Sunteți pe pagina 1din 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN TETANUS

A. KONSEP DASAR

I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang
dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan
tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.

II. Etiologi
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora, golongan
gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin),
yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus ini
terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang
salah.

III. patofisiologi
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan berbagai keadaan
antara lain :
a. luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau, cangkul dan lain-
lain.
b. Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
c. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.

Cara kerja toksin


Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke sirkulasi darah dan
masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen , sangat mudah diikat jaringan syaraf dan
bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam
darah sangat mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.

IV. Faktor predisposisi


a. Umur tua atau anak-anak
b. Luka yang dalam dan kotor
c. Belum terimunisasi

V. Tanda dan gejala


a. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
b. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
c. Kesukaran membuka mulut (trismus)
d. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
e. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

VI. Gambaran umum yang khas pada tetanus


a. Badan kaku dengan epistotonus
b. Tungkai dalam ekstensi
c. Lengan kaku dan tangan mengepal
d. Biasanya keasadaran tetap baik
e. Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
1. Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan
2. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur vertebralis (pada
anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat
celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.

VII. Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.

VIII. Pemeriksaan diagnostik


a. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
b. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
c. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

x. Penatalaksanaan

IX. Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera diberikan :
1. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka 9tidak boleh
diberikan IV)
2. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip; Phenobarbital
(luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15
mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan
dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
4. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk dewasa
atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis
jantung.
5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang
membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan tetraciklin atau
klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
7. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral
9. Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.
10. Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
11. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan ambulasi selama
penyembuhan.

b. Pembedahan
1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi
atau laringostomi untuk bantuan nafas.
2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.
Gambaran Patofisiologi
Individu terkena
Ekssotoksin
(masa inkubasi 2-21 hari)
Faktor penyebab :
Faktor predisposisi :
Kuman anaerob (Closteridium tetani) - luka tusuk dalam
- luka karena kecelakaan kerja
Lain-lain : - luka ringan seperti luka gores, lesi pada
-Umum klien dan mata, telinga dan tonsil
Belum terimunisasi
Neurotoksi

Absorbsi melalui ujung saraf sensorik dan motrik

Masuk pembulu arah dan sumbu limbik ke


Susunan Saraf Pusat (SSP) pada intraaaaksonal samapai ganglia/
Simpul saraf

Hilangnya ketidakseimbangan tonus otot

Kekakuan otot

Lokal Generalisata

-trismus Sistem pencernaan Sistem pernafasan Susunan Saraf Pusat


- opistotonus
-risus sardonikud kekakuan otot pernafasan Tekanan intra kranial
- kekakuan otot dinding perut Gangguan meningkat
- ekstremitas (ekstremitas metabolik dan
atas fleksi dan ekstremitas proses pencernaan Status konvulsi
bawah ekstensi) (kejang yang berlangsung lama lebih dari Kerusakan satu atau
10 menit) beberapa saraf pusat.
- Proses eliminasi
supuratif : BAB terganggu hipoksia
- Tindakan A,B dan C - Gangguan
- Atur posisi semi prone pemenuhan nutrisi gagal nafas keluampuhan
- Hentikan kejang
- cari penyebab
- atasi penyulit diperlukan alat bantu nafas
- debridemment (Ventilator Mekanik/Respirator)
- Netralisis tetani
- Nutiris dan cairan Masalah keperawatan :
- - ketidak efektifan jalan nafas, gangguan
pertukaran gas dan gangguan pola nafas
- Hipertermia, gangguan komunikasi
verbal, risiko ketidakseimbangan cairan
dan elktrolit
- Pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan,
B. ASUHAN KEPERWATAN

II. Pengkajian

!. Pengkajian Umum
a. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat.
b. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
c. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awal 38-40 C
atau febril, terminal 43-44 C
d. Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan satu atau beberapa
saraf otak.
e. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak ada/oliguria)
f. Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus.
g. Sistem integumen dan muskuloskletal; nyeri kesemutan tempat luka, berkeringan (hiperhidrasi).
Pada awalnya didahului trismus, spasme oto muka dengan meningkatnya kontraksi alis mata, risus
sardonicus, otot-otot kaku dan kesulitan menelan. Apabila hal ini berlanjut akan terjadi status
konvulsi dan kejang umum.

2. Setelah dianalisa dari data yang ada maka timbul beberapa masalah keperawtan atau amasalah
kolaboratif.
a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan
spame otot pernafasan.
b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan.
c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia)
d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
e. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering
kejang
g. Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dan
oliguria
h. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
i. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan penanggulangannya
berhbungan dengan kurangnya informasi.
j. Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang

III. Rencana Keperawatan

a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan
spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis, dyspneu, batuk tidak efektif disertai
dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab, Analisa Gasa Darah abnormal (Asidosis
Respiratorik)
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria :
- Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
- Pernafasan 16-18 kali/menit
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tidak ada tambahan otot pernafasan
- Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH= 7,35-7,45 ; PCO2
= 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
Intervensi dan Rasional
1. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi
R/ Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernafasan
sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam
sekali
R/ Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang menutupi
sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.
3. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction
R/ Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan sekret, sehingga mempermudah proses
respirasi.
4. Oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga
mencegah terjadinya hipoksia.
5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang
menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
6. Observasi timbulnya gagal nafas.
R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan
menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
7. Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi(mukolitik)
R/ Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga mempermudah pengeluaran dan
memcegah kekentalan.

b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lendir
dan sekret yang menumpuk.
Tujuan : Pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
- Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuahn oksigen
- Tidak sesak, pernafasan normal 16-18 kali/menit
- Tidak sianosis.
Intervensi dan raasional.
1. Monitor irama pernafasan dan respirati rate
R/ Indikasi adanya penyimpangan atau kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis
pernafasan,kemampuan dan irama nafas.
2. Atur posisi luruskan jalan nafas.
R/ Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.

3. Observasi tanda dan gejala sianosis


R/ Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada jaringan tubuh
perifer .
4. Oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga
mencegah terjadinya hipoksia.
5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang
menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
6. Observasi timbulnya gagal nafas.
R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan
menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
7. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah.
R/ Kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat

c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia) yang
dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000 /mm3
Tujuan Suhu tubuh normal
Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
1. Atur suhu lingkungan yang nyaman
R/ Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi
melalui proses evaporasi dan konveksi.
2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
R/ Identifikasi perkembangan gejala-gejala ke arah syok exhaution.
3. Berikan hidrasi atau minum ysng cukup adequat
R/ Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari dalam.
4. Lakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka.
R/ Perawatan lukan mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka.
5. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi ekternal rangsangan kejang.
R/ Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses
konduksi.
6. Laksanakan program pengobatan antibiotik dan antipieretik.
R/ Obat-obat antibakterial dapat mempunyai spektrum lluas untuk mengobati bakteeerria gram positif
atau bakteria gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi
panas.
7. Kolaboratif dalam pemeriksaan lab leukosit.
R/ Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 10.000 /mm3 mengindikasikan adanya infeksi
dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.

d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah yang
ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat
melalui hidung dan berat badan menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang
dari 3,5 mg%.
Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
- BB optimal
- Intake adekuat
- Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %
Intervensi dan rasional
1. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya makanan bagi tubuh
R/ Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien mengalami
kesulitan menelan dan kadang timbul refflek balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang
adequat diharapkan klien dapat berpartsipatif dan kooperatif dalam program diit.
2. Kolaboratif :
a. Pemberian diit TKTP cair, lunak atau bubur kasar.
R/ Diit yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan proses mengunyah.
b. Pemberian carian per IV line
R/ Pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyak atau tidak bisa
makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c. Pemasangan NGT bila perlu
R/ NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEJANG GENERALISATA DAN GAGAL NAFAS
DISERTAI SEPSIS DAN MULTIPLE DISFUNGSI ORGAN SYNDROM (MDOS)

I. PENGKAJIAN

A. Identitas
Nama : Tn. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta (petani)
Pendidikan :SD
Alamat : Lamongan
MRS : 3 Juli 2001
Tanggal pengkajian : 3 Juli 2001 jam 08.00 WIB

B. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Kejang
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanggal 26 Juni 2001 klien terkena tusuk sate pada ibu jari kanan dan dilakukan perawatan secara
mandiri dengan memberikan obat merah.
Tanggal 29 Juni 2001 klien merasa panas dan meriang diserta kemeng-kemeng pada bekas lukan tusuk
tersebut, sehingga dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan luka secara kross kemudian di rujuk
ke rumah sakit muhammadiyah lamongan selama dua hari.
Tanggal 1 Juli 2001 tampak penyakitnya tambah berat makan klien dirujuk ke RSDS melalui IRD dan
dibawa ke ruang bedah G yang secara intensif perlu perawatan di ICU GBPT yang diobservasi dengan
pemasangan mekanikal ventilator dan monitor tanda-tanda vital.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Tahun 1996 klien pernah menderita penyakit kencing batu hasil diperiksaan dari dokter ssswasta dan
mendapat pengobatan secara serrial sehingga penyaktinya tertanggulangi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
- persepsi keluarga terhadap kondisi penyakit yang diderita klien diperlukan suatu perawatan yang
baik dan intensif agar supaya sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
- Keluarga menyetujui setiap tindakan yang berhbungan dengan perawatan, pemeriksaan dan
penanganan yang intensif setelah mendapat penjelasan dari ddokter atau perawat baik secara lisan
maupun tulisan.
- Keluarga amengatakan bahwa masalah biaya perawatan dapat ddiperhitungkan dibelakang hari,
tetapi yang terpenting keadaan atau kondisi penyakit klien teratasi dan sembuh.
- Selama di ICU GBPT keluarga klien (anak I) pernah menjenguk atau melihat kondisi klien, dengan
kesan bahwa belum menampakan adanya kesadaran dankemajuan yang diharapkan.
C. Observasi dan pemeriksaan fisik
a. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 15 x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan didapatkan ronchi
+/+, wheasing -/-, sianosis (-), ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi simetris, suara nafas ngogrok,
peeernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir (+)
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator :
- BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
- FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40 %
- Frekuensi set 15 kali/menit,
- EEP = 5
- Sp O2 97 %
- Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi : ekspirasi 1 : 2
- VE (volume ekspirasi 12,6

b. Sistem Kardiovaskuler
- Tekanan darah 135/95 mmHg, nadi 120 kali/menit, ikterus (-), anemis (-)
- CVP 15 mmH2O jam 10.00 WIB
- Suara jantung normal gallop (-), murmur (-), S1 S2 normal
- Terpasang infus RL 500 cc/24 jam pada vena subclavia yang digabung dengan pemasangan CVP
dan Diazepan Syrings Pumps
- Terpasang monitor dengan 3 elektroda pada dada kiri dua buah dan kanan satu buah, manset tensi
terrpadang pada lengan kanan.

c. Sistem Persyarapan (Neeurologi)


- GCS 1 X 1 (pemberian diazepam syrings pumps )
- Kejang jam 08.00 WIB tonik dan diikuti kejang general setelah jam 08.00 WIB kejang terkendali
denga pemberian diazepam syrings pumps
- Status konvulsi (-), kejang loka dan umum masih didapatkan walaupun samar, trismus minimal
- Refleks fisiologis ektremitas atas o/o dan ekstremitas bawab o/o
- Refleks patologis -/-
- Refleks mara (-), miosis, tampak basah dan terpejam
- Persepsi sensori :
 Pendengaran D/s (+)
 Pengecapan trismus, lidah kaku
 Penglihatan refleks (-)
 Perabaan peka rangsangan (eksternal rangsangan)
- Opistotonus kaku kuduk (+)

d. Sistem Perkemihan
- Terpasang ddower cateter dengan produksi kencing tiap jam (jam 08.00=25 cc, 09.00=10 cc,
10.00=50 cc, 11.00=30 cc, 12.00=35, 13.00=40 cc), warna kuning pekat, bau (-+)
- Infeksi saluran kencing (-), odema (-), scrotum (+), pubis (+)

e. Sistem Pencernaan
- Trismus (+/-), mulut kotor
- Kumis dan jenggot (+)
- Abdomen flat, supel, kadang-kadang didapatkankekakuan perut
- Rectum terpasang elektroda suhu rectal
- Belum bisa BAB sejang 7 hari yang lalu (sejak sakit kejang)
- Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc selama 24 jam ditambah ekstra juice buah 250 cc

d. Sistem muskoloskletal dan integumen


- Tonus otot elastis dan kadang-kadang kaku/kejang
- Kekuatan otot o/o kaarena pengaruh dari pemeberian diazepam syring pump 2,1 ml/jam
- Odema ektremitas atas +/+, ekstremitas baawah -/+
- Kepala tampak adanya penebalan kulit atau iskemia
- Kulit warna kulit sawomatang, sianosis (-), icterus (-), kemerahan (+), akral hangat, turgor kulit baik
(elastis)

D. Psikososial
- Klien terpisah dengan keluarga dan aktivitas sehari-hari untuk meluangkan waktunya untuk santaii
dan kerja di sawah (-) depersonalisasi aktivitas diwaktu senggang.
- Harapan keluarga agar penyakitnya cepat tertangani dan sembuh
- Hubungan keluarga dengan klien sebelum sakit baik begitu juga dengan keluaagr aseekitar

E. Spiritual
- Keyakinan keluagra bahwa semua itu ada yang mengatur kita hanya bisa berusaha dan yang
menentukan keadaan sesuatu adalah yang ddi atas sana (Tuhan)
- Agama islam dan keyakinan bahwa kita perlu berdoa untuk memohonkan dan minta pad atuhan
agaar diberi ketabahan dan ketengan baik yang sedang sakit 9klien) maupun keluagr yang sedang
menunggu.
- Ketabahan dan ketaan keluarga pada agama baik.

F. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 3 Juli 2001
1. Pemeriksaan darah
Hb : 14,8 gr% (13,4-17,7 gr %)
Leukosit : 12x109 (4,3-6,3 x109)
Trombosit : 222x109 (150-350x109)
PCV : 0,49
Analisa Gas Darah :
- pH : 7,236
- PCO2 : 66,3 mmHg
- PO2 : 33,2 mmHg
- HCO3- : 37,5 mmol/L
- BE : 0.0
- O2 St : 52,9 %
Gula darah acak : 139
Kalium elektrolit : 3,7
Natirum : 134

2. Pemeriksaan rongent paru


Ditemujkan gambaran seperti kupu-kupu (butterfly) yang menampakkan adanya penyakit penyerta
pneumonia.
3. Pemeriksaan kutur
Hasil pemeriksaan kultur darah diapatkan gram coccus grma positif dan batang gram negatif.

Tanggal 4 Juli 2001


Leukosit : 14,1
Eritrosit : 4,25
Hb : 13,8 gr%
PCV : 41,8
MCH : 32,5
MCHC : 33,0
Trombosit (Plt) : 120
Diff Count : Eos/Bas/St/Seg/Sym/Mo = 2/-/-/90/8/-
LED :5 (<1,5)
BUN : 53 (9-18 mg/dl)
Creatini : 2,8 (< 1,52)
G. Anaalisa data

DATA ETIOLOGI MASALAH

Subyektif : Peningkatan produksi Ketidakefektifan jalan


Obyketif : sekret nafas
Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 15
x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan
didapatkan ronchi +/+, wheasing -/-, sianosis (-),
ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi simetris, suara
nafas ngogrok, peeernaaafasan cuping hidung (-), Inadequasi pemenuhan Gangguan pola nafas
sekret/lendir (+) O2, peningkatan sekresi
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator : dan kemunginan
- BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure) obstruksi ETT
- Nasoendotracheal cube hari I
- FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40
% Pemasangan ventilator Risiko infeksi saluran
- Frekuensi set 15 kali/menit, mekanin (ETT) nafas
- EEP = 5
- Sp O2 97 %
- Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi :
ekspirasi 1 : 2
- VE (volume ekspirasi 12,6
Pemeriksaan darah Proses penyaktinya, Komplikasi penyakit
Hb : 14,8 gr% imobilasi dan penyerta (pneumonia)
Leukosit : 12x109 pemasangan ventilator (diagnosa kolaboratif)
Analisa Gas Darah : makanik
- pH : 7,236
- PCO2 : 66,3 mmHg
- PO2 : 33,2 mmHg
-
- HCO3 : 37,5 mmol/L
- BE : 0.0
- O2 St : 52,9 %
Gula darah acak : 139
Kalium elektrolit : 3,7
Natirum : 134

Pemeriksaan rongent paru


Ditemukan gambaran seperti kupu-kupu (butterfly)
yang menampakkan adanya penyakit penyerta
pneumonia.

Subyektif : Hiperemia, kompensasi Ketidakseimbangan


Obyektif : ginjal yang menurun cairan dan elektrolit
- Tekanan darah 135/95 mmHg, nadi 120
kali/menit, ikterus (-), anemis (-), suhu 40oC
(trect)
- CVP 15 mmH2O jam 10.00 WIB
- Suara jantung normal gallop (-), murmur (-), S1
S2 normal
- Terpasang infus RL 500 cc/24 jam pada vena
subclavia yang digabung dengan pemasangan
CVP dan Diazepan Syrings Pumps
- Terpasang monitor dengan 3 elektroda pada
dada kiri dua buah dan kanan satu buah,
manset tensi terrpadang pada lengan kanan.
Gula darah acak : 139
Kalium elektrolit : 3,7
Natirum : 134

Subyektif :
Obyektif : Dampak sering kejang Risiko terjadinya injury
- GCS 1 X 1 (pemberian diazepam syrings
pumps )
- Kejang jam 08.00 WIB tonik dan diikuti kejang
general setelah jam 08.00 WIB kejang
terkendali denga pemberian diazepam syrings Ekternal rangsangan Risiko terjadinya
pumps kejang ulang
- Status konvulsi (-), kejang loka dan umum
masih didapatkan walaupun samar, trismus
minimal
- Refleks fisiologis ektremitas atas o/o dan
ekstremitas bawab o/o
- Refleks patologis -/- Penurunan fungsi (reflek Gangguan sensoris
- Refleks mara (-), miosis, tampak basah dan mata (-)) penglihatan
terpejam
- Persepsi sensori :
 Pendengaran D/s (+)
 Pengecapan trismus, lidah kaku Kesadaran menurun Gangguan pola
 Penglihatan refleks (-) sebagai pengaruh dari istirahat
 Perabaan peka rangsangan (eksternal terapeutik (diazepam
rangsangan) efek)
- Opistotonus kaku kuduk (+)
- Klien bedrest dan belum sadar

Subyektif :
Obyektif :
- Terpasang ddower cateter dengan produksi Pemasangan kateter Risiko terjadi infeksi
kencing tiap jam (jam 08.00=25 cc, 09.00=10 saluran kencing
cc, 10.00=50 cc, 11.00=30 cc, 12.00=35,
13.00=40 cc), warna kuning pekat, bau (-+)
- Infeksi saluran kencing (-), odema (-), scrotum
(+), pubis (+)

Subyektif :
Obyektif : Inadequatnya intake, Pemenuhan nutrisi
- Trismus (+/-), mulut kotor stres metabolik kurang ari kebutuhan
- Kumis dan jenggot (+) tubuh
- Abdomen flat, supel, kadang-kadang
didapatkankekakuan perut
- Rectum terpasang elektroda suhu rectal
- Belum bisa BAB sejak 7 hari yang lalu (sejak Imobilisasi Gangguan pola
sakit kejang) eliminasi (BAB)
- Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc
selama 24 jam ditambah ekstra juice buah 250
cc

Subyektif :
Obyektif :
- Tonus otot elastis dan kadang-kadang Imobilisasi dan Kebutuhan personal
kaku/kejang kesaadaran menurun higiene kurang
- Kekuatan otot o/o kaarena pengaruh dari
pemeberian diazepam syring pump 2,1 ml/jam
- Odema ektremitas atas +/+, ekstremitas
baawah -/+ Imobilisasi Risiko terjadinya
- Kepala tampak adanya penebalan kulit atau ddissintegritas kulit
iskemia
- Kulit warna kulit sawomatang, sianosis (-),
icterus (-), kemerahan (+), akral hangat, turgor
kulit baik (elastis)
- Rambut hitam kurang terawat, jenggot dan
kumis tebal, personal higiene kurang

Subyektif :
- Klien terpisah dengan keluarga dan aktivitas Proses penyakitnya Depersonalisasi
sehari-hari untuk meluangkan waktunya untuk kegiatan diwaktu
santaii dan kerja di sawah (-) depersonalisasi luang
aktivitas diwaktu senggang.
- Harapan keluarga agar penyakitnya cepat
tertangani dan sembuh
- Hubungan keluarga dengan klien sebelum
sakit baik begitu juga dengan keluaagr
aseekitar

Subyektif :
- Keyakinan keluagra bahwa semua itu ada yang
mengatur kita hanya bisa berusaha dan yang
menentukan keadaan sesuatu adalah yang di
atas sana (Tuhan)
- Agama islam dan keyakinan bahwa kita perlu
berdoa untuk memohonkan dan minta pad
atuhan agaar diberi ketabahan dan ketengan
baik yang sedang sakit (klien) maupun keluagr
yang sedang menunggu.
- Ketabahan dan ketaan keluarga pada agama
baik.

Subyektif : Post trakeeostmi Risiko terjadi


Obyektif : perdarahan
Trakeotami (5-07-2001)

H. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran nafas
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan Inadequasi pemenuhan O2, peningkatan sekresi dan
kemunginan obstruksi ETT
3. Risiko infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan ventilator mekanin (ETT)
4. Komplikasi penyakit penyerta (pneumonia) berhubungagn dengan proses penyaktinya, imobilasi
dan pemasangan ventilator makanik
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiperemia, kompensasi ginjal yang
menurun
6. Risiko terjadinya injury berhubungan dengan Dampak sering kejang
7. Risiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan Ekternal rangsangan (manipulasi tindakan)
8. Gangguan sensoris penglihatan berhubungan dengan Penurunan fungsi (reflek mata (-))
9. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan Kesadaran menurun sebagai pengaruh dari
terapeutik (diazepam efek)
10. Risiko terjadi infeksi saluran kencing berhubungan dengan pemasangan kateter
11. Pemenuhan nutrisi kurang ari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadequatnya intake, stres
metabolik
12. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan imobilisasi
13. Kebutuhan personal higiene kurang berhubungan dengan imobilisasi dan kesadaran menurun
14. Risiko terjadinya ddissintegritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
15. Depersonalisasi kegiatan diwaktu luang berhubungan dengan Proses penyakitnya
16. Risiko terjadi perdarahan beruhubungan dengan post trakeeostmi

I. Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN DAN KRITERIA
Tanggal 3 Juli Tujuan : Jalan 1. Bebaskan jalan nafas 1. Secara anatomi posisi kepala
2001 jam 08.30 nafas efektif dengan mengatur posisi ekstensi merupakan cara untuk
WIB Kriteria : kepala ekstensi meluruskan rongga pernafasan
Ketidakefektifan - Klien tidak sehingga proses respiransi tetap
jalan nafas sesak, lendir berjalan lancar dengan
berhubungan atau sleam menyingkirkan pembuntuan jalan
dengan pe- tidak ada nafas.
umpukan sekret - Pernafasan 2. Pemeriksaan fisik dengan 2. Ronchi menunjukkan adanya
pada saluran 16-18 cara auskultasi gangguan pernafasan akibat atas
nafas kali/menit mendengarkan suara nafas cairan atau sekret yang menutupi
- Tidak ada (adakah ronchi) tiap 3 jam sebagian dari saluran pernafasan
pernafasan sekali dengan sehingga perlu dikeluarkan untuk
cuping hidung menggunakan stetoskop mengoptimalkan jalan nafas.
- Tidak ada
tambahan otot 3. Bersihkan mulut dan 3. Suction merupakan tindakan
pernafasan saluran nafas dari sekret bantuan untuk mengeluarkan
- Hasil dan lendir dengan sekret, sehingga mempermudah
pemeriksaan melakukan suction setiap 3 proses respirasi.
laboratorium jam yang diselingi dengan
darah Analisa clapping dan fibrasi.
Gas Darah 4. Pemberian bantuan 4. Pemberian oksigen secara
dalam batas Oksigenasi yang diper- adequat dapat mensuplai dan
normal (pH= tahankan dengan memberikan cadangan oksigen,
7,35-7,45 ; kelembaban 40 % sehingga mencegah terjadinya
PCO2 = 35-45 hipoksia.
mmHg, PO2 = 5. Observasi tanda-tanda 5. Dyspneu, sianosis merupakan
80-100 mmHg) vital tiap 1 jam sekali dan tanda terjadinya gangguan nafas
mendokumentasikan pada disertai dengan kerja jantung
lembar observasi. yang menurun timbul takikardia
dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6. Observasi timbulnya 6. Ketidakmampuan tubuh dalam
gagal nafas dan mengatur proses respirasi diperlukan
setting respirator atau intervensi yang kritis dengan
melaporkan pada dokter menggunakan alat bantu
jaga. pernafasan (mekanical
ventilation).
7. Kolaborasi dalam 7. Obat mukolitik dapat
pemberian obat pengencer mengencerkan sekret yang kental
sekresi(mukolitik) dan AB sehingga mempermudah
pengeluaran dan memcegah
kekentalan. AB yang tepat dan
berspektrum luas dapat
membunuh kuman.
Ketidakseimban
Tujuan Kebutuhan 1. Atur suhu lingkungan 1. Iklim lingkungan dapat
gan cairan dan
cairan dan yang nyaman mempengaruhi kondisi dan suhu
elektrolit
elektrolit dalam tubuh individu sebagai suatu
berhubungan
tubuh seimbangl proses adaptasi melalui proses
dengan
Kriteria : 36-37oC, evaporasi dan konveksi.
hiperemia,
hasil lab sel darah 2. Pantau suhu tubuh tiap 1 2. Identifikasi perkembangan
kompensasi
putih (leukosit) jam dan tanda vital serta gejala-gejala ke arah syok
ginjal yang
antara 5.000- tanda dan gejala terjadinya exhaution.
menurun
10.000/mm3, shock.
Serum elektrolit 3. Observasi intake dan out 3. Balance cairan penting bagi
(Na =136-144 put (IWL) hitung balance tubuh dalam proses homeostasis
mg/dl, K= 3,8-5,5 caaairan dan dan vitalitas organ.
mg/dl), suhu akral dokumentasikan.
hangat 3. Berikan hidrasi atau 3. Cairan-cairan membantu
minum ysng cukup adequat menyegarkan badan dan
merupakan kompresi badan dari
dalam.
4. Lakukan tindakan teknik 4. Perawatan luka mengeleminasi
aseptik dan antiseptik pada kemungkinan toksin yang masih
perawatan luka.. berada disekitar luka.
5. Berikan kompres dingin 5. Kompres dingin merupakan
bila tidak terjadi ekternal salah satu cara untuk
rangsangan kejang. menurunkan suhu tubuh dengan
cara proses konduksi.
6. Laksanakan program 6. Obat-obat antibakterial dapat
pengobatan antibiotik dan mempunyai spektrum lluas untuk
antipieretik. mengobati baktererria gram
positif atau bakteria gram negatif.
Antipieretik bekerja sebagai
proses termoregulasi untuk
mengantisipasi panas.
7. Kolaboratif dalam 7. Hasil pemeriksaan leukosit
pemeriksaan lab leukosit. yang meningkat lebih dari
10.000 /mm3 mengindikasikan
adanya infeksi dan atau untuk
mengikuti perkembangan
pengobatan yang diprogramkan.

Pemenuhan
nutrisi kurang Tujuan kebutuhan Kaji intake dan out put Data yang akurat membantu
dari kebutuhan nutrisi terpenuhi. dalam menemukan penyebab dan
tubuh Kriteria : mengatasi masalah
berhubungan - BB optimal
Observasi BB dan
dengan - Intake penurunan massa otot BB dan massa otot yang
inadequatnya adekuat terdeteksi mengindikasikan
intake, stres - Hasil adanya faktor gizi terhadap
metabolik pemeriksaan perkeembangan tubuh
albumin 3,5-5 Kolaborasi :
mg % Pemberian cairan per-IV Cairan yang masuh per_IV line
line (RL, Gelafudin, D5RL) diindikasi bagi klien yang tidak
dapt, tidak mau dan tidak mampu
memasukkan cairan per-os
terutama dengan tingakt
kesadaran menurun dan
pemasangan ventilator mekanik
Pemberian diit TKTP cair
melalui persounde Diit cair per-sunde diberikan pada
klien yang tidak memasukkan
makanan lewat mulut agar
terpenuhi kebutuhan kalori,
proteein dan vvitamin serta air.
Pemeriksaan kadar albumin
dan protein Kadar albumin yang kurang dari
batas nomral menununkkan
adanya kebocoran plasma dan
kurang nutrisi untuk metabolisme
sel.

J. Implementasi
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal 3 Juli 1. Membebaskan jalan nafas dengan Jam 11.00 WIB
2001 jam mengatur posisi kepala ekstens S -
08.30 WIB sehingga proses respirasi lancar O
Ketidakefektifa Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 17
n jalan nafas 2. Melakukan pemeriksaan fisik x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan
berhubungan dengan cara auskultasi didapatkan ronchi +-/+-, wheasing -/-, sianosis
dengan pe- mendengarkan suara nafas (ronchi) (-), ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi
umpukan tiap 3 jam sekali dengan simetris, suara nafas ngogrok berkurang ,
sekret pada menggunakan stetoskop pernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir
saluran nafas (+), pernafasa dalam dan agak cepat7
3. Melakukan Bersihkan mulut, gigi Terpasang respirator atau mekanikal
dan saluran nafas dari sekret dan veentilator :
lendir dengan menggunakan betadin - BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
cair - Nasoendotracheal cube hari I
- FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan
4. Melakukan suction setiap 3 jam ) 40 %
yang diselingi dengan clapping dan - Frekuensi set 15 kali/menit,
fibrasi dengan berbagai posisi mring - EEP = 5
kanan, miring kiri dan terlentang serta - Sp O2 97 %
kepala agak ditutunkan dan - Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio
sebaliknya. inspirasi : ekspirasi 1 : 2
- VE (volume ekspirasi 12,6
5. Memberikan bantuan Oksigenasi A
yang dipertahankan dengan Masalah belum teratasi
kelembaban 40 % dan mensetting P
respirator sesuai dengan anjuran dan Lanjutkan implentasi 1-8
observasi respon klien.

6. Mengobservasi tanda-tanda vital


tiap 1 jam sekali dan
mendokumentasikan pada lembar
observasi.

7. Mengobservasi timbulnya gagal


nafas dan mengatur setting respirator
atau melaporkan pada dokter jaga.

8. Kolaborasi dalam pemberian obat:


Pengencer sekresi(mukolitik) Bisolvon
3x1 tab (10 mg)
Antibniotika :
PPC 3x1,5 Juta IU per-IM
Velocef 3x1 gr per-IV
Dartabcyn 2x80 mg Per-IV
Diazepam 2,1 ml/jam dengan
menggunakan syring pump.

Ketidakseimba 1. Mengatur suhu lingkungan yang Jam 10.00 WIB


ngan cairan nyaman dan cukup veentilasi S-
dan elektrolit 2. Memantau suhu tubuh tiap 1 jam O
berhubungan dan tanda vital serta tanda dan gejala - Tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 100
dengan terjadinya shock. kali/menit, ikterus (-), anemis (-), suhu
hiperemia, 3. Mengobservasi intake dan out put 40oC (trect)
kompensasi (IWL) hitung balance caaairan dan - Terpasang infus RL 500 cc/24 jam
ginjal yang dokumentasikan. - Out put cairan (urine tampung tiajp jam =
menurun 3. Membantu memberikan hidrasi jam 10.00 WIB 10 cc/jam
atau minum ysng cukup adequat - Membran mukosa basah
(6x250 isocal dan 250 cc ekstra juice - Akral hangat
buah) - Odema ekkstremitas atas dan bawah
4. Melakukan tindakan teknik aseptik A.
dan antiseptik pada perawatan luka Masalah belum teratasi
untuk menetralisir toksin. P
5. Melakukan kompres dingin bila Lanjutkan implementasi 1-7
tidak terjadi ekternal rangsangan Pemberian eksstra cairan gelafudin 500 CC
kejang pada ketiak dengan alasnya. selam 3 jam.
6. Melaksanakan program
pengobatan antibiotik dan antipieretik.
Antibniotika :
PPC 3x1,5 Juta IU per-IM
Velocef 3x1 gr per-IV
Dartabcyn 2x80 mg Per-IV
Xylomidon 2 cc
7. Kolaboratif dalam pemeriksaan lab
leukosit.

Pemenuhan 1. Mengkaji intake dan out put S


nutrisi kurang 2. Mengobservasi BB dan penurunan O
dari kebutuhan massa otot serta turgor kulit Trismus (+/-), mulut kotor
tubuh 3. Kolaborasi : - Abdomen flat, supel, kadang-kadang
berhubungan - Melanjutkan pemberian cairan per- didapatkanmkekakuan perut
dengan IV line (RL, Gelafudin, D5RL) sessuai - Belum bisa BAB sejak 7 hari yang lalu
inadequatnya dengan order dan kondisi klien (VS) (sejak sakit kejang), flatus , bising usus (-)
intake, stres - Membantu mnemberikan diit TKTP - Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250
metabolik cair melalui persounde cc selama 24 jam ditambah ekstra juice
- Melakukan pengambilan sample buah 250 cc
darah untuk pemeriksaan kadar - BB bertahan di 60 kg
albumin dan protein - Hasil pemeriksaan albumin 21 mg/dl
A. Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi

K. Catatan Perkembangan

DIAGNOSA CATATAN PELAKSANA


KEPERWATAN PERKEEMBANGAN
4 Juli 2001 jam 08 Jam 08.00 WIB
Tanggal.30 WIB S-
Ketidakefektifan jalan O
nafas berhubungan Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 20
dengan pe-umpukan x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan didapatkan
sekret pada saluran ronchi +-/+-, wheasing -/-, sianosis (-), ekspansi dada
nafas inpirasi dan ekspirasi simetris, suara nafas ngogrok
berkurang , pernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir
(+), pernafasaN dalam dan agak cepat7
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator :
- BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
- Nasoendotracheal cube hari I
- FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40 %
- Frekuensi set 15 kali/menit,
- EEP = 5
- Sp O2 97 %
- Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi :
ekspirasi 1 : 2
- VE (volume ekspirasi 12,6
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implentasi 1-8

Ketidakseimbangan Jam 10.00 WIB


cairan dan elektrolit S-
berhubungan dengan O
hiperemia, - Tekanan darah 80/55 mmHg, nadi 85 kali/menit,
kompensasi ginjal ikterus (-), anemis (-), suhu 40oC (trect)
yang menurun - Terpasang infus D5RL 500 cc/24 jam
- Membran mukosa basah
- Akral hangat
- Odema ekkstremitas atas dan bawah
A.
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi 1-7
Pemberian eksstra cairan gelafudin 500 CC selam 3 jam.
Mengatur posisi kepala lebih rendah dari badan
Diazepam diturunkan dosisnya menjadi 0,5 ml/jam
Ditambah pemberian dopamin 3 gamma dengan 2,1
ml/jam
E
Jam 11.00 WIB
- Tekanan darah 80/55 mmHg, nadi 85 kali/menit,)
- Terpasang infus D5RL 500 cc/24 jam
- Membran mukosa kering
- Akral hangat
- Odema ekkstremitas atas dan bawah
R
Mengatur posisi kepala lebih rendah dari badan
Diazepam diturunkan dosisnya menjadi 0,5 ml/jam
Ditambah pemberian dopamin 3 gamma dengan 2,1
ml/jam

Pemenuhan nutrisi S
kurang dari O
kebutuhan tubuh - Trismus (+/-), mulut kotor
berhubungan dengan - Abdomen flat, supel, kadang-kadang
inadequatnya intake, didapatkanmkekakuan perut
stres metabolik - Belum bisa BAB sejak 8 hari yang lalu (sejak sakit
kejang), flatus , bising usus (-)
- Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc selama
24 jam ditambah ekstra juice buah 250 cc
- BB bertahan di 60 kg
B. Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi
Pemberian cairan netrofusin E 1000 , 1000 cc/24 jam
dengan tetesan 10 tetes/menit

Kepustakaan
Soeparman; 1990; Ilmu Penyakit Dalam; Universitas Indonesia Press; Jakarta
Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year Book.
Theodore R.; 1993; Ilmu Bedah; EGC; Jakarta
Marlyn Doengoes; 1993; Nursing Care Plan; Edisi III, Philadelpia
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEJANG GENERALISATA DAN GAGAL NAFAS
DISERTAI SEPSIS DAN MULTIPLE DISFUNGSI ORGAN SYNDROM (MDOS)

DISUSUN OLEH
NINDAWI
019930048 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2001
Lembar Pengesahan

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEJANG GENERALISATA DAN GAGAL NAFAS
DISERTAI SEPSIS DAN MULTIPLE DISFUNGSI ORGAN SYNDROM (MDOS)

Penyusun

NINDAWI
NIM 19930048 B

Pembimbing Pembimbing
Akademik PSIK FK UNAIR SURABAYA Ruang ICU GBPT
RSUD Dr. Soetmo Surabaya

S-ar putea să vă placă și