Sunteți pe pagina 1din 5

Alur Resusitasi Neonatus

Diagram I.1 Alur Tata Laksana Saat di IGD Kegawatan pada pediatrik terdiri dari respirasi, kardiak, endokrin, trauma, dan infeksi. Namun, kegawatan yang paling banyak adalah respirasi. Henti napas lebih umum terjadi pada anak dengan penyakit paru kronik pre-existing atau pada sakit akut dengan syok atau gangguan jalan napas. Henti jantung di rumah sakit biasanya diawali dengan henti napas dan umumnya dapat diprediksi. Apneu biasanya mendahului bradikardia dengan perfusi yang buruk.1 Respiratory Emergencies UPPER AIRWAY OBSTRUCTION Child usually presents in obvious respiratory distresswith stridor or leaning chin forward and drooling. Do not put instruments into the airway unless prepared to intubate immediately. This is especially risky in presumed epiglottitis and bacterial tracheitis or foreign body. Lateral neck radiograph can show enlarged epiglottis at base of tongue or possibly a foreign body.

Major challenge is to avoid irritation of the airway, which can precipitate complete airway obstruction. SMALL AIRWAYS Usually this is an exacerbation of a previously existing condition such as asthma, cystic fibrosis, or bronchopulmonary dysplasia. Patients present with wheezing. Mucus and/or bronchospasm causes air trappinginspired air more easily enters the alveoli than it leaves them. As a result, the distal airways and alveoli distend with gas and efficient exchange is impaired. Pneumothorax may also occur. In extreme cases, status asthmaticus or bronchiolitis can be fatal. Necessary steps for therapy: oxygen, bronchiodilators (aerosols and intravenous), steroids (delayed action), relaxation, and reassurance. PNEUMONIA Impaired gas exchange is due to alveolar injury; usually involves surfactant deficiency, plus fluid in alveoli. Therapy: oxygen, antibiotics, mechanical ventilatory support if serious disease. Parenchymal disease increases the tendency for intrapulmonary shunts, increasing the hypoxia. Pneumonia becomes life threatening only when large portions of the lungs are involved. Sickle cell acute chest syndrome is particularly dangerous. Box II.1 Kegawatan Respirasi1 Resusitasi Resusitasi adalah tindakan utama pada kegawatan yang terdiri atas bantuan hidup dasar dan lanjut. Bantuan hidup dasar adalah proses pemberian oksigen dan ventilasi untuk memulihkan henti jantung, terdiri dari pembebasan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Bantuan hidup lanjut adalah cara invasif untuk menstabilkan bayi dan anak, dimulai dari pemberian cairan intravena sampai dukungan kardiopulmonal buatan secara total.2 Tujuan resusitasi anak adalah untuk mempertahankan oksigenasi dan perfusi darah yang adekuat ke seluruh tubuh, di mana di saat yang sama dilakukan langkah-langkah untuk menstabilkan kondisi anak dan menciptakan homeostasis jangka panjang. Tindakan harus dilakukan secara berurutan, dimulai dengan ABC: airway, breathing, dan circulation. Sebagai tambahan untuk A juga mewakili pemeriksaan kesadaran, aktivasi SPGDT, dan antisipasi situasi berisiko tinggi seperti trauma, respiratory distress, atau exacerbations of chronic life-shortening conditions.1 Diawali dengan memeriksa kesadaran pasien, termasuk di dalamnya respons terhadap rangsang, suara dan gerakan spontan, serta tonus otot.1 Bantuan Hidup Dasar Pembebasan Jalan Napas

1. Bila tidak ada cedera kepala atau leher, buka jalan napas dengan cara head tilt atau chin lift: 1. letakkan satu tangan pada dahi, tekan perlahan ke arah posterior sehingga kemiringan kepala pada posisi normal atau sedikit ekstensi (hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas) 2. letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang bawah tepat di ujung dagu dan dorong keluar atas sambil mempertahankan manuver pertama. Hindari penekanan pada bagian lunak dagu karena dapat menyumbat jalan napas.2 2. Bila anak tidak sadar dan dicurigai cedera leher atau kepala, buka jalan napas dengan cara jaw thrust tanpa head tilt (setelah upaya imobilisasi leher atau kepala): 1. posisi penolong di sisi atau di atas kepala 2. letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-masing sudut posterior mandibula kemudian angkat dan dorong keluar 3. bila posisi penolong di atas kepala, kedua siku penolong diletakkan pada lantai atau alas di mana korban diletakkan 4. bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasikan dengan head tilt dan membuka mulut (metode gerakan triple) 5. untuk cedera kepala atau leher lakukan jaw thrust dengan imobilisasi leher.2

Gambar II.1 Head tilt chin lift1

Gambar II.2 Jaw thrust1 Pernapasan Bila tidak bernapas lakukan napas buatan dengan cara: 1. pasang sungkup sesuai ukuran sehingga dapat menutup mulut dan hidung2 2. sambil mempertahankan jalan napas lakukan tiupan napas dengan mulut atau balon resusitasi dengan frekuensi: 1. 12-20 kali/menit pada bayi dan anak di bawah usia 8 tahun 2. 40-60 kali/menit pada neonatus.3

Napas buatan yang sukses terlihat dari naiknya dinding dada dan berkurangnya sianosis. Jika dengan penggunaan sungkup tidak memfasilitasi masuknya udara secara adekuat, maka intubasi diindikasikan. Indikasi intubasi antara lain apnea, kehilangan kontrol SSP untuk pernapasan, obstruksi jalan napas yang tidak dapat diatasi dengan manuver membuka jalan napas, meningkatnya usaha bernapas yang ditakutkan akan menyebabkan fatigue, kebutuhan akan positive end-expiratory pressure (PEEP) atau peak inspiratory pressure (PIP) yang tinggi, refleks proteksi jalan napas yang buruk, atau sedasi. Ketika pasien diintubasi, penempatan pipa endotrakeal yang tepat harus dipastikan dengan cara mendengarkan bunyi napas, kenaikan dinding dada, dan analisis instan dari karbondioksida yang diekshalasi menggunakan kalorimetri.1 Sirkulasi 1. Penilaian sirkulasi dilakukan dengan memeriksa denyut nadi setelah dilakukan 2 kali napas buatan3 2. Pijat jantung dilakukan pada bradikardia atau henti jantung 3. Tempat pijatan pada 1/3 bagian bawah tulang dada dengan kedalaman 1/3 tebal dada 4. Pada bayi pijatan dilakukan dengan menggunakan ibu jari atau 2 jari (telunjuk dan jari tengah). Pada anak < 8 tahun dengan pangkal telapak tangan. Pada anak > 8 tahun dengan pangkal telapak tangan terbuka dan dibantu oleh tangan yang lain di atasnya2 5. Pijat jantung dilakukan sekitar 100 kali/menit pada bayi dan anak3, neonatus 120 kali/menit4 6. Koordinasi antara pijat jantung dan napas buatan: 1. neonatus = 3:14 2. bayi dan anak < 8 tahun: 1. i. satu penolong = 30:2 2. ii. dua penolong = 15:2 3. anak > 8 tahun: 30:23

Gambar II.3 Dua jari3

Gambar II.4 Dua ibu jari + BVM3

Bantuan Hidup Lanjut Bila terdapat henti jantung, lakukan prosedur di bawah ini: oksigen Sebagian besar pasien yang memerlukan RJP juga membutuhkan jalan napas yang paten melalui intubasi trakea. Berikan oksigen 100% selama ventilasi dengan kantong-katup-sungkup (bagvalve-mask = BVM) dan setelah itu dilakukan intubasi. Oksigenasi harus didahulukan sebelum pemberian obat-obatan intravena dan defibrilasi atau kardioversi cairan dan obat-obatan Jalur alternatif bila akses vena sulit didapat adalah melalui pipa endotrakeal, sehingga obat diabsorpsi melalui permukaan kapiler saluran napas bawah. Namun jalur ini terbatas untuk obat yang larut dalam lemak (epinefrin, atropin, lidokain, dan nalokson) 1. Akses vena. Bila akses vena perifer sulit diperoleh, gunakan jalur vena sentral atau intraoseus. Untuk bayi dan anak lokasi vena sentral yang dipilih adalah vena jugularis interna kanan dan vena femoralis. Pada situasi darurat, kateterisasi vena subklavia menimbulkan banyak komplikasi. 2. Resusitasi cairan. Pada anak dengan henti jantung dan napas yang tidak menunjukkan respons terhadap oksigenasi dan ventilasi, berikan bolus cairan 10-20 ml/kg untuk memperoleh volume sirkulasi yang cukup dan membantu mengembalikan ritme perfusi. 3. Terapi farmakologi.2 Perawatan Post Resusitasi Saat resusitasi berhasil, perawatan di PICU biasanya diperlukan untuk melihat potensi timbulnya sindrom disfungsi multipel organ dan melanjutkan kebutuhan inotropik jantung. Hiperglikemi dan hipertermi harus dihindari. Observasi lanjutan untuk gangguan neurologis dan perkembangan neurologis jangka panjang sangat penting. Sedangkan saat resusitasi gagal dan pasien meninggal, keluarga pasien harus ditenangkan dan dijelaskan mengenai apa yang terjadi dan usaha apa saja yang sudah dilakukan.1

S-ar putea să vă placă și