Valid N
80
(listwise)
IHSG memiliki nilai minimum sebesar -1,03
Statistika deskripsi pada model empiris 1 dan dan nilai maksimum sebesar 0,47. Sedangkan
empiris 2 didapat data sebagai berikut. Prof nilai rata-rata sebesar 0,05 dengan standar
memiliki nilai minimum sebesar -0,02 dan nilai deviasi 0,43. IR memiliki nilai minimum sebesar
maksimum sebesar 0,56. Sedangkan nilai rata- 0,06 dan nilai maksimum sebesar 0,09.
rata sebesar 0,198 dengan standar deviasi Sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,07 dengan
sebesar 0,13. Size memiliki nilai minimum standar deviasi 0,09. ER memiliki nilai
sebesar 27,31 dan nilai maksimum sebesar minimum sebesar 8776,46 dan nilai maksimum
32,58. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 29,82 sebesar 11868,67. Sedangkan nilai rata-rata
dengan standar deviasi sebesar 1,27. GO sebesar 9851,83 dengan standar deviasi 957,24.
memiliki nilai minimum sebesar -0,33 dan nilai ICP memiliki nilai minimum sebesar 61,58 dan
maksimum sebesar 0,39. Sedangkan nilai rata- nilai maksimum sebesar 112,73. Sedangkan nilai
rata sebesar 0,12 dengan standar deviasi sebesar rata-rata sebesar 92,12 dengan standar deviasi
0,12. Infla memiliki nilai minimum sebesar -0,26 17,83. DER memiliki nilai minimum sebesar
dan nilai maksimum sebesar 0,07. Sedangkan 0,18 dan nilai maksimum sebesar 0,89.
nilai rata-rata sebesar -0,034 dengan standar Sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,47 dengan
deviasi sebesar 0,028. PDB memiliki nilai standard deviasi sebesar 0,20.
minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum
sebesar 0,13. Sedangkan nilai rata-rata sebesar Uji Asumsi Klasik
0,33 dengan standar deviasi sebesar 0,034. Sebelum melakukan pengujian hipotesis,
analisis korelasi dan regresi maka terlebih

37
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik.


Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui Uji Normalitas Nilai Residual
apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan Distribusi normal merupakan distribusi
benar-benar bebas dari adanya masalah teoritis dari variabel random yang kontinyu.
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan Kurva menggambarkan distribusi normal adalah
autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan kurva normal yang berbentuk simetris. Untuk
alat estimasi jika telah memenuhi persyaratan menguji apakah sampel penelitian merupakan
BLUE (Best Linier Ubiased Estimator) yakni jenis distribusi normal maka digunakan
memiliki sifat linier, tidak bias dan varian pengujian Kolmogorov-Smimov Goodness of Fit
minimum. Test terhadap masing-masing variabel.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Asumsi Kenormalan Residual


Persamaan Nilai Z Sig.Z Kesimpulan
Pertama 0,62 0,82 Normalitas Terpenuhi
Kedua 1.22 0,102 Normalitas Terpenuhi

Hasil pengujian normalitas menunjukkan korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu
bahwa nilai signifikansi (Sig.Z) pada model pengujian dilakukan terhadap variabel-variabel
empiris 1 dan empiris 2 secara berurutan adalah bebas tersebut. Model regresi yang baik
82% dan 10%. Kedua nilai ini lebih besar dari mensyaratkan tidak terjadi korelasi di antara
nilai α = 5% yang berarti asumsi normalitas variabel-variabel bebas.Untuk mendeteksi ada
terpenuhi. tidaknya gejala multikolinieritas didalam model
regresi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
Uji Multikolinieritas Variance Inflation Faktor (VIF) (Gujarati,
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk 2004).
menguji apakah model regresi ditemukan adanya

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Multikolinieritas


Persamaan Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
Prof 0,43 2,29 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Size 0,43 2,31 Tidak Terjadi Multikolinieritas
GO 0,73 1,36 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Infla 0,21 4,68 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Pertama PDB 0,15 6,54 Tidak Terjadi Multikolinieritas
IHSG 0,38 2,59 Tidak Terjadi Multikolinieritas
IR 0,13 7,41 Tidak Terjadi Multikolinieritas
ER 0,21 4,57 Tidak Terjadi Multikolinieritas
ICP 0,17 5,61 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Kedua DER 1,00 1,00 Tidak Terjadi Multikolinieritas

Uji multikolinieritas model empiris 1 dan dikatakan bahwa seluruh variabel bebas dari
empiris 2 menunjukkan bahwa seluruh variabel permasalahan multikolinieritas.
memiliki nilai VIF kurang dari 10 atau nilai
tolerancenya lebih besar dari 0,1, sehingga dapat Uji Autokorelasi

38
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
apakah dalam model regresi linier ada korelasi lainnya, sehingga terjadi kesalahan pengangu
antar kesalahan penggangu pada periode t tidak bebas dari satu observasi ke observasi
dengan kesalahan penggangu pada periode t-1. lannya.
Autokorelasi muncul karena observasi yang

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Autokorelasi


Persamaan Nilai Uji Dubrn-Watson Kesimpulan
Pertama 1,15 Tidak Ada Autokorelasi
Kedua 1,47 Tidak Ada Autokorelasi

Uji autokorelasi model empiris 1 dan empiris 2004). Uji Glejser dilakukan dengan meregres
2 menunjukkan nilai DW sebesar 1,150 dan nilai absolute residual terhadap variable
1,474 atau berada diantara -2 dan 2, sehingga independen dengan persamaan regresi. Oleh
dapat dikatakan bahwa pada persamaan pertama karena itu, model regresi dinyatakan terbebas
dan persamaan kedua tidak terjadi autokorelasi. dari persoalan heteroskedastisitas apabila unsur
Uji Heteroskedastisitas kesalahan (error) secara statistik tidak signifikan
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk berhubungan dengan variabel independen.
menguji apakah dalam model regresi terjadi Hubungan signifikan terjadi apabila nilai alpha 5
ketidaksamaan variance dari residual satu persen, sehingga model regresi dinyatakan bebas
pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk dari persoalan heteroskedastisitas apabila semua
mengetahui ada tidaknya gejala variabel independen memiliki nilai signifikansi
heteroskedastisitas dalam model regresi dalam lebih besar dari 5 persen atau alpha > 5%.
penelitian ini dilakukan uji Glejser (Gujarati,

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Heterokedastisitas


Persamaan Variabel Koefisien p-value Kesimpulan
Prof -0,04 0,92 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
Size -0,02 0,62 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
GO 0,40 0,29 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
Infla 0,55 0,46 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
Pertama PDB -4,28 0,18 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
IHSG -0,23 0,13 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
IR -4,58 0,65 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
ER 0,00 0,42 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
ICP 0,00 0,775 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
Kedua DER -0,75 0,09 Tidak Terjadi Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas model empiris 1 dan


empiris 2 menunjukkan bahwa seluruh variabel Analisis Regresi dan Pembahasan
memiliki nilai signifikansi diatas 5%, hal ini Analisis regresi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari dilakukan untuk menguji kedua model empiris,
persoalan heteroskedastisitas. model empiris 1 menguji variabel independen

39
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

yang dibagi menjadi faktor internal yaitu pengaruh dari variabel independen, baik secara
profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan terpisah maupun secara bersama-sama terhadap
perusahaan dan faktor eksternal yaitu inflasi, variabel dependen.
PDB, IHSG, tingkat suku bunga, nilai tukar Keputusan untuk mendukung atau menolak
valuta asing dan harga minyak mentah terhadap hipotesis dibuat atas dasar nilai pemerkiraan dari
variabel dependen yaitu kebijakan hutang hasil observasi sampel, dibandingkan dengan
perusahaan. Sedangkan model empiris 2 menguji nilai tabel pada derajat bebas tertentu. Hasil
variabel independen yaitu kebijakan hutang regresi model empiris 1 dapat dijelaskan pada
terhadap nilai perusahaan. tabel 6 dibawah ini :
Hasil dari koefisien regresi ini akan bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya

Tabel 6.
Hasil uji Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Kebijakan Hutang
Persamaan Variabel Beta t-value p-value Kesimpulan Hipotesis
Prof 0,10 0,12 0,89 Tidak Signifikan Ditolak
Size 0,05 0,63 0,52 Tidak Signifikan Ditolak
GO 0,52 0,77 0,44 Tidak Signifikan Ditolak
Infla 2,87 2,11 0,038 Positif dan Signifikan** Ditolak
PDB 33,03 5,78 0,00 Positif dan Signifikan** Ditolak
Pertama
IHSG -0,33 -1,20 0,23 Tidak Signifikan Ditolak
IR -110,77 -6,01 0,00 Negatf dan Signifikan* Diterima

ER -0,00 -1,76 0,082 Negatif dan Signifikan*** Diterima


ICP -0,04 -4,88 0,00 Negatif dan Signifikan* Ditolak
Koefisien Determinasi (R²) = 44,1% dengan Prob (F-statistics) sebesar 0,000003
* Signifikansi pada level α = 1%
** Signifikansi pada level α = 5%
*** Signifikansi pada level α = 10%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan hasil analisis regresi pada bersama-sama antara profitabilitas, ukuran
pengujian pengaruh secara simultan dari perusahaan, pertumbuhan perusahaan, inflasi,
profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan IHSG, tingkat suku bunga, nilai tukar valuta
perusahaan, inflasi, IHSG, tingkat suku bunga, asing dan harga minyak mentah terhadap
nilai tukar valuta asing dan harga minyak kebijakan hutang dengan kontribusi sebesar
mentah terhadap kebijakan hutang, diperoleh 44,1%. Sedangkan sisanya sebesar 55,9%
tingkat signifikansi sebesar 0,00 atau lebih kecil dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti dalam
dari alpha 0,05 dan koefisien determinasi sebesar penelitian ini.
44,1%. Hasil uji ini menjelaskan bahwa Sedangkan,Hasil regresi model empiris 2
persamaan regresi yang diperoleh adalah dapat dijelaskan pada tabel 2 dibawah ini
signifikan untuk menjelaskan pengaruh secara

40
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

Tabel 7.
Hasil uji Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Persamaan Variabel Beta t-value p-value Kesimpulan Hipotesis
Kedua DER 0,28 3,76 0,00 Positif dan Signifikan Diterima
Koefisien Determinasi (R²) = 44,1% dengan Prob (F-statistics) sebesar 0,000003
* Signifikansi pada level α = 1%
** Signifikansi pada level α = 5%
*** Signifikansi pada level α = 10%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan hasil analisis regresi pada lagi dibiayai oleh laba ditahan perusahaan,
pengujian pengaruh secara simultan (uji-f) dari ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan
kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan, yang dihitung berdasarkan nilai aset, dimana aset
diperoleh koefisien determinasi sebesar 15,4%. Negara tidak diperbolehkan menjadi jaminan
Hasil uji ini menjelaskan bahwa persamaan atas kepemilikan hutang dan IHSG dimana rata-
regresi yang diperoleh adalah signifikan untuk rata komposisi saham perusahaan Negara
menjelaskan pengaruh secara simultan kebijakan tersebut rata-rata sebesar 51%, sehingga
hutang dengan nilai perusahaan dengan perusahaan tidak diperbolehkan untuk
kontribusi sebesar 15,4%. Sedangkan sisanya menerbitkan saham baru.
sebesar 84,6% dijelaskan variabel lain yang Faktor eksternal yaitu tingkat inflasi dan PDB
tidak diteliti dalam penelitian ini. sebagai faktor determinant pengambilan
keputusan tentang kebijakan hutang perusahaan,
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI tingginya tingkat inflasi dan PDB maka
PENELITIAN meningkatkan penggunaan hutang perusahaan
Kesimpulan sebagai sumber pendanaan. Hal ini dikarenakan,
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingginya tingkat inflasi maka akan
dan menganalisa yang menjadipertimbangan meningkatkan beban operasional yang
perusahaan-perusahaan BUMN Non Bank atas ditanggung oleh perusahaan dan tingginya PDB
faktor internal dan faktor eksternal dalam akan mengakibatkan semakin agresifnya
mengambil kebijakan pendanaan khususnya investasi yang dilakukan oleh perusahaan
hutang. Setelah melihat hasil analisis data dan sehingga kebutuhan akan sumber pendanaan
pembahasan terhadap perusahaan-perusahaan eksternal melalui hutang akan semakin
BUMN Non Bank di Indonesia mulai tahun meningkat.
2007 sampai dengan tahun 2014, maka dapat Faktor eksternal yaitu tingkat suku bunga,
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. nilai tukar valuta asing dan harga minyak
Faktor internal yaitu profitabilitas, ukuran mentah sebagai faktor determinant pengambilan
perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan faktor keputusan tentang kebijakan hutang perusahaan,
eksternal nilai IHSG bukan menjadi faktor tingginya tingkat suku bunga, nilai tukar valuta
determinant dalam pengambilan keputusan asing dan harga minyak maka perusahaan akan
tentang kebijakan hutang perusahaan. mengurangi penggunaan hutang perusahaan
Profitabilitas perusahaan terkait dengan sebagai sumber pendanaan. Hal ini dikarenakan,
kebijakan dividen yang disetorkan kepada Peningkatan tingkat bunga tersebut akan
Negara yang diputuskan didalam RUPS dimana menyebabkan peningkatan beban bunga bagi
kementerian BUMN selaku pemegang saham perusahaan. Fluktuasi peningkatan nilai tukar
mayoritas, selain itu jumlah capital expenditure valuta asing akan membebani perusahaan atas
perusahaan BUMN yang sudah tidak mampu beban bunga yang dibayarkan, sebagai
41
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

konsekuensi hutang obligasi yang bagi perusahaan dalam penelitian ini. Hal
diperjualbelikan pada pasar internasional oleh tersebut yang melatarbelakangi perusahaan
perusahaan BUMN. Penggunaan bahan bakar BUMN untuk lebih mengoptimalkan
minyak sebagai sumber energi utama atas setiap penggunaan dana internal melalui laba ditahan,
aktivitas operasi perusahaan, akan meningkatkan daripada menambah hutang, karena akan
beban bahan perusahaan. Namun peningkatan membebani perusahaan atas beban bunga yang
beban tersebut dirasa masih tidak terlalu material harus dibayarkan.
Variabel kebijakan hutang memiliki pengaruh perusahaan sebagai sinyal negatif terhadap
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. prospek perusahaan karena meningkatnya
hasil ini menunjukkan bahwa meningkatnya financial distress perusahaan.
penggunaan hutang perusahaan maka akan Bagi penelitian pendatang perlu menkaji
meningkatkan nilai perusahaan. hal ini lebih terlebih dahulu mengenai kesempatan
dikarenakan penggunaan hutang pada batas investasi yang dilakukan perusahaan dengan
tertentu akan meningkatkan nilai perusahaan, menganalisis kondisi internal atau eksternal
batas tertentu yang dimaksud adalah ketika perusahaan sebelum melakukan kebijakan
marginal income dari present value pendanaan. Kemudian menambahkan dampak
penghematan pajak sama dengan marginal cost pendanaan tersebut bagi investor dan
dari biaya kebangkrutan. Sehingga, pengambilan manajemen.
kebijakan pendanaan melalui hutang untuk
membiayai aktivitas bisnis perusahaan dirasa DAFTAR PUSTAKA
lebih menguntungkan dikarenakan pembayaran Burger, J. D., Rebucci, A., & Warnock, F. E. (2010).
External Capital Structure and Oil Price
bunga lebih kecil dari pada marginal atas Volatility. Journal of Bussiness, Finance and
pembayaran pajak jika tidak berhutang, selain itu Economic in Emerging Economies, 5(2).
ada tambahan atas cash flow perusahaan untuk
Dong, D. Z. (2011). Foreign Exchange Rate and
membiayai aktivitas operasi dan investasinya.
Capital Stucture Decision : A Study of New
Implikasi Penelitian Zealand Listed Properti Trust. Journal ofPasific
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah Rim Real Estate Society Conference Gold Coast,
dihasilkan dalam penelitian ini, maka penulis 17.
memberikan saran-saran yang perlu
Eriotis, N., Vasiliou, D., Ventoura, Z., &
diperhatikan. Neokosmidi. (2007). How Firm Characteristic
Bahan masukan untuk melakukan kajian Affect Capital Structure : An Empirical Study.
dalam menetapkan kebijakan-kebijakan di masa Journal ofManagerial Finance, Vol. 33(No. 5),
pp. 321-331.
mendatang berkaitan dengan sensitifitas
kebijakan hutang perusahaan khususnya Frank, M. Z., & Goyal, V. K. (2003). Testing the
perusahaan BUMN terhadap perubahan kondisi Pecking Order Theory of Capital Structure.
makro ekonomi di Indonesia. Hal ini Journal of Financial Economics, 67, pp. 217-248.
ditunjukkan bahwa variabel faktor ekstern Gujarati. (2004). Basic Econometrics (Fourth Edition
hampir seluruhnya berpengaruh signifikan ed.): The Mc Graw-Hill.
terhadap kebijakan hutang perusahaan BUMN.
Monitoring terhadap kebijakan pendanaan Jong, A. D., Kabir, R., & Nguyen, T. T. (2007).
Capital Stucture Around The World : The Roles
hutang harus dilakukan lebih intensif, khususnya of Firm and Country Spesific Determinants.
pada saat kondisi makro ekonomi sedang Journal of Economic Literature, Vol. 41.
mengalami resesi. Hal ini disebabkan investor
Kesuma, A. (2009). Analisis Faktor Yang
memandang meningkatnya proporsi hutang
Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya

42
Jurnal Balance
Balance Vol. XIII No. 1 | Januari 2016

Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate


yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Mulianti, F. M. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang
Manajemen dan KewirausahaanVol. 11. No.1:pp. Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan
38-45. Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kewal, S. S. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Kurs dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Pangeran, P. (2010). Pemilihan Sekuritas dan Arah
Saham Gabungan. Jurnal Economia Vol. 8 (No. kebijakan Struktur Modal : Pecking Order
1): pp. 53-64. ataukah Static Tradeoff. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, Vol. 21(ISSN : 0853-1259), pp. 1-16.
Mahardhika, B. W., & Roosmawarni, A. (2016).
Analisis Karakteristik Perusahaan Yang Rivai, C. W. (2011). Analisis Pengaruh Tingkat
Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Inflasi, Perubahan Produk Domestik Bruto, dan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Index Harga Saham Gabungan Terhadap Struktur
Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014. Balance, Modal Perusahaan di Indonesia. Universitas
13(02). Indonesia, Jakarta.

Mardiati, U., G. N. Ahmad, et al. (2012). Pengaruh Sudarma, M. (2004). Pengaruh Struktur Kepemilikan
Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Saham, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan.
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Universitas Brawijaya, Malang.
Indonesia (BEI) Periode 2005-2010. Jurnal
Manajemen Sains Indonesia Vol. 3(No.1):pp. 1- Sudiyatno, B. (2010). Peran Kinerja Perusahaan
17. dalam Menentukan Pengaruh Faktor
Fundamental Makroekonomi, Risiko Sistematis,
Masih, R., S. Peters, et al. (2011). Oil Price Volatility Dan Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai
and Stock Price Fluctuations in an Emerging Perusahaan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Market: Evidence From South Korea. Journal of
Energi Economics Vol. 33:pp 975-986. Suteja, J., & Manihuruk, W. (2009). Pengaruh
Struktur Modal, Kepemilikan, dan Faktor
Miles, D., & Scott, A. (2005). Macroeconomics : Eksternal pada Penentuan Nilai Perusahaan.
Understanding the Wealth of Nations (Vol. 2nd Journal ofTrikonomika, Vol. 8(ISSN 1411 -
Edition): John Wiley & Sons, Inc. 514X), pp.78-89.

Wijaya, L. R. P., Bandi, & Wibawa, A. (2010).


Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan
dan Pasar Modal. Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto 2010.

Yesniate and N. Destriana (2010). Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada
Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Ekek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Vol. 12, No. 1: pp 1-16.

Zang, R. and Y, Kanazaki (2007). Testing Static


Tradeoff Against Pecking Order Models of
Capital Structure in Japanese Firms.
International Journal of Accounting and
Information Managemen Vol. 15 No. 2:pp.
24-36.

43
Jurnal Balance

S-ar putea să vă placă și