Sunteți pe pagina 1din 14

6

Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja


The Influential Factors of Children to Work

Ikawati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS).
Jl. Kesejahteraan Sosial No 1 Nitipuran Yogyakarta. Nomor telpon: (0274) 377265.
Email: <ikawati.susatyo@yahoo.com>. Diterima 16 Februari 2015, direvisi 16 Maret 2015, disetujui 15 April 2015.

Abstract
This research is to analysis the influential factors children to work and its impact on their physical, psychical, and social
condition, and its contribution on economic and social, including family, community, and government efforts on stemming
the number of working children. This research is qualitative descriptive, research location determined purposively in West
Java, East Java, West Nusa Tenggara. Research subjects are children working abroad that happen having vacation in their
villages. Based on purposive determination, it is found 30 children as samples. Data gathered through interview, focus
group discussion, observation, and documentary analysis. Data are analyzed through qualitative-descriptive technique.
The research finds that the causal factors of children to work are the condition of parent education and their low income,
and the number of many family members that should be held, and family in harmony. The impact of children working is
delaying their growth, physically, psychologically, and socially. The contribution of children work is increasing the social
and economy of the family, such as income and schooling members of the family, and increasing members of the family
in social activity. Some family, community, and government efforts to stem the number of working children are sending
the children until primary school, diffusing information on the important of children education, monitoring on learning
time, forming learning group, looking for reference on school grant, making data on children drop out, giving work
skills, giving entrepreneur capital for family with vulnerable economy, monitoring on identity card faking, and limiting
working letter to children under age. Some of the government effort to stem the number of working children are, nine-year
schooling obligation program, electronic identification card, issuing regulation on the protection of working children and
law measurement on children traffickers. It is recommended for the Ministry of Social Affairs through the Directorate of
Violent Victims of Migrant Workers on poor family empowerment program, that in sending migrants workers areas based
on local potential, children committing in work should be prevented.

Keywords: Working Children; Causal Factors

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi anak bekerja, dampaknya terhadap kondisi fisik,
psikis, sosial anak, dan kontribusinya terhadap ekonomi dan sosial, serta upaya keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam
menekan jumlah anak bekerja. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, lokasi penelitian ditentukan secara purposif
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Subyek penelitian adalah anak yang bekerja di luar negeri
dan secara kebetulan sedang berada atau libur di desanya, berdasarkan teknik purposif ditemukan 30 anak. Pengumpulan
data menggunakan wawancara, FGD, observasi dan telaah dokumen. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif
kualitatif. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab anak bekerja adalah kondisi tingkat pendidikan
orangtua dan penghasilan yang rendah serta jumlah tanggungan orangtua yang banyak dan adanya ketidakharmonisan
keluarga. Dampak anak bekerja dapat menghambat tumbuh kembang mereka, baik secara fisik, psikis dan sosial. Kontribusi
anak bekerja adalah meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial keluarganya, seperti peningkatan penghasilan, dapat
menyekolahkan anggota keluarga, dan meningkatnya keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan sosial. Upaya keluarga,
masyarakat dan pemerintah dalam menekan jumlah anak bekerja antara lain keluarga telah menyekolahkan anak (tamat
SD), mengadakan penyuluhan tentang pentingnya tumbuh kembang anak, pemantauan jam belajar anak, membentuk
kelompok belajar, mencarikan rujukan bea siswa, pendataan anak putus sekolah, memberikan keterampilan kerja, modal
usaha kepada keluarga rawan sosial ekonomi, memantau terjadinya pemalsuan KTP, dan membatasi memberikan surat
keterangan bekerja bagi anak yang masih di bawah usia. Upaya pemerintah dalam menekan jumlah anak yang bekerja
antara lain, wajib belajar sembilan tahun, kartu penduduk sistem elektronik, penerbitan peraturan tentang perlindungan
anak yang bekerja dan penindakan hukum bagi pelaku trafficking. Rekomendasi yang diajukan pada Kementrian Sosial
RI melalui Direktorat Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran dalam program pemberdayaan keluarga miskin di
daerah asal pekerja migran (PM) berbasis potensi local, agar dapat tercegah keterlibatan anak yang bekerja.

Kata kunci: Masalah-Anak-Bekerja


197
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

A. Pendahuluan an di masyarakat lapisan paling bawah belum


Anak seharusnya dapat menikmati masa terpecahkan.
kanak-kanak dan remaja dengan bersekolah, ber- Masyarakat miskin pada awalnya ingin mem-
main dan mengembangkan potensi yang dimi- perbaiki ekonomi, atas dasar motivasi tersebut,
likinya dalam naungan kasih sayang keluarga. maka mereka terdorong untuk mengadu nasib ke
Namun kenyataannya tidak sedikit kita jumpai kota-kota besar bahkan ke luar negeri, dengan
anak-anak yang tidak memiliki kesempatan sama dalih mendapatkan pekerjaan yang menjanji-
sekali untuk menikmati masa kanak-kanak dan kan masa depan yang lebih cerah. Ironisnya
remaja dengan bahagia, bahkan tercerabut dari banyak kasus orangtua atau kerabat menyerah-
lingkungan keluarga yang disebabkan dorongan kan anaknya kepada para calo atau agen yang
ekonomi maupun kekerasan dalam keluarga- berkeliling desa , karena dijanjikan akan dibayar
nya. hutang-hutangnya yang melilit keluarganya,
Banyaknya anak putus sekolah berkaitan apabila anaknya mau dicarikan kerja dan juga
erat dengan kemampuan ekonomi dan pema- “diiming-imingi gaji besar”.
haman orangtua tentang perlunya pendidikan Lilitan utang pada keluaraga miskin biasanya
bagi masa depan anak (St. Sularto, 2000). diciptakan oleh agen/calo tenaga kerja, mucikari
Kesulitan finansial keluarga terutama keluarga dan lain-lain terhadap anak dan keluarganya.
miskin mengakibatkan meningkatnya jumlah Sistem ini sengaja diciptakan guna menjerat si
anak putus sekolah secara signifikan meningkat anak untuk tetap bekerja secara paksa, akibatnya
juga jumlah anak yang harus bekerja, kesulitan anak tersebut semakin sulit untuk melepaskan
diatas juga dapat mengakibatkan menurunnya diri dari pekerjaannya baik sebagai pelacur,
status gizi dan kesehatan. Kondisi ini juga dapat pelayan toko, perawat bayi, perawat lanjut usia,
mengakibatkan meningkatnya jumlah prosti- pembantu rumahtangga baik yang bekerja dida-
tusi yang dilakukan anak, karena mereka belum lam negeri maupun luarnegeri.
siap berkompetitif dalam dunia kerja, yang Pengiriman pekerja migran ke luar negeri
disebabkan kurang pengalaman, pengetahuan, merupakan salah satu alternatif penyelesaian
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki anak, masalah pengangguran dan kemiskinan di tanah
sehingga mereka harus bekerja menjadi pekerja air, sehinga dapat merubah tingkat kesejahtera-
seks komersial yang tidak memperlukan per- an keluarganya melalui remitansi dan sumber
syaratan tertentu. Ledakan pengangguran yang devisa negara. Namun demikian ada problem
berpendidikan menengah kebawah (SMP-SD) yang mendasar yang dihadapi oleh para pekerja
merupakan makanan empuk bagi para majikan migran kita di luar negeri. Perundang-undangan
di sektor ekonomi, karena mampu menekan kita belum mampu memberikan jaminan per-
pasar tenaga kerja dengan upah murah. Kondisi lindungan hukum bagi para pekerja migran
tersebut dikarenakan rendahnya pendidikan, ter- diluar negeri agar bisa nyaman bekerja dan
batasnya kemampuan dan ketrampilan sehingga mendapat perlindungan hukum. Menurut Galuh
gaji yang didapatpun juga rendah. Krastawan Endar dkk (Ikawati,2008) dalam penelitiannya
(1992) mengatakan bahwa wujud keterlibatan menemukan penyebab banyaknya masyarakat
anak dalam dunia kerja formal maupun infor- menjadi tenaga kerja wanita antara lain desa-
mal terjadi hampir pada semua kasus ekonomi kan ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan
dan pemerintah harus mengakui bahwa anak di Indonesia, keinginan untuk mendapat honor
bekerja merupakan akibat dari “pembangunan” yang lebih tinggi dan dorongan dari pihak luar
itu sendiri, sehingga standar upah minimal yang yang sudah berhasil . Dibalik pengiriman pekerja
diterapkan di Indonesia masih di bawah standar, tersebut keluar negeri selain dapat memecah-
hal ini membuktikan bahwa problem kemiskin- kan masalah diatas, banyak masalah-masalah

198
Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja (Ikawati)

yang dihadapi mereka didaerah tujuan seperti dampak ekonomi perlu dipikirkan kebijakan
gaji tidak dibayarkan, dipenjara, disiksa, bunuh penggunaan remitan yang tidak selalu ke aspek
diri karena tidak tahan terhadap permasalahan konsumtif, tetapi ke aspek ekonomi produktif
yang dialaminya. Kondisi tersebut dapat terjadi sekalipun mulai dengan skala usaha yang kecil.
dikarenakan pengiriman tenaga kerja mempu- Dari yang kecil diharapkan dapat berkembang
nyai sumber daya manusia yang rendah, se- sehingga menjadi diversifikasi usaha, atau me-
hingga hanya dapat mengisi sektor informal yang nambah kesempatan kerja, atau mengurangi
berisiko sangat tinggi (Depnakertrans,2007). pengangguran yang muaranya meningkatkan
Menurut Nina Karinina dan Sri utami (2005) pendapatan atau kesejahteraan.
mengatakan bahwa ada beberapa faktor holistik Berdasarkan latar belakang permasalahan
yang berkaitan dengan pengiriman tenaga kerja di atas, rumusan masalah yaitu apa faktor yang
atau pekerja migran salah satunya yang mendasar mempengaruhui anak bekerja? Tujuan penelitian
faktor ekonomi, yaitu kondisi ekonomi yang adalah menganalisis faktor-faktor penyebab
rendah menjadi pendorong mencari peluang anak bekerja, dampaknya terhadap kondisi
untuk meningkatkan kondisi ekonomi dengan fisik, psikis dan sosial anak dan kontribusinya
cara bekerja keluar negeri. terhadap ekonomi dan sosial keluarganya, serta
Aktivitas mobilitas penduduk yang berlang- mengetahui upaya keluarga, masyarakat dan
sung memunculkan dampak nyata, terutama pemerintah dalam menekan jumlah anak bekerja.
pada kehidupan migran, keluarga migran dan Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat ke-
masyarakat di sekitarnya. Pada skala mikro pada Kementerian Sosial RI melalui Direktorat
berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan ke- Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
luarga, berubahnya perilaku konsumtif keluarga dalam program pemberdayaan keluarga miskin
, terjadinya mobilitas sosial melalui perubahan di daerah asal pekerja migran (PM).
status sosial ekonomi keluarga migran yang
ditujukan dari pemilikan rumah dan benda- B. Penggunaan Metode Penelitian
benda berharga lainnya merupakan salah satu hal Tipe penelitian ini adalah deskriptif-kuali-
nyata yang mudah dilihat. Pada skala yang lebih tatif, bertujuan untuk mendapatkan gambaran
luas, aktivitas mobilitas penduduk juga secara yang ada di lapangan secara sistematis, faktual
tidak langsung ikut mempengaruhi terjadinya dan akurat mengenai fakta, sifat, fenomena yang
perubahan-perubahan perilaku masyarakat yang diselidiki (Arikunto, 2002). Pendekatan kuanti-
ditandai dengan perubahan perilaku konsumtif tatif, karena penelitian ini akan memberi pemak-
dan berkembangnya kehidupan ekonomi di naan tentang fakta yang ditemukan di lapangan
sekitar daerah migran. Perubahan-perubahan melalui prosentase dan kemudian pemaknaan
fisik juga tidak dapat dilepaskan dari remitan tersebut akan disimpulkan untuk dipakai sebagai
yang dihasilkan. bahan penyusunan saran dan tindakan (Nawawi
Aktivitas migrasi yang dilakukan juga mem- dan Martini,1996). Lokasi penelitian ditentukan
butuhkan biaya sosial yang sangat tinggi seperti secara purposif, berdasarkan daerah yang banyak
terjadi disintegrasi keluarga dan ketidakharmo- menyumbangkan pekerja migran ke luar negeri.
nisan hubungan antar generasi. Disintegrasi Pertama, Provinsi Jawa Barat, yaitu di desa Bon-
keluarga yang ditandai dengan banyaknya kasus gas kecamatan Bongas, kabupaten Indramayu
perceraian dan keretakan di dalam keluarga. dan di desa Tugu, kecamatan Sliyeg, kabupaten
Mobilitas penduduk mengakibatkan munculnya Indramayu dan di desa Cipurut, kecamatan Cire-
berbagai dampak positif maupun negatif oleh ungas, kabupaten Sukabumi; Kedua, Provinsi
karena itu dampak positif perlu dipertahankan Jawa Timur, yaitu di Desa Jenangan, Kecama-
atau bahkan ditingkatkan dan dampak negatif da- tan Jenangan, Kabupaten Ponorogo dan Desa
pat dikurangi atau dihilangkan. Khusus dengan Arjowilangun, Kecamatan Kalipare ,kabupaten

199
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

Malang; Ketiga, Provinsi Nusa Tenggara Barat berkaitan dengan masalah anak bekerja yang
yaitu di kelurahan Praya, kecamatan Praya, kabu- rawan terjadinya trafficking.
paten Lombok Tengah dan Kelurahan Gerunung, Data dianalisis dengan mempergunakan des-
Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah. kriptif-kualitatif dan interpretatif (persentase)
Data primer diperoleh dari informan yaitu yaitu penggambaran tentang obyek yang diteliti,
orang yang dipandang dapat memberikan kete- kemudian dikaitkan dengan tujuan penelitian
rangan tentang obyek yang akan diteliti (Mo- untuk dipakai mendapatkan kesimpulan yang
leong, 2000), dalam penelitian ini yakni anak nantinya sebagai rekomendasi atau tindakan
yang bekerja di luar negeri dan secara kebetulan (Nawawi dan Martini, 1996)
sedang berada atau libur di desa dijadikan sam-
pel. Teknik penentuan sampel adalah purposif C. Hasil dan Pembahasan Faktor Penyebab
jumlahnya 30 orang. Sasaran obyek penelitian Anak Bekerja)
adalah faktor-faktor penyebab anak bekerja, 1. Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja
dampaknya terhadap kondisi fisik, psikis dan Salah satu tujuan penelitian adalah meng-
sosial anak dan kontribusinya terhadap ekonomi analisis faktor-faktor penyebab anak bekerja,
dan sosial keluarga. berdasarkan temuan di lapangan maka faktor-
Teknik Pengumpulan data menggunakan faktor penyebab tersebut adalah kondisi tingkat
wawancara mendalam terhadap sampel, untuk pendidikan ayah dan ibu yang rendah (<SMP
menghindari tidak terjawabnya suatu pertanyaan yaitu 83 persen -100 persen). Pendidikan orang-
dan biasanya digunakan untuk sampel yang ting- tua yang rendah menyebabkan mereka mem-
kat pendidikannya rendah. Observasi digunakan punyai keterbatasan dalam mendapat peluang
untuk mengumpulkan data yang berkaitan de- kerja ada sekitar 26-47 persen yang mengalami
ngan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam hal tersebut. Temuan di atas didukung oleh
dan digunakan apabila sampel yang diamati tidak temuan dari Musni Umar (2011) bahwa pencari
terlalu besar jumlahnya. Pelaksanaan observasi kerja yang tidak memiliki kepakaran, keahlian,
dalam penelitian ini adalah non-partisipan yaitu ketrampilan dan tingkat pendidikan yang tidak
peneliti tidak ikut terlibat tetapi hanya sebagai memadai, maka akan kesulitan dalam menda-
pengamat independen, dengan cara mencatat, patkan pekerjaan. Pekerjaan yang didapat hanya
menganalisis dan selanjutnya dapat dibuat kes- terbatas, maka akan berpengaruh terhadap be-
impulan tentang apa yang diamati. Good, dkk. sarnya penghasilan orangtua yaitu kurang dari
(Sutrisno Hadi, 2000) mengemukakan, bahwa 300 ribu ada sebanyak 67-83 persen, penghasilan
teknik ini dipilih agar peneliti mampu membuat yang terbatas akan semakin terasa berat, apa-
kesimpulan tentang apa yang diamatinya dan bila jumlah tanggungan orangtua juga banyak,
juga untuk mengecek kebenaran data yang di- tampak dalam penelitian ini ditemukan jumlah
kumpulkan.Telaah dokumen digunakan untuk tanggungan orangtua yang lebih dari 3 orang 80
mengumpulkan data yang bersifat dokumentatif persen. Data tersebut didukung hasil penelitian
sebagai sumber data yang nantinya dapat untuk dari Hugo (Abdul Haris, 2002) bahwa penyebab
menguji, menafsirkan bahkan meramalkan seseorang mobilitas untuk mencari kerja di
(Moleong, 2000). Telaah dokumen dapat me- luar daerah asal dikarenakan kondisi ekonomi.
lengkapi teknik wawancara dan observasi (Sud- Perbedaan kondisi ekonomi yang ada di daerah
jono, 1998). Diskusi kelompok dipergunakan asal dan daerah tujuan (Goma, 1993). Dengan
untuk memperoleh data primer melalui diskusi kata lain migrasi terjadi apabila dua wilayah
dengan LSM yang peduli terhadap penanganan mempunyai perbedaan kefaedahan yaitu daerah
anak bekerja yang rawan menjadi korban traf- asal dan daerah tujuan (Mantra, 1999). Sedang-
ficking, instansi terkait dan melalui forum ini kan menurut Utama (1994) faktor penyebab
didapatkan masukkan yang komprehensif yang seseorang, mobilitas besar-besaran, karena ada

200
Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja (Ikawati)

ketimpangan dalam faktor ekonomi yang bersi- ketrampilan kerja ada sebanyak 70 persen, maka
fat selektif seperti perbedaan upah yang sangat pekerjaan anakpun yang didapat juga terbatas
menyolok. biasanya ada di sektor informal seperti pem-
Keterbatasan ekonomi dalam keluarga ber- bantu rumah tangga, pelayan restoran, perawat
dampak terhadap kesejahteraan keluarganya, se- lansia atau anak dan buruh pabrik. Jenis-jenis
perti terjadi ketidakharmonisan seperti pertenga- pekerjaan yang didapat tersebut yang rawan,
karan kadang-kadang sering terjadi (70 persen), berbahaya, merendahkan dan kotor, dikarena-
terjadi kekerasan fisik orangtua kepada anak (73 kan tidak adanya keahlian atau ketrampilan,
persen) dan terjadinya hubungan yang tidak baik sehingga para calo tenaga kerja mengincar
antara anak dan orangtua (70 persen). Menurut melalui penipuan atau sesuatu pembayaran yang
Suyanto (2003) kenyataan di masyarakat tidak disepakati (Amiruddin, 2008). Nuryana (2005)
semua orangtua dapat melakukan kewajiban- di dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa
nya, seperti hubungan yang ada tidak serasi permasalahan yang dihadapi tenaga kerja perem-
dalam keluarga, disharmoni, ketegangan, keke- puan antara lain minimnya keterampilan teknis
rasan. Surya Mulandar (1996) juga menemukan sebagai persyaratan tentang ketentuan pokok
bahwa kekurang-harmonisan dalam hubungan pemerintah. Kondisi yang menyebabkan anak
keluarga, kondisi orangtua seperti di atas yang harus bekerja antara lain agar orangtua tidak
menyebabkan anak harus terjun ke dunia kerja. merasa terbebani anak, maka anak dinikahkan
Selain kondisi orangtua tersebut yang dapat pada usia muda dengan harapan dapat membantu
menyebabkan anak bekerja adalah kondisi anak adik-adiknya, hampir semua responden dinikah-
sendiri antara lain keterbatasan ekonomi kelu- kah pada usia kurang dari 18 tahun (100 persen).
arga menyebabkan anak harus putus sekolah, Selain dinikahkan di usia muda, agar orangtua
artinya anak mempunyai tingkat pendidikan tidak terbebani, persyaratan kerja ke luar negeri
yang terbatas (tidak tamat SD sampai dengan biasanya seseorang yang sudah menikah, se-
tidak tamat SMP ada sebanyak 50 persen) dan hingga anak dipaksa menikah guna kepentingan
yang 50 persen adalah tidak tamat SLTA sampai mencari kerja. Perkawinan yang tidak dilandasi
dengan tamat SLTA. Kurangnya pemahaman cinta dan ketidaksiapan secara mandiri tentunya
keluarga akan pentingnya pendidikan bagi masa dapat berakibat buruk bagi anak antara lain ter-
depan anak dan ada suatu anggapan bahwa anak jadi perceraian (55 persen), Hubungan kurang
merupakan aset ekonomi keluarga serta peluang sampai dengan tidak baik antara suami-istri
untuk bekerja atau tenaga anak guna membantu (70 persen) dan terjadi kekerasan dalam rumah
mencari nafkah untuk keluarganya. Effendi tangga kadang-kadang sampai dengan sering ada
Tadjuddin Noer (1992), bahwa anak-anak yang sebanyak 80 persen. Data tersebut diatas diper-
bekerja dikarenakan kemiskinan orangtuanya, kuat temuan yang dilakukan oleh Musni Umar
kondisi ini bila berlarut-larut maka banyak anak (2011) bahwa perempuan yang sudah berkelu-
yang menjadi korban trafficking. Hasil tersebut arga dan harus meninggalkan rumahtangganya
juga diperkuat dengan hasil temuan Mariana dengan waktu yang lama, maka akan rawan
Amiruddin (2008) bahwa feminisasi kemiskinan, terjadi ketidakharmonisan. Kondisi orangtua dan
pengangguran kronis dan kurangnya kesempatan kondisi anak diatas yang menyebabkan orangtua
ekonomi adalah beberapa faktor yang mempe- memperkerjakan anak atau anak terjun ke dunia
ngaruhi perdagangan anak dan perempuan. kerja.
Dalam penelitian ditemukan usia anak pada
waktu bekerja dibawah 18 tahun ada sebanyak 90 2. Dampak Anak Bekerja terhadap Kondisi
persen. Bekerja diusia muda tentu saja kepemi- Fisik Psikis dan Sosial
likan ketrampilan kerja juga terbatas, dari 30 Hasil temuan pada penelitian ini adalah
responden ditemukan yang tidak mempunyai diketahuinya dampak anak bekerja terhadap

201
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

kondisi fisik, psikis dan sosialnya, berdasarkan kelamin. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja
hasil temuan di lapangan maka dapat disimpul- No 10 tahun 1987 bahwa jam kerja bagi anak
kan bahwa anak yang bekerja pada usia muda, yaitu empat jam dalam sehari, apabila lebih dari
maka anak tersebut ada pada posisi rentan dan itu dan melebihi ambang batas yang dapat di-
apabila anak harus bekerja, maka akan dapat tolerir, maka dapat berdampak pada kondisi fisik,
menghambat perkembangan kepribadiannya psikis dan sosialnya (Irwanto, dkk 1999), sedang-
dan pada akhirnya dapat menghambat tumbuh kan Sumadi Suryabrata (1982) mengemukakan
kembangnya (Sumadi Suryabrata, 1982; Asril bahwa apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut,
Aini, 1982). Menurut Brechendrige dan Vincent berdampak pada terhambatnya perkembangan
(Ikawati 2003), mengatakan “Apabila seorang kepribadiannya. Usia anak bekerja sangat rentan
anak harus bekerja berat, maka kondisinya pada terhadap berbagai hal yang negatif seperti terje-
umumnya akan lemah, karena pekerjaan yang rumus dalam penyalahgunaan narkoba.
ringanpun bila dikerjakan terus-menerus dalam Pada penelitian ini ditemukan bahwa mereka
waktu yang lama, maka akan berpengaruh ter- kadang-kadang sampai sering ditawari narkoba
hadap pertumbuhan tubuh dan psikososialnya.” (63 persen), Irwanto, dkk (1999) menemukan
Dampak tersebut dapat terlihat apabila anak bahwa seorang anak yang terpaksa bekerja
bekerja dalam waktu yang lama, ternyata anak rawan terhadap ekspoitasi. Dalam penelitian ini
bekerja lebih dari sembilan jam sehari, dari 30 ditemukan bahwa yang mengeksploitasi adalah
responden yang mengalami hal tersebut ada 70 orangtuanya sendiri (100 persen) yaitu melalui
persen. jerat hutang dari agen pencari kerja, orangtua
Anak sangat membutuhkan istirahat, bermain rawan terhadap eksploitasi, salah-satunya ter-
dengan teman sebaya, memperoleh pendidikan, hadap terjerumusnya dalam penyalahgunaan
semua itu harus dipenuhi oleh anak, apabila ka- narkoba yang mendapatkan uang muka dari
rena bekerja sehingga kebutuhan tersebut tidak agen, nanti anaknya yang membayar dengan
terpenuhi, akibatnya anak terhambat tumbuh- bekerja. Jeratan hutang tersebut dari agen kepada
kembangnya. Anak bekerja pada usia muda, orangtuanya dan biasanya dipergunakan untuk
maka keterbatasan pendidikan, wawasan dan membeli tanah, memperbaiki atau beli rumah,
keterampilan kerja juga terbatas, sehingga anak kendaraan.
dalam melakukan pekerjaan banyak melakukan Anak bekerja, menerima uang dan ada pemo-
kesalahan. Kondisi ini yang memicu kejengkelan tongan upah yang katanya untuk biaya orangtua
majikan yang pada akhirnya anak kadang-kadang di daerah asal (70 persen), tidak digaji beberapa
sampai dengan sering mendapatkan perlakuan bulan alasan untuk biaya keberangkatan (18
kasar dan tindak kekerasan di tempat kerja (100 persen), tidak diberi kebebasan berhubungan
persen). Bentuk tindak-tindak kekerasan tersebut dengan orang lain, teman dan keluarga (70
bersifat fisik, psikis dan sosial. Menurut Suyanto persen) dan pekerjaan yang dijanjikan tidak se-
(2003), anak bekerja merupakan fenomena ter- suai dengan kenyataan (57 persen). Kondisi ini
jadinya trafficking karena telah terjadi terabai- sangat memprihatinkan, kadang orangtua tidak
kannya hak-hak anak untuk dapat tumbuh dan tahu perlakuan yang didapat anak di tempat
berkembang secara wajar dan optimal. kerja, tetapi orangtua selalu menuntut anak un-
Anak yang bekerja sangat lemah dan rentan tuk selalu mengirim hasil kerjanya, baik melalui
terhadap kondisi kesehatannya, dalam penelitian kiriman langsung maupun mealui jeratan hutang
ini dapat dilihat frekuensi sakit anak dalam satu dari agen pencari kerja. Semua yang dirasakan
bulan ternyata, dari 30 responden ada lebih lima anak ditempat kerja tidak dihiraukannya, asal ke-
kali ke dokter (67 persen). Sakitnya bervariasi luarganya bahagia dan sejahtera. Kondisi di atas
yaitu pusing kepala, maag, sakit perut, asam menurut Debora Imelda, dkk (2004) menemukan
urat, flu dan bahkan ada yang terkena penyakit persamaam dan perbedaan dengan sistem ijon

202
Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja (Ikawati)

di bidang pertanian dan di perdagangan orang persen). Semua kebutuhan sehari-hari keluarg-
atau manusia atau trafficking antara lain melalui anya juga dapat dipenuhi (80 persen).
jeratan hutang kepada keluarga calon yang akan Kontribusi sosial dampak anak bekerja dalam
diperkerjakan. Dalam krisis ekonomi keluarga, penelitian ini ditemukan, responden bisa me-
tidak ada salahnya memanfaatkan anak untuk nyekolahkan anak (33 persen), menyekolahkan
bekerja (Mohamad Farid, 1999). kakaknya (17 persen) dan adiknya (20 persen).
Dengan penghasilan responden ternyata mampu
3. Kontribusi Anak Bekerja terhadap Eko- memberikan kontribusi pada keluarganya yaitu
nomi dan Sosial Keluarganya ikut terlibat dalam kegiatan sosial (100 persen),
Salah satu tujuan penelitian ini untuk menge- yang dulunya tidak pernah dilakukannya dikare-
tahui kontribusi anak bekerja terhadap kondisi nakan waktunya habis untuk mencari nafkah.
ekonomi dan sosial keluarganya, berdasarkan Kegiatan sosial lainnya seperti menengok ke-
data di lapangan maka temuan dalam penelitian luarga dan tetangga yang sakit dan membantu
bahwa kontribusi anak bekerja terhadap keluar- keluarga dan tetangga yang membutuhkan. Data
ganya baik secara ekonomi maupun sosial tidak yang ditemukan di lapangan ini juga didukung
dapat dipungkiri, hal ini dapat dilihat tumbuh- penelitian Ikawati, dkk (2009) yang menemukan
nya sektor-sektor ekonomi lainnya di daerah bahwa sebelum pekerja migran anak bekerja
asal, sehingga menyebabkan perputaran uang ke luar negeri akses keluarga untuk melakukan
menjadi lebih cepat mendorong pertumbuhan kegiatan sosial kurang dimiliki, tetapi setelah
perekonomian masyarakat disekitarnya (multi- bekerja dengan kontribusi secara ekonomi mela-
player effect economy). Kegiatan ekonomi yang lui remitan kepada keluarganya , maka keluarga
ditimbulkan membawa dampak positif terhadap dapat melakukan fungsi sosialdi masyarakat.
pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu,
yang lebih penting adalah kontribusi terhadap 4. Upaya Keluarga, Masyarakat dan Pemer-
kondisi ekonomi dan sosial keluarganya. Da- intah dalam Menekan Jumlah Pekerja
lam penelitian ini ditemukan kondisi ekonomi Anak
keluarga seperti peningkatan penghasilan yang a. Upaya Keluarga dalam Menekan Anak
dulunya kecil bahkan tidak punya penghasilan, Terjun ke Dunia Kerja
setelah anaknya bekerja ke luar negeri penghasi- Kemiskinan telah memaksa banyak kelu-
lannya dapat mencukupi keluarganya. Hal terse- arga melakukan imigrasi, dengan harapan dapat
but di lapangan dapat dilihat dalam peningkatan mencari pekerjaan yang lebih baik, sehingga
penghasilan yaitu yang dulunya kurang dari 300 dapat membayar hutang dan mendapatkan ke-
ribu per bulan kemudian lebih dari satu juta (80 hidupan yang lebih layak atau baik. Informasi
persen dari 30 responden). Kondisi tersebut dapat tentang bekerja baik di dalam atau luar negeri
diartikan bahwa pekerja migran anak mampu dengan upah atau gaji yang tinggi mendorong
membawa perubahan terutama ekonomi dengan mereka untuk berimigrasi dengan perhitungan
berbagai konsekuensi negatif dan positif (Sunit yang matang, akibatnya mereka terperangkap
ATC, dkk, 2010). Hasil anak bekerja juga dapat para calo atau penipu tenaga kerja (trafficker)
menabung secara rutin (70 persen), dari peng- yang menjadikan sebagai korban trafficking.
hasilannya tersebut dapat mempunyai roda dua Perdagangan manusia bukan suatu hal yang baru
(100 persen), kendaraan roda empat (40 persen), di muka bumi ini dengan makin beradabnya ma-
untuk beli rumah (60 persen), tanah (33 persen) nusia, perbudakan tidak kemudian berhenti atau
dan perhiasan (80 persen). Penghasilan yang hilang, tetapi beralih menjadi perdagangan pada
didapat responden juga dapat memberikan modal jenis manusia yang dilemahkan yaitu perempuan
untuk keluarganya (40 persen), untuk modal dan anak.
suami (30 persen) dan untuk modal anaknya (20

203
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

Kondisi keluarga yang miskin mendesak b. Upaya Masyarakat dalam Menekan Anak
dan memaksa anaknya untuk tidak melanjutkan Bekerja
sekolah dikarenakan tidak ada biaya, akibatnya Penyuluhan Sosial tentang Pentingnya
anak terpaksa bekerja dengan bekal tingkat Memberi Pendidikan Anak: Perlindungan anak
pendidikan yang rendah, walaupun demikian adalah segala kegiatan untuk menjamin dan me-
keluarga telah menunjukkan upaya dalam me- lindungi anak berserta hak-haknya, agar mereka
nekan jumlah anak bekerja, antara lain melalui dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berparti-
pemberian pendidikan di bangku sekolah. Hal sipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat
tersebut dapat dilihat dari kepemilikan tingkat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
pendidikan responden (SD tamat,13 persen), penelantaran, kekerasan dan diskriminasi. Hak
sedangkan yang mengatakan SLTP tidak tamat anak adalah bagian dari hak asasi manusia wajib
5 orang (17 persen), SLTP tamat 6 orang (20 dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua,
persen), SLTA tidak tamat 8 orang (27 persen) keluarga,masyarakat dan pemerintah atau negara
dan SLTA tamat 7 orang (23 persen). Kondisi (Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang
tersebut dapat dimaknai bahwa orangtua sudah perlindungan anak). Berdasarkan hal tersebut,
berupaya agar anak mendapat bekal pendidikan masyarakat wajib melakukan kegiatan dalam
walaupun sebatas kemampuan mereka yaitu rangka perlindungan anak antara lain telah di-
nampak terlihat yang tidak tamat SD tidak lakukan dalam bentuk penyuluhan tentang
ada dan rata-rata pernah mengenyam bangku pentingnya memberi pendidikan anak, dengan
sekolah walupun hanya sampai SLTA. Data di maksud orangtua dapat memahami pentingnya
atas diklarifikasikan pada orangtua responden anak bersekolah, sehingga dapat mencegah tidak
ternyata ada beberapa statemen yang mendukung terjadi pemaksaan anak bekerja demi membantu
data tersebut antara lain: “Saya menyekolahkan ekonomi keluarga. Dari 30 responden yang me-
anak cukup bisa baca dan tulis saja sudah cukup, ngatakan rutin mendatangi penyuluhan tersebut,
minimal anak saya sekolahkan hingga tamat ada 10 orang (33 persen), yang mengatakan apa-
SD sudah cukup.” “Saya punya banyak anak, bila perlu saja mendatangi penyuluhan, 9 orang
agar semua dapat sekolah, ya, gantian dengan (30 persen) dan responden yang mengatakan
adik-adiknya cukup lulus SD minimal.” “ Saya tidak pernah mendatangi 11 orang (67 persen).
membekali anak sekolah minimal SMP, biar Data tersebut dapat dimaknai bahwa masyarakat
gantian dengan adik-adiknya yang penting anak telah berupaya melakukan agar jumlah anak
saya tidak bodoh.” “Saya sekolahkan anak saya yang bekerja dapat dicegah, untuk dapat meli-
sampai SLTA, agar mudah dapat cari kerjanya.” hat manfaat penyuluhan tersebut bagi orangtua
“Saya hanya mampu menyekolahkan anak sam- responden dapat diklarifikasikan pada statemen
pai dengan lulus SMP saja.” sebagai berikut.
Menurut Aswarni Sudjud (1999), masa anak “Saya setelah dapat pengetahuan melalui
merupakan masa strategis sekaligus kritis. Stra- pertemuan di RW tentang anak harus diseko-
tegis, karena masa ini merupakan masa peka un- lahkan, maka saya berusaha anak disekolahkan
tuk memperoleh stimulan dan pembelajaran yang walaupun hanya sampai SD.” “Saya berusaha
memungkinkan anak dikondisikan memperoleh menyekolahkan anak sampai SLTA, agar anak
keberhasilan di dalam kelompoknya. Kritis, punya bekal nantinya di masyarakat.” “Saya tahu
apabila terjadi salah asuh dapat menyebabkan bahwa anak harus sekolah di balai desa, saat
gangguan perkembangan atau pembelajaran itu saya sekolahkan anak-anak saya , walaupun
yang pada akhirnya terganggu perkembangan hanya sampai SLTP.”
selanjutnya. Pada kaitan di atas keluarga telah Pemantauan Jam Belajar: Upaya masya-
berupaya menyekolahkan anak dan tampak tidak rakat dalam menekan jumlah anak bekerja telah
ada yang tidak sekolah. dilakukan melalui pemantauan jam belajar anak

204
Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja (Ikawati)

yaitu antara jam 18.00–21.00 , tujuan diadakan fikasikan dengan responden (masyarakat, tokoh
pemantauan tersebut antara lain agar anak bisa masyarakat, kader, tokoh ulama, tokoh adat), ada
konsentrasi belajar sehingga tidak bermasalah beberapa yang mendukung data tersebut antara
dalam proses belajar, anak tidak terpengaruh lain: “Rujukan biasa dilakukan ke instansi terkait
perilaku yang tidak baik di sekitarnya, anak apabila ada warga atau orangtua yang menel-
dapat lancar sekolahnya (naik kelas) serta me- antarkan anaknya tidak diperbolehkan sekolah,
motivasi anak lain untuk melakukan kegiatan dan harus bekerja.” “Rujukan dilakukan bila
belajar. Data tersebut dapat digambarkan, 30 lingkungan sudah tidak bisa mengatasi, maka
responden yang mengatakan ada pemantauan, dimintakan bantuan ke instanisi terkait.” “saya
12 orang (40 persen), yang mengatakan kadang membantu mencarikan rujukan apabila anak
ada pemantauan 8 orang (27 persen) dan yang memamg memerlukan, agar anak dapat sekolah
mengatakan tidak pernah dipantau 10 orang (33 dengan tenang biaya gratis.” “selama lingkungan
persen). Data tersebut dapat dimaknai bahwa sekitar dapat membantu permasalahan anak,
masyarakat telah mengupayakan penekanan maka kami tidak merujuk ke instansi lain, karena
jumlah anak bekerja melalui pemantauan jam masalah dapat diselesaikan antar RT/RW dengan
belajar, diharapkan anak-anak tidak terhambat swasembada.”
proses belajar dan dapat memotivasi anak terus Melakukan Pendataan kepada Anak Pu-
bersekolah. Data tersebut diklarifikasikan pada tus Sekolah: Efektivitas dalam memecahkan
respoden yang mendukung temuan di atas antara permasalahan anak terutama dalam menekan
lain: “Saya merasa ada yang memperhatikan be- jumlah anak yang bekerja dilakukan pendataan
lajar bila ada pemantauan.” Saya tidak enak bila kepada anak-anak yang putus sekolah, kemu-
jam belajar, saya tidak belajar.” “Saya merasa dian ditindaklanjuti dengan suatu aksi agar anak
terdorong untuk belajar selama ada aturan waktu tercegah dalam dunia kerja. Gambaran ini dapat
belajar.” “Mau tidak mau saya harus membiasa- dilihat dalam temuan di lapangan, 30 orang yang
kan bahwa pada waktu jam belajar tidak pergi mengatakan ada pendataan 10 orang (33 persen),
dan harus belajar.” “terdorong untuk belajar se- setelah diklarifikasikan dengan salah satu re-
lama ada aturan waktu belajar.” “Mau tidak mau sponden ada yang mengatakan “Biasanya saya
saya harus membiasakan bahwa pada waktu jam melakukan pendataan kepada anak-anak putus
belajar tidak pergi dan harus belajar.” sekolah yang dikarenakan keterbatasan ekonomi
Mencarikan kepada Instansi Terkait un- saja.” yang mengatakan tidak ada pendataan
tuk Beasiswa: Masyarakat yang bertanggung 20 orang (66,67 persen), salah satu responden
jawab terhadap kesejahteraan anak, terutama yang mendukung data yang ditemukan tersebut
dalam mencegah jumlah anak yang bekerja dengan statemen berikut. “Saya tidak melakukan
tentunya dapat melihat apa yang telah terjadi pendataan, karena bila perlu saja atau mendesak
di sekitar atau lingkungannya seperti telah ter- bila ada permasalahan anak putus sekolah.”
jadi banyaknya anak yang dipaksa orangtuanya Memberi Ketrampilan Kerja dan Modal
bekerja. Hasil penelitian menemukan bahwa Usaha bagi Keluarga Rawan Sosial Ekonomi:
masyarakat telah berupaya mencegah timbulnya Keterbatasan ekonomi keluarga, menyebabkan
anak yang karena sesuatu hal harus bekerja, dari orangtua harus memaksa anak tidak lagi sekolah
30 orang yang mengatakan sering mencarikan karena harus membantu ekonomi keluarganya.
rujukan apabila ada anak yang tidak bersekolah, Masyarakat berupaya membantu melalui ke-
3 orang (10 persen), yang mengatakan kadang- luarga atau orangtuanya dengan pemberian
kadang melakukan rujukan 6 orang (20 persen) ketrampilan kerja dan modal usaha pada ke-
dan yang mengatakan belum pernah rujukan 21 luarga rawan sosial ekonomi, dengan harapan
orang (70 persen). Data tersebut setelah diklari- pemberian keterampilan mampu meningkatkan

205
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

penghasilan keluarga yang pada akhirnya dapat terhadap orangtuanya sehingga anak harus terjun
membiayai sekolah anak-anaknya. Data tersebut kedunia kerja. Apabila wajib belajar sembilan
dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini, tahun dapat dilaksanakan dengan baik dan be-
dari 30 responden yang mengatakan diberikan nar, maka angkatan kerja usia 10 -14 tahun akan
secara rutin 5 orang(17 persen), yang menga- berangsur-angsur berkurang, karena proporsi
takan tidak rutin 6 orang (20 persen) dan yang yang melanjutkan sekolah akan semakin besar
mengatakan tidak pernah ada kegiatan pem- sehingga akan berdampak pada pengurangan
berian keterampilan dan modal usaha kepada angkatan kerja pada usia tersebut.
keluarga rawan sosial ekonomi 19 orang (63 Wajib belajar sembilan tahun diselengga-
persen). Data tersebut setelah diklarifikasikan rakan agar anak di keluarga miskin atau tidak
pada responden ada beberapa yang menyatakan: mampu mempunyai akses terhadap pendidikan,
“Keterampilan bengkel yang pernah diberikan apabila perlu wajib belajar ditentukan tanpa
kepada saya cukup membantu ekonomi keluarga biaya artinya mereka dibebaskan dari semua
saya.” “Saya pernah menanyakan kepada Pak pengeluaran pendidikan. Wajib belajar diperkuat
Lurah, kenapa saya tidak pernah diikutkan dalam dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002
pelatihan, tetapi jawabannya nunggu giliran atau tentang perlindungan anak pasal 9 ayat 1 tentang
bertahap.” setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
Memantau Pemalsuan Kartu Tanda Pen- pengajaran dalam rangka pengembangan pri-
duduk (KTP): Pemalsuan KTP sebelum ada badinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat
KTP elektronik sangat marak terjadi, biasanya dan bakatnya. Pertama, Kartu Tanda Penduduk
dibuat untuk memalsukan usia anak (< 18 tahun) (KTP) Melalui Sistem Elektronik (EKTP).
menjadi usia kerja (>18 tahun) atau sesuai per- Sistem elektronik salah satunya bertujuan untuk
mintaan perusahaan yang akan ditempati kerja. mencegah seseorang mempunyai KTP dibeber-
Pembuatan KTP melalui elektronik salah satunya apa tempat dan mencegah anak dibawah umur
berlaku on line artinya terdata di seluruh Indo- melakukan pekerjaan buruk serta mencegah
nesia dan apabila ada kesalahan yang disengaja aparat dapat melakukan pemalsuan identitas
maupun tidak disengaja akan terpantau terutama usia, status perkawinan dan alamat.
Kedua, Peraturan Perundang-undangan:
c. Upaya Pemerintah dalam Menekan Anak Banyaknya anak terjun ke dunia kerja salah
Terjun ke Dunia Kerja satunya telah terjadi pemalsuan usia, agar
Wajib Belajar Sembilan Tahun: Upaya anak bisa diterima kerja, karena apabila tidak
pemerintah melalui wajib belajar (pembebasan dipalsukan akan terkena sanksi yang tertulis
uang SPP) yang telah dilakukan untuk me- dalam undang-undang yang mengatakan bahwa
ngurangi adanya siswa putus sekolah (drop seseorang yang masih berusia kurang dari 18
out), tetapi kenyataannya masih tetap banyak tahun tidak boleh melakukan pekerjaan yaitu
yang tidak sekolah. Kondisi tersebut menurut dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002,
pengamatan peneliti dikarenakan kemiskinan, Undang-undang ketenagakerjaan tahun 2003
sehingga keluarga miskin sangat sulit menyeko- dan Undang-undang nomor 20 tahun 1999
lahkan anak, walaupun ada pembebasan uang tentang pengesahan ILO Convention nomor
SPP, tetapi mereka juga tetap harus menge- 138 Concerning Minimum Age for Admission
luarkan uang untuk membeli buku, uang saku, to Employment (Konvensi ILO mengenai usia
uang transpot bila jarak sekolah dengan rumah minimum untuk diperbolehkan bekerja) dan
jauh. Selain hal tersebut masih ada anggapan Undang-undang nomor 1 tahun 2000 tentang
masyarakat bahwa anak adalah potensi keluarga pengesahan konvensi ILO nomor 189 mengenai
untuk dapat membantu mencari nafkah keluar- pelarangan dan tindakan segera penghapusan
ganya, maka anak tidak bisa menolak harus patuh bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

206
Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja (Ikawati)

Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tanggungjawab masyarakat yaitu melalui keg-
pasal 11 bahwa setiap anak berhak untuk beris- iatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
tirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul perlindungan anak (pasal 25).
dengan anak sebaya, bermain, berkreasi sesuai Kewajiban tanggung jawab negara dan pe-
dengan minat , bakat dan tingkat kecerdasannya merintah dalam Undang-undang nomor 23
dalam pengembangan diri. Dengan peraturan tahun 2002 dijabarkan dalam pasal 20, 21, 22,
perundang-undangan tersebut, pelarangan dan 23 dan pasal 24 tentang pengawasan menjamin
tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk penyelenggaraan perlindungan anak. Selanjutnya
pekerjaan terburuk anak harus dilakukan. pasal 13 ayat 1 dan ayat 2 dalam undang-undang
Anak adalah amanah sekaligus karunia tersebut menjelaskan bahwa setiap anak selama
Tuhan yang Maha Esa, yang senantiasa harus dalam pengasuhan orangtua, wali atau pihak
kita jaga, karena dalam dirinya melekat harkat, lain manapun yang bertanggungjawab atas pen-
martabat dan hak-hak sebagai manusia yang gasuhan berhak mendapat perlindungan dari
harus dijunjung tinggi. Undang-undang nomor perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi
23 tahun 2002 tentang perlindungan anak meru- maupun seksual, penelantaran, kekejaman,
pakan peraturan perundang-perundangan untuk kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan dan
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya perlakuan salah dan lain-lain. Pada ayat 1 dan
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan ber- ayat 2, apabila orangtua, wali atau pengasuhan
partisipasi secara optimal sesuai dengan harkat anak melakukan segala bentuk perlakuan (ayat
dan martabat kemanusiaan,serta mendapatkan 1 diatas), maka pelaku dikenakan pemberatan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. hukuman. Perundang-undangan Ketenagaker-
Berdasarkan hal tersebut maka undang-undang jaan menurut Menaker RI, SE-12/M/BM tahun
tentang perlindungan anak harus berazaskan non 1997 tentang larangan anak bekerja lebih dari 4
diskriminasi, kepentingan yang terbaik untuk jam, apalagi di sektor yang berbahaya. Undang-
anak, hak anak untuk hidup, kelangsungan hidup undang nomor 13 tahun 2003 memperkuat
dan perkembangan serta penghargaan terhadap larangan tersebut yaitu anak yang berusia 13-
pendapat anak. Azas dalam undang-undang 15 tahun diperbolehkan melakukan pekerjaan
tersebut telah dijabarkan dalam undang-undang yang ringan apabila ada izin tertulis orangtua
nomor 23 tahun 2002 pasal 14 tentang setiap atau wali, waktu kerja maksimal tiga jam dan
anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya dilakukan di siang hari serta tidak mengganggu
sendiri, kecuali jika ada alasan aturan hukum sekolah, menjamin keselamatan dan kesehatan
syah yang menunjukkan bahwa pemisahan itu kerja dan adanya hubungan yang jelas peneri-
adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan maan upah.
merupakan pertimbangan terakhir. Upaya yang dilakukan masyarakat guna
Dalam undang-undang tentang perlindungan menekan jumlah anak bekerja antara lain mem-
anak menyatakan bahwa kewajiban kita semua berikan penyuluhan tentang pentingnya pen-
dalam melaksanakan perlindungan anak. Pasal didikan bagi anak kepada keluarga yang rawan
26 ayat 1 mengatakan bahwa kewajiban dan memperkerjakan anak, ternyata masyarakat
tanggung jawab keluarga dan orangtua da- sangat peduli terhadap permasalahan pekerja
lam perlindungan anak antara lain mengasuh, anak terlihat dalam temuan di lapangan dari
memelihara, mendidik dan melindungi anak. 30 responden, rutin mendatangi penyuluhan
Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan ada 33 persen dan masih ada 67 persen yang
kemapuan bakat dan minat serta mencegah kadang-kadang- tidak pernah mendatangi Upaya
terjadinya perkawinan pada usia anak. Dalam masyarakat juga melakukan pemantauan jam
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 juga belajar anak, agar anak dapat konsentrasi dan
menjabar perlindungan anak melalui kewajiban lancar sekolahnya sehingga anak termotivasi un-

207
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

tuk sekolah dari pada bekerja dari 30 responden menekan jumlah anak bekerja antara lain, ke-
ada 40 persen, sedangkan masih ada 60 persen luarga telah menyekolahkan anak (tamat SD),
yang mengatakan kadang-kadang- tidak pernah masyarakat melalui kegiatan penyuluhan tentang
memantau jam belajar anak. pentingnya pendidikan anak, pemantauan jam
Masyarakat juga membentuk kelompok belajar anak, membentuk kelompok belajar,
belajar secara rutin 30 persen dari 30 responden mencari rujukan bea siswa, pendataan anak pu-
yang melakukan hal tersebut, sedangkan masih tus sekolah, memberi ketrampilan kerja, modal
ada 70 persen yang tidak membentuk kelompok usaha kepada keluarga rawan sosial ekonomi,
belajar. Upaya masyarakat dalam rangka mene- memantau terjadinya pemalsuan KTP dan mem-
kan jumlah anak bekerja antara lain mencarikan batasi memberikan surat keterangan bekerja bagi
rujukan seperti bea siswa dari 30 persen 10 anak di bawah usia. Upaya pemerintah dalam
persen dari 30 responden, masyarakat juga telah menekan jumlah anak bekerja, antara lain wajib
melakukan pendataan kepada anak-anak yang belajar sembilan tahun, kartu penduduk sistem
putus sekolah ada sebanyak 33 persen dari 30 elektronik, penerbitan perundang-undangan
responden dan upaya masyarakat juga mem- tentang perlindungan anak yang bekerja dan
berikan ketrampilan kerja, baik secara rutin (17 penindakan hukum bagi pelaku trafficking.
persen) maupun tidak rutin (20 persen) dari 30 Rekomendasi: Berdasarkan temuan hasil
responden dan masyarpemberian modal usaha penelitian direkomendasikan kepada Kemen-
kepada keluarga yang rawan sosial ekonomi (63 terian Sosial RI melalui Direktorat Korban
persen), masyarakat juga memantau terjadinya Tindak-Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
pemalsuan KTP (26 persen) dari 30 responden dalam program pemberdayaan keluarga miskin
dan masyarakat juga membatasi memberikan di daerah asal pekerja migran (PM) berbasis
surat keterangan untuk bekerja bagi anak usia di potensi lokal agar dapat tercegah keterlibatan
bawah 18 tahun. Upaya yang dilakukan pemerin- anak yang bekerja, melalui program-program
tah/instansi terkait dalam menekan jumlah anak dengan pendekatan holistik komprehensif
yang bekerja antara lain wajib belajar sembilan kepada anak yang terpaksa bekerja melalui
tahun, kartu penduduk sistem elektronik, pener- pendidikan formal yaitu program wajib belajar
bitan perundang-undangan tentang perlindunga yang telah dicanangkan pemerintah, sehingga
anak yang bekerja dan penindakan hukum bagi dapat member waktu anak agar dapat belajar
orang-orang pelaku trafficking dan sedikit bekerja. Pendidikan non-formal perlu
dilakukan untuk kemampuan keterampilan dan
D. Penutup kreatifitas anak yang nantinya dapat untuk bekal
Kesimpulan: ditemukan faktor-faktor pe- masa depannya. Keluarga yang rawan memper-
nyebab anak bekerja adalah kondisi tingkat kerjakan anak perlu adanya pemberdayaan baik
pendidikan orangtua, penghasilan yang rendah dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
serta jumlah tanggungan orangtua yang banyak, dan pemberdayaan ekonomi, sehingga keluarga
dan adanya ketidakharmonisan dalam keluarga. mendapat penghasilan yang pada akhirnya anak
Dampak anak bekerja dapat menghambat tum- dapat tercegah tidak terlibat dalam dunia kerja.
buh kembangnya baik secara fisik, psikis dan Masyarakat dapat sebagai mediator dalam pe-
sosial. Kontribusi anak bekerja yaitu meningkat- nyampaian informasi tentang pentingnya hak
kan kondisi ekonomi dan sosial keluarga, seperti anak dan perlindungannya, sehingga masyarakat
peningkatan penghasilan, dapat menyekolahkan juga peduli dan ikut berpartisipasi dalam pence-
anggota keluarga, dan meningkatnya keterlibatan gahan terjadinya keterlibatan anak dalam dunia
anggota keluarga dalam kegiatan sosial. Upaya kerja
keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam

208
Faktor yang Mempengaruhi Anak Bekerja (Ikawati)

Pustaka Acuan Krastawan,W. (1992). Buruh Anak pada Sektor Tradisi-


Asril Aini. (1982). Anak Yang Terpaksa Bekerja dan onal. Seminar Nasional. Kerjasama Pusat Pembinaan
Masalahnya. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM SDM (PPSM) dan Yayasan TKI dan Friedrich Ebert.
dan BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Stifing (FES). Jakarta.
Aswarni Sujud. (1999). Beberapa Aspek Perkembangan Mantra, Ida Bagoes dkk. (1999). Mobilitas Tenaga Kerja
Anak dan PAUD. Yogyakarta: PSW, UII. Indonesia ke Malaysia: Studi Kasus Flores Timur,
Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Lombok Tengah dan Pulau Bawean. Yogyakarta:
Rineka Cipta Pusat Penelitian Kependudukan UGM.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dep- Mantra, Ida Bagoes, (1999). Mobilitas Penduduk Sirkuler
nakertrans). (2007). Pekerja Migran dalam Perspektif dari Desa ke Kota. Yogyakarta: Pusat Penelitian
Hukum Indonesia – Malaysia. Surakarta: Fakultas Kependudukan UGM.
Hukum UNS. Mariana Amirudin. (2008). Wilayah Tertinggal Migrasi
Effendi, Tadjuddin Noer. (1992). Buruh Anak Phenomena dan Perdagangan Manusia. Jurnal Perempuan nomor
di Kota dan Pedesaan. Seminar Nasional. Jakarta 59. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
Indonesia: Kerjasama Pusat Pembinaan SDM (PPSM) Moleong, Lexy, J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia dan Friedrich Ebert- . Bandung: PT Rosdakarya.
stifing. Nuryana, Mukman. (2005). Permasalahan Sosial Tenaga
Farid, M. (1999). Kekerasan Seksual, Eksploitasi Seksual Kerja Wanita Indonesia Perjalanan Pekerja Migran
dan Eksploitasi Seksual Komersial terhadap Anak. Indonesia dari Desa Hingga Negara Tujuan. Jakarta:
Jakarta. Litbangkesos, Departemen Sosial.
.............. (1999). Anak Yang Dilacurkan di Indonesia. Karinina, N dan Sri Utami. (2005). Permasalahan So-
Semarang sial Tenaga Kerja Wanita Indonesia: Permasalahan
Goma, Johana Naomi. (1993). Mobilitas Tenaga Kerja Flores Pekerja Migran Perempuan di Sulawesi Tenggara.
Timur ke Sabah Malaysia dan Pengaruhnya terhadap Jakarta: Pusat Penelitian Kesejahteraan Sosial, De-
Daerah Asal : Studi Kasus Desa Neleren, Kecamatan partemen Sosial.
Adonaru, Kabupaten Flores Timur. Yogyakarta: UGM. Sudjana, (1998). Statistik. Bandung: Tarsito.
Haris, Abdul. (2002). Memburu Ringgit Membagi Kemis- Sularto, St. (2000). Seandainya Aku Bukan Anakmu. Ja-
kinan: Fakta Dibalik Migrasi Orang Sasak Ke Ma- karta : Kompas.
laysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumadi, Suryabrata.(1982). Hubungan antara Perkem-
Nawawi, H dan Martini, M. (1996). Penelitian Terapan. bangan Pribadi dan Keterlantaran. Yogyakarta:
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Fakultas Psikologi dan BP3K Departemen Pendidikan
Ikawati dkk. (2003). Uji coba Pola Pencegahan Hilangnya dan Kebudayaan.
Masa Perkembangan pada Pekerja Anak. Yogyakarta: Sunit, ATC dkk. (2010). Perubahan Sosial dalam Struktur
B2P3KS. Keluarga Migran Domistik dan Lintas Negara pada
—————. (2008). Pekerja Migran dan Permasalahan Penduduk Miskin di Pedesaan. Yogyakarta: B2P3KS
Suatu Studi Kasus di Lombok Tengah NTB. Yogya- PRESS.
karta: Jurnal penelitian Kesejahteraan sosial Vol.VII, Surya Mulandar. (1996). Dehumanisasi Anak Marjinal.
Nomor 25 september 2008. Bandung: Yayasan Akatiga 4 Gugus Analisis.
—————. (2009). Penanganan Eks Tenaga Kerja Indo- Sutrisnohadi. (2000). Metodologi Research. Jilid 2. Yog-
nesia di Daerah Asal. Yogyakarta: Citra Media. yakarta: Andi Offfset.
Irwanto, dkk. (1999). Anak yang Memerlukan Perlind- Suyanto, Bagong. (2003). Pekerja Anak dan Kelangsungan
ungan Khusus di Indonesia. Analisis Situasi kerja- Pendidikannya. Surabaya: Litfansah
sama PKPM Unika Atmajaya. Jakarta: Depsos RI Suyanto, Bagong. (2003). Perdagangan dan Eksploitasi
UNICEF. Seksual Komersial anak Perempuan. Jurnal Perem-
Johana Debora Imelda, dkk. (2004). Utang Selilit Ping- puan nomor 29. Edisi Mei 2003. Jakarta: Yayasan
gang: Sistem Ijon dalam Perdagangan Anak dan Jurnal Perempuan.
Perempuan. Yogyakarta: Ford Foundation dengan Utama Bey Sapta. (1994). Migrasi dan Pembangunan
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Daerah di Indonesia. Dalam Warta Demografi, tahun
ke 24 nomor 3.

209
Jurnal PKS Vol 14 No 2 Juni 2015; 197 - 210

210

S-ar putea să vă placă și