Sunteți pe pagina 1din 3

Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor.

Kwashiorkor disebabkan karena


kurang protein. Marasmus disebabkan karena kurang energi dan Manismic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein.
KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami Kwashiorkor
adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang
mengalami Marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.Adapun yang menjadi penyebab langsung
terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, KEP timbul pada anggota keluarga
rumahtangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian. Bentuk berat dari KEP di beberapa
daerah di Jawa pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem).

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada
dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah
masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi
makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 % (1989) menjadi 24,6 % (2000). Namun kondisi
tersebut tidak diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung meningkat.

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada
di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.

Penyebab gizi buruk


Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk,
yaitu : (1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. (2) Akibat terjadinya penyakit yang
mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan
secara baik. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu: (1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan
terjangkau oleh masyarakat; (2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak; (3) Pengelolaan yang
buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi
buruk pada balita, yaitu: (1) Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak; (3) Faktor
penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

Indikasi Gizi Buruk


Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus.
Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan
marasmic-kwashiorkor.

Dua Tipe Gizi Buruk (Kwasiorkor dan Marasmus)

Kwasiorkor
Memiliki ciri: (1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab; (2)
pandangan mata sayu; (3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok;
(4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel; (5) terjadi pembesaran hati; (6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata
bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk; (7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis); (8) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut; (9)
anemia dan diare.

Marasmus
Memiliki ciri-ciri: (1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit; (2) wajah seperti orang tua; (3) mudah
menangis/cengeng dan rewel; (4) kulit menjadi keriput; (5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai
celana longgar); (6) perut cekung, dan iga gambang; (7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang); (8) diare kronik
atau konstipasi (susah buang air).

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang
tidak mencolok.

Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak: (1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6
bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur,
lalu disapih setelah berumur 2 tahun. (2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein
12% dan sisanya karbohidrat.(3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah
pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter. (4) Jika anak dirawat di
rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari
rumah sakit. (5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat,
lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu
meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan
hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Gagal Tumbuh
Gagal tumbuh adalah bayi atau anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya.
Tanda-tandanya: (a) Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal; (b) Hilangnya lemak dibawah kulit secara signifikan; (c)
Berkurangya massa otot; (d) Infeksi berulang.
Faktor penyebab: (1) Faktor sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak.
(2) Faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi.
(3) Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan. (4) Infeksi, disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Pengobatan

• Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.


• Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit harus diobati satu persatu.
Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh.

Referensi :
Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online.
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol. 5/XVII/ November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta

Kurus, lemah, lemak subkutan menghilang, wajah nampak tua, otot atrofi, abdomen sejajar torak, gambaran usus jelas pada dinding
abdomen menunjukkan pasien kekurangan energi (kalori). Oleh karena itu tubuh memecah lemak dan protein untuk memenuhi
kebutuhan energi.
Pitting edema yang yang terjadi merupakan akibat dari malnutrisi protein sehingga jumlah asam amino dalam serum jumlahnya sangat
terbatas. Meskipun terjadi malnutrisi protein, penderita masih mendapat asupan karbohidrat. Karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh
akan dicerna menjadi glukosa, dan kadar glukosa darah yang naik akan menyebabkan naiknya kadar insulin. Naiknya produksi insulin
menyebabkan timbulnya pengangkutan secara aktif sebagian asam amino dalam serum ke dalam sel-sel otot. Makin berkurangnya
asam amino dalam serum ini akan menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh hepar. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, albumin merupakan salah satu protein darah. Apabila kadar albumin dalam darah menurun makan akan menyebabkan
turunnya tekanan osmotic dan naiknya permeabilitas pembuluh kapiler darah sehingga plasma darah keluar menuju jaringan
disekitarnya dan menyebabkan pitting edema.
Hepatomegali terjadi akibat tidak dapat terangkutnya trigliserida dalam hati akibat gangguan pembentukkan lipoprotein β sehingga
transport lemak dari hati ke depot lemak terganggu sehingga terjadi perlemakan hari yang menyebabkan hepatomegali.
Pada konjungtiva penderita juga ditemukan adanya bintik bitot. Bintik bitot ini terjadi sebagai kelanjutan dari rabun senja yang sudah
diderita semenjak tiga bulan yang lalu. Rabun senja merupakan gejala dini defisiensi vitamin A, yang terjadi akibat terhambatnya
sekresi RBP sehingga berakibat terganggunya sintesis rodopsin. Salah satu fungsi vitamin A adalah menjaga epitel konjungtiva agar
tidak kering. Akibat tidak adanya vitamin A, terjadilah pengeringan epitel konjungtiva yang akan nampak sebagai bercak kering
bergaris-garis di daerah nasal atau temporal kornea (xerosis konjungtiva). Selanjutnya bercak bergaris pada konjungtiva bulbi tersebut
akan terlihat sebagai bercak putih mengkilat yang lebih besar dan berbentuk segitiga, inilah yang dinamakan dengan bintik bitot.
Rambut mudah dicabut karena penurunan ekskresi hidroksiprolin. Hidroksiprolin adalah protein yang merupakan bagian dari kolagen
yang bertugas sebagai penyambung dan pemberi rangka luar dari seluruh jaringan tubuh termasuk pada rambut. Jika hidroksiprolin ini
berkurang maka kolagen juga akan berkurang dan rambut mudah dicabut.
Pada keadaan fisiologis ketika patella diberi rangsangang akan timbul gerak reflek yang disebut reflek patella. Hal ini terjadi karena
kontraksinya muskulus quardacept di regio femuralis. Pada keadaan defisiensi mineral seperti na tidak ada yang menghantarkan
rangsang dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya karena natriumlah yang berperan mengisi pada celah sinapsis. Tidak hanya itu untuk
melakukan hal itu perlu adanya energi yang cukup. Pada kasus tidak terjadi reflek patella atau negatif.
Dari gejala-gejala yang ditimbulkan dapat didiagnosis pasien menderita marasmik kwasiorkor disertai dengan defisiensi vitamin dan
mineral. Penatalaksanaan dari Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
1.1. Penanganan hipoglikemi
1.2. Penanganan hipotermi
1.3. Penanganan dehidrasi
1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
1.5. Pengobatan infeksi
1.6. Pemberian makanan
1.7. Fasilitasi tumbuh kejar (catch up growth)
1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Pengobatan penyakit penyerta
1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya
keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :
* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
• Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
• Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
• Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar,
sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana :
a. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10 menit
b. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
c. usahakan agar daerah perineum tetap kering
d. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.
4. Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan
mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin
TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan
1. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan keduanya secara klinis saja.Syok karena
dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati
terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu
jam pertama.
Evaluasi setelah 1 jam :
§ Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi ® syok disebabkan dehidrasi. Ulangi
pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per
oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).
§ Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan
berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-
75/pengganti)
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
• Hb < 4 g/dl
• Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :
Ø Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang sama.
Ø Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4
g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

S-ar putea să vă placă și

  • Sindroma Goodpasture
    Sindroma Goodpasture
    Document2 pagini
    Sindroma Goodpasture
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • Referat Trauma Thorak
    Referat Trauma Thorak
    Document30 pagini
    Referat Trauma Thorak
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Kasus 8 Agustus 2012
    Laporan Kasus 8 Agustus 2012
    Document11 pagini
    Laporan Kasus 8 Agustus 2012
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • Apa Sindrom Goodpasture
    Apa Sindrom Goodpasture
    Document9 pagini
    Apa Sindrom Goodpasture
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • App
    App
    Document15 pagini
    App
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    100% (1)
  • Ujian
    Ujian
    Document10 pagini
    Ujian
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document2 pagini
    Bab I
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • Marasmic Kwarsiorkor
    Marasmic Kwarsiorkor
    Document3 pagini
    Marasmic Kwarsiorkor
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări
  • Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik
    Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik
    Document6 pagini
    Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik
    Riahta Karina
    Încă nu există evaluări
  • Kaki Bengkak
    Kaki Bengkak
    Document2 pagini
    Kaki Bengkak
    Dian Eka Pratiwi Rakhmawati
    Încă nu există evaluări