Sunteți pe pagina 1din 9

Kesehatan Ibu dan Bayi Yang ……(Athena A, Rachmalina S)

KESEHATAN IBU DAN BAYI YANG MELAKUKAN TRADISI SEI DAN


GAMBARAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH BULAT (UME ‘KBUBU)
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

Mother and Infant Health Conducting Sei Traditions and an Overview of


Environmental Health of Traditional Sphere House (Ume 'Kbubu) in Timor Tengah
Selatan District, East Nusa Tenggara (NTT) Province

Athena A., Rachmalina Soerachman


Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Email: athenafb@yahoo.com

Abstract

Background: “Sei” is tradition in East Nusa Tenggara to heat a new mother along with her newborn baby
for 40 days, requiring them to sit or lay above an ember from biomass fuel inside a traditional sphere
house (Ume ‘Kbubu). The emission resulted can contaminate the house’s environment and harm the health
of both mother and baby.
Objective: The aim of study to find out mothers and babies condition and indoor air quality of Ume
‘Kbubu. The study was conducted at Puskesmas Nulle in Amanuban sub-distric and Puskesmas KIE in KIE
sub-district, Timor Tengah Selatan District in 2009
Methods: The study conducted by cross sectional design. Data collection was performed by interviews,
measurements, and observations. The samples were 189 mothers at Puskesmas Amanuban and 169
mothers at Puskesmas Kie. Air quality was measured in 5 houses of mothers currently doing Sei at the
interview.
Results: The result showed that proportion of mothers and babies suffering health problems were 37,4%
and 43,4% respectively. Some parameters of air quality in traditional sphere house, such as humidity,
ventilation speed, natural light, dust/TSP and NOx levels have exceeded the limits recommended by the
Ministry of Health Regulation number 1077/MENKES/PER/V/2011.
Conclusions: The high proportion of maternal and infant health problems likely caused due to poor indoor
air quality in Ume ‘Kbubu.

Keywords: Sei tradition, biomass fuel, air quality


Abstrak

Pendahuluan: Tradisi sei adalah tradisi mengasapkan ibu yang baru melahirkan bersama bayinya selama
40 hari di Nusa Tenggara Timur. Selama 40 hari ibu dan bayinya harus duduk/tidur di atas bara api yang
berasal dari pembakaran biomassa (kayu) di dalam Rumah Bulat (Ume ‘Kbubu). Emisi dari pembakaran
bahan bakar biomassa dapat mencemari lingkungan rumah dan menimbulkan gangguan kesehatan ibu
maupun bayinya.
Tujuan: untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi dan kualitas udara Rumah Bulat (Ume
‘Kbubu). Studi dilakukan di Puskesmas Nulle dan Puskesmas Kie Kabupaten TTS, NTT tahun 2009
Metode: Penelitian ini menggunakan disain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, pengukuran, dan observasi. Jumlah sampel adalah 189 ibu di Puskesmas Amanuban dan 169
ibu di Kecamatan Kie. Pengukuran kualitas udara dilakukan di lima rumah ibu yang sedang melakukan
tradisi sei ketika sedang dilakukan wawancara.
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa proporsi ibu yang mengalami gangguan kesehatan ketika melakukan
tradisi sei adalah 37,4%, dan bayi yang mengalami gangguan kesehatan sebesar 43,3%. Beberapa
parameter kualitas udara dalam Rumah Bulat, seperti kelembaban, laju ventilasi, pencahayaan, kandungan
debu debu/TSP dan NOx telah melampaui batas kadar yang direkomendasikan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 1077/ MENKES/PER/V/2011.
Kesimpulan: Tingginya proporsi gangguan kesehatan ibu dan bayi kemungkinan disebabkan karena
buruknya kualitas udara dalam ruang Ume ‘Kbubu.

Kata kunci: Tradisi sei, bahan bakar biomassa, kualitas udara dalam ruang

Naskah masuk: 31 Januari 2014, Review: 24 Maret 2014, Disetujui terbit: 15 April 2014

56
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 59–66

PENDAHULUAN untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan


bayi yang melakukan tradisi sei dan
Di beberapa wilayah Indonesia masih
gambaran awal kualitas udara Rumah Bulat
terdapat kelompok masyarakat yang masih
(Ume ‘Kbubu) di TTS, NTT. Hasil
mempertahankan budaya lokal. Salah satu
penelitian ini diharapakan yang dapat
diataranya adalah tradisi sei yang dilakukan
digunakan sebagai informasi bagi pemegang
oleh masyarakat Timor Tengah Selatan,
kebijakan dalam upaya antisipasi dampak
Provinsi NTT. Tradisi sei adalah tradisi
kesehatan yang mungkin timbul pada
memanaskan/mengasapkan ibu yang baru
masyarakat yang melakukan tradisi sei.
melahirkan bersama bayinya selama 40 hari.
Tradisi ini mengharuskan ibu dan bayinya METODE
duduk dan tidur di atas tempat tidur dengan
Penelitian ini dilakukan di dua puskesmas
bara api di bawahnya selam 40 hari. Bahan
yaitu di Puskesmas Nulle Kecamatan
bakar yang dipergunakan adalah kayu bakar.
Amanuban dan Puskesmas Kie kecamatan
Suami atau anggota rumah tangga lain akan
Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan
selalu menyediakan kayu bakar dan menjaga
(TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur
agar bara api selalu menyala dan
(NTT). Pemilihan kedua puskesmas tersebut
mengeluarkan asap. Masyarakat setempat
berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan
meyakini bahwa tradisi ini dapat bermanfaat
Provinsi NTT, dimana ibu melahirkan paling
untuk mempercepat pemulihan kesehatan
banyak melakukan budaya sei. Disain
ibu setelah melahirkan dan bayinya menjadi
penelitian potong lintang dengan unit analisis
lebih kuat. Selama melakukan sei, baik ibu
adalah individu (ibu). Data yang
maupun bayi akan selalu menghirup udara
dikumpulkan meliputi karakteristik ibu,
tercemar karena bahan bakar yang digunakan
gangguan kesehatan yang dialami ibu dan
adalah bahan bakar biomasa (kayu bakar).
bayi selama melakukan tradisi sei, dan
Hasil pembakaran tidak sempurna bahan
kesehatan lingkungan rumah yang meliputi
bakar biomassa (kayu bakar, jerami, arang)
kondisi dan jenis bahan bangunan serta
biasanya mengandung partikulat debu
kualitas udara dalam rumah. Jumlah sampel
(suspended particulate matter/SPM) yang
ibu adalah 189 orang di Puskesmas
dapat masuk ke dalam saluran pernafasan
Amanuban dan 169 orang di Kecamatan Kie
dan berbagai senyawa organik (volatile dan
merupakan (total populasi) yang telah dan
non volatile), termasuk bahan yang bersifat
sedang melakukan tradisi sei dalam kurun
karsinogenik seperti benzo( ,
waktu satu tahun terakhir (2008 sampai
formaldehyde, dan benzene1). Pajanan
2009). Sampel rumah adalah Rumah Bulat
bahan-bahan pencemar hasil pembakamran
dengan ibu yang sedang melakukan tradisi
tidak sempurna dari bahan bakar biomasa
sei ketika wawancara berlangsung, berjumlah
dapat berdampak buruk terhadap kesehatan.
lima rumah. Data tentang karakteristik,
Dampak yang ditimbulkan cukup beragam
gangguan kesehatan yang dialami ibu
mulai dari yang bersifat alergi, iritan, sampai
maupun bayi dikumpulkan dengan cara
karsinogenik, mutagenik.2
wawancara. Gangguan kesehatan yang
Mengingat bahan bakar yang digunakan ditanyakan adalah terkait dengan saluran
dalam tradisi sei dapat mengemisikan bahan pernafasan seperti batuk, pilek, sesak nafas.
berbahaya, ditambah dengan kondisi Informasi tentang kondisi dan jenis bahan
perumahan yang tidak memenuhi syarat bangunan rumah diperoleh dengan cara
kesehatan; diperkirakan ibu dan bayi yang observasi. Data kualitas udara meliputi
melakukan tradisi sei akan berisiko terhadap parameter fisik seperti suhu, kelembaban,
penyakit akibat paparan bahan berbahaya pencahayaan, laju ventilasi, dan parameter
tersebut. Dalam rangka antisipasi dampak kimia yang meliputi debu (SPM), SOx,
kesehatan akibat tradisi sei, tahun 2009 Pusat NOx, dan formaldehida dikumpulkan dengan
Teknologi Intervensi Masyarakat melakukan cara pengukuran sesuai dengan Standar
penelitian tentang Kejadian Kesakitan dan Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan
Kematian Pada Ibu Dan Bayi Yang oleh Badan Standarissi Nasional (BSN)3,4,5,6.
Melakukan Budaya Sei di Kabupaten TTS, Prinsip pengukuran SPM mengacu pada SNI
NTT. Tulisan ini merupakan bagian dari 19-7119.3-2005 yaitu udara dihisap melalui
hasil penelitian tahun 2009 dengan tujuan filter dengan pompa vakum sehingga partikel

57
Kesehatan Ibu dan Bayi Yang ……(Athena A, Rachmalina S)

debu terkumpul di permukaan filter selama dilakukan secara univariat disajikan secara
24 jam. Jumlah partikel yang terakumulasi deskriptif.
dalam filter dianalisis secara gravimetri3.
HASIL
Pengukuran kadar SO2 menurut SNI 19-
7119.2-2005 dilakukan dengan metode Hasil observasi menunjukkan bahwa
pararosanilin menggunakan tradisi Sei dilakukan di dalam rumah
spektrofotometer, yaitu gas SO2 diserap yang berbentuk bulat dengan (oleh
dalam larutan penyerap tetrakloromerkurat karena itu disebut Rumah Bulat atau Ume
membentuk senyawa kompleks yang K’bubu). Atap terbuat dari daun daun
membentuk warna setelah ditambahkan
lontar atau alang-alang kering, dinding
larutan pararosanilin dan formladehid. Kadar
larutan ditentukan dengan cara terbuat dari kayu dan bambu, dan tidak
spektrofotometri pada panjang gelombang berlantai tanah. Rumah tradisional ini
550 nm4. Cara uji kadar NO2 menurut SNI tidak memiliki jendela, dan hanya
19-7119.2-2005, dilakukan dengan metode memiliki satu pintu berukuran pendek
Griess Saltzman menggunakan sehingga penghuni rumah harus
spektrofotometer. Gas NO2 diserap dalam membungkukan badan ketika akan masuk
larutan Griess Saltzman sehingga ke dalam rumah. Di dalam ruangan
membentuk suatu senyawa azo dye berwarna rumah terdapat perapian, selain untuk
merah muda. Kadar larutan ditentukan secara melakukan tradisi sei juga untuk
spektrofotometri pada panjang gelombang memasak dan mengasapi bahan pangan
550 nm5). Metode uji formaldehid menurut
berupa hasil bumi (Gambar 1). Apabila
SNI 19-4785-1998 berdasarkan penyerapan
warna ungu yang ditimbulkan dari reaksi dibandingkan dengan Peraturan Menteri
antara formaldehid dengan asam Kesehatan nomor
kromotropik, dan membandingkan serapan 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
contoh dengan kurva standar serapan larutan Persyaratan Kesehatan Perumahan7,
formaldehid6. Pengolahan dan analisis data kondisi fisik bangunan Rumah Bulat
tidak sesuai dengan peraturan tersebut.

Gambar 1. Rumah Bulat, bara api, serta ibu bersama bayi melakukan tradisi sei

Jumlah ibu yang melakukan tradisi sei dalam 64,0% dan Kie: 74,0%). Hanya14,8%
satu tahun terakhir yang berhasil dikunjungi responden dengan pendidikan SLTA ke atas,
adalah 358 orang dengan rincian 189 orang dengan rincian di Kecamatan Amanuban
berasal dari Puskesmas Amanuban dan 169 sebanyak 21,7% dan di Kie 7,1%. Dalam hal
berasal dari Puskesmas Kie. Umur ibu di pekerjaan, pada umumnya responden tidak
kedua lokasi berkisar antara 18 sampai 45 bekerja/ibu rumah tangga (Amanuban: 93,7%
tahun. Pendidikan ibu pada umumnya dan Kie: 83,4%) (Tabel 1.).
rendah, yaitu SD ke bawah (Amanuban:

58
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 59–66

Tabel 1.
Proporsi ibu yang melakukan tradisi sei setahun terakhir berdasarkan karakteristik dan lokasi,
2009

Lama melakukan tradisi sei (pengasapan) yang melakukan penimbangan bayi ketika
cukup bervariasi mulai dari 1 hari sampai lahir, lebih dari 90% ibu melahirkan dengan
dengan 60 hari. Proporsi tertinggi ibu berat badan bayi termasuk kriteria normal
bersama bayi melakukan tradisi sei adalah (antara 2500 sampai 4000 gram). Terdapat
selama 8 sampai 40 hari (Amanuban: 95,8% 5,6 persen ibu melahirkan bayi dengan berat
dan Kie: 89,9%). Sebanyak 7 (2%) ibu kurang dari 2500 gram, dan 3,5% dengan
bersama bayi melakukan tradisi sei lebih berat lebih dari 4000 gram. Proporsi ibu
dari 40 hari Amanuban: 2,1% dan Kie: yang melahirkan bayi dengan berat badan
1,8%), serta 18 (5%) yang melakukan hanya normal di Kecamatan Amanuban lebih tinggi
1 sampai 7 hari (Amanuban: 2,1% dan Kie: dari Kecamatan Kie (masing-masing 93,6%
8,3%) (Tabel 2.). dan 87,4%). Untuk proporsi bayi dengan
berat badan lahir tidak normal (terlalu rendah
Untuk gangguan kesehatan yang dialami,
atau terlalu tinggi) di Kecamatan Kie lebih
37,4% ibu mengalami gangguan pernafasan
tinggi dibanding Kecamatan Amanuban.
selama melakukan sei, dengan rincian di
Untuk gangguan kesehatan bayi selama
kecamatan Kie (53,8%) lebih tinggi
dilakukan tradisi sei, terdapat 43,3% bayi
dibandingkan dengan di Kecamatan
mengalami gangguan kesehatan seperti
Amanuban (22,8%) (Tabel 2.). Tidak semua
batuk, pilek, sesak nafas. Proporsi bayi yang
ibu yang pernah melakukan tradisi sei
mengalami gangguan kesehatan di
melakukan penimbangan bayi yang
kecamatan Kie (56,2%) lebih tinggi
dilahirkan. Di Kecamatan Amanuban, 83,1%
dibandingkan dengan di kecamatan
bayi ditimbang, sedangkan di Kecamatan
Amanuban (31,7%) (Tabel 2.).
Kie, lebih rendah yaitu 79,3%. Dari 157

59
Kesehatan Ibu dan Bayi Yang ……(Athena A, Rachmalina S)

Tabel 2.
Proporsi ibu dan bayi berdasarkan waktu melakukan tradisi sei, kondisi kesehatan dan lokasi,
2009

Pada saat wawancara dilakukan, terdapat tersebut. Untuk laju ventilasi, hasil
lima ibu yang sedang melakukan tradisi sei pengukuran cenderung mendekati batas atas
sehingga pengukuran kualitas udara hanya di dari nilai yang direkomendasikan Permenkes
lima Rumah Bulat. Hasil pengukuran nomor 10778 tahun 2011 (0,15 sampai 0,25
menunjukkan bahwa suhu di dalam Rumah m/detik) dengan nilai yang terukur paling
Bulat (Ume ‘Kbubu) adalah 24 sampai 27oC, tinggi adalah 0,3 m/detik. Dari lima rumah
kelembaban terukur dengan rentang 52 yang diperiksa, dua rumah telah melampaui
sampai 62%. Apabila dibandingkan dengan nilai laju ventilasi yang direkomendasikan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dalam peraturan tersebut. Untuk
nomor 1077 tahun 20118, suhu udara di pencahayaan, maksimum yang terukur cukup
Rumah Bulat berada dalam rentang nilai rendah; yaitu 30 lux. Bahkan satu terukur di
yang direkomendasikan dalam peraturan bawah limit deteksi alat (0 lux), hal ini
tersebut; sedangkan kelembaban telah berarti bahwa rumah tersebut cukup gelap.
melampaui batas atas dari nilai yang Dari lima rumah yang diukur, seluruhnya
direkomendasikan. Kelembaban di tiga dari tidak memenuhi syarat pencahayaan yang
lima rumah yang diperiksa telah melampaui ditetapkan oleh Permenkes nomor 1077
nilai yang direkomendasikan peraturan tahun 20118 (Tabel 3.).

60
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 59–66

Tabel 3.
Kualitas udara rumah dengan ibu melakukan tradisi sei di lokasi penelitian, 2009

Berdasarkan hasil pengukuran parameter PEMBAHASAN


kimia, kadar debu yang terukur di Rumah
Hasil wawancara menunjukkan bahwa
Bulat berkisar antara 155 sampai 1370
kesehatan ibu bersama bayi yang melakukan
µg/m3. Peraturan Menteri Kesehatan nomor
tradisi dalam satu tahun terakhir banyak
1077 tahun 20118) merekomendasikan
yang mengalami gangguan kesehatan
bahwa kadar debu di dalam rumah tidak lebih
(saluran pernafasan). Terdapat bayi yang
dari 150 µg/m3. Hal ini berarti bahwa dari
mengalami BBLR walaupun proporsinya
seluruh rumah yang diperiksa, tidak ada yang
tidak tinggi. Kesehatan lingkungan rumah
memenuhi persyaratan kualitas udara dalam
diperkirakan mempunyai peranan cukup
ruang untuk parameter debu/TSP. Kadar
besar terhadap tingginya proporsi ibu
tertinggi mencapai sembilan kali dari kadar
maupun bayi yang melakukan tradisi sei
yang dipersyaratkan oleh peraturan tersebut.
sebagai akibat kondisi fisik rumah dan
Untuk kadar gas oksida belerang (SOx),
penggunaan bahan bakar biomassa (padat)
kadar yang terukur cukup bervariasi yaitu
yang dapat menurunkan kualitas udara di
sebesar 5,1 sampai 56,2 ppm. Seluruh Rumah
dalam ruang. Hal ini didukung oleh hasil
Bulat masih di bawah nilai yang
observasi kondisi fisik bangunan Rumah
direkomendasikan Permenkes nomor 1077
Bulat sangat tidak sesuai dengan Persyaratan
tahun 20118). Hasil pengukuran kadar NOx
Kesehatan Perumahan yang ditetapkan oleh
berada pada rentang yang cukup lebar, yaitu
Peraturan Menteri Kesehatan nomor
7,1 sampai 198,4 µg/ m3. Dua dari lima
829/Menkes/SK/VII/19997). Hasil
Rumah Bulat telah jauh melampaui nilai
pengukuran menunjukkan bahwa kualitas
yang direkomendasikan Permenkes nomor
udara di sebagian rumah bulat yang disurvei
1077 tahun 20118) (kadar tertinggi hampir 5
tidak memenuhi persyaratan kesehatan sesuai
kalinya). Untuk formaldehid (HCOH), kadar
dengan keputusan Menteri Kesehatan nomor
yang terukur masih relatif rendah yaitu
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
berkisar antara 4,7 sampai 6,9 µg/ m3. Kadar
persyaratan Kesehatan maupun Permenkes
yang terukur di kelima Rumah Bulat masih
nomor 1077 tahun 20118) tentang Pedoman
jauh lebih kecil dari kadar yang
Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.
dikomendasikan Permenkes nomor 1077
Dari lima rumah yang diperiksa, tiga rumah
tahun 20118) (sebesar 120 3
) (Tabel
tidak memenuhi persyaratan kelembaban,
3.).

61
Kesehatan Ibu dan Bayi Yang ……(Athena A, Rachmalina S)

dua rumah tidak memenuhi syarat laju mengalami penurunan karena pengenceran.
ventilasi, dan seluruh rumah yang diperiksa Sebaliknya, laju ventilasi tinggi dapat
tidak memenuhi syarat pencahayaanalami memperburuk kualitas udara di dalam ruang
sesuai ketentuan Permenkes nomor 1077 rumah apabila udara di luar ruangan lebih
tahun 20118). Bahkan intesitas pencahayaan tercemar.
di salah satu Ume ‘Kbubu hanya 0 lux Pencahayaan alami yang terukur di Rumah
(sangat gelap). Buruknya kualitas udara Bulat cenderung rendah, bahkan satu Rumah
dalam ruang Rumah Bulat kemungkinan Bulat terukur 0 lux yang berarti sinar
berkaitan bentuk fisik rumah dimana hasil matahari sama sekali tidak masuk ke dalam
observasi menunjukkan bahwa Rumah Bulat ruangan tersebut. Pencahayaan alami
tidak dilengkapi jendela maupun lubang (matahari) berperan cukup besar terhadap
ventilasi, lantai terbuat dari tanah, dinding kualitas udara dalam ruang, karena dapat
terbuat dari kayu dan bambu, serta atap yang mengurangi kelembaban dan dapat ultra
terbuat dari rumput alang-alang. Lantai violet dari sinar matahari dapat mendegradasi
rumah yang terbuat dari tanah akan berdebu bakteri patogen seperti bakteri penyakit TB
pada musim kemarau dan lembab pada dan saluran pernafasan. Rendahnya
musim hujan. Demikian juga dinding dan pencahayaan alami selain dapat
atap yang terbuat dari bahan yang kedap air menyebabkan ketidak nyamanan juga karena
akan menyebabkan rumah menjadi lembab. gelap, juga berisiko terhadap kesehatan
Tingginya kelembaban yang terukur di karena mikroorganisme yang telah berada di
Rumah Bulat dapat berisiko terhadap ruangan akan tetap mencemari ruangan. Hal
penghuni (ibu dan bayi), karena kelembaban ini kemungkinan menjadi faktor penyebab
relatif di dalam rumah yang tidak memenuhi tidak nyamannya ruangan dan tingginya
persyaratan (kurang dari 40% atau lebih dari proporsi ibu maupun bayi yang gangguan
60% pada suhu 19 sampai 290C) secara saluran pernafasan di Rumah Bulat.
langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan Dilihat dari kandungan bahan pencemar
penghuni. Kelembaban yang tinggi (80%) kimia, kandungan debu/TSP dan NOx di
merupakan kelembaban optimal untuk Rumah Bulat tidak memenuhi syarat yang
kehidupan beberapa jenis bakteri, tungau dan ditetapkan dalam Permenkes nomor 1077
jamur yang bersifat allergen9). Selain itu tahun 20118); sedangkan SOx dan
kelembaban relatif yang tinggi akan formaldehid masih jauh lebih kecil dari kadar
mempercepat laju reaksi SOx dan NOx yang ditetapkan dalam peraturan tersebut.
dengan uap air membentuk asam sulfat Kadar debu yang terukur di Rumah Bulat
(H2SO4) dan asam nitrat (HNO3). Kedua cukup tinggi dan seluruh rumah yang
asam tersebut berperan dalam etiologi diperiksa telah melampaui batas yang
perkembangan penyakit saluran pernafasan ditentukan dalam Permenkes 1077 tahun
dan gangguan fungsi paru9. 20118). Hal ini sangat mungkin terjadi,
karena debu/TSP merupakan hasil utama dari
Hasil pengukuran laju ventilasi menunjukkan emisi pembakaran biomassa2). Partikulat
bahwa dua dari lima rumah yang disurvei debu (Suspended Particulate Matter/SPM)
mempunyai laju ventilasi yang lebih tinggi merupakan campuran dari berbagai senyawa
(0,3 m/detik) dari nilai yang ditetapkan organik dan organik dan anorganik dalam
dalam Permenkes nomor 1077 tahun 20118) bentuk campuran padat, cair atau padat dan
(maksimum 0,25 m/detik). Walaupun Rumah cair partikel tersuspensi di udara. dengan
Bulat tidak dilengkapi lubang ventilasi, tetapi ukuran dan komposisi maupun sumber
laju ventilasi yang terukur cenderung lebih bervariasi. Partikel debu yang berasal dari
tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh asap pembakaran kayu, merupakan partikulat
bahan dinding Rumah Bulat yang terbuat yang berbahaya terhadap kesehatan karena
dari bahan kayu dan bambu dimana ukurannya sangat kecil (kurang dari 10
pertukaran udara dapat terjadi di seluruh mikron) sehingga apabila terhirup akan
permukaan dinding. Tingginya laju ventilasi langsung masuk kedalam paru-paru dan
di Rumah Bulat dapat memberi pengaruh mengendap di alveoli10). Tingginya kadar
baik terhadap kualitas udara di dalamnya, partikel debu di Rumah Bulat kemungkinan
karena kondisi ruangan yang tercemar akan berkontribusi terhadap tingginya proporsi ibu

62
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 59–66

maupun bayi yang mengalami gangguan termasuk Acute Lower Respiratory Infection
saluran pernafasan. Terdeteksinya NOx (ALRI) seperti pneumonia pada anak. Hasil
dengan kadar yang cukup tinggi di dua kajian tersebut juga menyatakan bahwa anak-
Rumah Bulat juga dapat berkontribusi anak yang tinggal di rumah yang
terhadap gangguan saluran pernafasan menggunakan bahan bakar yang berpotensi
penghuninya karena pajanan NOx terdapat menimbulkan pencemaran, mempunyai
dalam bentuk NO (nitrogen oksida) dan NO2 risiko dua sampai 4 kali dibandingkan
(nitrogen dioksida) dapat berpengaruh buruk dengan anak-anak di rumah tangga yang
terhadap kesehatan. Gas NO tidak berbau menggunakan listrik. Pengaruh pencemaran
dan tidak berwarna, pada konsentrasi tinggi udara dalam ruang dengan kesehatan bayi
menyebabkan gangguan pada syaraf, bila diungkapkan oleh Ezzati dan kawan-kawan
keracunan terus berlanjut mengakibatkan tahun 200218). Berdasarkan hasil penelitian
kelumpuhan. Gas NO2 mempunyai toksisitas tersebut, kemungkinan besar tingginya
lebih tinggi dari pada gas NO. Pajanan gas gangguan kesehatan pada ibu pada penelitian
NO2 dalam kadar rendah akan menyebabkan ini berhubungan dengan buruknya kondisi
iritasi pada mata, sedangkan pada kadar yang fisik dan kualitas udara Rumah Bulat; tetapi
tinggi akan mengakibatkan gangguan hal ini tidak dapat disimpulkan secara pasti
pernafasan11). karena data pengukuran dalam penelitian
tidak memungkinkan untuk dilakukan
Apabila hasil pengukuran penelitian ini
analisis hubungan antara kedua variabel
dibandingkan dengan penelitian yang pernah
tersebut.
dilakukan oleh Sukar dan kawan-kawan
tahun 199612) yang melakukan pengukuran KESIMPULAN DAN SARAN
kualitas udara di dalam rumah biasa (bukan
Rumah Bulat); parameter kelembaban Kesimpulan
maksimum, pencahayaan, kadar debu dan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
NOx pada penelitian ini lebih tinggi. proporsi gangguan kesehatan ibu maupun
Demikiahn juga apabila dibandingkan bayi yang melakukan sei dalam kurun waktu
dengan hasil Riskesdas tahun 201313), kondisi satu tahun cukup tinggi, yaitu masing-masing
bahan bangunan Rumah Bulat juga lebih sebesar (37,4%) dan (43,3%). Kondisi fisik
buruk dibandingkan dengan bukan Rumah bangunan Rumah Bulat tidak sesuai dengan
Bulat yang menjadi sampel dalam Riskesdas. persyaratan yang ditetapkan oleh Peraturan
Studi Armstrong J.R. dan Campbell H. tahun Menteri Kesehatan nomor
1991 dan hasil review Krieger J. dan 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Higgins D. tahun 2002, menunjukkan bahwa Persyaratan Kesehatan Perumahan.
anak-anak yang berada di sekitar ibunya atau Beberapa paremeter kualitas udara dalam
digendong ibunya ketika memasak Rumah Bulat kelembaban, laju ventilasi,
menggunakan bahan bakar biomassa, banyak pencahayaan, kandungan debu debu/TSP
yang menderita infeksi pernafasan bagian dan NOx telah melampaui batas kadar yang
bawah bersifat akut14,15). Penelitian Perez- direkomendasikan oleh Peraturan Menteri
Padilla, R. dan kawan-kawan tahun 2010 Kesehatan nomor 1077/
menyatakan bahwa pencemaran udara dalam MENKES/PER/V/2011.
ruang akibat dari pembakaran bahan bakar
padat (kayu, jerami, dll) berhubungan dengan Saran
infeksi pernafasan akut dan bronkitis kronis Untuk mengantisipasi dampak kesehatan
pada anak dan penyakit obstruktif paru yang mungkin timbul, disarankan untuk
kronis (PPOK) terutama pada wanita16). Dari membuka pintu Rumah Bulat lebih lama
hasil kajian yang dilakukan oleh Barnes dan (siang hari) agar udara tercemar di dalam
kawan-kawan17) diketahui pula bahwa rumah dapat berganti dengan udara yang
keterpaparan pada pencemaran udara dalam lebih bersih. Perlu juga intervensi tradisi sei
ruang yang disebabkan oleh pembakaran tidak menimbulkan dampak kesehatan baik
bahan bakar berhubungan dengan kesehatan terhadap bayi maupun ibunya.

63
Kesehatan Ibu dan Bayi Yang ……(Athena A, Rachmalina S)

UCAPAN TERIMA KASIH Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam


Ruang Rumah. Jakarta.
Terimakasih disampaikan kepada Kepala 9. Arundel A.V., dkk. 1986. Indirect Health
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Effects of Relative Humidity in Indoor
Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, dan Environments. Environmental Health
Perspectives. 1986; 65:351-361.
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
10. Departement of Ecology. Health Effects of
Timur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Wood Stoves. Washington State M.
Timor Tengah Selatan yang telah Departemen of Ecology. Washington. 1997:
memberikan kesempatan melakukan 1 - 27
penelitian dan mempublikasi hasil penelitian 11. ATDSR. Nitrogen Oxides. Agency for Toxic
ini. Substances and Disease Registry. U.S.
Department of Health and Human
Services. 2001: 1 – 2
DAFTAR PUSTAKA
12. Sukar dkk. Pengaruh Kualitas Lingkungan
1. WHO. Comparative Quantification of Health Dalam Ruang (indoor) Terhadap Penyakit
Risks: Air Pollution from Household Use of ISPA-Pneumonia Di Indramayu, Jawa Barat.
Solid Fuels. Global and Regional Burden of Buletin Penelitian Kesehatan. Jakarta.1993;
Disease Attributable to Selected Major Risk 24(1):13 – 20
Factors. WHO. Geneva 2004; 2:1435 13. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan
2. Naeher, L.P., dkk. Woodsmoke Health Dasar 2013. Badan Litbang Kesehatan
Effects: A Review. Inhalation Toxicology. Jakarta. 2013:92 – 97
Informa Healthcare. 14. Armstrong JR, Campbell H. Indoor air
www.Informapharmascience.com. 2007; pollution exposure and lower respiratory
(19):67-106. infections in young Gambian children.
3. BSN. Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida International Journal of Epidemiology.
Dengan Metoda Griess Saltzman Oxford University Press. 1991; 20: 424 – 429
Menggunakan Spektrofotometer. SNI.19- 15. Krieger, J., Higgins D. Housing and Health:
7119.2-2005. BSN. Jakarta. 2005:1 - 6 Time Again for Public Health. Am. J. Public
4. BSN. Cara Uji Kadar Partikel Tersuspensi Health. 2002; 92(5): 758–768
Total Menggunakan Peralatan High Volume 16. Perez-Padilla, R. A. Schilmann, H. Riojas-
Air Sampler (HVAS) Dengan Metoda Rodriguez. Respiratory health effects of
Gravimetri. SNI.19-7119.3-2005. BSN. indoor air pollution. The International Journal
Jakarta. 2005:1 – 5 of Tuberculosis and Lung Disease.
5. BSN. Cara Uji Kadar Sulfur Dioksida International Union Against Tuberculosis and
Dengan Metoda Pararosanilin Menggunakan Lung Disease. UK. 2010; 4(9):1079–1086
Spektrofotometer. SNI.19-7119.7-2005. BSN. 17. Barnes, B. R., Mathee, A. Thomas, L. &
Jakarta. 2005:1 – 10. Bruce N. Household energy, indoor air
6. BSN. 2011. Cara Uji Kandungan pollution and child respiratory health in South
Formaldehida Di Udara Tempat Kerja SNI. Africa. Journal of Energy in Southern Africa
19- 4785 - 1998. BSN. Jakarta. 1998:1 – 10 2009; 20:4-13
7. Kementerian Kesehatan. Permenkes 18. Ezzati, M., Lopez, A.D., Rodgers, A., Vander
829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang Hoorn, S and Murray, C.J.L. Selected major
Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta. risk factors and the global and regional
1999 burden disease. The Lancet 2002. 360: 1347-
8. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri 1360
Kesehatan Nomor 1077/Menkes/SK/XI/2011

64

S-ar putea să vă placă și