Sunteți pe pagina 1din 10

Vol. 9 No.

1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

LAPORAN PENELITIAN

Aplikasi Gel Kitosan Berat Molekul Tinggi dan


Rendah terhadap Ketebalan Epitel Mukosa pada
Proses Penyembuhan Luka Pencabutan Gigi
(Application of Chitosan Gel High Molecular Weight and Low
Molecular Weight on the Epithelial Mucosal Thickness in
Wound Healing After Tooth Extraction)
Fransiska Amelia Hartono, Puguh Bayu Prabowo*, Syamsulina Revianti **
*Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah
**Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Acceleration of wound healing after tooth extraction is the most important.
One of the tissue repair in wound healing is the reepithelialization. Chitosan is a
biomaterial that can be used to accelerate reepithelialization in the wound healing
process. Purpose: The aim of this study was to prove the differences between application
of chitosan gel high molecular weight and low molecular weight to accelerate the
reepithelialization in socket healing after tooth extraction. Material and Methods: The
experiment was held the post test only control group design used 24 male wistar rats
divided into 3 group. K1 group was control group which was extracted without any
treatment, K2 group was extracted and applicated by low molecular weight of chitosan
gel, K3 group was extracted and applicated by high molecular weight of chitosan gel.
After treatments on the 7th day, all groups of rats were euthanized and the epithelial
mucosal thickness was measured under light microscope magnificant 100x. All of the data
were analyzed by one way ANOVA and LSD test. Result: This study showed the epithelial
thickness of the K2 and K3 groups was significantly higher than K1 group, but there were
not significantly different between K2 and K3 group. Conclusion: The effectivity of high
molecular and low molecular weight chitosan gel to accelerate reepithelialization in
socket healing are similar.

Keywords: Chitosan, molecular weight, epithelial thickness, wound healing

Correspondence: Puguh Bayu Prabowo, Departemen Ilmu Material dan Teknologi


Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah, Arief Rahman
Hakim 150, Surabaya, Telepon 031-5912191, Email: pbprabowo@gmail.com

1
ABSTRAK

Latar belakang: Percepatan proses penyembuhan luka setelah pencabutan gigi


merupakan hal yang paling utama. Salah satu perbaikan jaringan dalam penyembuhan
luka adalah terjadinya reepitelisasi. Kitosan merupakan biomaterial yang dapat
digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka dengan cara meningkatkan
reepitelisasi. Tujuan: Membuktikan perbedaan pengaruh aplikasi ekstrak kitosan gel
berat molekul tinggi dan berat molekul rendah terhadap ketebalan epitel mukosa dalam
proses penyembuhan luka pencabutan gigi. Bahan dan Metode: Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian post test only control group design. 24 tikus Wistar
jantan dibagi menjadi 3 kelompok. K1 merupakan kelompok kontrol yang dilakukan
pencabutan tetapi tidak diberi aplikasi kitosan gel, K2 merupakan kelompok perlakuan
yang dilakukan pencabutan dan aplikasi kitosan gel berat molekul rendah, kelompok K3
dilakukan pencabutan dan aplikasi kitosan gel berat molekul tinggi. Tujuh hari setelah
perlakuan, semua kelompok tikus dikorbankan dan diukur ketebalan epitel mukosa secara
mikroskopik dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 100x. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan one way ANOVA dan LSD. Hasil: Studi menunjukkan
ketebalan epitel kelompok K2 dan K3 signifikan lebih tinggi dibandingkan K1, tetapi tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok K2 dan K3. Simpulan: Kitosan gel
berat molekul tinggi dan rendah memiliki efektivitas yang sama dalam meningkatkan
reepitelisasi pada penyembuhan luka pencabutan.

Kata kunci: Kitosan, berat molekul, ketebalan epitel, penyembuhan luka pencabutan

Korespondensi: Puguh Bayu Prabowo, Departemen Ilmu Material dan Teknologi


Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah, Arief Rahman
Hakim 150, Surabaya, Telepon 031-5912191, Email: pbprabowo@gmail.com

PENDAHULUAN fase hemostasis, fase inflamasi, fase


proliferasi dan fase remodeling. Tahap
Pencabutan gigi yang ideal awal penyembuhan luka yaitu
adalah pencabutan sebuah gigi atau hemostasis ditandai dengan adanya
akar gigi yang utuh tanpa blood clot.4
menimbulkan rasa sakit dengan Fase inflamasi terdiri dari fase
trauma sekecil mungkin pada jaringan awal inflamasi (akut) dan fase
penyangga, sehingga luka bekas inflamasi akhir (kronis). Fase inflamasi
pencabutan gigi akan sembuh normal akut terjadi sesaat setelah terjadinya
dan tidak menimbulkan komplikasi.1 luka, ditandai oleh banyaknya eksudasi
Pasien sangat peduli dan protein plasma dan sel neutrofil. Fase
memperhatikan penampilan atau inflamasi kronis terjadi setelah fase
estetika gigi saat ini, sehingga inflamasi akut berakhir yang ditandai
percepatan proses penyembuhan luka oleh sel radang kronis (makrofag,
setelah pencabutan gigi merupakan limfosit, dan sel plasma) yang
hal utama yang perlu diperhatikan mengalami peningkatan pada hari ke
terutama ketika pasien ingin 2-5 dan mengalami penurunan jumlah
mengganti gigi yang telah dicabut yang signifikan pada hari ke 7.5
tersebut dengan gigi tiruan.2,3 Penurunan jumlah tersebut diikuti
Proses penyembuhan luka dapat dengan peningkatan jumlah fibroblas,
dikelompokkan dalam 4 fase yaitu pembuluh darah baru dan kolagen

2
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

yang disebut sebagai jaringan Kitosan dikenal sebagai bahan


granulasi. Fase granulasi merupakan yang memiliki biodegradabilitas yang
fase proliferasi. Pada fase ini terjadi baik, biokompatibel untuk wound-
proses epitelisasi dan pembentukan dressing dan bahan perekat jaringan,
jaringan ikat baru. Fase akhir dari memiliki aktivitas anti infeksi, dan
penyembuhan luka adalah fase kemampuan untuk mempercepat
remodeling.6,7 penyembuhan luka. 11
Kitosan
Epitelisasi merupakan proses memiliki rumus kimia N-acetyl-D-
pembentukan epitel pada luka. Sel glucosamine yang memiliki struktur
basal yaitu sel keratinosit polimer sama dengan hyaluronic acid
menunjukkan aktivitas paling aktif yaitu golongan glycosaminoglycan
dalam siklus epitel mukosa rongga (GAGs) yang merupakan
mulut. Epitelisasi dimulai 12 jam pasca makromolekul matriks ekstraseluler
trauma dan dimulai dengan mitosis sel yang penting untuk penyembuhan
keratinosit pada stratum basalis. luka.12
Keratinosit akan memipih dan Beberapa penelitian mengenai
membentuk tonjolan-tonjolan kitosan dipengaruhi oleh derajat
disekitarnya. Sel ini akan kehilangan deasetilasi (DD) dan berat molekul
perlekatan hemidesmosom dengan sel (BM). Kitosan dengan BM rendah
basal disekitarnya dan mulai memiliki sifat antibakteri yang baik
bermigrasi pada 24 jam pasca trauma. sehingga penyembuhan luka dapat
Dalam 48 jam, proliferasi sel-sel epitel dipercepat karena adanya efek daya
dimulai.8,9 hambat kitosan terhadap bakteri.13,14
Growth factor yang berperan Kitosan dengan BM tinggi memiliki
dalam proses epitelisasi adalah sifat mukoadhesif yang baik dalam
Epidermal Growth Factor (EGF), menutup luka sehingga terbentuk
Keratinocyte Growth Factor (KGF), blood clot yang kuat dan tidak mudah
dan basic Fibroblast Growth Factor lepas untuk mencegah terjadinya dry
(bFGF). EGF dilepaskan oleh platelet, socket pada fase hemostasis.15
fibroblas dan sel mast. EGF Penelitian mengenai kitosan di
menstimulasi proliferasi keratinosit bidang kedokteran telah berkembang
dan menstimulasi pelepasan perlekatan pesat. Penelitian Ueno, dkk (2001)
hemidesmosom keratinosit. Fibroblas menunjukkan bahwa stimulasi sel
juga mengeluarkan KGF yang makrofag menggunakan kitosan
berperan dalam stimulasi mitosis sel menunjukkan peningkatan
basal pada epitel stratum basalis dan Transforming Growth Factor Beta 1
melindungi keratinosit dari (TGF β1), Platelets Release
8,9
apoptosis. Transforming Growth Factor (PDGF)
Kitosan merupakan bahan dan Fibroblast Growth Factor 2 (FGF-
biomaterial yang telah digunakan 2).
untuk mempercepat proses Berdasarkan penelitian yang
penyembuhan luka pencabutan. dilakukan Masuoka, dkk (2005)
Kitosan banyak ditemukan pada kitosan memiliki kemampuan untuk
cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, meningkatkan waktu paruh basic
kepiting, lobster, dan hewan Fibroblast Growth Factor (bFGF)
bercangkang lainya.10 dibanding kelompok kontrol dengan
cara memberi perlindungan agar tidak

3
terdegradasi oleh panas atau pengaruh dengan rancangan penelitian the post
dari enzim. FGF-2 berperan penting test only control group design.
terhadap perkembangan jaringan Besar sampel pada penelitian ini
granulasi, proliferasi fibroblas, adalah 24 ekor tikus yang dibagi dalam
proliferasi sel epitel dan angiogenesis 3 kelompok. Teknik pengambilan
Berdasarkan permasalahan yang sampel menggunakan cara acak
telah dipaparkan proses penyembuhan (simple random sampling).
luka pasca ekstraksi gigi dapat cepat Alat yang digunakan pada
terjadi khususnya dalam proses penelitian ini yaitu sarung tangan,
epitelisasi dengan peranan suatu masker penutup mulut, pinset
biomaterial yang dapat mempercepat kedokteran gigi, kaca mulut, tang
proses penyembuhan luka setelah modifikasi elevator khusus untuk
pencabutan gigi. Salah satu mencabut gigi tikus, needle holder,
Biomaterial yang dapat digunakan gunting, disposable syringe 2,5cc,
salah satunya adalah kitosan. Kitosan kotak tempat sampel, beaker glass,
telah digunakan sebagai produk inkubator, rotary microtome, label,
hemostatic agent yang berguna untuk slide, cover glass, petridish, dan
menghentikan perdarahan, namun mikroskop trinokuler.
bahan tersebut pada dosis ini belum Bahan yang digunakan yaitu
mampu untuk merangsang kitosan Sigma-Aldrich low molecular
pembentukan jaringan lunak maupun weight, kitosan Sigma-Aldrich high
keras termasuk mempercepat proses molecular weight, asam asetat 1%,
epitelisasi. Kitosan memiliki NaOH 1,25%, alkohol 70%, ketamin
biokompatibilitas yang tinggi dan hydrochloride, xylazine hydrochloride,
biodegradabilitas yang baik sehingga eter, buffer formalin 10%, alkohol
sangat potensial untuk diaplikasikan 80%, alkohol 95%, alkohol 100%
pada proses penyembuhan luka. Salah (absolut), NaOH 50%, xylene, buffer
satu yang dapat mempengaruhi sifat parafin, asam nitrat 5%, pewarnaan
fisiko-kimia kitosan adalah berat hematoksiklin eosin (HE), makanan
molekul (BM). Berat molekul kitosan standar tikus wistar, minuman tikus
bergantung pada degradasi yang terjadi wistar (minuman yang diberikan
selama proses deasetilasi dimana berupa air PDAM biasa secara ad
dihasilkan kitosan dengan berat libitum).
molekul rendah dan tinggi. Oleh Pada hari pertama, 24 tikus di
karena itu, peneliti ingin mengetahui aklimatisasi selama 7 hari dalam
pengaruh gel kitosan dengan berat kandang ukuran 40cmx30cmx14cm
molekul tinggi dan berat molekul dan ditempatkan dalam ruangan yang
rendah terhadap ketebalan epitel cukup udara dan cahaya. Pada hari ke-
mukosa pada proses penyembuhan 7, tikus dibagi dan diberi tanda
luka pencabutan gigi. menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok
1, 2, dan 3. Masing-masing kelompok
terdiri dari 8 tikus yang diletakkan
BAHAN DAN METODE dalam 1 kandang.12
Setelah semua tikus dibagi
Jenis penelitian yang dilakukan menjadi 3 kelompok, kelompok ke-1
adalah penelitian true experimental dilakukan pencabutan pada gigi
incisive kiri rahang bawah tikus lalu

4
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

diberikan irigasi larutan saline 1,5ml taraf signifikansi 95% (p=0,05) dengan
tanpa pemberian gel kitosan. Pada menggunakan program SPSS versi 20.
kelompok ke-2, dilakukan pencabutan
pada gigi incisive kiri rahang bawah Tabel 1. Rata-rata dan simpangan baku
tikus lalu diberikan irigasi larutan ketebalan epitel mukosa tikus pada setiap
saline 1,5ml kemudian diberi kitosan kelompok percobaan dengan satuan
centimeter (cm)
gel BM rendah 1% sebanyak 0,1ml.
Kelompok Rata-rata ± Standar
Kelompok ke-3 dilakukan pencabutan deviasi
pada gigi incisive kiri rahang bawah K1 0.6319 ± 0.26623
tikus lalu diberikan irigasi larutan K2 1.1931 ± 0.47590
saline 1,5ml kemudian diberi kitosan K3 1.4119 ± 0.59521
gel BM tinggi 1% sebanyak 0,1ml.
Pada hari ke-8 (7 hari setelah
perlakuan) semua kelompok tikus
dikorbankan dan di ambil rahang
mandibulanya. Setelah itu, dilakukan
pembuatan preparat HPA. Kemudian
dilakukan pemeriksaan HPA pada
soket bekas pencabutan gigi dan
dilakukan pengukura ketebalan epitel
mukosa Setelah didapatkan data hasil
pengukuran, dilakukan tabulasi dan
analisis data.14 Gambar 2. Rata-rata ketebalan epitel
mukosa pada masing-masing kelompok

Sebelum dilakukan uji hipotesis,


maka setiap kelompok dilakukan uji
normalitas menggunakan uji Shapiro–
Wilk, karena pada penelitian ini jumlah
sampel <50.
Hasil uji Shapiro–Wilk
menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal dan hasil uji Levene didapatkan
nilai signifikansi 0.152, sehingga dapat
Gambar 1. Hasil foto HPA epitel disimpulkan bahwa data hasil
permukaan soket (tanda panah) penelitian homogen (p> 0,05).
Hasil data di atas diketahui
memiliki distribusi data yang normal
HASIL dan memiliki varians yang homogen.
Oleh karena itu, uji dilanjutkan dengan
Data yang diperoleh dari hasil menggunakan uji one way ANOVA
penelitian ditabulasi dan dianalisis karena desain penelitian ini
secara deskriptif yang bertujuan untuk menggunakan lebih dari 2 kelompok
memperoleh gambaran distribusi data yang tidak berpasangan dengan skala
untuk memperjelas penyajian hasil, pengukuran numerik (rasio). Uji one
kemudian dilakukan uji hipotesis way ANOVA ini digunakan untuk
menggunakan statistik analitik dengan mengetahui adanya perbedaan pada

5
tiap kelompok baik secara terpisah cangkang kepiting lebih tinggi
maupun bersama-sama. daripada kulit udang.10
Pada uji one way ANOVA, Secara kimiawi, kitosan
diperoleh nilai p=0.009 (p<0.05) yang merupakan polisakarida linear yang
artinya terdapat perbedaan yang memiliki rantai berupa β-(1,4)-2-
bermakna (signifikan). Perbedaan amino-2-deoxy-D-glucopyranose yang
tinggi tulang mandibular pada masing- strukturnya mirip glukosaminoglikan
masing kelompok perlakuan, dilakukan (GAG). GAG berperan penting dalam
uji LSD dengan signifikansi p<0.05. penyembuhan luka. GAG terdiri dari
rantai polisakarida yang meliputi asam
Tabel 2. Tabel hasil uji LSD hialuronat, dermatan sulfat, kondroitin
Kelom Rata- Kelom Rata- Sig. sulfat, heparin, heparan sulfat dan
pok rata pok rata keratin sulfat. Asam hialuronat
K1 0.6319 K2 1.1931 0.02 merupakan komponen utama dalam
K3 1.4119 5*
matriks ekstraseluler. Asam hialuronat
K2 1.1931 K4 1.4119 0.00
3* adalah komponen GAG terbesar yang
0.35 bertugas dalam menarik air dan
9 jumlahnya meningkat pada jaringan
yang rusak. Asam hialuronat
Hasil uji LSD didapatkan bahwa menstimulasi produksi sitokin oleh
ketebalan epitel pada kelompok K2 dan makrofag, meningkatkan reepitelisasi
K3 signifikan lebih tinggi bila dan angiogenesis.18,19
dibandingkan dengan kelompok K1 Proses penyembuhan luka dapat
(p<0.05). Namun kelompok K2 dikelompokkan dalam 4 fase yaitu fase
dibandingkan K3 tidak terdapat hemostasis, fase inflamasi, fase
perbedaan signifikan (p>0.05). proliferasi dan fase remodeling.
Setelah pencabutan gigi dilakukan,
segera terjadi perdarahan dan diikuti
PEMBAHASAN munculnya blood clot. Kemudian
platelet teraktivasi selama hemostasis
Kitosan adalah senyawa kimia dan memicu keluarnya sitokin yang
yang berasal dari bahan hayati kitin, penting dalam fase inflamasi.8
suatu senyawa organik yang melimpah Fase inflamasi merupakan respon
di alam setelah selulosa. Kitosan pertahanan tubuh terhadap benda asing
banyak ditemukan pada cangkang dan bertugas untuk mengeliminasinya.
Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, Di awal fase inflamasi ditandai dengan
kepiting, dan hewan yang bercangkang munculnya cairan plasma dan
lainnya, terutama yang berasal dari banyaknya neutrofil yang berperan
laut. Dalam penelitian ini, peneliti aktif dalam memfagositosis benda
menggunakan bubuk kitosan yang asing.8,4 Sel yang dominan pada fase
didapat dari Sigma-Aldrich yang inflamasi adalah makrofag, limfosit
terbuat dari cangkang kepiting. dan sel plasma.5
Cangkang kepiting memiliki Fase proliferasi merupakan fase
kandungan kitin mencapai 50%-60% perbaikan luka yang meliputi
sedangkan kulit udang hanya fibroblasia, sintesis kolagen,
menghasilkan 42%-57% sehingga pembentukan jaringan granulasi,
kandungan kitosan yang dihasilkan epitelisasi, dan angiogenesis.

6
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

Epitelisasi merupakan proses 95,8% untuk kitosan berat molekul


pembentukan epitel pada luka. Sel tinggi. Semakin besar derajat
basal menunjukkan aktivitas paling deasetilasinya maka semakin baik
aktif dalam siklus epitel mukosa mutu kitosan, hal ini akan
rongga mulut. Sel yang paling menghasilkan kemampuan absorpsi
berperan dalam aktivitas tersebut kitosan gel yang baik terhadap
adalah sel keratinosit.4,8,20 Keratinosit luka.24,25
merupakan sel predominan dalam Penelitian ini bertujuan untuk
epitel. Epitelisasi dimulai 12 jam pasca mengetahui perbedaan pengaruh
trauma dan dimulai dengan mitosis sel aplikasi kitosan gel berat molekul
basal (keratinosit) pada stratum tinggi dan rendah terhadap ketebalan
basalis. Keratinosit akan memipih dan epitel mukosa pada proses
membentuk tonjolan-tonjolan sekitar penyembuhan luka pencabutan gigi.
stratum basalis. Sel ini akan Sampel penelitian adalah tikus Wistar
kehilangan perlekatan hemidesmosom putih (rattus novergicus strain wistar)
dengan sel basal sekitar keratinosit dan jantan dengan berat badan 200-250
mulai bermigrasi pada 24 jam pasca gram dan berusia 3 bulan. Tikus Wistar
trauma. Dalam 48 jam, proliferasi sel- dipilih sebagai model hewan coba
sel epitel dimulai.8,9 karena merupakan mamalia yang
Kitosan yang memiliki struktur mempunyai tipe metabolisme sama
mirip GAG dapat bertindak sebagai dengan manusia sehingga hasilnya
bahan penyembuhan luka. Kitosan dapat digeneralisasi pada manusia.26
dapat menginduksi adhesi dan aktivasi Selain itu, penelitian ini menggunakan
trombosit sehingga blood clot hewan coba berjenis kelamin laki-laki
terbentuk dalam waktu singkat. Proses karena dasar pertimbangan pada
pembentukan blood clot dalam waktu manusia yaitu jika menggunakan tikus
singkat ini akan mempercepat proses berkelamin wanita dikhawatirkan tikus
penyembuhan luka pada tahap tersebut akan mengalami menstruasi
selanjutnya yaitu fase inflamasi.21,22 dimana terjadi ketidakseimbangan
Pada fase inflamasi, sel-sel inflamasi hormon yang akan mempengaruhi hasil
seperti PMN dan makrofag bermigrasi penelitian.27
ke daerah luka dan berperan dalam Pada penelitian ini, dilakukan
memfagositosis benda asing serta pencabutan gigi insisif kiri tikus
bakteri di daerah luka, membentuk sehingga menyebabkan luka dan
jaringan granulasi, memicu proliferasi adanya kerusakan epitel pada bekas
fibroblas, memproduksi growth factor pencabutan. Kemudian kitosan gel
yang berperan dalam epitelisasi dan diaplikasikan pada soket tempat bekas
angiogenesis. Pemberian kitosan dan pencabutan menggunakan syringe
derivat-derivatnya akan meningkatkan dengan ujung berdiameter kecil. Tikus
fungsi dan proliferasi dari PMN dan lalu didekaputasi pada hari ketujuh
makrofag.21,23 untuk melihat ketebalan epitel
Pemakaian kitosan di bidang mukosa.8
biomedis harus memiliki derajat Berdasarkan hasil penelitian ini
deasetilisasi minimal 80%. Pada didapatkan bahwa tikus kelompok K2
penelitian ini, kitosan yang digunakan dan K3 yang diberi aplikasi kitosan gel
mempunyai derajat deasetilasi 95,5% masing-masing dengan berat molekul
untuk kitosan berat molekul rendah dan rendah dan berat molekul tinggi pada

7
soket bekas pencabutan mampu mempercepat penutupan luka. Selain
meningkatan ketebalan epitel yang itu menurut Chen dkk (2011), kitosan
signifikan dibandingkan dengan tikus berperan dalam menstimulasi
kelompok K1 yang tidak diberi aplikasi makrofag dan PMN sehingga kitosan
kitosan gel. Namun pemberian kitosan dapat meningkatkan pembentukan
gel berat molekul rendah masih kurang jaringan granulasi dan epitelisasi pada
efektif dibandingkan dengan proses penyembuhan luka.
pemberian kitosan gel berat molekul Pemberian kitosan pada luka
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pencabutan gigi akan mempengaruhi
ketebalan epitel K2 lebih rendah proses penyembuhan luka yang
namun tidak signifikan bila diawali dengan fase hemostasis. Pada
dibandingkan dengan kelompok K3. fase hemostasis terjadi kerusakan
Sehingga efektivitas kitosan gel berat pembuluh darah yang menyebabkan
molekul tinggi dan rendah sama dalam keluarnya platelet. Platelet akan
meningkatkan ketebalan epitel mukosa. membentuk bekuan darah (blood clot)
Penelitian ini menggunakan sehingga perdarahan akan terhenti.30
kitosan gel 1% yang dibuat dengan Kitosan berat molekul tinggi memiliki
cara mencampurkan 1 gram bubuk ukuran partikel yang besar dan
kitosan dengan asam asetat 1%. viskositas yang lebih tinggi daripada
Kitosan yang larut dalam asam kitosan berat molekul rendah sehingga
mempunyai keunikan yaitu membentuk memiliki mukoadhesif yang lebih
gel yang stabil.28 Derajat deasetilisasi kuat. Sifat mukoadhesif ini berperan
dan berat molekul merupakan dalam menutup luka sehingga
parameter utama yang mempengaruhi terbentuk blood clot yang kuat dan
karakteristik kitosan. Derajat tidak mudah lepas sehingga proses
deasetilisasi semakin tinggi (di atas penyembuhan luka dapat segera
80%) maka semakin tinggi kelarutan terjadi.31,32,33
kitosan dalam larutan asam asetat. Hal Fase selanjutnya adalah fase
ini disebabkan karena adanya interaksi inflamasi. Pada fase ini, sel-sel yang
hidrogen antara gugus karboksil pada paling berperan adalah sel-sel fagosit
asam asetat dan gugus amida pada seperti makrofag dan sel PMN. Sel-sel
kitosan.15,26 fagosit ini memiliki enzim lisosim.
Gel kitosan merupakan penutup Enzim lisosim merupakan suatu enzim
luka yang ideal karena memiliki yang dilepaskan ke daerah luka oleh
biokompatibilitas dan biodegradabel sel-sel inflamasi. Enzim lisosim akan
yang baik, bersifat hemostatik, menyebabkan kitosan mengalami
antiinfeksi, dan mampu mempercepat biodegradasi dari N-acetyl-D-
penyembuhan luka. Efek glucosamine polimer menjadi N-
biokompatibilitas yang dimiliki acetyl-D-glucosamine dimer aktif.
kitosan disebabkan karena strukturnya Kitosan berat molekul tinggi terdiri
yang mirip dengan glukosaminoglikan dari rantai polimer N-acetyl-D-
pada matriks ekstraselular.29 glucosamine yang panjang, sehingga
Pada penelitian yang dilakukan ketika terjadi biodegradasi kitosan oleh
Alsarra (2009), menunjukkan bahwa enzim lisosim, kitosan berat molekul
luka bakar yang dirawat dengan tinggi akan menghasilkan rantai N-
pemberian kitosan berat molekul tinggi acetyl-D-glucosamine dimer yang
mampu meningkatkan epitelisasi dan

8
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

lebih banyak jika dibandingkan dengan DAFTAR PUSTAKA


kitosan berat molekul rendah.34
Kitosan kemudian akan 1. Pedlar J. 2007. Oral and Maxillofacial
Surgery 2nd ed. United States of America:
merangsang migrasi sel-sel radang ke Elsevier Saunders.
daerah luka dan meningkatkan 2. Topazian RG, Goldberg MH., Hupp JR.
proliferasi sel-sel radang pada daerah 2002. Oral and Maxillofacial Infections
luka tersebut. Semakin meningkat 4ed. United States of America: Elsevier
Saunders.
proliferasi dari sel-sel radang 3. Muflih A. 2008. Distribusi dan Frekuensi
menyebabkan semakin banyak pula Pasien dengan Gigi Tiruan Jembatan di
sitokin dan growth factor yang Klinik Integrasi RSGMP FKG UI Periode
dilepaskan oleh sel-sel radang 2008. Skripsi, Universitas Indonesia. H. 3-
1.
tersebut.12,34 Beberapa sitokin dan 4. Kumar V, Abdul K. Abbas, Nelson F. 2005.
growth factor yang berperan penting Robbins and Cotran Pathologic Basis of
dalam proses epitelisasi luka adalah Disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier
dari EGF family yaitu EGF (Epidermal Saunders. P. 114-107.
5. Velnar, Bailey T, Smrkolj V. 2009. The
Growth Factor) dan HB-EGF (Heparin Wound Healing Process: an Overview of
Binding EGF); FGF family yaitu KGF the Cellular and Molecular Mechanism. The
(Keratinocyte Growth Factor); dan Journal of Internasional Medical Research,
TGFβ1 (Transforming Growth Factor 37: 1542-1528.
6. Nield J dan Wilmann D. 2003. Foundation
β1).9 of Periodontics for the Dental Hygienist.
EGF berperan dalam United States of America: Wilham &
menstimulasi proliferasi keratinosit dan Walkins. P. 81-1.
7. Diegelmann RF dan Evans MC. 2004.
menstimulasi pelepasan Wound Healing: an Overview of Acute,
hemidesmosom keratinosit. HB-EGF Fibrotic and Delayed Healing. Frontiers in
berperan dalam migrasi keratinosit Bioscience, 9: 289-283.
pada fase awal reepitelisasi. KGF 8. Larjava H. 2012. Oral Wound Healing: Cell
Biology and Clinical Management 1st ed.
memiliki peran dalam menstimulasi Willey-Blackwell. P. 108-81.
proliferasi dan migrasi keratinosit. 9. Barrientos S, Stojadinovic O, Golinko MS,
Sedangkan TGFβ1 berperan dalam Brem H, Tomic-Canic M. 2008. Growth
proliferasi keratinosit pada fase akhir Factors and Cytokines In Wound Healing.
Wound Repair and Regeneration. P. 588-
epitelisasi.8,9 Sitokin dan growth factor 585.
tersebut akan menyebabkan migrasi 10. Sugita P, Wukirsari T, Sjahriza A,
dan proliferasi dari keratinosit yang Wahyono D. 2009. Kitosan: Sumber
merupakan sel dominan dalam Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Press.
P. 45-28.
epitelisasi sehingga proses epitelisasi 11. Pieper JS, Van Wachem PB, Van Luyn
dapat terjadi lebih cepat dan luka dapat MJA. 2000. Attachment of
segera menutup sempurna.8 Glycosaminoglycans to Collagenous
Matrices Modulates the Tissue Response in
rats. Biomaterials, 21(16): 1699–1689.
SIMPULAN 12. Chin L dan Halim AS. 2009. In Vitro
Models In Biocompatibility Assessment For
Pemberian ekstrak kitosan gel Biomedical-Grade Chitosan Derivatives In
Wound Management. J. Molecular Science,
berat molekul rendah dan berat 10(3): 1313-1300.
molekul tinggi efektif dalam 13. Baitukalova TA, Bogoslovskaia OA,
meningkatkan ketebalan epitel mukosa Ol’khovskaia IP, Gluschenko NN,
bekas pencabutan gigi tikus. Ovsiannikova MN, Lopatin SA, Varlamov
VP. 2005. Regenerating activity and
antibacterial effect of low-molecular-weight
chitosan. Izv Akad Nauk Ser Biol, 6: 659-63.

9
14. Ahlam A. 2011. Formulasi Sediaan Gel Molekul Kitosan Hasil Reaksi Enzimatis
Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera (L.) Kitin Deasetilase Isolat Bacillus
Webb) dengan Gelling Agent Kitosan dan Papandayan. Seminar Nasional dan
Uji Efek Penyembuhan Luka Bakar. Kongres Perhimpunan Ahli Teknologi
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Pangan Indonesia (PATPI), Bandung. P. 7
Surakarta. P. 3-2. 25. Tang ZX, Qian JQ. 2007. Use of chitosan
15. Budianto B. 2013. Pengaruh Kitosan Gel gel for the purification of protein. Braz.
1% Yang Memiliki Berat Molekul Tinggi Arch. Biol. Technol, 50 (2). Available from
dan Rendah Terhadap Jumlah Sel Osteoblas http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1516-
Pada Proses Penyembuhan Luka 89132007000200015&script=sci_arttext
Pencabutan Gigi. Skripsi, Universitas Hang Accessed Feb 7, 2014
Tuah, Surabaya. H. 3-1. 26. Rukmini A. 2007. Regenerasi minyak
16. Ueno H, Mori T, Fujinaga T. 2001. Topical goreng bekas dengan arang sekam menekan
Formulation and Wound Healing kerusakan organ tubuh. Seminar Nasional
Applications Of Chitosan. Advanced Drug Teknologi, Yogyakarta. P. 9-1.
Delivery Reviews, 52(2): 115-105. 27. Kusmawati D. 2004. Bersahabat dengan
17. Masuoka K., Ishihara M., Asazuma T., hewan coba, 1sted., Gadjah Mada University
Hattori H., Matsui T. 2005. The interaction Press.
of chitosan with fibroblast growth factor-2 28. Tang ZX, Shi LE, Qian JQ. 2007. Neutral
and its protection from inactivation. lipase from aqueous solutions on chitosan
Biomaterials, 26: 3284-3277. nano-particles. Biochemical Engineering
18. Schultz GS, Ladwig G, Wysocki A. 2005. Journal, 34(3): 223-217.
Extracellular matrix: review of its roles in 29. Alemdaroglu C, Degim Z, Celebi N, Zor F,
acute and chronic wounds. Available from Ozturk S, Erdogan D. 2006. An
http://www.worldwidewounds.com/2005/au investigation on burn wound healing in rats
gust/Schultz/Extrace-Matric-Acute- with chitosan gel formulation containing
Chronic-Wounds.html. Diakses 5 Februari epidermal growth factor. Burns, 32: 327-
2014. 319.
19. Astuti T. 2006. Efek derajat deasetilasi dan 30. Tawi M. 2008. Proses Penyembuhan Luka.
konsentrasi kitosan terhadap daya hambat Available from
Streptococcus mutan dan Candida albicans. http://www.syehaceh.wordpress.com/2008/
Tesis, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas 05/13/proses-penyembuhan-luka Diakses 15
Airlangga. P. 40-25. Juni 2013.
20. Saputra HA. 2012. Perbandingan 31. Sonia TA, Sharma CP. 2011. Chitosan and
Kesembuhan Luka Episiotomi Dengan its derivatives for drug delivery perspective.
Luka Ruptur Perineum Tingkat 1-2 Pada Adv Polym Svi 243: 54-23.
Primigravida Di RSUP H. Adam Malik 32. Semalty A. 2006. Mucoadhesive Polymers–
Medan. Tesis, Universitas Sumatera Utara A review. Available from
21. Dai TH, Tanaka M, Huang YY, Hamblin http://www.pharmainfo.net/reviews/mucoad
MR. 2011. Chitosan preparations for hesive-polymers-review. Diakses 3
wounds and burns: antimicrobial and Februari 2014.
wound-healing effects. Expert review of 33. Sigma-Aldrich. 2013. Chitosan. Available
anti-infective therapy, 9(7): 879-857. from
22. Krause F. 2002. Wound Healing. Available http://www.sigmaaldrich.com/catalog/produ
from ct/aldrich/448869?lang~en&region~1D.
http://www.charite.de/klinphysio/bioinfo/3_ Diakses 14 Januari 2014.
k-pathophy- 34. Alsarra IA. 2009. Chitosan topical gel
fromm/05ws_skripten/Krause/webscript_kr formulation in the management of burn
ause.htm Diakses 23 Juli 2013. wounds. International Journal of Biological
23. Morris PJ, Malt RA. 1995. Oxford Macromolecules.P. 21-16.
Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound 35. Chen MC, Mi FL, Liao ZX, Sung HW.
healing. New York-Oxford-Tokyo Oxford 2011. Chitosan: its Applications in Drug
University Press.P. 60-56. Eluting Devices. Advances in Polymer
24. Rochima E, Suhartono MT, Syah D, dan Science, 243: 230-185.
Sugiyono. 2007. Viskositas dan Berat

10

S-ar putea să vă placă și