Sunteți pe pagina 1din 12

PENGARUH KEMAMPUAN KEPALA RUANGAN DALAM

MENGELOLA KONFLIK TERHADAP PENERAPAN ASUHAN


KEPERAWATAN DI RSUD PROF.DR.H. ALOEI
KOTA GORONTALO

Arifin R. Umar, Muhammad Hadi, Rohadi Haryanto


arifinumar04@gmail.com
Abstract

Conflict Management is a technique perfomed the leadership of the Organization


to set up a conflict with how to determine the basic relus in competing. Effective
conflict management can achieve optimal levels of conflict that fosters the
creativity of members, creating innovation, drive change and was critical to the
development of the environment in this case the work environment of nurses
which started from the study up to evaluation in this regard implementation of the
Nursing Process. This research aims to analyze the ability of head room in
managing conflict and its effect on the application of nursing care in Prof. Dr.
Aloei Saboe Hospitals, town of Gorontalo. Quantitative research with
crossectional approach the study with 263 total sample of nurses. Data was
analyzed using Chi Square test and Logistic Regression. The research found there
is the influence of the ability to manage conflict head room (Dodge,
accommodation, compete, compromise, and collaboration) towards the
application of nursing care. The dominant factors which affect the ability to
manage conflict head room in the application of nursing care is a compromise.
The compromise shows a conflict management resolution process either of
92,71% after a variable controlled by work time.

Key words: Conflict Manajemen , The ability of the head room, Nursing care
of the implementing, managing nurses

I. Introduction
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan

menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata

masyarakat. Perawat merupakan faktor penentu dalam pelayanan keperawatan

karena kelompok profesi perawat merupakan yang terbanyak, paling depan, dan

terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien


dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan adalah

pelayanan keperawatan yang diberikan memuaskan pasien atau tidak. (Nursalam,

2014)

Kualitas rumah sakit adalah suatu institusi yang menghasilkan produk teknologi
jasa kesehatan tergantung pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit. Kondisi lingkungan
kerja yang kondusif juga sangat mendukung bagi personelnya untuk menampilkan
kinerja yang terbaik, untuk itu rumah sakit sebagai organisasi kesehatan harus
berusaha untuk menciptakan iklim kerja yang nantinya akan memberikan
kenyamanan bagi karyawannya untuk bekerja secara optimal.

Di dalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi


sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan.
Semua orang memiliki kebutuhan interpribaid akan penerimaan, keterlibatan
identitas, privasi, kekuatan dan control serta perhatian. Perawat membutuhkan
persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk
mengatasi tekanan akibat stres maupun konflik yang terjadi di dalam lingkungan
perawat (Perry & Potter, 2009)

Konflik yang tidak bisa dikendalikan secara efektif pada akhirnya akan
menimbulkan pengaruh buruk pada kinerja organisasi (Wahyudi, 2007).
Diperkirakan sebanyak 25% waktu para manajer digunakan dalam manajemen
konflik (Gilies, 1996 dalam Abubakar 2008). Lebih lanjut dikemukan oleh
Gibson 1996 mengemukakan bahwa konflik dapat mengurangi atau menambah
kinerja organisasi baik pada level ataupun tingkat berbeda, dan menjadi tugas bagi
manajer dalam mengelola konflik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut
(Gibson 1996 dalam Abubakar 2008).

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada kepala bidang keperawatan
pada tanggal 30 September didapatkan hasil ada beberapa ruangan yang memiliki
konflik internal antara sesama perawat dan hal tersebut kadang diselesaikan atau
dikelola dengan baik oleh kepala ruangan sehingga hal tersebut harus
diselesaikan langsung oleh pihak manajemen dalam hal ini bidang keperawatan.
Data 3 bulan terakhir didapatkan terdapat perawat yang dimutasi diruangan, dari
hasil wawancara yang didapatkan bahwa perawat tersebut tidak mau pindah
diruangan karena sudah nyaman dengan pekerjaan sehari-hari akan tetapi sudah
tidak cocok sesama temannya ada juga yang tidak mau dimutasi dikarenakan tidak
cocok dengan perawat yang berada di ruangan nanti. (Bidkep, 2016 data tiga
Bulan Terakhir)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa kepala ruangan


didapatkan bahwa permasalahan yang terjadi diruangan terdapat beberapa perawat
yang tidak patuh dalam pendokumentasin asuhan keperawatan, kurang disiplin
dalam melakukan kerja baik disiplin waktu kerja dan disiplin waktu datang,
kurangnya peran manajer dalam mengelola konflik yang berada di dalam ruangan,
serta masih terdapat konflik internal yang terjadi antara sesama perawat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dan berdasarkan hasil wawancara dari kepala


ruangan, bidang pelayanan keperawatan serta bagian manejemen pelayanan maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kemampuan kepala
ruangan dalam mengelola konflik terhadap mutu asuhan keperawatan di RSUD
Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo

II. Method
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian Deskriptif
analitik dengan pendekatan cross secsional. Penelitian dilaksanakan sejak bulan
November sampai dengan bulan Desember. Sampel adalah perawat pelaksana
ditentukan dengan teknik Kuota Sampling yaitu 263 orang perawat. Data primer
dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang selanjutnya di analisis
menggunakan uji ch square dan analisis regresi logistic ganda.

Langkah capaian capaian penelitian ini yaitu pertama peneliti memberikan


penjelasan kepada perawat pelaksana sebagai calon responden. Setelah perawat
pelaksana memahami dan setuju sebagai responden, peneliti mempersilahkan
responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed conset)sebagai
pernyataan persetujuan atas keikutsertaan sebagai responden. Kuisioner yang
digunakan meliputi kuisioner mengelola konflik kepala ruangan yang terdiri dari
16 item pernyataan dan telah diuji cobakan sebelumnya dan telah dinyatakan valid
dan reliabel. Peneliti memberikan skor pada instrument 1 (Pengelolaan Konflik)
pada jawaban yaitu diberi nilai 1 Tidak Pernah, diberi nilai 2 jika jawaban
kadang-kadang, diberi nilai 3 jika jawaban sering, diberi nilai 4 jika jawaban
selalu. Untuk kuisioner penerapan asuhan keperawatan terdiri 20 item pernyataan.
Kuisioner tersebut dinyatakan valid dan reliabel. Peneliti memberikan skor pada
instrument 1 (Pengelolaan Konflik) pada jawaban yaitu diberi nilai 1 Tidak
Pernah, diberi nilai 2 jika jawaban kadang-kadang, diberi nilai 3 jika jawaban
sering, diberi nilai 4 jika jawaban selalu.

III. Result and discussion


Tabel 5.1
Distribusi frekuensi variable penelitian

Variable penelitian Frekuensi (n=263) %


1. Umur
- ≤40 tahun 255 97,0
- > 40 tahun 8 3,0
2. Jenis kelamin
- Laki-laki 62 23,6
- Perempuan 201 76,4
3. Pendidikan
- D-III 198 75,3
Keperwatan 68 24,7
- Ners
4. Pengalaman kerja
- < 8 tahun 188 70,7
- > 8 tahun 77 29,3
5. Menghindar
- Baik 143 54.4
- Kurang 120 45.6

6. Mengakomodasi
- Baik 249 94.7
- Kurang 14
5.3

7. Bersaing
- Baik 250 95.1
- Kurang 13 4.9

8. Kompromi
- Baik 248 94.3
- Kurang 15 5.7

9. Kolaborasi
- Baik 245 93.2
- Kurang 18 6.8

10. Menghindar
- Baik 143 54.4
- Kurang 120 45.6

11. Mengakomodasi
- Baik 249 94.7
- Kurang 14 5.3

12. Bersaing
- Baik 250 95.1
- Kurang 13 4.9

13. Penerapan asuhan


keperawatan
- Baik 255 97
- Kurang 8 3

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur perawat di RSUD Prof. Dr. H. ALoei Saboe
Kota Gorontalo didominasi oleh umur ≤ 40 tahun (97%) dan jenis kelamin
perempuan (76,4%). Pendidikan perawat juga didominasi pendidikan D-III
Keperawatan (75,3%) dan pengalaman kerja < 8 tahun.
54,4% perawat menyatakan manajemen konflik kepala ruangan dengan cara
menghindar berada pada kategori baik, 94,7% menyatakan manajemen konflik
kepala ruangan dengan cara mengakomodasi berada pada kategori baik, 95,1%
perawat menyatakan manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala ruangan
dengan cara bersaing berada pada kategori baik baik, 94,3% perawat menyatakan
manajemen konflik dengan kompromi berada pada kategori baik dan 93,2%
perawat menyatakan manajemen konflik kepala ruangan dengan cara kolaborasi
berada pada kategori baik. 97% penerapan asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr.
Aloei Saboe Kota Gorontalo berada pada kategori baik.
Tabel 5.5
Penerapan asuhan keperawatan berdasarkan kemampuan manajemen
konflik kepala ruangan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota
Gorontalo (n = 263)
Penerapan Asuhan
Keperawatan Total P
Variabel
Kurang Baik Value
n % n % n %
Menghindar
- Kurang 7 5,8 113 94,2 120 100 0.025
- Baik 1 0,6 142 94,4 143 100
Mengakomodasi
- Kurang 3 27,3 11 72,2 14 100 0.006
- Baik 5 2,1 244 97,9 249 100
Bersaing
- Kurang 4 30,7 9 69,3 13 100 0.000
- Baik 4 1,6 246 98,4 250 100
Kompromi
- Kurang 6 40 9 60 15 100 0.000
- Baik 2 0,8 246 99,2 248 100
Kolaborasi
- Kurang 5 27,8 13 72,2 18 100 0.000
- Baik 3 1,2 242 98,8 245 100
Umur
- ≤ 40 tahun 8 3,1 247 96,9 255 100 1,000
- > 40 tahun 0 0 8 100 8 100
Pendidikan
- Diploma-III 7 3,5 191 96,5 198 100
0,371
- S-I/Ners 1 1,5 64 98,5 65 100

Pengalaman kerja
- ≤ 8 tahun 2 1,1 184 98,1 186 100 0,009*
- > 8 tahun 6 7,8 71 92,2 77 100
* bermakna pada α 0,05
Tabel 5.2 menunjukkan menunjukkan proporsi perawat yang menyatakan
manajemen konflik cara menghindar baik 94,4% telah menerapkan asuhan
keperawatan dengan baik dan proporsi perawat yang menyatakan manajemen
konflik cara menghindar kurang, 94,2% telah menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik. hasil uji chi square diperoleh p value 0.025 (<α 0.05), artinya bahwa
manajemen konflik kepala ruangan dengan cara menghindar berpengaruh
terhadap penerapan asuhan keperawatan.
Proporsi perawat yang menyatakan manajemen konflik mengakomodasi baik
97,9% telah menerapkan asuhan keperawatan dengan baik dan proporsi perawat
yang menyatakan manajemen konflik cara mengakomodasi kurang, 72,2% telah
menerapkan asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi square diperoleh p
value 0.006 (<α 0.05), artinya bahwa manajemen konflik kepala ruangan dengan
cara mengakomodasi berpengaruh terhadap penerapan asuhan keperawatan.

Proporsi perawat yang menyatakan manajemen konflik bersaing baik 98,4% telah
menerapkan asuhan keperawatan dengan baik dan proporsi perawat yang
menyatakan manajemen konflik cara bersaing kurang, 69,3% telah menerapkan
asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi square diperoleh p value 0.000 (<α
0.05), artinya bahwa manajemen konflik kepala ruangan dengan cara bersaing
berpengaruh terhadap penerapan asuhan keperawatan.

Proporsi perawat yang menyatakan manajemen konflik kompromi baik 99,2%


telah menerapkan asuhan keperawatan dengan baik dan proporsi perawat yang
menyatakan manajemen konflik cara kompromi kurang, 60% telah menerapkan
asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi square diperoleh p value 0.000 (<α
0.05), artinya bahwa manajemen konflik kepala ruangan dengan cara kompromi
berpengaruh terhadap penerapan asuhan keperawatan.

Proporsi perawat yang menyatakan manajemen konflik kolaborasi baik 98,8%


telah menerapkan asuhan keperawatan dengan baik dan proporsi perawat yang
menyatakan manajemen konflik cara kolaborasi kurang, 72,2% telah menerapkan
asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi square diperoleh p value 0.000 (<α
0.05), artinya bahwa manajemen konflik kepala ruangan dengan cara kolaborasi
berpengaruh terhadap penerapan asuhan keperawatan.

Penerapan asuhan keperawatan menurut umur perawat diperoleh data bahwa


proporsi umur > 40 tahun 100% telah menerapkan asuhan keperawatan dengan
baik dibandingkan dengan umur perawat ≤ 40 tahun. hasil uji chi square diperoleh
nilai p value 1,000 (>α0,05) artinya tidak ada hubungan antara umur dengan
penerapan asuhan keperawatan. Pada kategori pendidikan diperoleh data bahwa
98,5% perawat yang berpendidikan Ners telah menerapkan asuhan keperawatan
dengan baik dan 96,5% perawat yang berpendidikan D-III Keperawatan telah
menerapkan asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi square diperoleh nilai
p value 0,371 (>α0,05) artinya tidak ada hubungan umur dengan penerapan
asuhan keperawatan. Selanjutnya pada kategori lama kerja diperoleh data bahwa
92,2% perawat yang memiliki lama kera > 8 tahun telah menerapak asuhan
keperawatan sementara perawat yang memiliki lama kerja ≤8 tahun sebesar 98,1%
telah menerapkan asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi square diperoleh
nilai p value sebesar 0,009 (<α0,05) artinya ada hubungan pengalaman kerja
dengan penerapan asuhan keperawatan.

Tabel 5.3
Analisis Model akhir pemodelan multivariate

No Variabel B p value OR
1 Menghindar 2,806 0,025 21,018
2 Kompromi 3,797 0,000 2,756
3 Lama kerja -1,667 0,116 0,49
Konstan -4,171

Table tersebut menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap penerapan asuhan


keperawatan adalah menghindar dan kompromi dan lama kerja. Variable yang
paling dominan adalah kompromi. Kemampuan prediksi variable menghindar,
kompromi dan lama kerja adalah 99,2%. Variable kemampuan berpikir kritis
perawat dapat dijelaskan oleh menghindar, kompromi dan lama kerja sebesar
53,2%. Manajemen konflik kepala ruangan dengan cara menghindari berpeluang
42,6 kali dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik dan manajemen
konflik kepala ruangan dengan cara menghindari berpeluang 92,71 kali dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Lama kerja adalah variable
konfonding.

Gregorc (2009) mengatakan konflik yang sering terjadi di rumah sakit yaitu
konflik interpersonal antara perawat dan dokter atau perawat dan perawat, hal ini
disebabkan karena beban kerja mereka dan kepala ruangan harus memiliki
pengetahuan tentang manajemen konflik dan dalam hal ini kepala ruangan
tekadang memilih manajemen konflik menghindar.
Manajemen konflik kompromi adalah manajemen konflik yang paling disukai
oleh perawat pelaksana, dengan adanya kompromi maka tidak akan ada pihak
yang merasa tersakiti, kepala ruangan berusaha mencari solusi dimana solusi
tersebut tidak membuat satu pihak saja yang merasa menang atau merasa kalah.
Pemecahan masalah ini juga biasanya bersifat sementara agar tidak menghasilkam
konflik yang berkepanjangan dan perawat pelaksana tetap bisa menghasilkan
asuhan keperawatan yang optimal.
Pada saat terjadi konflik, perawat pelaksana mempersepsikan stategi yang
dilakukan oleh kepala ruangan berupa kompromi dimana pemecahan konflik ini
bersifat sementara, hal ini dilakukan agar dalam hal ini tidak ada pihak yang
merasa dirugikan (Marquis & Huston, 2010).
Kompromi merupakan pola penyelesaian konflik, dimana tiap pihak ingin mencari
kesepakatan diantara kedua pihak tanpa ada yang menang dan kalah. Newstron
and Davis (1999) dan Marquis and Huston (2000).
Penelitian Pruba (2012) mengatakan bahwa manajemen konflik kepala ruangan
yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana mampu membuat perawat pelaksana
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik di ruang rawat inap instalasi
Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan adalah kompromi (44,4 %).

IV. Conclution
Terdapat pengaruh kemampuan mengelola konflik kepala ruangan (menghindar,
akomodasi, bersaing, kompromi dan kolaborasi terhadap penerapan asuhan
keperawatan. Faktor kemampuan mengelola konflik kepala ruangan yang
dominan mempengaruhi penerapan asuhan keperawatan adalah kompromi.
Kompromi menunjukkan proses penyelesaian manajemen konflik yang baik
sebesar 92.71 % setelah dikontrol dengan variable lama kerja.
Reference
Abubakar, A. (2008). Pengaruh pelatihan manajemen konflik pada kepala ruangan
terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RS dr. H Marzuki
Mahdi Bogor, Jakarta, FIK UI Tesis. Diakses dari
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126463..Pengaruh%20pelatihan-HA.pdf
pada tanggal 8 September 2016.
Darma. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan dan
menerapkan Hasil Penelitian (Revisi ed.). Jakarta: TIM.
Hastono. (2007) Analisa Data Kesehatan. Jakarta : FKM. UI.
Notoadmodjo S. (2012). Metedeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional (3 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Marqueis & Houston. (2006). Leadership Roles and Management Functions in
Nursing : Theory and Aplication. 5 Th ed. Philadelpia : Lippincot –
Williams & Willikins
Marqueis & Houston. (2011). Leadership Roles and Management Functions in
Nursing : Theory and Aplication. 6 Th ed. Philadelpia : Lippincot –
Williams & Willikins
Wijono, Dj. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi.Volume. 2. Cetakan Kedua. Surabaya. Airlangga Unniversity
Press
Sitorus Panjaitan. (2011) MANAJEMEN KEPERAWATAN; Manajemen
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto
Perry & Potter. (2009). Fundamental of Nursing : Konsep Proses dan Praktik.
Edisi 5. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta. EGC
Widjono, Joko. (2000). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Teori, Strategi,
dan Aplikasi. Vol. 1. Airlangga University Press, Surabaya.
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L. 2001. SERVQUAL: A Multiple
Item Scale For Measuring Consumer Perceptions Of Service
Quality. Journal of Retailing. Vol. 64 No. 1, pp. 14-40

Pasuraman, dkk. 2005. Service, Quality, & Satisfaction. Yogyakarta : CV. Andi

Payne. 2000. Management Quality and Compettiveness. Chicago : Irwin


Rachamdi, 2008. Otonomi daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Yogyakarta ; Pustaka Belajar

Rahmulyono, 2008. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan


Pasien Puskesmas Depok I di Sleman. Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Indonesia. Skripsi

Sari. 2008. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta : UGM Press


Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Vol. 16). Cetakan ke 16, Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Kombinasi ( Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action
Research), Penelitian Evaluasi. Bandung: Alfabeta.

S-ar putea să vă placă și