Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1, hal 57 - 77 57
Hardo Basuki
Universitas Gadjah Mada
hardobasuki@mmugm.ac.id
Abstract
This study aims to investigate the effect of various aspects of power on administrative control system
implementation, i.e. the Standard Operating Procedure (SOP) of a local health insurance program,
as well as on its organizational consequences in the form of accountability and efficiency. The
sequential explanatory strategy of mixed methods research is then used. Data from 86 physicians of
7 local public hospitals in Bali Province collected through survey using self-report questionnaires
at quantitative stage and the transcript of an interview process conducted on qualitative stage was
analyzed using Partial Least Square (PLS) and descriptive statistical technique, respectively. The
results show that external pressure in the form of legal requirements significantly influences this type
of administrative control system implementation. Moreover, the implementation of administrative
control system is also shown to have a positive impact on accountability, while accountability
itself displays full mediating effect on the positive relationship between the implementation of
administrative control systems and efficiency.
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh berbagai aspek derajat kekuatan (power) terhadap
penerapan sistem pengendalian administratif, berupa Standard Operational Procedure (SOP)
suatu program jaminan kesehatan berskala lokal, serta konsekuensi-konsekuensi keorganisasian
yang dapat dihasilkan dalam bentuk akuntabilitas dan efisiensi. Studi ini menggunakan metode
penelitian campuran (mixed-method research) dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Pada
tahapan kuantitatif, data dari 86 orang dokter pada 7 Rumah Sakit Umum Daerah se-Provinsi Bali
yang dikumpulkan melalui survei kuesioner dianalisis menggunakan teknik Partial Least Square
(PLS). Selanjutnya, hasil transkrip proses wawancara yang dilakukan pada tahapan kualitatif
dianalisis secara deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa tekanan eksternal berupa peraturan-
peraturan hukum berpengaruh signifikan terhadap penerapan sistem pengendalian administratif.
Di sisi lain, penerapan sistem pengendalian administratif juga terbukti memiliki pengaruh positif
terhadap akuntabilitas, sementara akuntabilitas menampilkan pengaruh mediasi penuh terhadap
hubungan positif antara penerapan sistem pengendalian administratif dan efisiensi.
terbiasa bekerja tanpa adanya pengawasan Galaskiewicz 2004; Ridha 2012). Legitimasi
dari pihak eksternal (Young et al. 2010) yang kemudian diakui sebagai driver utama
serta memiliki power yang dominan dalam pelaksanaan praktik-praktik manajerial ter-
organisasi (Abernethy dan Vagnoni 2004). tentu ini, dari waktu ke waktu, diyakini akan
Dengan demikian, potensi benturan dua mengarahkan organisasi-organisasi dalam
aspek power (eksternal dan profesional) pada lingkungan sektor publik pada fenomena
lingkungan penerapan SOP layanan kesehatan isomorphism, yaitu menjadi semakin seragam
di organisasi sektor publik ini diduga dapat (homogen) satu sama lainnya (Akbar 2011).
terjadi sehingga menjadi sebuah fenomena Isomorphism adalah proses yang me-
yang menarik untuk diteliti. maksa suatu unit pada sebuah populasi untuk
Pada bagian berikutnya, akan disajikan menyerupai unit lain dalam menghadapi
proses penelaahan terhadap literatur-literatur pengaturan yang sama dari suatu lingkungan
terkait dan pengembangan hipotesis-hipo- (Wijaya dan Akbar 2013). Fenomena ke-
tesis mengenai hubungan-hubungan antara seragaman (homogenitas) struktur ini
power, penerapan sistem pengendalian terjadi akibat tekanan-tekanan adaptif
administratif, serta akuntabilitas dan efisiensi yang diberikan oleh lingkungan eksternal
keorganisasian. Bagian Metode Penelitian tunggal kepada sekelompok organisasi yang
menjabarkan perihal model penelitian, ran- beroperasi di dalamnya, sehingga dengan
cangan penelitian, populasi dan sampel, sendirinya, organisasi-organisasi tersebut akan
serta teknik pengumpulan dan analisis data. memberikan respon dengan cara-cara yang
Selanjutnya, hasil-hasil analisis data kuantitatif sama pula. Mengutip konsep-konsep proses
terkait pengujian hipotesis serta analisis data institusional (institusionalisasi) yang diajukan
kualitatif berdasarkan hasil wawancara berikut Scott (2001), Akbar (2011) menjabarkan
interpretasi-interpretasinya akan disajikan pada tiga mekanisme yang dapat mengarahkan
bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan. organisasi pada perubahan institusional
Terakhir, keseluruhan isi tulisan ini kemudian isomorphism, yaitu (1) coercive isomorphism
ditutup dengan Simpulan. (institusionalisasi yang didorong oleh adanya
tekanan paksaan untuk mematuhi aturan-
TELAAH LITERATUR DAN aturan formal [regulatif] atau nonformal
PENGEMBANGAN HIPOTESIS pada organisasi dengan organisasi lainnya di
mana mereka saling bergantung); (2) mimetic
isomorphism (institusionalisasi yang didorong
Teori Institusional oleh adanya tekanan untuk memodelkan
Teori Institusional memberikan pema- diri [mencontoh/meniru] struktur organisasi
haman bahwa keberlangsungan hidup orga- lain dalam tipe yang sejenis, terutama yang
nisasi dapat sangat dipengaruhi oleh tekanan dianggap lebih sukses dan terlegitimasi); dan
yang berasal dari lingkungan eksternal orga- (3) normative isomporphism (institusionalisasi
nisasi (Ashworth et al. 2007) berupa norma- yang didorong oleh adanya tekanan kepatutan
norma atau praktik-praktik institusional dalam untuk mengadopsi praktik-praktik manajemen
bentuk tekanan fungsional, politik, dan sosial. yang telah tersebar luas dan diterima dengan
Organisasi sektor publik, dibandingkan tipe baik sebagai suatu ‘pakem’ bersama dalam
organisasi lainnya (swasta atau nirlaba), suatu lingkungan organisasi).
cenderung lebih mudah terpengaruh oleh
tekanan institusional, baik karena adanya Perumusan Hipotesis
ambiguitas terkait tujuan yang diembannya
(Chun dan Rainey 2005), maupun akibat Tekanan Eksternal dan Penerapan Sistem
munculnya motivasi operasional yang lebih Pengendalian Administratif (SOP)
ditujukan untuk pencapaian legitimasi diban- Dalam konteks organisasi layanan
ding peningkatan kinerja internal organisasi
kesehatan, beberapa peneliti (misal Abernethy
(Cavalluzo dan Ittner 2004; Frumkin dan
dan Vagnoni 2004; Burchell et al. 1980;
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 57 - 77 61
oleh adanya otonomi profesional dalam dihasilkan melalui penerapan suatu SOP, akan
organisasi. Untuk itu, dapat dirumuskan mengarahkan organisasi pada pencapaian
hipotesis dua sebagai berikut: produksi output dan outcome yang efektif dan
H2: Otonomi profesional berpengaruh efisien, di samping juga sebagai media transfer
negatif terhadap penerapan sistem pengetahuan dan peningkatan aktivitas
pengendalian administratif berupa pembelajaran (Treville et al. 2005).
SOP program jaminan kesehatan. Pelaksanaan program jaminan kesehatan
di Indonesia merupakan suatu upaya untuk
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan
Penerapan Sistem Pengendalian Adminis- bagi masyarakat miskin dan tidak mampu
tratif (SOP), Akuntabilitas, dan Efisiensi dengan mengikuti prinsip-prinsip efisiensi,
Pengendalian administratif formal secara transparansi, dan akuntabilitas (pasal 2 huruf
umum didesain dan diimplementasikan ber- d Permenkes RI No. 40/2012). Hal ini akan
dasarkan tujuan eksplisit berupa pencapaian dapat dicapai dengan mempertimbangkan
efisiensi manajerial (Abernethy 1996). Dalam keunggulan prosedural yang ditawarkan oleh
konteks layanan kesehatan, tipe pengendalian SOP layanan kesehatan dalam program ini
ini dapat berupa suatu M/CPG atau SOP sehingga pelayanan kesehatan akan benar-
yang diakui terkait erat dengan tujuan-tujuan benar mengikuti jalur layanan yang lebih
peningkatan kualitas dan pengendalian biaya teratur, mulai dari pelayanan di tingkat primer
(Timmermans 2005). M/CPG atau SOP maupun sekunder. Maka, berdasarkan uraian
layanan kesehatan menawarkan serangkaian tersebut, dapat diduga bahwa penerapan sistem
prosedur terstruktur yang dapat memudahkan pengendalian administratif akan memengaruhi
pengukuran hasil kinerja, perbandingan kua- aspek akuntabilitas dan efisiensi pelayanan
litas antar penyedia layanan, dan analisis- dalam program jaminan kesehatan masyarakat.
analisis terkait biaya layanan. Hal ini diperkuat Untuk itu, dapat dirumuskan hipotesis tiga dan
secara empiris oleh hasil penelitian yang empat sebagai berikut:
dilakukan Chisholm dan Evans (2010) pada H3: Penerapan sistem pengendalian
beberapa negara pengimplementasi program administratif berupa SOP layanan
Universal Health Coverage yang menunjukkan kesehatan berpengaruh positif ter-
kecenderungan peningkatan cakupan layanan hadap akuntabilitas pelayanan prog-
kesehatan akibat penghematan biaya layanan ram jaminan kesehatan.
ketika M/CPG diterapkan secara optimal oleh H4: Penerapan sistem pengendalian
para dokter di negara tersebut. administratif berupa SOP layanan
Di sisi lain, dalam beberapa dekade kesehatan berpengaruh positif ter-
terakhir, para penyedia layanan kesehatan juga hadap efisiensi pelayanan program
mulai dihadapkan pada tuntutan-tuntutan untuk jaminan kesehatan.
bertindak lebih akuntabel atas kualitas kinerja
layanan yang diberikan (Fisher et al. 2006; Sementara itu, Brinkerhoff (2003)
Miller 2009). Timmermans dan Kolker (2004) menyatakan bahwa akuntabilitas secara
juga menambahkan bahwa penekanan terhadap umum memiliki beberapa tujuan, di antaranya
status-status profesionalisme, objektivitas, yang paling fundamental adalah sebagai alat
dan akuntabilitas memang merupakan misi pengendali resiko kesalahgunaan (misuse) dan
utama pemberlakuan suatu practice guidelines penyalahgunaan (abuse) sumber daya-sumber
pada area praktik tertentu. Lebih spesifik lagi, daya dan/atau otoritas publik, demikian pula
suatu SOP layanan kesehatan diyakini dapat untuk memastikannya digunakan sesuai
memastikan terpenuhinya aspek kepatuhan, dengan kaidah kepatutan dan prosedur-
akuntabilitas, dan efisiensi di antara para prosedur legal, standar profesional, serta
praktisi klinis (Amare 2012). Konsistensi nilai-nilai kemasyarakatan. Timmermans
dan eliminasi variasi proses yang berpotensi (2005) juga mengungkapkan bahwa aspek
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 57 - 77 63
Gambar 1
Model Penelitian
64 Made Aristia Prayudi dan Hardo Basuki, Hubungan Aspek Power, Penerapan…
analisis data pada tahap pertama yang Least Square (PLS) berbantuan software
diikuti oleh pengumpulan dan analisis data SmartPLS versi 2.0 M3. PLS merupakan
kualitatif pada tahap kedua yang dibangun suatu metode analisis persamaan struktural
berdasarkan hasil awal kuantitatif (Creswell (structural equation modeling) berbasis
2010). Penerapan metode campuran seperti varian yang secara simultan dapat melakukan
ini diharapkan akan memberikan pemahaman pengujian model pengukuran sekaligus
yang lebih luas dan lebih mendalam atas pengujian model struktural (Hartono 2009;
hubungan-hubungan teoretis antara aspek 2011). Evaluasi terhadap model pengukuran
power, penerapan sistem pengendalian dilakukan dengan menguji aspek reliabilitas,
administratif, akuntabilitas, dan efisiensi validitas konvergen, dan validitas diskriminan
yang dihipotesiskan. Gambar 1 kemudian konstruk-konstruk pengukuran (Chin 1998;
menyajikan secara diagramatis model Fornell dan Larcker 1981). Sementara itu,
penelitian2 yang diajukan. model struktural dievaluasi demi memperoleh
kepastian terkait tingkat kemampuan model
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data untuk memprediksi konstruk-konstruk (ekso-
Pengumpulan data pada pendekatan gen dan endogen) yang diukur atau juga untuk
k u a n t i t a t i f dilakukan dengan sur ve i mengukur tingkat variasi perubahan variabel
menggunakan instrumen berupa kuesioner independen terhadap variabel dependen.
fisik yang disebarkan kepada 140 orang Parameter yang digunakan adalah besaran
tenaga medis pada 7 organisasi RSUD di skor R Square (R2) yang dihasilkan dari tabel
wilayah provinsi Bali dengan pengalaman iterasi algoritma PLS.
keterlibatan pada program Jaminan Kesehatan Proses penelitian kemudian dilanjutkan
Bali Mandara (JKBM) minimal setahun. pada tahapan kualitatif melalui wawancara
Penetapan kriteria tersebut didasarkan pada dalam rangka memperoleh pemahaman yang
asumsi kecukupan pemahaman sampel atas lebih luas dan mendalam serta informasi-
kondisi dan lingkungan penerapan suatu informasi yang diharapkan dapat mendukung
sistem pengendalian administratif berupa SOP hasil-hasil pengolahan data kuantitatif
penanganan medis dalam program jaminan (Creswell 2010). Kriteria pemilihan
kesehatan yang dimaksud. Angka respons informan adalah (1) responden menyatakan
tergolong sangat baik dengan pengembalian kesediaannya untuk menjadi informan
130 (94%) eksemplar kuesioner dan sejumlah sebagaimana dinyatakan dalam formulir
86 (61%) eksemplar yang kemudian layak kesediaan wawancara yang terlampir pada
untuk dianalisis lebih lanjut. Pencapaian kuesioner pengumpulan data kuantitatif;
tingkat pengembalian instrumen penelitian (2) menyertakan nomor telepon yang dapat
yang tinggi disebabkan karena kuesioner dihubungi; dan (3) memberikan konfirmasi
diantarkan dan diserahkan langsung kepada kesediaan dengan membalas pesan yang
responden dengan bantuan pendampingan dikirimkan oleh peneliti melalui layanan Short
oleh pejabat-pejabat tertentu dalam organisasi Message Service (SMS). Data kualitatif berupa
(misal Kepala Instalasi Rawat Darurat [IRD], transkrip hasil wawancara yang diperoleh
Kepala Instalasi Rawat Inap [Poliklinik], kemudian dianalisis secara deskriptif dengan
atau bagian Penelitian dan Pengembangan mengidentifikasi kata kunci atau gagasan
[Litbang]) yang telah ditetapkan oleh petugas utama yang disampaikan oleh masing-masing
bagian perizinan di masing-masing RSUD informan terkait topik penelitian.
sebagai pihak pendamping penelitian.
Hipotesis-hipotesis penelitian diuji secara Pengukuran Variabel
kuantitatif dengan menggunakan teknik Partial Variabel Tekanan Eksternal diukur dengan
2
mengadopsi instrumen penelitian berupa
Hipotesis 6 (H6): Akuntabilitas memediasi pengaruh
postif penerapan sistem pengendalian administratif kuesioner berskala pengukuran Likert lima
terhadap efisiensi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 57 - 77 65
poin yang dikembangkan oleh Ridha (2012) penelitian Ven dan Ferry (1980) dengan enam
atas adopsi dari Frumkin dan Galaskiewicz butir pertanyaan berskala pengukuran Likert
(2004). Tekanan yang dimaksud berasal lima poin.
dari lingkungan eksternal organisasi yang Variabel Efisiensi pelayanan kesehatan
dapat berupa peraturan (regulasi), eksekutif, dalam penelitian ini diterjemahkan dalam
masyarakat, kelompok-kelompok dalam terminologi ‘Kesadaran Biaya’ (Cost-
organisasi keprofesionalan, dan sebagainya. Consciousness) sebagaimana telah digunakan
Instrumen penelitian ini kemudian dimodifikasi pada penelitian Shields dan Young (1994) serta
sehingga telah sesuai diterapkan pada konteks Abernethy dan Vagnoni (2004). ‘Kesadaran
organisasi sektor publik, khususnya organisasi Biaya’ didefinisikan sebagai tingkat di mana
rumah sakit di Indonesia. para dokter mempertimbangkan adanya
Variabel Otonomi Profesional diukur konsekuensi-konsekuensi biaya dari suatu
dengan mengikuti anjuran Abernethy aktivitas pengambilan keputusan klinis.
dan Vagnoni (2004), yaitu melalui peng- Variabel ini diukur melalui enam butir
identifikasian derajat pengaruh dan kewenangan pertanyaan terkait perilaku ‘Kesadaran Biaya’
yang dimiliki para dokter atas keputusan- dan satu butir pertanyaan yang secara langsung
keputusan strategis organisasi – misalnya mengindikasikan tingkat kesadaran para
terkait prioritas penggunaan sumber daya dokter atas konsekuensi-konsekuensi biaya
organisasi – dalam rangka merepresentasikan yang dimaksud. Masing-masing pertanyaan
secara tepat aspek power para dokter pada diukur menggunakan skala Likert lima poin.
organisasi rumah sakit. Untuk itu, variabel
ini diukur dengan meminta responden untuk HASIL PENELITIAN DAN
mengindikasikan keluasan penggunaan PEMBAHASAN
power responden atas tujuh area keputusan
strategis organisasi melalui kuesioner berskala Secara demografis, mayoritas responden
pengukuran Likert lima poin. pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki
Variabel Penerapan Sistem Pengendalian (59,3%), berusia antara 31-40 tahun (33,7%)
Administratif diukur dengan menggunakan dan telah terlibat dalam program JKBM lebih
empat butir pertanyaan untuk mengukur dari tiga tahun (60,5%). Sejumlah 67 orang
penggunaan suatu SOP yang dikembangkan responden (77,9%) berprofesi sebagai dokter
oleh Ven dan Ferry (1980). Responden akan umum, sebagian besar berstatus pegawai
diberikan pertanyaan terkait jumlah dan negeri sipil (77,9%) serta memiliki masa kerja
karakteristik SOP yang digunakan serta tingkat antara 1-5 tahun di organisasi (43%). Dari 86
pengendalian dan koordinasi yang diterapkan orang responden valid pada tahapan kuantitatif
dalam unit di mana para dokter ditugaskan tersebut, selanjutnya ditetapkan empat dokter
yang mengacu pada guidelines yang terdapat sebagai informan dalam proses wawancara
dalam SOP (dalam hal ini prosedur terkait pada tahapan kualitatif. Para informan berasal
pelaksanaan program jaminan kesehatan) dari empat wilayah kabupaten yang berbeda,
tersebut. Pengukuran dilakukan dengan berusia maksimal 31-40 tahun, mayoritas
menggunakan skala pengukuran Likert lima berjenis kelamin perempuan, dan memiliki
poin. masa kerja 1-5 tahun dalam organisasi.
Variabel Akuntabilitas didefinisikan Keseluruhan informan berstatus pegawai
sebagai derajat di mana seorang pekerja negeri sipil, salah seorang diantaranya
merasa bertanggung jawab dan diminta berprofesi sebagai dokter spesialis dan rata-
untuk melaporkan bagaimana/apa saja rata telah terlibat dalam program JKBM
keputusan-keputusan dan perilakunya dalam selama lebih dari setahun.
melaksanakan suatu pekerjaan. Keseluruhan Merujuk pada pedoman penentuan
pengukuran konstruk ‘Akuntabilitas’ ini kualitas instrumen pengukuran yang disa-
diukur dengan instrumen yang diadaptasi dari
66 Made Aristia Prayudi dan Hardo Basuki, Hubungan Aspek Power, Penerapan…
Tabel 1
Overview Iterasi Algoritma PLS
Composite Cronbach
Konstruk AVE Communality R Square
Reliability Alpha
AK 0,76215 0,76215 0,864975 0,689118 0,365284
EF 0,614832 0,614832 0,863930 0,790458 0,170692
OP 0,514605 0,514605 0,803022 0,723003
PSPA 0,504846 0,504846 0,800227 0,679640 0,160031
TE 0,656771 0,656771 0,789362 0,509586
Keterangan: TE (Tekanan Eksternal), OP (Otonomi Profesional), PSPA (Penerapan Sistem Pengendalian Administratif), AK
(Akuntabilitas), EF (Efisiensi)
Tabel 2
Nilai Cross Loading
AK EF OP PSPA TE
AK_2 0,855123 0,339147 -0,03345 0,487162 0,319518
AK_3 0,890542 0,373093 0,017874 0,564261 0,243307
EF_1 0,281871 0,685456 0,032109 0,212709 0,026258
EF_2 0,276579 0,787695 -0,00912 0,103807 0,165757
EF_3 0,327689 0,81338 0,250783 0,33734 0,14681
EF_4 0,378503 0,841087 0,070779 0,239227 0,151866
OP_4 -0,01251 0,053474 0,896287 -0,15614 -0,05899
OP_5 0,01364 0,137937 0,672787 -0,03262 -0,05938
OP_6 0,036751 0,269455 0,503293 -0,05998 -0,23794
OP_7 -0,03433 0,006144 0,741041 -0,06999 0,035307
PSPA_1 0,470701 0,231094 -0,0661 0,748106 0,332958
PSPA_2 0,255076 -0,11719 -0,04023 0,576277 0,168531
PSPA_3 0,488826 0,324668 -0,12016 0,830258 0,198748
PSPA_4 0,438135 0,216238 -0,1456 0,662043 0,147216
TE_4 0,250421 0,289889 0,032154 0,162584 0,685115
TE_5 0,276002 0,047817 -0,13878 0,300006 0,918781
Keterangan: TE (Tekanan Eksternal), OP (Otonomi Profesional), PSPA (Penerapan Sistem Pengendalian Administratif), AK
(Akuntabilitas), EF (Efisiensi)
rankan oleh Hartono (2011), keseluruhan konstruk spesifik (daerah yang diarsir pada
konstruk yang dioperasionalisasikan dalam Tabel 2) yang memiliki nilai lebih besar
penelitian ini telah memenuhi kriteria validitas dibandingkan dengan indikator lain (nilai
dan reliabilitas variabel pengukuran. Terkait cross loading > 0,5) pada konstruk yang
aspek validitas konvergen, besaran Average tidak berasosiasi kepadanya. Evaluasi atas
Variance Extracted (AVE) dan communality kualitas aspek reliabilitas dapat dilihat dari
pada masing-masing konstruk bernilai di atas skor Composite Reliability dan Cronbach
0,5 – terendah 0,5048 dan tertinggi 0,7621 Alpha dengan syarat minimal bernilai > 0,6
(Tabel 1). (Hair et al. 2006 dalam Hartono 2009) yang
Demikian pula untuk aspek validitas telah terpenuhi pada konstruk Otonomi
diskriminan, yaitu dengan memperhatikan Profesional, Penerapan Sistem Pengendalian
besaran loading factor indikator-indikator Administratif, Akuntabilitas, dan Efisiensi
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 57 - 77 67
Tabel 3
Koefisien Jalur (Mean, STDEV, T-Values)
Original Standard
Sample Mean Standard Error T Statistics
Sample Deviation
AK → EF 0,327384 0,323671 0,154149 0,154149 2.123822**
OP → PSPA -0,260352 -0,381631 0,465062 0,465062 0,559821
PSPA → AK 0,632578 0,640696 0,047807 0,047807 13.231855**
PSPA → EF 0,070676 0,085061 0,165771 0,165771 0,426347
TE → PSPA 0,535886 0,44938 0,211969 0,211969 2.528133**
Keterangan: TE (Tekanan Eksternal), OP (Otonomi Profesional), PSPA (Penerapan Sistem Pengendalian Administratif), AK
(Akuntabilitas), EF (Efisiensi); **Signifikan pada ρ < 0,01 (2,33)
(Tabel 1). Sementara untuk konstruk Tekanan kita kan gak boleh [melanggar]…
Eksternal, nilai cronbach alpha (α) sebesar Perannya [dokter] ya untuk
0,509586 dinyatakan juga telah dapat diterima menjalankan JKBM itu sendiri,
(Ven dan Ferry 1980). Model penelitian yang baik obat-obatnya sesuai dengan
diajukan juga telah memiliki tingkat prediksi peraturan formularium JKBM itu.”
yang tergolong memadai, yaitu dengan nilai (Informan I)
R2 16,003% untuk konstruk Penerapan Sistem
Pengendalian Administratif, 36,528% untuk “Kalau selama ini sih kita benar-
Akuntabilitas, dan 17,069% untuk Efisiensi benar bekerja sesuai aturan
(Tabel 1). JKBM… Kalau misalnya kita
kerja di luar formularium,
Pengujian Hipotesis Penelitian nanti kerugiannya itu kita yang
nanggung juga, gitu lho. Jadi,
Pengaruh Tekanan Eksternal dan Otonomi mau gak mau kita harus ngikutin
Profesional terhadap Penerapan Sistem peraturan.”
Pengendalian Administratif (Informan II)
Hasil analisis data kuantitatif menunjukkan
bahwa H1 pada penelitian ini didukung secara Temuan analisis kuantitatif dan kualitatif
empiris dengan memperhatikan koefisien jalur ini konsisten dengan hasil penelitian Abernethy
(path coefficient) pada Tabel 3 antara tekanan dan Chua (1996) dan Grafton et al. (2011)
eksternal dan penerapan sistem pengendalian terkait pengaruh positif peraturan-peraturan
administratif yang bernilai positif dan pemerintah terhadap keputusan organisasi
signifikan (γ1 = 0,535886; T-statistics untuk mengimplementasikan inovasi-inovasi
2,528133). Elaborasi hasil melalui wawancara reformasi sektor publik di lingkup pelayanan
selanjutnya memberikan dukungan terhadap kesehatan. Organisasi sektor publik, diban-
hasil analisis data kuantitatif tersebut. dingkan tipe organisasi lainnya (swasta atau
Diperoleh gambaran bahwa secara umum nirlaba), memang cenderung lebih rentan
tekanan eksternal berupa peraturan-peraturan terhadap terhadap tekanan institusional
pelaksana program menjadi faktor pemicu sehingga sikap kepatuhan terhadap kriteria-
utama penerapan sistem pengendalian kriteria pihak eksternal kemudian akan
administratif yang dimaksud. Hal tersebut ditunjukkan guna menampilkan aspek kela-
sebagaimana terungkap dari hasil wawancara yakan sosial (social worthiness) organisasi
kepada informan berikut ini: serta terkait tujuan mobilisasi sumber daya
yang tersedia bagi organisasi (Oliver 1991).
“Itu [JKBM] kalau udah ada RSUD pada penelitian kali ini merupakan
pergub-nya [peraturan gubernur], organisasi sektor publik yang berdasarkan
68 Made Aristia Prayudi dan Hardo Basuki, Hubungan Aspek Power, Penerapan…
Peraturan Gubernur Bali No. 6 tahun 2010 telah lebih mahal walaupun itu memang
ditetapkan sebagai pihak penyedia pelayanan ‘lebih bagus’ [secara medis],
kesehatan program JKBM. Sanksi-sanksi [akhirnya] si pasien melapor dan
finansial dapat dijatuhkan kepada rumah sakit dokter yang meresepkan itu yang
yang melakukan pelanggaran atas ketentuan bayar resep yang sudah dibayar
pelayanan kesehatan dalam peraturan tersebut, oleh pasien itu. Jadi biar kasusnya
berupa kewajiban pengembalian klaim yang gak terulang itu lagi ya kita
telah diberikan atau bahkan dalam bentuk memang harus ikut aturan yang
tidak diberikannya klaim penggantian biaya ada.”
pelayanan kesehatan yang telah dilakukan. (Informan I)
Di lain pihak, hasil temuan tidak
memberikan dukungan terhadap hubungan “…kalau misalnya dokter-nya
negatif yang dihipotesiskan (H2) antara power berhalangan, perawat gak bisa
ambil kerjaan dokter karena sudah
profesional dan penerapan sistem pengendalian
ada jobdesc masing-masing. Kalau
administratif. Sebagaimana ditampilkan pada
dokter kan decision maker, apalagi
Tabel 3, koefisien jalur (path coefficient)
[dokter] spesialis. Kalau [JKBM}
antara otonomi profesional dan penerapan
itu fleksibel… tidak pernah terlalu
sistem pengendalian administratif bernilai
mengatur [atau] mengintervensi
negatif namun tidak signifikan (γ2 = -0,260352;
dokter… Kalau masalah tindakan
T-statistics 0,559821). Hasil wawancara medis, itu [tetap] mutlak keputusan
kemudian mengungkap bahwa sebenarnya dari dokter sih. JKBM kan hanya
para dokter sangat mengakui peran sentral dan mengatur hak-hak pasien.”
posisi vital dalam organisasi yang dilekatkan (Informan III)
kepadanya, terutama dalam kaitannya dengan
kewenangan mutlak untuk menentukan jenis Hasil ini konsisten dengan temuan pada
penanganan medis yang akan diberikan penelitian yang dilakukan oleh Abernethy
kepada masyarakat. Namun, power ini tidak dan Vagnoni (2004). Power profesional
memiliki pengaruh berarti terhadap keputusan yang dimiliki para dokter terbukti tidak
para dokter untuk menerapkan SOP program signifikan memengaruhi implementasi peran
JKBM. Tampak bahwa pengaruh power pengendalian yang melekat pada sistem
eksternal menjadi lebih superior dibanding informasi akuntansi dalam arah yang negatif
power profesional yang dimilikinya. Di sebagaimana juga dihipotesiskan pada
samping itu, informan juga memberi persepsi penelitian tersebut. Pada konteks penelitian
yang cukup baik terhadap segala aturan dan kali ini, deprofesionalisasi yang menimpa
prosedur program dengan mempertimbangkan para dokter profesional sebagaimana diduga
karakteristik fleksibilitas yang melekat pada terjadi akibat pemberlakuan M/CPG atau SOP
SOP tersebut. Hal ini sebagaimana tersirat dari layanan kesehatan (Timmermans dan Kolker
jawaban informan berikut ini: 2004), tampaknya dapat menjadi alasan
yang cukup logis. Di lain pihak, berdasarkan
“[semua personel] kan udah ada Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tupoksi [tugas, pokok dan fungsi]- tentang Rumah Sakit, para dokter yang bekerja
nya masing-masing… Tapi yang di rumah sakit memang harus bekerja sesuai
memegang peranan paling penting
dengan SOP yang berlaku (pasal 13 ayat [3])
ya tetap dokter-nya lah yang
dan melaksanakan program pemerintah di
bertanggung jawab penuh kepada
bidang kesehatan baik secara regional maupun
pasien. [Terkait JKBM] pernah ada
nasional (pasal 29 huruf p).
kasus… kita [dokter] memaksakan
diri memberikan obat paten yang
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 57 - 77 69
Tabel 4
Total Effects (Mean, STDEV, T-Values)
Original Standard
Sample Mean Standard Error T-Statistics
Sample Deviation
AK → EF 0,327384 0,323671 0,154149 0,154149 2.123822*
OP → AK -0,164693 -0,249139 0,306902 0,306902 0,53663
OP → EF -0,072318 -0,102863 0,144152 0,144152 0,501682
OP → PSPA -0,260352 -0,381631 0,465062 0,465062 0,559821
PSPA → AK 0,632578 0,640696 0,047807 0,047807 13,231855**
PSPA → EF 0,277772 0,292915 0,117107 0,117107 2,371956**
TE → AK 0,33899 0,288256 0,138619 0,138619 2,445485**
TE → EF 0,148854 0,12919 0,076272 0,076272 1,951622*
TE → PSPA 0,535886 0,44938 0,211969 0,211969 2,528133**
Keterangan: TE (Tekanan Eksternal), OP (Otonomi Profesional), PSPA (Penerapan Sistem Pengendalian Administratif), AK
(Akuntabilitas), EF (Efisiensi)
**Signifikan pada ρ < 0,01 (2,33); *Signifikan pada ρ < 0,05 (1,64)
Tabel 5
Pengujian Efek Mediasi
Panel A. Efek Langsung (Direct Effect)
Jalur (Path) ke
Konstruk
EF
R2 0,217341
Tabel 6
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
variabel Akuntabilitas (AK) sebagai variabel kesehatan serta pertimbangan normatif dan
pemediasi hubungan PSPA dan EF. Hasilnya alasan-alasan konsensus organisasi sejenis.
(Tabel 5, panel B), variabel PSPA terbukti Sayangnya, tidak diperoleh dukungan
berhubungan positif signifikan (koefisien jalur terhadap hipotesis penelitian terkait hubungan
0,632578; ρ < 0,01, R2 = 0,365284) dengan antara power profesional dan penerapan SOP
AK, begitu pula dengan variabel AK yang layanan kesehatan yang dimaksud. Dapat
menampilkan hubungan positif signifikan diduga, pengaruh power eksternal menjadi
dengan EF (koefisien jalur 0,327384; ρ < 0,01). lebih dominan dibanding power profesional
Namun demikian, hubungan antara PSPA dan yang dimiliki dengan mempertimbangkan
EF menjadi tidak signifikan (koefisien jalur posisi para dokter sebagai ‘karyawan’ suatu
0,070676, T-statistic 0,426347) sehingga organisasi sektor publik. Hasil wawancara juga
memberikan bukti bahwa variabel AK telah mengungkapkan adanya pemberian persepsi
memediasi secara penuh (fully mediated) yang baik atas keberadaan SOP layanan
hubungan antara PSPA dan EF. kesehatan dalam mendukung kinerja harian
para dokter yang menjadi subjek penelitian.
Temuan empiris lainnya terkait
SIMPULAN
signifikansi pengaruh diterapkannya sistem
Penelitian ini mencoba melakukan pengendalian administratif berupa SOP
pengujian secara simultan aspek power jaminan kesehatan oleh para dokter yang
sebagai faktor antecedent (pemicu) penerapan menjadi subjek dalam penelitian ini terhadap
suatu sistem pengendalian administratif dalam terwujudnya aspek akuntabilitas pelayanan
lingkungan organisasi layanan kesehatan, organisasi. Hasil wawancara selanjutnya
sekaligus mengeksplorasi faktor-faktor mengungkapkan bahwa akuntabilitas tercapai
consequence (akibat) dari diterapkannya salah melalui kesadaran pembuatan catatan
satu tipe sistem pengendalian manajemen penanganan medis serta penggunaan obat-
tersebut. Proses pengumpulan dan analisis obatan dan fasilitas organisasi terkait tujuan
data dilakukan dengan mengombinasikan dua klaim biaya. Demikian pula, akuntabilitas
(2) pendekatan penelitian, yaitu pendekatan pelayanan terbukti secara signifikan
kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian berpengaruh positif terhadap efisiensi
menunjukkan bahwa aspek power eksternal pelayanan para dokter. Perwujudan aspek
terbukti memiliki pengaruh positif terhadap efisiensi yang dimaksud tercemin dalam
penerapan sistem pengendalian administratif bentuk keteraturan dan minimalisasi potensi
berupa SOP program JKBM. Power eksternal penggunaan obat-obatan secara berlebihan
yang dimaksud terutama berupa peraturan- kepada pasien. Di sisi lain, diperoleh bukti
peraturan pelaksana program jaminan hubungan positif antara penerapan sistem
72 Made Aristia Prayudi dan Hardo Basuki, Hubungan Aspek Power, Penerapan…
Prakarsa. 2010. Policy Paper: Perluasan Journal of Health and Social Behavior,
Inovasi Kebijakan Sosial di Tingkat Lokal; 45 (Extra Issue: Health and Health Care in
Studi Kasus Kebijakan Kesehatan Peran the United States: Origins and Dynamics),
Faktor Kunci dan Peluang bagi Perbaikan 177-193.
Proses. Diunduh tanggal 5 September Treville, S. D., J. Antonakis, and N. M.
2013, www.theprakarsa.org. Edelson. 2005. Can Standard Operating
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Procedures be Motivating? Reconciling
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Process Variability Issues and Behavioural
Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Pemerintah Outcomes. Total Quality Management, 16
Indonesia. (2), 231-241.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Ven, A. H. V. D. and D. L. Ferry. 1980.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Measuring and Assesssing Organizations.
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan New York: John Wiley & Sons.
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Wijaya, A. H. C. and R. Akbar. 2013. The
Jakarta: Pemerintah Indonesia. Influence of Information, Organizational
Ridha, A. M. 2012. Pengaruh Tekanan Objectives and Targets, and External
Eksternal, Ketidakpastian Lingkungan, Pressure towards the Adoption of
dan Komitmen Manajemen terhadap Performance Measurement System in
Penerapan Transparansi Pelaporan Public Sector. Journal of Indonesian
Keuangan (Studi Empiris atas Pemerintah Economy & Business, 28 (1), 62-83.
Daerah di Wilayah Provinsi D. I. World Bank. 2013. The Nuts & Bolts of
Yogyakarta). Tesis, Program Magister Jamkesmas Indonesia’s Government-
Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika Financed Health Coverage Program.
dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Universal Health Coverage Studies Series
Yogyakarta. (UNICO) No. 8.
Scott, W. R. 2001. Institutions and World Health Organization. 2010. The World
Organizations. Los Angeles: Sage Health Report: Financing for Universal
Publications. Coverage. Switzerland: WHO Press.
Shields, M. and S. M. Young. 1994. Young, G. J., M. P. Charns, and T. C. Heeren.
Managing Innovation Costs: A Study 2004. Product-Line Management in
of Cost Conscious Behavior by R&D Professional Organizations: An Empirical
Professionals. Journal of Management Test of Competing. The Academy of
Accounting Research, 6, 175-196. Management Journal, 47 (5), 723-734.
Sholihin, M., R. Pike, M. Mangena, and Young, G. J., H. Beckman, and E. Baker.
J. Li. 2011. Goal Setting Participation 2010. Financial Incentives, Professional
and Goal Commitment: Examining the Values and Performance: A Study of
Mediating Roles of Procedural Fairness Pay-For-Performance in a Professional
and Interpersonal Trust in a UK Financial Organization. Journal of Organizational
Service Organization. The British Behavior, 33, 964-983.
Accounting Review, 43, 135-146.
Timmermans, S. 2005. From Autonomy to
Accountability: The Role of Clinical
Practice Guidelines in Professional Power.
Perspectives in Biology and Medicine, 48
(4), 490-501.
Timmermans, S. and E. S. Kolker. 2004.
Evidence-Based Medicine and the
Reconfiguration of Medical Knowledge.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 57 - 77 75
LAMPIRAN
“Di tempat Anda bekerja, alasan Anda menerapkan aturan dan Sangat
Tidak Ragu- Sangat
No. prosedur pelayanan kesehatan sebagaimana telah ditetapkan dalam Tidak Setuju
Setuju Ragu Setuju
Program JKBM adalah karena . . . Setuju
Aturan dan prosedur pelayanan kesehatan tersebut telah ditetapkan
1. dalam suatu peraturan hukum yang diterbitkan oleh Gubernur.
Adanya arahan dan tuntutan (baik secara langsung maupun tidak
langsung) dari Gubernur/Bupati/Walikota yang memimpin daerah
2. Anda untuk menerapkan aturan dan prosedur pelayanan kesehatan
tersebut demi menyukseskan pelaksanaan Program JKBM.
Keberhasilan yang dicapai dan/atau permasalahan-permasalahan yang
3. muncul dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan melalui Program
JKBM sering diberitakan di media massa setempat.
Semakin antusiasnya masyarakat daerah setempat untuk memperoleh
4. pelayanan kesehatan melalui Program JKBM.
Adanya perhatian lebih dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
5. atau lembaga-lembaga pengawasan independen lain atas keberhasilan
pelaksanaan Program JKBM.
Adanya tuntutan dan kesepakatan bersama dari rekan sesama tenaga
medis dan organisasi profesional Anda (Ikatan Dokter Indonesia)
6. bahwa aturan dan prosedur pelayanan kesehatan Program JKBM
tersebut memang tepat dan harus dilaksanakan.
Menentukan kebijakan-kebijakan
dan praktek-praktek medis yang
7. akan diterapkan oleh seluruh elemen
organisasi rumah sakit tempat Anda
bekerja.
Anda merasa sangat bertanggung jawab secara pibadi atas pekerjaan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat
yang Anda lakukan. Tidak Setuju Ragu Setuju
5. Setuju
Anda merasa pantas menerima penghargaan ketika telah melaksanakan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat
pekerjaan dengan benar; dan sebaliknya, pantas menerima sanksi Tidak Setuju Ragu Setuju
6. ketika tidak melaksanakannya dengan benar. Setuju