Sunteți pe pagina 1din 12

ABORTUS

1. PENGERTIAN Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diuar kandungan dan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. (Sarwono, 2005:3027) Keguguran adalah penegluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus menurut beberapa sumber : 1. Eastman Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu berarti terletak antara 400 gr 1000 gra atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. 2. Jeff-Court Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 78 minggu, yaitu fetus belum viable by law. 3. Holmer Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai. (Rustam Mochtar, 1998 : 209) 4. Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum berumur 28 minggu atau berat janin kurang 1000 gram. (Manuaba, 2001 : 584) 2. KLASIFIKASI Abortus dapat dibagi atas 2 golongan: 1. Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa didahului dengan penggunaan alat-alat ataupun obat-obatan.

2. Abrtus Provvokatus (Indinced Abortion) Abortus Provvokatus adalah abortus yang disengaja, baik didahului dengan pemakaian obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini dibagi menjadi: Abortus medisinalis (abortus therapautica) Adalah abortus yang dilakukan dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis (Rustam Mochtar, 1998:211) Klinis Abortus Spontan a. Abortus Kompletus (keguguran lengkap) Adalah seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong. b. Abortus Incompletus (keguguran bersisa) Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikelurakan yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. c. Abortus Insipien (Keguguran sedang berlangsung) Adalah abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. d. Abortus imminens (Keguguran membakat) Keguguran membekas dan akan terjadi kembali. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obatan hormonal dalam

antispasmedika e. Missed Abortion Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. f. Abortus Habitalis (keguguran berulang) Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturu-turut 3 kali atau lebih. 2

g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik Abortus infeksiosus adalah keguguran disertai infeksi genital. Abortus Septik adalah keguguran disertai berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam pendarahan darah atau peritoneum. (Rustam Mochtar, 1998:211) 3. ETIOLOGI Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau catat. Faktor-fator yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah: Kelainan kromosom Trisoma, pilipoid, dan monosoma X. Lengkungan kurang sempurna Lengkungan deindometrium sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga terganggunya pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi. Pengaruh dari luar Radiasi virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pegaruh ini umumnya dinamakan pegaruh terategon.

2. Kelainan pada Plasenta Eudometritis dapat terjadi dalam lulu korilis dan menyebabkan obseigenasi plasenta terganggu. Sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

3. Penyakit ibu Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, atau plasmedium dapat melalui plasenta masuk kejanin sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia serta keracunan, hiporatomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasinosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang. 3

4. Kelainan Traktus Genitalis Rektoversio uteri, viomata uteri atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravida lukarserato atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain dari abortus dalam trimester 2 adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi servik berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.

4. PATOLOGI Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 mingu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan selurunya karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi konialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, umumnya yang dikelaurkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. (Sarwono, 2005 : 303)

5. GAMBARAN KLINIS Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu Pada pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus. 4

Pemeriksaan ginekologi : I. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva. II. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. III. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

6. GEJALA-GEJALA Abortus imminen Bercak hingga sedang, uterus sesuai dengan usia kehamilan, servik tertutup, kram perut bawah, dan uterus lemah. Abortus komplet Bercak hingga sedang, servik tertutup/terbuka, uterus lebih kecil dari usia kehamilan, sedikit/tanpa nyeri perut bahwa, riwayat ekspulsi hasil konsepsi. Abortus insipien Perdarahan sedang hingga masif/banyak, servik terbuka, uterus sesuai usia kehamilan, kram akan nyeri perut bawah, ekspulsi sebagian hasil konsepsi Missed abortion Amenorhea, perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, fundus tidak bertambah tinggi, tapi bertambah rendah, gejala-gejala kehamilan menghilang, reaksi kehamilan menjadi negatif pada 2-3 minggu, sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, servik tertutup, dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasein merasa pertunya dingin dan kosong. Abortus habitualis Penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. 5

Abortus infeksiosus dan abortus septik Abortus infeksiosus o Amenorhea o Perdarahan o Keluar jaringan yang telah ditolong di RS o Konalis servikalis terbuka o Teraba jaringan o Tanda-tanda infeksi alat genetal: demam, nadi cepat perdarahan berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan dan leukosiktosis.

Abortus septik: o Kelihatan sakit berat o Panas tinggi o Menggigil o Nadi kecil dan cepat o Tekanan darah turun sampai syok

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan 2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi 3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri 4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab 5. Cemas s.d kurang pengetahuan

8. INTERVENSI KEPERAWATAN : 1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan . Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Intervensi : a. Kaji kondisi status hemodinamika.

R : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi. b. Ukur pengeluaran harian. R : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal. c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian. R : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif. d. Evaluasi status hemodinamika. R : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi. Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi. Intervensi : a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas. R : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk. b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan. R : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi. c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. R : Mengistiratkan klilen secara optimal. d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien. R : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan. e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas. R : Menilai kondisi umum klien.

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri. Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami. Intervensi : 7

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi. b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri. c. Kolaborasi pemberian analgetika. R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab. Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan. Intervensi : a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau. R : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan. R : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar. c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. R : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. d. Lakukan perawatan vulva. R :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi. R : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi. f. Anjurkan pada suami untuk perdarahan. R : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.. tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa

5. Cemas s.d kurang pengetahuan. 8

Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat. Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit. R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas. b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien. R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit. c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan. R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien. d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama. R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan. e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga. R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

9. PENANGANAN 1. Abortus Imminen Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual Jika perdarahan: Berhenti : Lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Terus berlangsung : Nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyabab lain, perdarahan berlamjut khususnya jika ditemui uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.

2. Abortus Insipiens Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vacum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan: o Berkan ergometrin 0,2 mg 1M (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau hisoprostal 400 mg peroral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu). o Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu: Tunggu eksplusi spontan hasil konsepsi kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu, lakukan infus 20 IV oksitosin dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ib setelah penanganan.

3. Abortus Insipiens Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, laukan evaluasi terus dengan aspirasi vacum manual. Jika evakuasi tidak dapat, segera lakukan: o Berikan ergometrium 0,2 mg 1M (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau miso prostal 400 mg peroral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu) o Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu: Jika ekspulsi hasil konsepsi, kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan 4. Abortus Incompletus Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 10 miggu evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan lunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg 1M atau misoprostal 400 mg peroral. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan:

10

o Aspirasi vacum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vacum manual tidak tersedia. o Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri erometrin 0,2 mg 1M (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostal 400 mg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: o Berikan infus oksitosin 10 IV dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. o Jika perlu berikan misoprotal 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg) o Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus o Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu seteleh penanganan

5. Abortus Completus Tidak perlu evaluasi lagi Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfa ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut

6. Missed Abortion Obat untuk kontraksi uterus jika tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretage, histeretomia anterior, tonika dan antibiotika 7. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik Bila perdarahan banyak, berkan transfusi darah dan cairan yang cukup Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (Buat pemeriksan pembiakan dan uji kepekaan obat) o Berikan suntikan penicillin 1 juta tiap 6 jam 11

o Berikan suntikan spektrum 500 mg tiap 12 jam o Atau antibiotika spektrum luas lainnya 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bisa terjadi perdarahan banyak: Lakukan dilatasi atau kuretage untuk mengeluarkan hasil konsepsi Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggalkan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda. (Rustam Muchtar, 1998:219)

12

S-ar putea să vă placă și