Sunteți pe pagina 1din 46

DASAR 

1. Definisi
a. Tuberkolusis 
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium
tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon ( Hood Alsagaff, th
1995. hal 73)
b. Batuk Darah(Hemoptisis) 
Batuk darah (hemoptisis)adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran
pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri
jika asal robekan pembuluh darah tidak luas , sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi .
(Hood Alsagaff, 1995, hal 301) 
2. Faktor- factor yang mempengaruhi timbulnya masalah . 
a. anatomi dan fisiologi 
System pernafasan terdiri dari hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai dengan alveoli
dan paru-paru 

Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi.
Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk
dalam lubang hidung . hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H.
Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 ) 
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan , faring
terdapat dibawah dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu
nasofaring , bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring , dan dibagian bawah sekali
dinamakan laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88)
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea
dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri (Drs .H .
Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89) 
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri ,
bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih
kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung
alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal 89-90).
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung –
gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri
dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga
dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan
darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat
udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-
kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah
volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal
kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th
1997 hal 90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 )
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa
oksidasi keluar tubuh ( ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu: 
1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang
mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar,
akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-
otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara terdorong keluar. (NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal 124.
Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91) 
2. Difusi Gas.
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan
tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang
dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini
pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal
124, Drs. H. Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 . hal 36-37)
3. Transportasi Gas 
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan
hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood
Alsegaff th 1995 hal 40). 
b. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran
pernafasan , saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini
sering terjadi melalui udara ( airbone ) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung
kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .( Sylvia.A.Price.1995.hal 754 )
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya
sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil
TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa
angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui
paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu
penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah.
Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam
jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang
bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3
basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan.
Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang
terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini
juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga
makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan
waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan
bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat
yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil
dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.(Sylvia.A Price:1995;754)
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijauan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif.(Syilvia.A Price:1995;754)
Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran
nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-
1000cc/24 jam.Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan
ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.(Hood Al sagaff dkk:1995;85-86). 
3. Dampak Masalah
Pada keadaan tubericulosis paru muncul bermacam – macam masalah baik bagi penderita
maupun keluarga.
a. Terhadap penderita
1). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan
kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan
pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para
pekerja di lengkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan (dr.
Hendrawan Nodesu 1996, hal 14 – 15)
1). Pola nutrisi dan metabolisme
Pada penderita tuberculosis paru mengeluh adanya anoreksia, nafsu makan menurun, badan
kurus, berat badan menurun, karena adanya proses infeksi (Marilyn. E. Doenges, 1999)
1). Pola aktivitas
Pada penderita TB paru akan mengalami penurunan aktivitas dan latihan dikarenakan akibat dari
dada dan sesak napas (Marilyn. E. Doenges, 2000)
1). Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya nyeri dada dan baluk darah pada penderita TB paru akan mengakibatkan
tergantung kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E. Doenges, 1999)
1). Pola hubungan dan peran
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam hal hubungan dan peran yang
dikarenakan adanya isolasi untuk menghindari penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
(Marilyn. E. Doenges, 1999)
1). Pola persepsi dan konsep diri
Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan
tak berbedanya dan tak ada harapan. (Marilyn. E. Doenges, 2000)
1). Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatan stress pada diri
penderita, sehingga banyak penderita yang tidak menjutkan lagi pengobatan. (dr. Hendrawan
Nodesul, 1996, hal 23)
1). Pola eliminasi
Pada penderita TB paru jarang dan hampir tidak ada yang mengeluh dalam hal kebiasaan miksi
maupun defeksi
1). Pola senson dan kognitif
Daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) tidak ditemukan
adanya gangguan
1). Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pola reproduksi tidak ada gangguan tetapi pola seksual mengalami
gangguan karena sesak nyeri dada dan batuk.
b. Dampak Masalah Keluarga
Pada keluarga yang salah satunya menderita tuberkulosis paru menimbulkan dampak kecemasan
akan keberhasilan pengobatan, ketidaktahuan tentang masalah yang dihadapi, biaya yang cukup
mahal serta kemungkinan timbulnya penularan terhadap anggota keluarga yang lain.
B. Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan yang dalam
pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. (H. Lismidar, 1990, IX)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam
tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan diagnosa keperawatan. (H. Lismidar, 1990.
Hal 1)
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
1). Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat),
pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
TB patu yang lain. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal 1)
2). Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini.
Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu
badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
3). Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan
dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
4). Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut
sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5). Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang
ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru yang lain (dr. Hendrawan Nodesul, 1996).
6). Pola fungsi kesehatan
a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan, kurang cahaya
matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek. (dr. Hendrawan Nodesul,
1996)
b). Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. (Marilyn. E.
Doenges, 1999)
c). Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi
d). Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas. (Marilyn. E.
Doegoes, 1999)
e). Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya
kenyamanan tidur dan istirahat. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
f). Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. (Marilyn. E.
Doenges, 1999)
g). Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada
gangguan.
h). Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang
penyakitnya. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
i). Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan
nyeri dada.
j). Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita
yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. (dr. Hendrawan Nodesul, 1996. Hal
23)
k). Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.
7). Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a). Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b). Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai 
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal,
suara napas melemah. (Purnawan Junadi DKK, th 1982, hal 213)
Palpasi : Fremitus suara meningkat. (Hood Alsogaff, 1995. Hal 80)
Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.
(Purnawan. J. dkk, 1982, DR. Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)
c). Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d). Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal
718)
e). Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. (DR.Dr. Soeparman, 1998. Hal
718)
f). Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang
kurang meyenangkan. (Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87)
g). Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h). Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
8). Pemeriksaan penunjang
a). Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatu koplek kelenjar
getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dan segmen posterior lobus
atas paru – paru atau pada segmen superior lobus bawah. (Dr. dr. Soeparman. 1998). Hal 719)
b). Pemeriksaan laboratorium
(1). Darah
Adanya kurang darah, ada sel – sel darah putting yang meningkatkan serta laju endap darah
meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al Sagaff. 1995. Hal 91)
(2). Sputum
Ditemukan adanya Basil tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat pada penderita
tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari. (DR. Dr. Soeparman dkk, 1998. Hal
719, Barbara. T. long. Long. Hal 447, th 1996)
(3). Test Tuberkulosis
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami infeksi atau
belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan
Purifled Protein Derivative (PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 –
26, dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai kekuatan dosis 0,0001
mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau
lebih reaksi antara 5 – 9 mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui
selama 48 – 72 jam tuberkulosis disuntikkan. (DR. Dr. Soeparman, 1998, hal 721, Sylvia. A.
price, 1995, hal 755, Barbara. C. long, 1996, hal 446)
b. Analisa data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Masalah
klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu makan menurun, aktivitas, lemas,
potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan harga diri.
c. Diagnosa keperawatn
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatas
dengan tindakan keperawatan (H. Lismidar, 1990, 12)
Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya
upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)
2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan keletihan,
anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
3). Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
4). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan perawatan dirumah.
5). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental, kelemahan dan
upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
6). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan permukaan
efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler. (Marilyn. E. Doenges, 1999)
7). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan nyeri dada.
(lynda, J. Carpenito, 1998)
2. Perencaaan
Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan Diagnosa keperawatan, maka
tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahap perencanaan ini meliputi 3
menentukan prioritas Diagnosa keperawatan, menentukan tujuan merencanakan tindakan
keperawatan.
Dan Diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :
a. Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang sehubungan dengan
sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.
1. Tujuan : pola nafas efektif
2. Kriteria hasil :
- klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif
- frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20 kali/menit)
- dipsnea berkurang
3. Rencana tindakan
a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap
peruhan
b). Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi
c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam
d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi.
e). Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam.
f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat - obatan
4. Rasional 
a). Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret 
b). Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan selanjutnya.
c). Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas 
d). Membantu mengembangkan secara maksimal
e). Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar
f). Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar
ukuran lumen trakeobroncial
b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.
1). Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi
2). Kriteria hasil
- Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat 
- Berat badan stabil dalam batas yang normal
3). Rencana tindakan 
a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual /
muntah atau diare.
b). Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak 
c). Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik 
d). Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan 
e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.
4). Rasional
a). Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat.
b). Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan
individu dapat memperbaiki masakan diet. 
c). Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan
d). Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang
merangsang pusat muntah.
e). Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster.
f). Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet.
c. Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan dengan
kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.
1). Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti yang
ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.
2). Kriteria hasil :
klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan
kontak klien.
3). Rencana tindakan.
a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.
b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta
tehnik mencuci tangan yang tepat.
c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.
d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.
e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.
4). Rasional
a). Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran infeksi
b). Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
c). Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit menular
d). Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari
insiden eksaserbasi
e). Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
f). Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi
d. Diagnosa keperawatan keempat : kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan kuranganya
impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
1). Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya 
2). Kriteria hasil :
Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.
3) Rencana tindakan
a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media
yang terbaik bagi klien.
b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam,
kesulitan bernafas.
c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.
d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.
e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan
secara nyata.
f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat.
g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.
4) Rasional
a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang
memerlukan evaluasi lanjut.
c) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai
perbaikan kondisi klien.
d) Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan
kerjasama dalam program.
e) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi / peningkatan ansietas.
f) Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi.
Pengulangan penguatkan belajar.
g) Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat secara
nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.
e. Diagnosa keperawatan kelima : ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan sekret
kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.
1) Tujuan : jalan nafas efektif
2) Kriteria hasil :
- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
- klien dapat mempertahankan jalan nafas
- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit) 
3) Rencana tindakan :
a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kedalaman penggunaan otot
aksesori
b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.
c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan untuk nafas
dalam.
d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.
e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada kontraindikasi.
f) Lembabkan udara respirasi.
g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan kortikosteroid.
4) Rasional.
a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi menunjukkan akumulasi
sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan
otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja penafasan.
b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan oleh kerusakan
paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya pernapasan. Ventilasi
maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan napas bebas untuk dilakukan.
d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak mampu
mengeluaran sekret.
e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya mudah dilakukan.
f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.
g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran kemen percabangan
trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia.
f. Diagnosa keperawatan keenam : potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan
dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran alveolar – kapiler.
1) Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal
2) Kreteria hasil :
- Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea
- Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal 
3) Rencana tindakan
a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan terbatasnya
ekspansi dinding dada
b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna kulit, termasuk
membran mukosa
c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi
d) Tngkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri
f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai
4) Rasional 
a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai inflamasidifus
luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan 
b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ vital dan jarigan
c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps membantu
menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau menurtunkan napas pendek
d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan dapat menurunkan
beratnya gejala
e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukan
kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi
f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi
atau menurunya permukaan alveolar paru.
g. Diagnosa keperawatn ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan
sesak napas dan nyeri dada.
1) Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi
2) Kriteria hasil :
- memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur 
- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
- Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
3) Rencana tindakan
a) kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit
b) Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien
c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita
d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
4) Rasional
a) Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita
b) Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan
mood dan uisomnia
c) Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita
d) Memudahkan klien untuk bisa tidur
e) Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur.
3. Pelaksanaan 
Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat
3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien
( Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(Diagnosa, tujuan untervensi) harus di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota
tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan
keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :
1. Tujuan tercapai 
2. Tujuan tercapai sebagian
3. Tujuan tidak tercapai
(Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 69
DEFINSI
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe
humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus).TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran
napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru
melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon).
Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks
(ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan
gejala yang sangat bervariasi.
B.   ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-
tahan dalam lemari es).
C.   PROSES PENULARAN
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk
dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana
droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung
basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai
beberapa jam.

D.   ANATOMI FISIOLOGI

E.   PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus  atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian
bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.

F.   MANIFESTASI KLINIS
·         Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
·         Sesak napas dan nyeri dada
·         Badan lemah, kurang enak badan
·         Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun  (Penyakit infeksi TB
paru dan ekstra paru, Misnadiarly)

G.   JENIS-JENIS PENYAKIT TBC


Penyakit tuberkulosis ( TBC ) terdiri atas 2 golongan besar,yaitu :
1.    TB paru ( TB pada organ patu-paru )
2.    TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru )
a.    Tuberkulosis milier
b.    Tuberkulosis sistem saraf pusat ( TB neningitis )
c.    Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
d.    Tuberkulosis Pericarditis
e.    Tuberkulosis Skelet / Tulang
f.     Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
g.    Tuberkulosis Peritonitis
h.    Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
i.     Tuberkulosis Iymphadenitis
j.     Tuberkulosis Catan / Kulit
k.    Tuberkulosis Laringitis
l.     Tuberkulosis Otitis
                                                                                                         
H.   KOMPLIKASI
1.    Pembesaran kelenjar sevikalis yang superfisial
2.    Pleuritis tuberkulosa
3.    Efusi pleura
4.    Tuberkulosa milier
5.    Meningitis tuberkulosa

I.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
2.    Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
3.    Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin :
pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4.    Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5.    Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6.    Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun

J.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase
Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin /
INH.

K.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.

Kriteria hasil :
·         Mempertahankan jalan nafas pasien
·         Mengeluarkan sekret tanpa bantuan

Intervensi :
·         Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama,  kedalaman dan penggunaan
otot aksesori
·         Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum,
adanya emoptisis
·         Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam
·         Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
·         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan

Rasionalisasi :
·         Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
·         Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah
diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
·         Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
·         Mencegah obstruksi / aspirasi

2.    Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum
meningkat.

Kriteria hasil :
·         BB meningkat
Intervensi :
·         Catat status nutrisi pasien
·         Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
·         Berikan makanan sedikit tapi sering
·         Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali
kontra indikasi
·         Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasionalisasi :
·         Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
·         Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
·         Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
·         Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
·         Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan

Intervensi :
·         Kaji kemampuan pasien untuk belajar
·         Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
·         Berikan instruksi dan informasi tertulis
·         Anjurkan klien untuk tidak merokok
·         Kaji bagaimana TB ditularkan

Rasionalisasi :
·         Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
·         Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang
memerlukan evaluasi lanjut
·         Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
·         Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi
pernapasan

4.    Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.

Kriteria hasil :
·         Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
·         Kaji patologi penyakit
·         Identifikasi orang lain yang berisiko
·         Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
·         Kaji tindakan kontrol infeksi
·         Awasi suhu sesuai indikasi
·         Kolaborasi dengan tim medis

Rasionalisasi :
·         Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
·         Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran /
terjadinya infeksi
·         Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
·         Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
·         Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi

0 Comments:

1.

Post a Comment

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)
Sabtu, 21 Agustus 2010
Laporan Pendahuluan (Askep) Tuberculosis (TBC)
Diposkan oleh _Ly_`s pageS at Sabtu, Agustus 21, 2010 
A.   DEFINSI
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosa tipe
humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus).TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran
napas bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru
melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon).
Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks
(ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan
gejala yang sangat bervariasi.
B.   ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas
asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat bertahan-
tahan dalam lemari es).
C.   PROSES PENULARAN
Tuberculosis tergolong airbone disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang
dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk
dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi didalam ruangan dimana
droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung
basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai
beberapa jam.

D.   ANATOMI FISIOLOGI
E.   PATOFISIOLOGI
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus  atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru tau dibagian
bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh
organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi
lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.

F.   MANIFESTASI KLINIS
·         Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
·         Sesak napas dan nyeri dada
·         Badan lemah, kurang enak badan
·         Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan menurun  (Penyakit infeksi TB
paru dan ekstra paru, Misnadiarly)
G.   JENIS-JENIS PENYAKIT TBC
Penyakit tuberkulosis ( TBC ) terdiri atas 2 golongan besar,yaitu :
1.    TB paru ( TB pada organ patu-paru )
2.    TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru )
a.    Tuberkulosis milier
b.    Tuberkulosis sistem saraf pusat ( TB neningitis )
c.    Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
d.    Tuberkulosis Pericarditis
e.    Tuberkulosis Skelet / Tulang
f.     Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
g.    Tuberkulosis Peritonitis
h.    Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
i.     Tuberkulosis Iymphadenitis
j.     Tuberkulosis Catan / Kulit
k.    Tuberkulosis Laringitis
l.     Tuberkulosis Otitis
                                                                                                         
H.   KOMPLIKASI
1.    Pembesaran kelenjar sevikalis yang superfisial
2.    Pleuritis tuberkulosa
3.    Efusi pleura
4.    Tuberkulosa milier
5.    Meningitis tuberkulosa

I.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada tahap akhir penyakit
2.    Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
3.    Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin :
pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4.    Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena Tb paru
5.    Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6.    Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun

J.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase
Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin /
INH.

K.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.

Kriteria hasil :
·         Mempertahankan jalan nafas pasien
·         Mengeluarkan sekret tanpa bantuan

Intervensi :
·         Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas, kecepatan, irama,  kedalaman dan penggunaan
otot aksesori
·         Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum,
adanya emoptisis
·         Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas
dalam
·         Bersihkan sekret dari mulut dan trakea : penghisapan sesuai keperluan
·         Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan

Rasionalisasi :
·         Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
·         Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah
diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
·         Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan
·         Mencegah obstruksi / aspirasi

2.    Pertukaran gas, kerusakan dan resiko.


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk atau produksi sputum
meningkat.
Kriteria hasil :
·         BB meningkat

Intervensi :
·         Catat status nutrisi pasien
·         Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
·         Berikan makanan sedikit tapi sering
·         Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan dari rumah dan berikan pada klien kecuali
kontra indikasi
·         Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasionalisasi :
·         Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
·         Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki masukan diet
·         Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan
·         Membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
3.    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
·         Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan

Intervensi :
·         Kaji kemampuan pasien untuk belajar
·         Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
·         Berikan instruksi dan informasi tertulis
·         Anjurkan klien untuk tidak merokok
·         Kaji bagaimana TB ditularkan

Rasionalisasi :
·         Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
·         Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang
memerlukan evaluasi lanjut
·         Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi
·         Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi meningkatkan disfungsi
pernapasan
4.    Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.

Kriteria hasil :
·         Menurunkan resiko penyebaran infeksi

Intervensi :
·         Kaji patologi penyakit
·         Identifikasi orang lain yang berisiko
·         Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
·         Kaji tindakan kontrol infeksi
·         Awasi suhu sesuai indikasi
·         Kolaborasi dengan tim medis

Rasionalisasi :
·         Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan
·         Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran /
terjadinya infeksi
·         Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien
·         Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
·         Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran
infeksi
http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-tuberculosis.html

Sabtu, 21 Agustus 2010

Laporan Pendahuluan (Askep) Tuberculosis (TBC)

Diposkan oleh _Ly_`s pageS di Sabtu, Agustus 21, 2010

Read more: http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-

tuberculosis.html#ixzz1DRCe5DnR
TUBERKULOSIS

Latar belakang 

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO

sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO,

1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang

sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara

berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan

meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,

persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB

pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. 

Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan

saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil

survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis

merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun 1979 ?

1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap

100.000 penduduk. 

Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar

puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek

swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB

diperkirakan 175.000 per tahun. 

Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB kebanyakan
dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998, cakupan penderita TB Paru dengan

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) -atau pengawasan

langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan angka

kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka

kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan

kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB

terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance (MDR).

Definisi :

Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya.

Kuman Tuberkulosis :

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan,

Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan

sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan

lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Cara Penularan :

Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita

menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat

terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk
kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru

kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau

penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari

parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.

Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap

tidak menular.

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut.

Resiko Penularan :

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia

dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1 ? 2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %,

berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar

dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10 % dari yang terinfeksi

yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa

daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus)

penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif. Faktor yang

mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang

rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

Riwayat terjadinya Tuberkulosis


Infeksi Primer :

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang

terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus,

dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman

TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan

peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus

paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

pembentukan kompleks primer adalah 4 ? 6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif

menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan

tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai

kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu

mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan

menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi

sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi

primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang

buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura.


Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis :

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian

karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. 

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.

Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.

Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa

mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus

seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan

simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik. 

Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati :

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan

sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai ?kasus Kronik? yang tetap

menular (WHO 1996).

Pengaruh Infeksi HIV :

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity),
sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan

menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV

meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di

masyarakat akan meningkat pula.

Gejala - gejala Tuberkulosis

Gejala Umum :

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.

Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :

Dahak bercampur darah.

Batuk darah.

Sesak napas dan rasa nyeri dada.

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise),

berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Penemuan pederita Tuberkulosis (TB)

Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Orang Dewasa.

Penemuan penderita TB dilakukan secara Pasif, artinya penjaringan tersangka penderita

dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan

secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan

maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa

dikenal dengan sebutan Passive Promotive Case Finding 

Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa
dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita sedini

mungkin, mengingat tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan

kematian.Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari

berturut-turut, yaitu sewaktu ? pagi ? sewaktu (SPS).

Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Anak.

Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar diagnosis

tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin.

Diagnosis Tuberkulosis (TB)

Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa.

Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada

pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya

dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif.

Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen

dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang.

Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA

positif.

Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.

Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan.

Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol

atau Amoksisilin) selama 1 ? 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap

mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS :

Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.


Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung

diagnosis TB.

- Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif.

- Bila hasil ropntgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.

UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difoto rontgen dada. 

ALUR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA

Di Indonesia, pada saat ini, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TB

pada orang dewasa, sebab sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium

Tuberculosis Karena tingginya prevalensi TB. Suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan

bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium Tuberculosis . Dilain pihak,

hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis. Misalnya pada

penderita HIV / AIDS, malnutrisi berat, TB milier dan Morbili.

Refleksi Hari TBC Sedunia

Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari Tuberkulosis (TBC) sedunia. Tahun ini

peringatan hari TBC sedunia bertemakan "Every Breath Counts, Stop TB Now!". Tema ini

menekankan pada kata "breath" yang tidak hanya berarti pernapasan, tetapi juga merupakan

pusat dari segala aktivitas manusia. Sehingga, rusaknya "breath" karena TBC akan

mengakibatkan rusaknya segala aktivitas manusia. Tema ini sekali lagi mengingatkan kita akan

bahaya TBC dan urgensi pemberantasannya. Dalam rangka memperingati hari TBC ini juga

dilakukan "2nd Stop TBC Partners", forum dan kampanye Stop TBC untuk 2004-2005 yang
diselenggarakan di New Delhi. 

Pembunuh massal

Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa bakteri mycobacterium tuberculosis yang

menyebabkan TBC adalah bekteri pembunuh massal. WHO memperkirakan bakteri ini

membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara tahun 2002-2020 diperkirakan sekitar 1

miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta

tiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen di antara infeksi berkembang menjadi penyakit, dan 40

persen di antara yang berkembang menjadi penyakit berakhir dengan kematian.

Jika dihitung, pertambahan jumlah pasien TBC akan bertambah sekitar 2,8-5,6 juta setiap tahun,

dan 1,1-2,2 juta jiwa meninggal setiap tahun karena TBC. Perkiraan WHO, yakni 2 juta jiwa

meninggal tiap tahun, adalah berdasarkan perhitungan ini. Angka ini adalah angka yang besar,

karena 2-4 orang terinfeksi setiap detik, dan hampir 4 orang setiap menit meninggal karena TBC

ini. Kecepatan penyebaran TBC bisa meningkat lagi sesuai dengan peningkatan penyebaran

HIV/AIDS dan munculnya bakteri TBC yang resisten terhadap obat.

Selain itu migrasi manusia juga mempercepat penyebaran TBC. Di Amerika Serikat, hampir 40

persen dari penderita TBC adalah orang yang lahir di luar negeri. Mereka imigrasi ke Amerika

dan menjadi sumber penyebaran TBC. Begitu juga dengan meningkatnya jumlah pengungsi

akibat perang dengan lingkungan yang tidak sehat sehingga memudahkan penyebaran TBC.

Diperkirakan sebanyak 50 persen dari pengungsi di dunia berpeluang terinfeksi TBC.

Di kawasan Asia Tenggara, data WHO (http:www.whosea.org) menunjukan bahwa TBC

membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada

di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga negara dengan jumlah penderita TBC terbesar di
dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah ini. Indonesia berada di bawah India, dengan

jumlah penderita terbanyak di dunia, diikuti Cina di peringkat kedua.

Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, TBC juga menjadi pembunuh nomor satu di

kawasan ini, di mana jumlahnya 2-3 kali jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS yang

berada di peringkat kedua. Sementara itu, penyakit tropis seperti demam berdarah dengue (DBD)

tidak sampai sepersepuluhnya. Kita bisa membayangkan betapa seriusnya masalah TBC ini.

Karena itu, perlu kita sadari kembali bahwa TBC adalah penyakit yang sangat perlu mendapat

perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri mycobacterium tuberculosis sangat mudah

menular melalui udara pada saat pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah dan

berbicara. Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu tahun.

Berdasarkan data Rumah Sakit "Prof DR Sulianti Saroso" (http:www.infeksi.com), di Indonesia

tiap tahun terdapat 583 ribu kasus dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung,

setiap hari 425 orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kalau 1 orang pasien bisa menularkan

ke 10 orang, pada tahun berikutnya jumlah yang tertular adalah 5,8 juta orang. Karena itu,

jelaslah bahwa TBC adalah pembunuh massal yang harus diberantas.

Terapi TBC

Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan

efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk

mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk terapi, WHO

merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung

atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy).

Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan
melakukan pengawasan langsung.

Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan menjadi

sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3 minggu bisa diduga

mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan terinfeksi kuman

TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan menggunakan mikroskop.

Diagnosa dengan sinar-X kurang spesifik, sedangkan diagnosa secara molekular seperti

Polymerase Chain Reaction (PCR) belum bisa diterapkan.

Jika pasien telah diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat dengan k
Analisis Dampak TB Paru Terhadap KDM
A . PENGERTIAN

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga
dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansyur, 2000)

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkin paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal, tulang,
dan nodus limfe (Brunner dan Suddat, 2003: hal 584).

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan
paru atau atau parinkin paru oleh basil mycobakterium tuberkulosis, dapat mengenai hampir
semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dll)dengan lokasi terbanyak
diparu, yang biasanya merupakan lokasi primer.

B. ETIOLOGI

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang
1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis complex
adalah:
1. Mycobakterium tuberkulosis
2. Varian asian
3. Varian african I
4. Varian asfrican II
5. Mycobakterium bovis

Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal)


adalah :
1. Mycobacterium cansasli
2. Mycobacterium avium
3. Mycobacterium intra celulase
4. Mycobacterium scrofulaceum
5. Mycobacterium malma cerse
6. Mycobacterium xenopi

C. Penularan dan faktor-faktor resiko :

Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu
terinsfeksimelalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar
( lebih besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara
droplet yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko
tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :
- Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
- Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi
kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV )
- Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik
- Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik dan ras
minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 15-
44 tahun )
- Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny diabetes, gagal
ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi yeyunoileal )
- Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika, Amerika latin,
karibia )
- Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang, institusi
psikiatrik, penjara )
- Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh
- Petugas kesehatan

D. Klasifikasi tuberculosis :

1. Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :

a. Pembagian secara patologis :


- Tuberculosis primer ( Child hood tuberculosis )
- Tuberculosis post primer ( Adult tuberculosis )
b. Pembagian secara aktifitas radiologis :
- Tuberculosis paru ( Koch pulmonal ) aktif, non aktif dan quiesent ( batuk aktif yang mulai
sembuh )
c. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
- Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya
tidak melebihi satu lobus paru.
- Moderateli advanced tuberculosis
Ada kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih
dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
- For advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.

2. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society
memberikan klasifikasi baru:

a. Karegori O : tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes
tuberculin negatif.
b. Kategori I : Terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak
positif, tes tuberkulin negatif.
c. Kategori II : Terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit
d. Kategori III : terinfeksi tuberculosis dan sakit.

3. Klasifikasi yang sering dipakai di Indonesia adalah berdasarkan kelainan klinis, radiolis dan
mikrobiologis.
a. Tubercolosis paru
b. Bekas tuberculosis paru
c. Tuberculosis paru tersangka
- Tuberculosis paru yang terobati. Disini sputum BTA ( negatif ) tetapi tanda-tanda lain positif .
- Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati.Disini sputum negatif dan tanda-tanda lain juga
meragukan.

4. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

a. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk
TB berat.
b. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf
c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
d. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu, dengan atau tanpa sputum, malaise,
gejala flu, demam derajat rendah, anorexia, berkeringat malam hari, nyeri dada, anemia dan
batuk darah. Pasien dengan TB paru menampakkan gejala klinis antara lain tahap asimptomatis,
gejala TB paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi, eksaserbasi yang memburuk, gejala
yang berulang dan menjadi kronik. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda antara
lain tanda-tanda infiltrat ( redup, ronkhi basa, bronkhial dll ), tanda-tanda penarikan paru dan
mediastinum, secret disaluran nafas dan ronkhi, suara nafas amforik karena adanya kafitas yang
berhubungan langsung dengan bronkus.

F. KOMPLIKASI

1. TBC tulang
2. Potts disease : rusaknya tulang belakang
3. Distroyed lung ( Pulmonary distruction )
4. Effusi pleura
5. TBC milier
6. Meningitis TBC

G. PATOFISIOLOGI

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri
dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan
memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit
akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
geja pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis
kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri
dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring,
telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut
yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala
dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan
aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat
menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ
lainnya.
H. ANALISIS DAMPAK TBC PARU TERHADAP KDM

Untuk mengetahui analisis dampak TBC Paru terhadap KDM dalam bentuk diagram alur dapat
dilihat di bawah ini :
Labels
http://abhique.blogspot.com/2009/10/analisis-dampak-tb-paru-terhadap-kdm.html

S-ar putea să vă placă și