Sunteți pe pagina 1din 15

NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam

Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53


Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

REPOSISI PRAKTIK EKONOMI ISLAM :


STUDI KRITIS PRAKTIK EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

Islamic Economics Practice Repotition:


Critical Study on Islamic Economics Practice in Indonesia

Azwar Iskandar
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Email : azwar.iskandar@gmail.com

Khaerul Aqbar
Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar
Email : khaerul@stiba.ac.id

Keywords : ABSTRACT
economy, islam, shariah, critical, The study attempts to analyse several things that become critical points faced by
indonesia Indonesia sharia economic practices that cause its application is less developed. This
study use descriptive-qualitative approach with critical methode and library research.
This research found that : (1) Sharia economy is not only financial sector but also
includes the industrial sector, trade and various other real sectors; (2) Naming
‘syariah bank’ is misleading. The appropriate nomenclature is not ‘syariah bank’
but syariah financial institution; (3) The attention of economic practioner both
conventional and shariah, until now, only focused on achieving profit, protect loss,
and welfare; (4) In the concept of Islam, the loss that faced by human is caused apart
from human factor and environment, it can be also caused by sin of business
operators; (5) all moslem people and experts should not only concern on method of
gain profit, but also encourage and promote people widely to commit the shariah rules
in spending money; (6) The special education of syariah banking is needed by
including it in universities and schools curriculum.
Kata kunci : ABSTRAK
ekonomi, islam, syariah, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa hal yang menjadi
kritik, indonesia poin kritis yang dihadapi oleh praktik ekonomi syariah Indonesia yang
mengakibatkan penerapan ekonomi syariah di Indonesia kurang
berkembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-
deskriptif dengan metode studi kritis dan studi literatur (library research).
Penelitian ini menemukan bahwa: (1) Ekonomi Islam bukan hanya
sektor finansial, akan tetapi juga mencakup sektor industri, perdagangan
dan berbagai sektor riil lainnya; (2) Penamaan Bank Syariah adalah salah
kaprah. Nomenklatur yang lebih tepat bukanlah Bank Syariah akan
tetapi Lembaga Keuangan Syariah; (3) Perhatian para praktisi ekonomi
konvensional atau syariah, hingga saat ini, hanya terpusat pada upaya
mewujudkan keuntungan, menghindarkan kerugian, dan memeratakan
kesejahteraan; (4) Dalam konsep Islam, kerugian yang dialami manusia,
selain karena faktor manusia dan lingkungan, juga dapat diakibatkan
oleh dosa para pelaku usaha; (5) Sepantasnya bila umat Islam dan para
pakar ekonomi Islam tidak hanya mencurahkan perhatian pada metode
meraup keuntungan, tetapi juga menggalakkan dan menyeru masyarakat
Islam secara luas untuk mengindahkan syariat Islam dalam hal
pembelanjaan harta kekayaan; (6) Dibutuhkan pendidikan ilmu
perbankan Syariah yang memadai dengan memasukkan sistem ekonomi
Islam ke dalam kurikulum universitas dan sekolah.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


39
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (Online); 2338-5251 (Printed)

PENDAHULUAN Dalam tataran teknis, tak asing lagi bagi


kita berbagai istilah yang biasa
Seiring dengan berjalannya waktu, digunakan oleh para ulama ahli fikih
kesadaran umat Islam akan pentingnya dahulu, seperti mud{a>rabah, ija>rah,
kembali kepada pangkuan agama syari>kah, riba, istis{na’ dan lain
semakin terasa kuat dan membulat. sebagainya. Konsep ekonomi dan
Demikianlah dinamika kehidupan umat keuangan berbasis syariah dewasa ini
Islam sepanjang sejarah. Pasang-surut telah tumbuh secara pesat, diterima
ini selaras dengan pasang-surut iman secara universal dan diadopsi tidak
dan ketakwaan yang hadir di tengah hanya oleh negara-negara Islam di
umat. Sungguh benar sabda Rasulullah, kawasan Timur Tengah saja, tetapi juga
Muhammad s{hallalla>hu ‘alayhi wa oleh berbagai negara di kawasan Asia,
sallam, bahwa (artinya), "Sungguh Eropa, dan Amerika. Hal tersebut
keimanan itu dibuat di dalam diri tiap kalian ditandai dengan didirikannya berbagai
seperti dibuatnya pakaian. Maka mintalah lembaga keuangan syariah dan
kepada Allah agar memperbaharui keimanan diterbitkannya berbagai instrumen
kalian.”1 Begitulah sunnatulla>h, bahwa keuangan berbasis Syariah (Iskandar,
kehidupan yang kita rasakan, dalam 2014).
beberapa kesempatan dan keadaan,
iman akan terasa bertambah, dan di lain Lebih jauh, lembaga-lembaga ekonomi
kesempatan kondisi iman akan terasa yang berbasiskan Syariah, lahir dan
menurun. meramaikan panggung perekonomian
nasional disebabkan karena adanya
Sejarah perjalanan umat Islam di negeri krisis yang berkepanjangan sebagai
kita adalah salah satu buktinya. Seruan akibat atau buah kegagalan sistem
untuk menjadikan syariat Islam sebagai moneter kapitalis. Sejak berdirinya
asas kehidupan dalam segala aspeknya Bank Muamalat sebagai pelopor bank
terus bergemuruh dan menguat hari ini. yang menggunakan sistem syariah pada
Tidak heran bila saat ini segala yang tahun 1991 dan diikuti dengan
berembel-embel Islam atau syariat telah diterbitkannya Undang-Undang (UU)
diminati dan bahkan laku dijual ke Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
masyarakat. Dimulai dari partai islam, Perubahan Atas Undang-Undang
sekolah islam, rumah sakit islam, Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
perusahaan islam, dan lain sebagainya. Perbankan yang memungkinkan
Di antara sektor yang menggeliat perbankan menjalankan dual banking
dengan kuat ialah sektor perekonomian system, kini banyak bermunculan bank-
dan/atau keuangan. Geliat di sektor ini bank syariah, baik yang murni
kemudian memunculkan fenomena menggunakan sistem tersebut maupun
ramainya bentuk-bentuk sistem dan baru pada tahap membuka Unit Usaha
model interaksi ekonomi dan Syariah (UUS) atau divisi usaha syariah.
keuangan, seperti perbankan syariah,
asuransi syariah, pegadaian syariah dan Dalam kurun waktu kurang lebih 28
lain sebagainya. tahun, hingga akhir Juli 2019,
perbankan syariah secara keseluruhan
saat ini terdiri dari 14 Bank Umum
1 HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak I/4. Silsilah as- az-Zawa>id I/52 : diriwayatkan oleh at-Thabarani dalam
Shahihah no.1585. Al-Haitsami berkata di dalam Majma' kitab al-Kabîr dan sanadnya hasan.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


40
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

Syariah, 374 Unit Usaha Syariah dan memangkas kekurangan dan kesalahan.
165 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Rasulullah, Muhammad s{hallalla>hu
(BPRS) (Otoritas Jasa Keuangan, ‘alayhi wa sallam, bersabda (artinya),
2019). Penambahan kuantitas tersebut “Setiap anak Adam sering melakukan
kemudian diimbangi oleh penetrasi kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
jangkauan layanan. Sebelumnya, pada bersalah adalah orang yang bertaubat
bank maupun unit syariah hanya boleh (kembali kepada kebenaran).”2 Sudah
melayani calon nasabah di kantor sepantasnya jika setiap komponen
cabang syariah atau kantor cabang umat Islam senantiasa berkontribusi
pembantu. Namun sejak office channeling secara konstruktif dalam perjuangan
yang didasari Peraturan Bank penerapan syariat Allah Ta’a>la di segala
Indonesia Nomor 8/3/PBI/2006 dan aspek kehidupan, tidak terkecuali pada
berlaku efektif mulai Mei 2007, aspek ekonomi umat. Apalagi dalam
pelayanan jasa financing seperti praktik di lapangan, berbagai praktik
pembukuan rekening, setor, transfer, ekonomi dan/atau keuangan syariah
kliring dan tarik tunai bisa dilakukan di telah menuai banyak kecaman dan
cabang bank umum yang mempunyai kritikan dari para ilmuwan muslim
unit syariah. Dengan penerapan office sendiri.
channeling ini, akselerasi pertumbuhan
bisa terealisasi (Lubis, 2016). Sebut saja misalnya, mereka
Perbankan syariah sebagai bagian berpendapat bahwa bank-bank syariah
dalam industri perbankan nasional, dalam menjalankan kegiatan usahanya,
dengan karakteristiknya yang khusus ternyata bukannya meniadakan bunga
sesungguhnya memiliki potensi yang dan membagi resiko, tetapi tetap
besar untuk memberikan kontribusi mempertahankan praktek pembebanan
dalam mewujudkan inklusifitas bunga, namun dengan label Islam
keuangan nasional (Umar, 2017; (Rahmawaty, 2007). Dalam tataran
Iskandar dan Possumah, 2018). teknis, Syu’aibun (2014) misalnya,
menemukan bahwa terdapat deviasi
Seluruh upaya dan perjuangan sampai atau penyimpangan akad mud{a>rabah
pada titik ini merupakan suatu hal yang dalam aplikasinya pada sistem
patut untuk disyukuri. Meski demikian, perbankan Syariah. Rusydi (2016)
kekurangan dan kelemahan sistem yang menemukan bahwa berbagai kesamaan
telah ada sebagai sebuah produk konsep bank syariah dengan bank
ciptaan manusia pasti menyisakan celah konvensional yang membuatnya
dan kekurangan yang patut untuk memang tidak bisa selaras denga
dikritisi dan diperbaiki. Hal ini ketentuan syariah serta banyaknya
membutuhkan sikap seluruh eleman penyimpangan dalam peraktek
bangsa di setiap masa, dalam rangka perbankan syariah diantaranya yang
penyempurnaan dan perbaikan di berhubungan dengan akad mud{a>rabah.
masa-masa yang akan datang.
Selain itu, hadirnya berbagai regulasi
Sikap kritis bertujuan untuk pemerintah terkait implementasi
meneruskan keberhasilan dan ekonomi Syariah di Indonesia, seperti

2 HR. Ahmad (III/198), At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu


Majah (no. 4251) dan Al Hakim (IV/244). Lihat S{ahi>h
Ja>mi’us-S{aghi>r (no. 4515), dari sahabat Anas.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


41
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

UU Nomor 10 Tahun 1998, UU Oleh karena itu, permasalahan yang


Nomor 38 Tahun 1999 tentang mengemuka dan hendak dijawab pada
Pengelolaan Zakat dan Keputusan penelitian ini adalah :
Mahkamah Agung Nomor 581 Tahun 1. Hal-hal apa saja yang perlu
1999 tentang Pengelolaan Zakat serta diluruskan dan masih
UU No. 3 Tahun 2006 tentang membutuhkan perhatian lebih
Pengadilan Agama dengan dalam untuk perbaikan dan
kewenangan kompetensi yang penyempurnaan praktik ekonomi
bertambah untuk menyelesaikan kasus- Islam di Indonesia?
kasus yang terkait bisnis syariah 2. Apa solusi atau saran yang dapat
(Dahlan, 2008), menyiratkan pesan ditawarkan untuk mengatasi hal-hal
penting dan tegas bahwa studi tersebut?
mengenai sistem ekonomi dan/atau
keuangan syariah menjadi hal yang Untuk menjawab permasalahan
urgen karena telah diimplementasikan tersebut, penelitian ini dilakukan
secara luas dan dilindungi oleh UU. dengan tujuan untuk :
Kebutuhan akan studi atau kajian 1. Menganalisis beberapa hal yang
tersebut terus dibutuhkan dalam menjadi poin kritis yang dihadapi
rangka memberikan penguatan oleh praktik ekonomi syariah
terhadap sistem yang telah berjalan Indonesia yang mengakibatkan
sehingga menjadi lebih baik dan penerapan ekonomi syariah di
sekaligus mengklarifikasi bahwa sistem Indonesia kurang berkembang.
ekonomi yang dijalankan tidak Perlu digarisbawahi bahwa kritik
melenceng dari asas-asas normatif dan atau kelemahan yang dimaksud pada
Syariah. penelitian ini bukanlah pada perkara
nilai yang terkandung di dalam
Berangkat dari hal tersebut di atas, konsep ekonominya, tetapi lebih
penulis bermaksud untuk memberikan pada hambatan pada
andil dalam meluruskan dan implementasinya dalam realitas
mengoreksi upaya penerapan syariat masyarakat dan umat;
Islam dalam perekonomian umat 2. Menganalisis solusi atau saran yang
dengan melakukan sebuah penelitian dapat diberikan dalam mengatasi
dan kajian kritis terhadap fenomena hal-hal yang menjadi poin kritis yang
tersebut. Beberapa fakta dihadapi oleh praktik ekonomi
perkembangan ekonomi Islam yang syariah Indonesia sehingga
telah berjalan di masyarakat, terdapat penerapan ekonomi syariah di
beberapa hal yang menurut penulis Indonesia kurang berkembang.
dapat menjadi sebab penerapan
ekonomi syariah di Indonesia terkesan Penelitian ini menggunakan
berjalan di tempat. Paradigma dan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan
pendekatan-pendekatan normatif metode studi kritis dan riset
ekonomi Islam yang ada di tengah kepustakaan (library research). Penelitian
umat, perlu dibawa menuju sistem dengan metode atau paradigma kritis
ekonomi yang rasional dan luhur mengungkapkan dan menganalisis
sebagaimana semangat dan value yang realitas sosial dengan mempersoalkan
diusung oleh sistem ekonomi Islam itu ketimpangan relasi sosial yang ada.
sendiri. Penelitian kritis ditopang oleh

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


42
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

perspektif teori kritis dengan asumsi- yang rasional dan luhur sebagaimana
asumsi yang dikonstruksinya (Halik, semangat dan value yang diusung oleh
2018). Pendekatan penelitian kritis sistem ekonomi Islam sejak awal.
lebih jauh lagi, yaitu berorientasi pada Berikut beberapa hal yang patut untuk
pemecahan masalah dan perubahan diperbaiki sebagai bentuk kritikan
sosial (Hanurawan, 2010). Sementara terhadap praktik dan praktisi ekonomi
riset kepustakaan (library research) pada Syariah.
penelitian ini mengunakan jenis dan
sumber data sekunder yang diperoleh Dominasi Ekonomi Syariah pada
dari hasil penelitian, artikel dan buku- Sektor Keuangan
buku referensi yang membahas topik
yang berkaitan dengan tema penelitian Apabila kita bertanya kepada
(Iskandar dan Aqbar, 2019). masyarakat luas tentang apa yang
pertama kali terbayang di benak mereka
Sejauh pengamatan penulis, penelitian setiap kali mendengar kata ‘ekonomi
terkait studi kritis atas paradigma dan syariah’? Kemungkinan besar hal yang
implementasi ekonomi Islam terbetik pertama kali di benak
berdasarkan prinsip-prinsip pokok kebanyakan dari mereka tentang
agama, belum banyak dilakukan. ekonomi syariah adalah perbankan
Penelitian-penelitian terdahulu seperti syariah, asuransi syariah, obligasi
yang dilakukan oleh Rahmawaty syariah dan semacamnya. Jika pun
(2007), Sulaiman (2014), Syu’aibun melebar, kemungkinan yang berikutnya
(2014), dan Lubis (2016) hanya melihat adalah tidak jauh-jauh dari seputar
dan mengkritisi salah satu akad dalam masalah zakat, infak, sedekah, dan
implementasi ekonomi Islam dengan wakaf. Tidak heran bila Komite
ruang lingkup yang cenderung lebih Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
sempit karena tidak melihatnya dari menilai kondisi industri keuangan
sudut pandang atau paradigma yang syariah di Indonesia masih jalan di
lebih mendasar. Sementara penelitian tempat. Terbukti, data Otoritas Jasa
ini membahas poin-poin kritik Keuangan (OJK) terbaru menyebutkan
terhadap implementasi ekonomi Islam pangsa pasar keuangan syariah baru
dari sudut pandang atau paradigma mencapai 8,69 persen dari total pasar
yang lebih mendasar. keuangan nasional. Bahkan secara
khusus, Direktur Pengembangan
PEMBAHASAN Ekonomi Syariah dan Industri Halal
KNKS, Afdhal Aliasar, merincikan dari
Sebagaimana yang telah dijelaskan di jumlah tersebut, pangsa pasar
atas, beberapa fakta perkembangan perbankan syariah tercatat hanya 5,94
ekonomi Islam yang telah berjalan saat persen. Sedangkan sisanya atau sebesar
ini, terdapat beberapa hal yang perlu 2,75 persen merupakan pangsa pasar
untuk diluruskan. Paradigma dan non perbankan syariah. 3
pendekatan-pendekatan normatif
ekonomi Islam yang berjalan saat ini, Perhitungan di atas hanyalah
perlu dibawa menuju sistem ekonomi berdasarkan pada jumlah dana

3 keuangan-syariah-stagnan. Diakses pada tanggal 10


https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201909110343 Oktober 2019.
28-78-429312/knks-sebut-pertumbuhan-pangsa-pasar-

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


43
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

masyarakat yang dikelola oleh Tidak heran bila berbagai kalangan


perbankan syariah. Kita melupakan mengkhawatirkan terjadinya over
berbagai praktik ekonomi Syariah di likuidasi pada sektor keuangan syariat
luar sektor keuangan tersebut seperti di yang ada. Di mana Dana Pihak Ketiga
pasar tradisional, pertanian, industri (DPK) mengalir begitu deras, akan
dan lainnya. Gambaran sempit tentang tetapi sektor keuangan syariat tidak
ekonomi Islam yang ada di benak kuasa menyalurkannya kepada sektor
kebanyakan umat Islam ini, bisa jadi riil. Kekhawatiran ini cukup mendasar,
merupakan salah satu alasan yang sebab keuntungan yang didapat oleh
menjadikan perhatian para praktisi kebanyakan sektor keuangan syariat
ekonomi Islam saat ini hanya berkutat hanyalah melalui penyaluran dana, dan
pada dunia perbankan atau sektor bukan dari hasil niaga nyata.
finansial. Kenyataan-kenyataan ini menyadarkan
kita bahwa para pelaku atau praktisi
Padahal sejatinya, ekonomi Islam ekonomi Islam hendaknya segera
bukan hanya sektor finansial, akan memusatkan perhatian dan perjuangan
tetapi juga mencakup sektor industri, mereka pada sektor industri,
perdagangan dan berbagai sektor riil perniagaan praktis, sektor riil dan yang
lainnya. Jika kita melihat lebih jauh, semisial. Dengan demikian, mereka
niscaya kita akan mendapati bahwa benar-benar menghasilkan keuntungan
sektor finansial justru akan senantiasa dari perniagaan nyata dan bukan dari
bergantung pada sektor-sektor riil. Bila mempertukarkan uang dengan uang.4
demikian adanya, berbagai perjuangan
dan upaya yang dicurahkan hanya akan Penamaan Bank Syariah yang
menemui jalan buntu. Sebab, sektor Keliru
keuangan, sejatinya tidak dibenarkan
untuk terjun langsung ke sektor riil atau Penamaan Bank Syariah sedari awal
bisnis praktis yang dapat menghasilkan adalah salah kaprah. Nomenklatur yang
keuntungan halal menurut UU Nomor lebih tepat bukanlah Bank Syariah akan
10 tahun 1998. Hal ini dikarenakan tetapi Lembaga Keuangan Syariah.
uang yang merupakan faktor utama Mengapa demikian?
sektor finansial, adalah alat untuk
menjalankan roda ekonomi dan bukan Alasan yang pertama, seperti yang kita
sebagai objek perekonomian. Objek ketahui bahwa bank bersifat profit
sejati perekonomian ialah barang atau oriented murni, sehingga dalam
jasa, yang selanjutnya dinilai dengan pelaksanaannya bank dituntut untuk
uang, dan bukan uang dinilai dengan selalu menaikkan keuntungan dari
uang. Apabila uang yang notabene waktu ke waktu. Keuntungan tidak
adalah alat transaksi dan niaga dijadikan boleh tetap atau bahkan turun, sebab
sebagai objek utama niaga, maka yang jika demikian, bank tersebut terancam
terjadi adalah riba, berbagai tindak akan ditutup. Sedangkan pada lembaga
spekulasi dan berbagai kekacauan. keuangan Syariah, orientasi aslinya
adalah mengutamakan asas ta’`a>wun
atau berlandaskan prinsip saling tolong

4 https://pengusahamuslim.com/2158-mengkritisi-para-
praktisi-ekonomi-syariah-seri-2.html. Diakses pada tanggal
10 Oktober 2019.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


44
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

menolong diantara sesama. Hal ini Alasan yang kedua adalah terkait
diutamakan di atas kepentingan dengan tugas dan wewenang. Pada
mencari keuntungan. Dalam artian, dasarnya tugas bank berdasarkan UU
boleh mencari keuntungan sekedarnya Nomor 10 tahun 1998, diantaranya
dengan tetap mengutamakan prinsip adalah menghimpun dana dari
tolong-menolong terhadap sesama. masyarakat, memberi kredit,
Namun pada kenyataanya yang terjadi menyalurkan pembiayaan,
justru sama saja, baik bank menyediakan tempat penyimpanan dan
konvensional maupun bank syariah mentransfer uang. Apabila merujuk
sama-sama mengejar keuntungan pada regulasi tersebut maka
sebanyak-banyaknya sehingga kurang sesungguhnya tidak ada masalah
memperhatikan nasib customer. dengan penamaan bank Syariah, karena
Sehingga penamaan bank kurang cocok aktivitas yang dilakukan oleh bank
dan lebih pas dengan istilah Lembaga syariah sudah sesuai dengan
Keuangan Syariah (LKS). koridornya.

Sebenarnya orientasi tersebut bermula Namun jika kita melihat pada larangan
dari adanya perbedaan permasalahan yang diberlakukan untuk perbankan,
dalam ekonomi konvensional dan yakni bahwasannya bank tidak boleh
ekonomi syariah. Permasalahan menjalankan bisnis riil di luar sektor
ekonomi konvensional adalah keuangan, maka penamaan bank
terbatasnya alat pemenuhan kebutuhan syariah menjadi bermasalah. Hal ini
yang tidak sebanding dengan karena bank sama sekali tidak boleh
kebutuhan manusia yang tak terbatas, melakukan aktifitas bisnis atau
sedangkan pada ekonomi syariah perniagaan nyata. Sedangkan yang
masalah ekonomi ada pada distribusi dilakukan oleh Bank Syariah -dalam hal
kekayaan yang tidak merata. Hal ini ini adalah pembiayaan melalui produk-
disadari berdasarkan realitas bahwa produknya, seperti akad mura>bahah,
ekonomi konvensional pada akad mud{a>rabah, akad sala>m, akad
hakikatnya adalah hasil analisa akal istis{na', akad ija>rah, dan lainnya-, semua
pikir manusia yang melahirkan teori itu adalah bentuk dari tijarah atau
dan cara agar seseorang mendapatkan perdagangan. Ini tidak sesuai dengan
keuntungan dan modal yang sebanyak regulasi yang ada.
banyaknya. Efek yang ditimbulkan dari
pola pikir ini adalah seseorang Di sinilah letak kekeliruan yang perlu
cenderung egois dan kurang diluruskan. Pada praktiknya, seluruh
memperhatikan nasib orang lain. bank syariah melakukan bisnis nyata
Berbeda dengan ekonomi syariah yang yang sebenarnya kurang sesuai dengan
hakikatnya adalah ajaran ketuhanan prinsip dan larangan yang berlaku
yang dituangkan dalam Alquran dan untuk bank pada umumnya. Penamaan
Hadis yang sangat menekankan yang lebih sesuai adalah lembaga
moralitas yang baik, memperhatikan keuangan syariah. Alasannya
nasib tetangga dan saudara, sederhana, LKS Syariah diperbolehkan
mendahulukan kepentingan orang lain, melakukan aktivitas jual beli atau bisnis
meolong terhadap sesama dan lain riil atau bisinis di sektor selain
sebaginya. keuangan. Akan tetapi, menurut hemat
penulis, penamaan ini juga akan

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


45
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

menjadi bias, membingungkan dan menghapuskan kemiskinan hingga


akan tumpang tindih, karena tidak akan betul-betul habis. Impian ini sejatinya
ada perbedaan antara lembaga bertentangan dengan ketentuan Allah
keuangan syariah dalam bentuk bank Ta’a>la. Dalam sebuah ayat-Nya, Allah
dan non bank, yang berpengaruh Ta’a>la berfirman (artinya), “Apakah
terhadap siapa atau pihak mana yang mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu?
memiliki otoritas dan lebih berhak Kami telah menentukan antara mereka,
dalam mengawasi aktivitas lembaga penghidupan mereka dalam kehidupan
keuangan tersebut, apakah OJK atau dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
Kementerian Koperasi. mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat
Memang nama sekedar istilah saja, mempergunakan sebagian yang lain. Dan
namun nama menjadi penting jika rahmat Rabbmu lebih baik dari segala
dikaitkan dengan peraturan untuk sesuatu yang mereka kumpulkan.” (QS.
menjamin ketertiban dan jaminan Az-Zukhruf:32).
terhadap hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang terkait. Adapun Ayat tersebut telah menegaskan bahwa
menurut penulis, kaidah "al-‘ibratu bi kaya dan miskin adalah dua kelompok
umu>mi al-lafz{i la> bikhus{u>si al- yang akan selalu ada hingga akhir
sababi"5 yang bermakna bahwa zaman. Dalam Tafsi>r Jalalayn
keumuman makna lafaz{ lebih disebutkan maksud ayat ini bahwa,
didahulukan daripada kekhususan “Kami telah menentukan antara
sebab (Mahmuddin, 2016) adalah mereka penghidupan mereka dalam
kaidah yang patut dikedepankan. kehidupan dunia, Kami jadikan
Dalam hal ini, Bank Syariah pada sebagian dari mereka kaya dan sebagian
dasarnya telah memenuhi prinsip- lainnya miskin, dan Kami telah
prinsip umum bank, meskipun dalam meninggikan sebagian mereka dengan
penerapannya bank melakukan bisnis diberi kekayaan atas sebagian yang lain
di luar sektor keuangan yang mana beberapa derajat, agar sebagian mereka
bertujuan agar akad-akad yang ada dapat mempergunakan golongan
dalam bank syariah menjadi halal orang-orang yang berkecukupan
hukumnya (adanya underlying asset). (sebagian yang lain) atas golongan
orang-orang yang miskin (sebagai
Replikasi Konsep ‘Ekonomi Qarun’ pekerja).6

Perhatian para praktisi ekonomi Banyak praktisi ekonomi Syariah


konvensional atau syariah, hingga saat melalaikan hubungan rezeki dengan
ini, hanya terpusat pada upaya Allah Ta’a>la. Menurut mereka,
mewujudkan keuntungan, Singapura, Inggris, dan berbagai negara
menghindarkan kerugian, dan kafir lainnya telah lebih dahulu menjadi
memeratakan kesejahteraan. Bahkan, pusat ekonomi Islam dibanding
ada yang bermimpi untuk Indonesia.7 Padahal, tidak dapat
diragukan bahwa negara-negara
5
Terdapat pada Kitab Mandzu>mah Us{u>lil Fiqhi wa 7

Qawa>idihi, bait ke 100-101, oleh Muhammad bin Shalih http://majalahekonomisyariah.com/index.php/web/new


Al-‘Utsaimin. s/index/2/125320961.
6https://tafsirq.com/43-az-zukhruf/ayat-32#tafsir-

jalalayn.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


46
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

tersebut jauh dari dasar utama ekonomi Ada lagi yang berjuang demi
syariat Islam ini. Apalah gunanya popularitas, dan ada pula yang berjuang
keuntungan besar bila para pelaku agar orang lain menyaksikan
ekonomi jauh dari pijakan dan dasar keberaniannya di medan perang.
ini? Keuntungan besar dan kesuksesan Siapakah dari mereka yang disebut
bisnis di dunia tidak cukup sebagai ‘berjuang di jalan Allah’?’ (Menjawab
bukti bahwa sistem yang diterapkan pertanyaan ini), Rasulullah s{hallalla>hu
telah selaras dengan syariat Islam. ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa
Keuntungan yang besar bisa saja yang berjuang demi menjadikan hukum
dicapai oleh orang-orang yang tidak Allah menjadi berjaya, maka ialah pejuang
beriman kepada Allah Ta’a>la, dan di jalan Allah.'”8
bahkan menerapkan konsep yang
nyata-nyata bertentangan dengan Dari penjelasan-penjelasan di atas,
agama Islam. pertanyaan yang muncul kemudian
adalah, masih layakkah bagi umat
Perlu diingat bagaimana kisah Qarun; Islam, terlebih para pakar dan praktisi
simbol saudagar sukses, tetapi karena ekonomi Islam, mengganggap bahwa
konsep ekonominya tidak didasari oleh beberapa konsep negara kafir yang
keimanan kepada Allah, maka ia tampak serupa dengan syariat Islam itu
menanggung kebinasaan dunia dan lebih baik? Apakah sama antara orang
akhirat. Allah mengisahkannya dalam yang tidak mencuri karena tidak
firman-Nya (artinya), “Qarun berkata, memiliki kesempatan dengan orang
‘Sesungguhnya, aku mendapatkan harta yang tidak mencuri karena takut kepada
kekayaan itu hanya karena kecerdasanku.’ Allah? Inilah beberapa pertanyaan yang
Dan apakah ia tidak mengetahui patut untuk direnungkan dan sekaligus
bahwasanya Allah sungguh telah menjadi otokritik bagi pandangan
membinasakan umat-umat sebelumnya yang sebagian kita selama ini terkait
lebih kuat daripadanya dan lebih banyak implementasi ekonomi Syariah di
kumpulan hartanya?” (QS. Al- tengah umat.
Qashash:78)
Paradigma Penyebab Kerugian
Keimanan ini adalah syarat utama agar Usaha yang Salah
suatu sistem atau konsep dapat
dinyatakan sebagai “syariat Islam”. Sepanjang sejarah, dunia usaha
Secara lahir, bisa saja dua amalan senantiasa dihiasi dengan kisah-kisah
serupa, tetapi pada hakikatnya, dua unik seputar keuntungan dan kerugian.
amalan itu sangat berbeda. Dalam Dua kenyataan, manis dan pahit, ini
sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh selalu bersandingan dan tidak pernah
Bukhari dan Muslim, sahabat Abu bisa dipisahkan. Kerugian usaha
Musa rad{iyalla>hu ‘anhu mengisahkan, memiliki banyak faktor penyebab,
“Ada seorang lelaki yang menemui dimulai dari kesalahan manusia,
Rasulullah s{hallalla>hu ‘alayhi wa sallam, musibah, atau mesin hingga
lalu ia bertanya, ‘Ada seseorang yang lingkungan.
berjuang, hanya karena ingin
mendapatkan harta rampasan perang.

8 HR. Bukhari dan Muslim.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


47
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

Dalam konsep Islam, dimana ekonomi Muhammad bin Sirin10 adalah seorang
Syariah berjalan di atasnya, kerugian ulama besar yang berprofesi sebagai
yang dialami manusia, selain karena seorang saudagar. Akan tetapi, pada
faktor manusia dan lingkungan, juga akhir hayatnya, beliau ditimpa pailit dan
dapat diakibatkan oleh dosa para terlilit utang sebesar tiga puluh ribu
pelaku usaha. Gambaran mudah dirham, sehingga beliau pun dipenjara.
hubungan antara kerugian dengan Beliau baru dapat terbebas dari penjara
dunia usaha, bagaikan seorang setelah salah seorang putranya, yang
pengendara kendaraan dengan berbagai bernama Abdullah, melunasi utangnya.
kecelakaan yang ia alami. Ia bisa saja Yang unik dan layak menjadi pelajaran
mengalami kecelakaan, karena faktor dari kisah beliau, adalah pengakuannya
kesalahannya, kerusakan pada tentang penyebab beliau ditimpa
kendaraan, atau kerusakan pada jalan. kerugian dan musibah ini. Beliau
Tidak jarang pula, kecelakaan terjadi berkata, “Sesungguhnya, aku tahu
karena murni atas kekuasaan Allah, penyebab diriku dililit utang, yaitu
untuk menguji kadar keimanan ucapanku kepada seseorang ketika 40
pengendara kendaraan. tahun silam, ‘Wahai orang pailit…'”
Tatkala kisah pengakuan ini sampai ke
Oleh karena itu, hendaknya kita telinga Abu Sulaiman Ad-Darani, ia
merenungkan riwayat berikut. Pada berkata, “Dosa-dosa mereka itu begitu
suatu hari, Mush’ab bin Sa’id, dari sedikit, sehingga mereka mengetahui
ayahnya, ia berkata, “Wahai Rasulullah, dari mana mereka ditimpa petaka.
manusia manakah yang paling berat Sedangkan kita, dosa kita begitu banyak
ujiannya?” Beliau s{hallalla>hu ‘alayhi wa maka tidak heran bila kita tidak tahu,
sallam menjawab, “Para Nabi, kemudian dosa manakah yang menyebabkan kita
yang semisalnya dan semisalnya lagi. ditimpa musibah.”11
Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi
agamanya. Apabila agamanya begitu kuat Dari penjelasan di atas, kita
(kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. mengatakan bahwa sudah sepantasnya
Apabila agamanya lemah, maka ia akan bagi para praktisi ekonomi Islam
diuji sesuai dengan kualitas agamanya. benar-benar menyakini dan
Seorang hamba senantiasa akan mengembalikan urusan rezeki hanya
mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di kepada Allah, sehingga kebahagian
muka bumi dalam keadaan bersih dari hidup yang merupakan cita-cita setiap
dosa.”9 Dari riwayat ini, kita dapat umat Islam dapat tercapai, walau
mengambil pelajaran bahwa kerugian mungkin saja, urusan rezeki mereka
bisa jadi karena kemuliaan kita di sisi terkadang tidak seperti yang diinginkan.
Allah Ta’a>la. Tidak seyogyanya kebahagian dan
kedamaian hidup umat Islam
digantungkan sepenuhnya dengan

9
HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi kemampuannya dalam menakwilkan mimpi, serta atas
kesalehannya. Ibnu Sirin mempelajari ilmu agama serta
no. 2783, Ahmad (1/185). Al-Albani dalam S{ahi>h At- meriwayatkan hadis antara lain dari Abu Hurairah,
Targhi>b wa At-Tarhi>b no. 3402 mengatakan bahwa hadits Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Imran bin
ini sahih. Hushain, dan Anas bin Malik.
10 Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri, lahir 33
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sirin. Diakses pada
H/653-4 M, meninggal 110 H/729 M, adalah salah seorang tanggal 15 Oktober 2019).
tokoh ulama ahli fikih dan perawi hadis dari golongan 11 Hilyatul Auliya’, 2:271, Abu Nu’aim Al-Ashbahani.
tabi'i>n yang menetap di Bashrah. Ibnu Sirin juga terkenal

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


48
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

urusan harta benda, akan tetapi Tengah, Asia Tenggara, dan Asia
hendaknya digantungkan kepada Allah Tengah saat ini, modal finansial
Ta’a>la. Bila kita puas dengan karunia beberapa negara besar dunia berasal
Allah maka kebahagiaan hidup pun dari eksploitasi minyak, gas bumi, dan
menjadi milik kita. Rasulullah bahan-bahan mineral lainnya, sehingga
s{hallalla>hu ‘alayhi wa sallam bersabda sulit bagi dunia Islam untuk
(artinya), “Sesungguhnya, Allah yang menghindari citra kapitalisme (Quthub,
Mahaluas karunia-Nya lagi Mahatinggi 2015). Oleh karenanya, di antara hal
akan menguji setiap hamba-Nya dengan yang dapat dilakukan adalah
rezeki yang telah Ia berikan kepadanya. mengendalikan kapitalisme dengan
Barang siapa yang ridha dengan pembagian semangat moral dan etika dan
Allah ‘Azza wa Jalla maka Allah akan dikombinasikan dengan nilai-nilai
memberkahi dan melapangkan rezeki keadlilan dari Alquran (Rahman, 2016)
tersebut untuknya. Barang siapa yang tidak dan spiritualitas yang bersumber dari
ridha (tidak puas), niscaya rezekinya tidak Allah Ta’a>la dengan mengacu kepada
akan diberkahi.”12 hukum privat Islam atau hukum
Perdata Islam dalam perkara muamalah
Sebaliknya,berlari mengejar ambisi dan (Hatta, 2017).
keserakahan dunia, tidak menjadi
jaminan untuk mendapatkan Paradigma Pembelanjaan Harta
kebahagiaan hidup. Rasulullah
s{hallalla>hu ‘alayhi wa sallam bersabda Kita tidak meragukan bahwa metode
(artinya), “Semoga pemuja dinar, dirham, menghasilkan kekayaan dan
dan baju sutra (pemuja harta kekayaan, keuntungan yang selaras dengan syariat
pent.) menjadi sengsara! Bila diberi, ia merasa Allah Ta’a>la adalah bagian dari prinsip
senang, dan bila tidak diberi, ia menjadi ekonomi Islam. Akan tetapi, itu
benci. Semoga ia menjadi sengsara dan hanyalah separuh dari syariat Islam dan
semakin sengsara (bak jatuh tertimpa tangga belum seutuhnya, karena syariat Islam
pula), dan bila ia tertusuk duri, semoga tiada juga mengatur metode pembelanjaan
yang kuasa mencabut duri itu darinya.”13 harta kekayaan yang berhasil diperoleh.
Bisa saja kita mendapatkan harta
Kita mengkhawatirkan jika saja kekayaan dari jalur-jalur yang halal,
implementasi ekonomi Islam hanya namun karena salah
menjadi sebuah model kapitalisme membelanjakannya maka kita pun tidak
yang dibungkus dengan nilai-nilai layak untuk menyandang predikat
religius. Berbeda dengan sistem “ekonom muslim”. Predikat “ekonom
ekonomi kapitalis, sistem ekonomi muslim” hanya dapat disandang oleh
Islam sejatinya menetapkan bahwa orang yang berhasil meraup
kepemilikan harta dari segi jumlah keuntungan dari jalan-jalan yang halal,
(kuantitas) tidak dibatasi namun dan selanjutnya membelanjakannya
dibatasi dengan cara-cara tertentu dengan cara yang halal dan pada jalan
(kualitas) dalam memperoleh harta (ada yang halal.
aturan halal dan haram). Jika kita
melihat perkembangan kekuatan Oleh karenanya, dalam urusan
negara-negara Muslim di Timur ekonomi, Islam mengajarkan dua

12 HR. Imam Ahmad; dinilai sahih oleh Al-Albani. 13 HR. Bukhari.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


49
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

prinsip utama terkait harta, yaitu dari mengatakan bahwa perbankan syariah
mana didapatkan dan ke mana telah melakukan promosi besar-
dibelanjakan. Rasulullah s{hallalla>hu besaran untuk mengajak umat Islam
‘alayhi wa sallam (artinya), “Kelak, di berhutang dalam pangsa pasar haji dan
hari kiamat, tidaklah kedua kaki setiap umrah. Menurut dia, karena
hamba dapat bergeser hingga ia keterbatasan finansial, bank syariah
mempertanggungjawabkan empat hal: tentang seolah hadir sebagai pahlawan dan
umurnya, untuk urusan apa ia habiskan; mengabaikan bahwa haji dan umrah
ilmunya, amalan yang ia lakukan dengannya; dikerjakan bagi umat Islam yang
harta kekayaannya, asal-muasal ia mampu, termasuk finansial. Jika bank
mendapatkannya dan pembelanjaan yang dia syariah mempromosikan utang, kata
lakukan dengannya; raganya, untuk urusan Yusnar, maka tidak ada bedanya
apa ia gunakan.”14 dengan bank konvesional.15

Hadis ini mengantarkan kita kepada Minimnya Sumber Daya Insani


satu kesimpulan besar bahwa Ekonomi
Islam hanya bisa diterapkan dan Telah menjadi kodrat umat Islam di
dimiliki oleh umat Islam. Dasar dari negeri kita, bahwa tumbuhnya
kesimpulan ini ialah karena orang- perbankan syariah yang begitu pesat
orang kafir atau negara kafir tidak sejatinya tidak didahului oleh
mungkin mengindahkan syariat Islam penyiapan sumberdaya insani yang
dalam hal pembelanjaan harta cukup dan andal. Tak ayal lagi, demi
kekayaan. Dengan demikian, tidak memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
sepantasnya bila umat Islam–dan para ditunda, menurut Badri (2016)16,
pakar ekonomi Islam secara khusus– perbankan syariah menerapkan
hanya mencurahkan perhatian pada semboyan kuno “tidak ada rotan akar
metode meraup keuntungan. Sudah pun jadi”. Bisa jadi karena karena
saatnya pula, kita menyeru masyarakat kebutuhan mendesak, ada bank syariah
Islam secara luas untuk mengindahkan yang menempuh jalur pintas. Bukan
syariat Islam dalam hal pembelanjaan mengkader calon-calon praktisi
harta kekayaan, khususnya pada aspek perbankan syariah melalui lembaga
atau alokasi yang dapat membawa pendidikan yang ada, namun
kemasalahatan umat yang bersifat “mengkonversi” praktisi bank
produktif, bukan untuk keperluan yang konvensional menjadi praktisi
hanya bersifat konsumtif. perbankan syariah. Dapat kita
bayangkan, bagaimana kiranya kondisi
Hal ini menjadi beralasan mengingat perbankan syariah bila ternyata yang
kecenderungan perbankan Syariah memutar roda-rodanya adalah mantan
yang memudahkan pemberian utang praktisi perbankan konvensional?
kepada masyarakat. Ketua Majelis Wajar, bila pola pikir dan kerja mereka
Ulama Indonesia (MUI) Bidang selama aktif di perbankan konvensional
Kerukunan Umat Beragama, Yusnar masih melekat kuat pada jiwa mereka.
Yusuf, dalam sauatu kesempatan Dampak solusi darurat ini adalah

14 HR. Tirmidzi; dinilai sebagai hadis sahih oleh Al-Albani 16https://pengusahamuslim.com/5689-sektor-riil-

dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 946. tantangan-bank-syariah.html. Diakses pada tanggal 10
15 https://www.kiblat.net/2016/02/29/mui-bank-syariah- Oktober 2019.
mengajarkan-umat-islam-untuk-berhutang/. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2019.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


50
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

perbankan syariah tidak siap untuk pasti menyisakan celah dan kekurangan
terjun ke sektor riil. Alasannya, karena yang patut untuk dikritisi dan
para praktisi perbankan syariah merasa diperbaiki. Beberapa hal yang menjadi
lebih nyaman dengan pola kerja tantangan yang dihadapi oleh praktik
menyerupai pola kerja perbankan ekonomi syariah Indonesia yang
konvensional. mengakibatkan penerapan ekonomi
syariah di Indonesia kurang
Oleh karenanya, untuk melahirkan berkembang sebagai sebuah kriktik
praktisi-praktisi perbankan syariah adalah :
yang andal, tentu dibutuhkan 1. Ekonomi Islam bukan hanya
lembaga pendidikan yang memadai. sektor finansial, akan tetapi juga
Pendidikan ilmu perbankan, lebih-lebih mencakup sektor industri,
ilmu syariah. Untuk itu, sudah saatnya perdagangan dan berbagai sektor
umat Islam memasukkan sistem riil lainnya. Para pelaku atau
ekonomi Islam ke dalam kurikulum praktisi ekonomi Islam hendaknya
sekolah. Dimulai dari tingkat segera memusatkan perhatian dan
menengah hingga perguruan tinggi. perjuangan mereka pada sektor
Bahkan tidak ada salahnya bila umat industri, perniagaan praktis, sektor
Islam membuka sekolah atau jenjang riil dan yang semisial. Dengan
pendidikan khusus yang mengajarkan demikian, mereka benar-benar
syariat Islam dan ekonomi Islam menghasilkan keuntungan dari
termasuk ilmu-ilmu kaidah Alquran perniagaan nyata dan bukan dari
yang mendasarinya (Syaripudin, 2016) mempertukarkan uang dengan
secara optimal dan maksimal demi uang;
menghasilkan bankir-bankir islami 2. Penamaan Bank Syariah adalah
yang bisa membangun perbankan salah kaprah. Nomenklatur yang
syariah secara meyakinkan. lebih tepat bukanlah Bank Syariah
akan tetapi Lembaga Keuangan
PENUTUP Syariah. Hal ini karena bank
bersifat profit oriented murni,
Kesadaran umat Islam akan pentingnya sehingga dalam pelaksanaannya
kembali kepada pangkuan agama bank dituntut untuk selalu
semakin terasa kuat dan membulat. menaikkan keuntungan dari waktu
Salah satunya pada sektor ke waktu. Sedangkan pada
perekonomian dan/atau keuangan lembaga keuangan Syariah,
Islam. Geliat di sektor ini kemudian orientasi aslinya adalah
memunculkan fenomena ramainya mengutamakan asas ta`’a>wun atau
bentuk-bentuk sistem dan model berlandaskan prinsip saling tolong
interaksi ekonomi dan keuangan, menolong diantara sesama yang
seperti perbankan syariah, asuransi diutamakan diatas kepentingan
syariah, pegadaian syariah dan lain mencari keuntungan sejalan
sebagainya. Seluruh upaya dan dengan ajaran ketuhanan yang
perjuangan sampai pada titik ini dituangkan dalam Alquran dan
merupakan suatu hal yang patut untuk Hadis;
disyukuri. Meski demikian, kekurangan 3. Perhatian para praktisi ekonomi
dan kelemahan sistem yang telah ada konvensional atau syariah, hingga
sebagai sebuah produk ciptaan manusia saat ini, hanya terpusat pada upaya

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


51
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

mewujudkan keuntungan, Predikat “ekonom muslim” hanya


menghindarkan kerugian, dan dapat disandang oleh orang yang
memeratakan kesejahteraan. berhasil meraup keuntungan dari
Bahkan, ada yang bermimpi untuk jalan-jalan yang halal, dan
menghapuskan kemiskinan hingga selanjutnya membelanjakannya
0%. Impian ini sejatinya dengan cara yang halal dan pada
bertentangan dengan ketentuan jalan yang halal. Oleh karenanya,
Allah Ta’a>la. Banyak praktisi hendaknya umat Islam–dan para
ekonomi Syariah melalaikan pakar ekonomi Islam secara
hubungan rezeki dengan Allah khusus– tidak hanya mencurahkan
Ta’ala. Sejatinya, keimanan adalah perhatian pada metode meraup
syarat utama agar suatu sistem atau keuntungan. Sudah saatnya pula,
konsep dapat dinyatakan sebagai kita semua menggalakkan dan
“syariat Islam”. Para praktisi menyeru masyarakat Islam secara
Ekonomi Islam hari ini sepatutnya luas untuk mengindahkan syariat
menyadari bahwa aktivitas Islam dalam hal pembelanjaan
ekonomi seharusnya didasari oleh harta kekayaan, khususnya pada
keimanan kepada Allah Ta’a>la; aspek atau alokasi yang dapat
4. Dalam konsep Islam, dimana membawa kemasalahatan umat
ekonomi Syariah berjalan di yang bersifat produktif, bukan
atasnya, kerugian yang dialami untuk keperluan yang hanya
manusia, selain karena faktor bersifat konsumtif;
manusia dan lingkungan, kerugian 6. Telah menjadi kodrat umat Islam
usaha juga dapat diakibatkan oleh di negeri kita, bahwa tumbuhnya
dosa para pelaku usaha. Oleh perbankan syariah yang begitu
karena itu, hendaknya bagi para pesat sejatinya tidak didahului
praktisi ekonomi Islam benar- oleh penyiapan sumberdaya insani
benar menyakini dan yang cukup dan andal. Oleh
mengembalikan urusan rezeki karenanya, untuk melahirkan
hanya kepada Allah, sehingga praktisi-praktisi perbankan syariah
kebahagiaan hidup yang yang andal, tentu dibutuhkan
merupakan cita-cita setiap umat pendidikan ilmu perbankan
Islam dapat tercapai, walau Syariah yang memadai. Untuk itu,
mungkin saja, urusan rezeki sudah saatnya umat Islam
mereka terkadang tidak seperti memasukkan sistem ekonomi
yang diinginkan. Tidak Islam ke dalam kurikulum
sepantasnya, kebahagian dan universitas dan sekolah.
kedamaian hidup umat Islam
digantungkan sepenuhnya dengan DAFTAR PUSTAKA
urusan harta benda. Akan tetapi,
sepantasnya digantungkan dengan Badri, M.A. (2016). Sektor Riil,
Allah Ta’a>la; Tantangan Bank Syariah.
5. Kita tidak meragukan bahwa https://pengusahamuslim.com/
metode menghasilkan kekayaan 5689-sektor-riil-tantangan-bank-
dan keuntungan yang selaras syariah.html. Diakses pada
dengan syariat Allah adalah bagian tanggal 10 Oktober 2019.
dari prinsip ekonomi Islam.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


52
NUKHBATUL ‘ULUM : Jurnal Bidang Kajian Islam
Vol. 5, No. 1 (2019) : Hal. 39-53
Website: https://journal.stiba.ac.id
ISSN : 2685-7537 (online) 2338-5251 (Printed)

Dahlan, A. (2008). Urgensi Studi ah/data-dan-statistik/statistik-


Ekonomi Islam. Jurnal Pemikiran perbankan-
Alternatif Pendidikan Insania, Vol. syariah/Pages/Statistik-
13, No. 1, Jan-Apr, 2008, p. 16- Perbankan-Syariah---July-
129. 2019.aspx.
Halik, A. (2018). Paradigma Kritik Quthub, M. (2015). Ekonomi Islam atau
Penelitian Komunikasi Kapitalisme Religius, Sebuah Kritik
(Pendekatan Kritis- Impelementasi.
Emansipatoris dan Metode https://www.kompasiana.com/
Etnografi Kritis). Jurnal Tabligh, muhammadquthb/5590c34d957
Vol. 19 No. 2, Desember 2018, a61e617a6fb3b/ekonomi-islam-
p.162 – 178. atau-kapitalisme-religius-sebuah-
Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial : kritik-impelementasi. Diakses
Suatu Pengantar. Bandung: pada tanggal 10 Oktober 2019.
Rosdakarya. Rahman, R. A. (2016). Konsep
Hatta, A. (2017). Daya Serap Hukum Keadilan dalam al-Quran.
Islam di Indonesia pada Bidang Nukhbatul 'Ulum, 2(2), 167-175.
Privat. Nukhbatul 'Ulum, 3(2), Rahmawaty, A. (2007). Ekonomi
237-245. Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk
Iskandar, A. (2014). Pengaruh Murabahah dalam Perbankan
Penerbitan Sukuk Negara Syari’ah di Indonesia. Jurnal
Sebagai Pembiayaan Defisit Ekonomi Islam : La Riba, Vol. 1,
Fiskal dan Kondisi Ekonomi No. 2, Desember 2007.
Makro Terhadap Perkembangan Rusydi, I. (2016). Studi Kritis Terhadap
Perbankan Syariah di Indonesia Perbankan Syariah Dalam
Jurnal Info Artha, Praktek Mudharabah. Jurnal
Vol.II/XII/2014, p. 1-21. Ilmiah Galuh Justisi, Vol. 4, No. 1.
Iskandar, A., Aqbar, K. (2019). Green p.62-75.
Economy Indonesia Dalam Sulaiman, S. (2014). Evaluasi Praktik
Perspektif Maqashid Murabahah Pada Perbankan
Syari’ah. Al-Mashrafiyah: Jurnal Syariah di Indonesia Sebuah
Ekonomi, Keuangan, dan Perbankan Analisis Fiqh. Jurnal Syari’ah, Vol.
Syariah, 3(2), p.83-94. II, No. II, Oktober 2014.
Iskandar, A., Possumah, B. T. (2018). Syaripudin, A. (2016). Al-Quran
Inklusifitas Keuangan Syariah sebagai Sumber Agama
dan Kemiskinan di Islam. Nukhbatul 'Ulum, 2(2),
Indonesia. Jurnal Nukhbatul 132-139.
'Ulum, 4(2), p. 1-18. Syu’aibun. (2014). Tinjauan Kritis
Mahmuddin, R. (2016). Pengaruh Terhadap Deviasi Akad
Lafazh Nāṣ al-‘Ᾱm (Umum) dan Murabahah Dalam Aplikasinya
Nāṣ al-Khāṣ (Khusus) pada Pada Perbankan Syari’ah. Jurnal
Ijtihād Para Ulama. Nukhbatul Human Falah, Vol. 1, No. 2.
'Ulum, 2(2), 176-184. Umar, A. I. (2017). Index of Syariah
Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Financial Inclusion in
Statistik Perbankan Syariah, Juli, Indonesia. Buletin Ekonomi
2019. Moneter dan Perbankan, 20(1), 100-
https://ojk.go.id/id/kanal/syari 126.

Azwar Iskandar, Khaerul Aqbar. Reposisi Praktik Ekonomi…


53

S-ar putea să vă placă și