Sunteți pe pagina 1din 20

ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT Sindroma Gawat Pernafasan Akut

PENYAKIT JANTUNG KORONER


Posted by joe pada 11/09/2009

PENDAHLUAN Kebutuhan oksigen miokardium dapat terpenuhi jika terjadi keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penurunan suplai oksigen miokard dapat membahayakan fungsi miokardium. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Bila kebutuhan oksigen miokardium meningkat, maka suplai oksigen juga harus meningkat. Peningkatan kebutuhan oksigen terjadi pada: takikardia, peningkatan kontraktilitas miokard, hipertensi, hipertrofi, dan dilatasi ventrikel. Untuk meningkatkan suplai oksigen dalam jumlah yang memadai aliran pembuluh koroner harus ditingkatkan. Empat faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jantung :

Frekuensi denyut jantung Daya kontraksi Massa otot Tegangan dinding ventrikel

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dapat disebabkan :


Penyempitan arteri koroner (aterosklerosis), dimana merupakan penyebab tersering. Penurunan aliran darah (cardiac output). Peningkatan kebutuhan oksigen miokard Spasme arteri koroner. Suply Suply Suply Demand Demand Demand

PATOGENESIS Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteria koronaria yang paling sering ditemukan. Pada aterosklerosis koroner terdapat penimbunan lipid dan jaringan fibrosa pada arteria koronaria sehingga mempersempit lumen pembuluh darah koroner. Mekanisme aterosklerosis:

Pada tunika intima timbul endapan lipid yang mengandung banyak kolesterol. Timbul kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler. Perubahan degeneratif dinding arteria. Penyempitan lumen arteria koronaria.

FAKTOR RESIKO PJK Faktor Resiko Ireversibel:


Usia Jenis kelamin Riwayat Keluarga / genetik Ras

Faktor Resiko Reversibel:


Hiperlipidemia, hiperkolesterol Hipertensi Merokok Diabetes mellitus Obesitas Stress psikologik Tipe kepribadian Kurang aktifitas olahraga

MANIFESTASI KLINIK

Tanpa gejala Angina pektoris Infark miokard akut Aritmia Payah jantung Kematian mendadak

PATOFISOLOGI Iskemia

Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard). Ventriekel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium. Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). Angina Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner. Infark Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian: keluhan nyeri, riwayat penyakit, faktor resiko. Pemeriksaan fisik: TTV, perfusi perifer, capillary reffil, pulsasi arteri, bunyi jantung: S3, S4, murmur, bunyi paru: ronchi, whezing. Respon psikologis: depresi, gelisah, cemas. EKG: T inversi, ST depresi Laboratorium: darah rutin, enzym jantung, lipid profile. Ekokardiogram Kateterisasi jantung Foto thoraks

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penurunan perfusi jaringan jantung Perubahan pola nafas Perubahan rasa nyaman; nyeri Intoleransi aktifitas Kecemasan

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan paling efektif adalah mendeteksi faktor resiko dan menguranginya. Mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan menurunkan kerja jantung Meningkatkan suplai oksigen jantung Revaskularisasi koroner

Revaskularisasi Koroner Revaskularisasi koroner merupakan cara untuk dapat memperbaiki vaskularisasi pembuluh darah ke jantung. 3 mekanisme revaskkularisasi koroner adalah: PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty), Revaskularisasi bedah dengan CABG, Terapi Trombolitik. PROGRAM REHABILITASI PJK Rehabilitasi pada penyakit jantung merupakan rangkaian usaha untuk membantu penyembuhan pasien agar dapat kembali dengan cepat pada kehidupan normalnya. Rehabilitasi pada PJK bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, mental, dan sosial seseorang seoptimal mungkin sehingga dicapai kemampuan diri sendiri untuk menjalankan aktifitas dirumah maupun pekerjaaan. Program Fase I Program diberikan pada semua pasien yang masih dalam perawatan di RS. Program dilaksanakan sesegera mungkin pada pasien dengan hemodinamik stabil sejak dari ICCU, ruang rawat inap, hingga pasien pulang. Lama latihan: 7-14 hari. Jenis latihan: pemanasan 5 menit yang mencakup latihan otot lengan, tungkai, pinggul secara ritmik dan berulang. Komponen latihan intinya adalah jalan/sepeda statis dengan beban yang ditingkatkan secara bertahap sesuai respon latihan. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 5 menit. Program Fase II Merupakan program lanjutan yang pelaksanaannya sesegera mungkin setelah pasien pulang ke rumah. Lama latihan: 6-8 minggu dilaksanakan 3x/minggu selama satu jam. Jenis latihan: pemanasan berupa stretching selama 5-10 menit, dilanjutkan bersepeda statis dan jalan kaki selama 30-45 menit. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 10 menit.

Program Fase III Merupakan program jangka panjang dengan basis komunitas. Dilaksanakan setelah pasien menyelesaikan program fase II melalui uji latih jantung dan mencapai kapasitas aerobik. Lama latihan: 1-3 bulan Patofisiologi Faktor Resiko Aterosklerosis P Suplai Darah Miokard Iskemia Miokard Nekrosis/Infark Miokard P Kontraktilitas Miokard P Curah Jantung Gagal Jantung Kematian Suka Be the first to like this post. http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/11/penyakit-jantungkoroner/
PENYAKIT JANNTUNG KORONER ( PJK ) PENYAKIT JANNTUNG KORONER ( PJK ) A. BATASAN Kelainan jantung yang disebabkan karena kelainan arteria koronaria. B. ETIOLOGI 98 % karena proses arterio skelosis pada arteri koronaria. 2 % karena kelainan arteri koronaria yang lain. C. PATOFISIOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS Ateroma pada arteri koronaria menyebabkan stenosis, yang dapat mengganggu aliran koroner dan menyebabkan iskemia miokard. Penelitian menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih menyebabkan iskemia miokard , tyang

oleh penderita dirasakan sebagai nyeri khas yang disebut angina pektoris. Nyeri angina pektoris yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar kearah lengan kiri dan leher kiri ke rahang dan telinga kiri. Secara klinis iskemia miokard dapat menifes dalam bentuk : 1. Asimtomatik 2. Angina pektoris, yang dapat di berntuk : a. Angina stabil b. Angina tak stabil c. Angina varian ( angina prinmental) d. Iskemia miokard tenang. 3. Aritmia yang dapat berbentuk macam macam termasuk kematian mendadak . 4. Gagal jantung , yang bisa gagal jantung sistolik. Gagal jantung terutama timbul pada penderita yang telah mengalami infark miokard. 5. Infark miokard akut. D. DIAGNOSTIK 1. Faktor faktor resiko untk penyakit jantung koroner yang cukup 2. Keluhan penderita berupa angina pektoris 3. Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif palsu 4. Uji latih beban 5. Dalam hal hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan bahan radio aktif 6. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner 7. Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang 8. Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK. E. PENGOBATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER Pada dasarnya pengobnatan penyakit jantung koroner adalah sbb: 1. Menghentikan , atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara menegndalikan faktor faktor resiko Tidak merokok Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal. Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental 2. Pemakaian obat oabatan untk mengatasi iskemia miokard 3. Pengobatan terhadap akibat akibat dari iskemia miokard, misalnya : Aritmia Gagal jantung 4. pengobatan revaskularisasi

bila dengan pengobatan dengan obat obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari Angioplasti koroner Bedah pintas koroner 5. Penanggualangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus. F. PENGOBATAN FARMAKOLOGI UNTUK BERBAGI BENTUK ISKEMIA MIOKARD 1. Angina stabil a. Nitrat : Nitroglisering : dosis 0,3 0,8 mg sublingual Preparat nitrat jangka panjang: ISDN Pemberian : - Sublinguial 2,5 10 mg Oral 5 30 mg b. Penyekat beta : cara kerja penyekat beta untuk mengurangi iskemia miokard ialah : Menurunkan tekanan darah, sehingga beban dapat berkurang Menurunkan kontraktilitas miokard, sehingga kebutuhasn O2 miojkard berkurang Menurunkan frekuensi jantung, sehingga kebutuhan O2 mikokard berkurang, juga aliran koroner meningkat karena massa diastole yang memanjang Preparat penyekat beta : propranolol, dosis 3 X 10 40 mg c. Antagonis Calcium : cara kerja natagonis calcium umtuk mengurangi iskemnia miokard ialah : Dilatasi perifer, sehingga menurunkan tekana darah dan beban muka Dilatasi koroner Mengurangi kontraktiulitas miokars Mengurangi frekuansi jantung Preparat antagonis calcium yang dapat dipoakai ialah antara lain : Nifedipin. 3 X 5 10 mg Diltiazen, 3 X 30 60 mg Ferapamil, 3 X 40 80 mg 2. Angina Tak stabil Pada umumnya angina tak stabil disebabkan : Adanya stenosis yang tetap disertai : Spasme ateria koronaria, atau Agregasi trombosit yang non oklusif Pada umumnya angina tak stabil dianggap sangat potensial untuk menjadi infark miokard akut, sehingga diperlukan preparat intensif. Obat obatan yang dipakai. Preparat nitrat Penyekat beta Antagonis kalcium

Anti trombosit, pada umumnya aspirin dengan dosis 100 200 mg/hari. 3. Angina Variant Pada umumnya dianggap bahwa angina variant disebabkan karena spasme arteria koronaria , sehingga pengobatannya teruma mengutamakan dilator koroner yang kuat, yaitu : Pereparat nitart Antagonis calcium Penyekat beta Prazosin mungkin bisa membantu menghilangkan spasme arteria koronaria dengan dosis secara titrasi 3 X 0,5 sampai 1 m, dengan observasi tekanan darah 4. Infark Miokard Akut Karena Infark miokard akut ialah suatu kejadioan yang sangay gawat dan memerlukan peraweatan yang sangat khusus, maka diagnosis harus ditetapkamn dengan cepat dan cermat yaitu : Nyeri dada yang khas lebih dari jam, tetapi kadang kadang bisa tanpa nyeri Faktor faktor resiko yang cukup EKG, bila perlu serial, yang menunjukkan elevasi ST yang diikuti Q patologis, terutama yang menunjukkan evolusi Kelainan enzim : SGOT, SGPT, CPK, LDH yang meningkat. Perawatan Infark Miokard akut : Perawatan Intensif Pemantauan penyulit penyulit yang mungkin timbul Meringankan beban jantung dengan : Menenangkan penderita, bila perlu dengan sedatif Menghilangkan nyeri iskemia dengan : Morfin intra vena secara titrasi Preparat nitrat sublingual atau oral Penyekat beta bila tak ada kontra indikasi] Mengatur tekanan darah dan frekuensi jantung Memberikan O2 untuk sedikit menambah oksigenasi miokard Yang sangat penting, revaskularisasi dengan pengobatan trombolitik. Obat yang dipakai ialah streptokinase, dengan cara pemberian sbb :1,5 juta unit streptokinase dilarutkan dalam 100 ml dektrose 5 %, diberika intra vena selama 1 jam. A. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian A. Pengumpulan data a. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis b. Keluhan Utama

Keluhan yang paling dirasakan adalah nafas sesak dan nyeri dada c. Riwayat penyakit sekarang Alasan MRS Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh sesak dan nyeri dada, sesak bertambah jika aktifitas, keadaan lemah dan nafsu makana menurun Keluhan waktu didata Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan bisa visus menurun sehingga aktivitas menjadi terbatas d. Riwayat kesehatan Dahulu Mempunyai riwayat vaskuler : hipertensi Mempunyai riwyat penyakit jantung Amempunyai riwayat penyakit DM e. Riwayat kesehatan keluarga Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT, penyakit metabolik :DM f. ADL Nutrisi : Perlu dikaji keadaan makan dan minum pasien meliputi : porsi yang dihabiskan susunan menu, keluhan mual dan muntah, sebelum atau pada waktu MRS, dan yang trpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit Istirahat tidur : dikaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam sehari dan apakan ada kesulitan waktu tidur dan bagaimana perunbahannya setelah sakit klien dengan HHF + PJK sering terbangun dan susah tidur klarena nyeri dada dan sesak nafas Aktifitas : Aktifitas dirumah ataua dirumah sakit apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktifitas, pada klien ini biasanya terjadi perubahan aktifitas karena sesak nafas saat aktifitas Eliminasi : Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, apakah ada gangguan. Personal Hygiene : mengkaji kebersihan personal Hygienemeliputi mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku dan pakaian dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri g. Data Psikologi Perlu dikaji konsep diri apakah ada gangguan dan bagaimana persepsi klien akan penyakitnya terhadap konsep dirinya h. Data Sosial Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan bagaiman peran klien dirumah dan dirumah sakit i. Data Spiritual Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan agama yang dianut j. Pemeriksaan Fisik Secara umum Meliputi keadaan pasien Kesadaran pasien Observasi tanda tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi Secara khusus :

Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh meliputi dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh antara lain Rambut Mata telinga Hidung mulut Tenggorokan Telinga Leher Dada adalah bagian terpenting pada klien dengan HHF dan PJK terutama pada organ yang menyangkut jantung dan paru Abdomen Genetalia Muskuloskeletal Dan integumen Untuk pemeriksaaan mata lebih specifik, yaitu : k. Pemeriksaan penunjang Laboratorium. EKG, Rontgen thoraks serta therapy yang diperoleh klien dari dokter B. Analisa Data Data yang dikumpulkan dikelompokkan meliputi : data subyektif dan data obyektif kemudian dari data yang teridentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab dapat ditentukan yang menjadi acuan untuk menentukan diagnosa keperawatan. C. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang menentukan masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus menunjukkan tindakan prioritas sebagai perawat dalam mengahadapi kasus HHF FC IV dan PJK. 2. Perencanaan Membuat rencana keperawatan dan menentukan pendekatan yang dugunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada 3 tahap dalam fase perancanaan yaitu menetukan prioritas, menulis tujuan dan perencanan tindakan keperawatan. 3. Pelaksanaan. Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang merupakan bentuk riil yang dinamakan implementasi, dalam implementasi ini haruslah dicatat semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien dan setiap melakukan tindakan harus didokumentasikan sebagai data yang menentukan saat evaluasi. 4. Evaluasi Evaluasi adalaha merupakan tahapa akhir dari pelaksaan proses keperawatan dan asuhan keperawatan

evaluasi ini dicatatat dalam kolom evaluasi dengana membandingkan data aterakhir dengan dengan data awal yang juga kita harus mencatat perkembangan pasien dalam kolom catatan perkembangan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN S DENGAN HYPERTENSI HEART FAILURE FC IV & PJK

No Regester Medik : 10096241 Ruang : Cardiologi Tanggal MRS : 22 Oktober 2001 jam 09.30 WIB Tanggal didata : 22 Oktober 2001 jam 13.00 WIB Diagnosa Medis : HHF FC IV dan PJK. I. PENGKAJIAN a. Biodata Pasien Nama : Tn S Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Status Perkawinan : kawin Pendidikan : SMP tamat Pekerjaan : Swasta ( sopir ). Alamat : RT 05 RW 10 Trawas Kec Tamiajeng Kab Mojokerto. b. Biodata Penanggung jawab Nama : Tn. M Umur : 38 tahun Jenis kelamin : Laki-laki. Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA tamat Pekerjaan : Karyawan Perumka Hubungan dg pasien : Adik. Alamat : RT 05 RW 10 Trawas, Tamiajeng Kab Mojokerto. c. Keluhan Utama Sesak nafas. d. Riwayat 1. Riwayat Penyakit Sekarang Selama 3 bulan klien merasakan sesak kemudian berobat ke dokter umum, dan mulai satu hari kemarin

sesak bertambah berat, terus menerus mulai pagi siang dan malam, sesak sedikit berkurang bila pasien duduk malam hari sulit tidur kadang nyeri dada tidak menjalar, karena keluhan tidak berkurang bahkan bertambah berat klien dibawa ke IRD Dr Soetomo Surabaya dan masuk ruangan Cardiology. 2. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien menderita penyakit tekanan darah tinggi, sesak nafas (sakit jantung) sejak tahun 2000 dan tidak kontrol secara teratur. Pasien pernah MRS dengan keluhan yang sama bulan Nopember tahun 2000 di RS Sukorejo Mojokerto dan kadang klien (2x) kontrol ke RS Batu Malang. Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis, TBC. Atau penyakit menular dan menahun yang lain.

3. Riwayat Penyakit Keluarga Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi, penyakit DM ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah Sakit. Penyakit yang pernah diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter atau membeli obat kemudian sembuh. e. Pola Aktifitas Sehari hari (Activity Daily Living) NO AKTIFITAS DI R U M A H DI RUMAH SAKIT SEHAT SAKIT 1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan terdiri dari nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam dan sawi, kadang snack, pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu, Minum 6 7 gelas /hari air putih kadang kadang teh. Makan 3 kali sehari porsi 4 5 sendok makan, sedikit sayur dan lauk Minum 5 6 gelas/hari air putih kadang the pasien mengatakan nafsu makan menurun Pasien baru makan 1 kali sehari porsi yamg disediakan RS tidak habis kurang lebih 2 3 sendok makan nafsu makan menurun karena sesak dan sakitnya Minum 4 5 gelas/hari air putih

2 Pola Eliminasi Bab 1 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces, konsistensi lunak dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces BAB 3 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada hambatan dalam proses BAK tak nyeri. BAB sejak 2 hari yng lalu baru 1 kali, konsistensi agak padat, warna kuning kecoklatan di WC jumalh faeces tak terobservasi. BAK 3 4 kali/hari warna kuning jernih dan tak terobservasi tidak ada hambatan Sejak MRS klien belum

buang air besar, BAK dengan dower catheter , warna kuning jernih tidak ada hambatan dan tidak ada endapan, bau khas urine, tidak nyeri daerah kelamin, jumlah urine tampung saat dikaji 500 cc. 3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 8 jam Malam hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1 2 jam mulai jam 14.00 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur Tidur memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur Klien tidur malam 7 8 jam sulit untuk tidur dan sering terbangun karena sesak, klien lebih banyak menggunakan waktu untuk istirahat Tidur siang kurang lebih 1 jam jam 12.00 s.d 13.00 WIB Klien baru masuk tadi pagi. Siang hari pasien biasa tidur kurang lebih 1 jam jam 10.00 WIB dan terbangun karena sesak nafas Tidur malam posisi setengah duduk, klien susah tidur, gelisah dan tidak nyenyak. 4 Pola Personal Hygie ne Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai handuk. Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas memakai shmphoo dan ganti baju sehari sekali. Klien mandi 1 kali di kamar mandi atrau kadang hanya menyeka badan tidak keramas mandi pakai air hangat, tidak sikay gigi, kadang mandi dibantu oleh keluarga. Ganti pakaian 1 kali sehari atau bila merasa kotor. Pasien baru masuk tadi pagi dan belum mandi/dimandikan. 5. Pola Aktifitas Klien di rumah bekerja sebagai sopir bekerja dari pagi sampai dengan jam 06.30 sampai dengan sore kurang lebih jam 17.30 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Klien jarang rekreasi Klien hanya istirahat di tempat tidur klien hanya melakukan aktifitas ringan seperti makan, minum, ganti pakaian, mandi sementara, tidak melakukan, aktifitas berat seperti menyetir mobil dan lain lain Pasien bed rest segala kebutuhan dibantu keluarga/perawat diatas tempat tidur pasien mengatakan badan terasa lemas. 6. Ketergantungan Klien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan dan minuman (beralkohol), Hanya klien setiap pagi dan sore hari selalu minum kopi, klien perokok sehari habis 4-6 batang. Pasien mendapatkan program therapy dari dokter.

f. Data Psikology Status emosi Labil, terbukti klien sering melamun, terkadang malas berkomunikasi. Terkadang mengeluh sesak, dan badan terasa sakit semua, volume suara datar Konsep Diri 1. Body Image Klien merasa sedang sakit dan saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter

perawat dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang 2. Self Ideal Klien merasa tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut klien hal ini adalah untuk kesembuhannya. 3. Self esteem Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya 4. Role Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter. Klien mematuhi ketentuan tentang hal yang harus dilakukan maupun yang dilarang klien lebih banyak diam. 5. Identitas Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu. Membutuhkan bantuan dan dukungan penuh dari keluarga untuk memenuhi segala kebutuhannya. g. Data Sosial 1. Pendidikan : tamat SMP 2. Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai sopir 3. Pola komunikasi : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara lemah, volume suara datar Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh dari sakitnya 4. Pola Interaksi Klien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya Klien mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga berjalan dengan baik (harmonis) dibuktikan dengan banyak keluarga yang datang menjenguk dan menungguinya. h. Data Spiritual Klien mengatakan beragama islam Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain Di Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan keluarganya. Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena sesak dan sakit yang dideritanya Klien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. i. Pemeriksaan Fisik Secara Umum 1. Keadaan Umum : Pasien berbaring di tempat tidur dengan posisi duduk pasien tampak lemah dan tampak sakit sedang. 2. Kesadaran : Composmentis GCS : E4 V5 M6

3. Antopometri : TB : 168 cm BB : 63 kg 4. Tanda vital : T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit S : 36 5 o C RR : 32 x/menit Secara khusus (Chepalo Cauda) 1. Kepala dan leher a. Ekspresi wajah tegang, tampak gelisah, pucat tampak kusut b. Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri tekan. Rambut hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak ditemukan adanya kutu c. Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun benjolan abnormal d. Muka Tidak tampak adanya bekas luka, bentuk oval, tampak raut klien tampak ekspresi wajah sedih dan gelisah. e. Mata Simetris, kelopak mata cekung konjungtiva anemis, sclera tidak ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan baik pandangan mata sayu dan tidak bersemangat f. Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi tegak berada di tengah, tidak terdapat adanya polip, bersih dan fungsi penciuman baik terpasang O2 nasal kanule pernafsan cepat dan dangkal 32 x/menit g. Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna merah muda, bersih tidak didapatkan adanya cerumen yang mengeras ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik ditandai dengan pasien bisa menjawab pertanyaan dengan spontan h. Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah bersih, gigi bersih tidak ada caries, tidak ada radang pada tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan dan menelan baik tidak dirasakan adanya nyeri tekan. i. Leher : Bersih, trakhea berada di tengah, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena jugularis yang berlebihan, tidak didapatkan adanya pembesaran kelenjar lymfe, movement bebas dan maksimal, fungsi menelan baik. 2. Pemeriksaan Thorak a. Pulmonum Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tampak adanya tarikan intercostae yang berlebihan, pernafasan dan irama cepat dan dangkal, tidak tampak adanya bekas luka. Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, gerak nafas cepat dan dangkal, tidak ada pernafasan tertinggal. Perkusi : Paru sonor kanan dan kiri, pembesaran paru tidak ada Auskultasi : Suara ronkhi pada paru kanan dan kiri basal bawah paru wheezing tidak ada pada kedua paru. b. Cor Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak tampak Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada RAI 2 cm med/lat garis MCL , pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill tidak ada

Perkusi : suara redup (pekak) pada daerah jantung Batas kanan : pada sternal kanan Batas kiri : 2 cm garis MCL S ICS VI Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari jantung 3. Abdoment Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau bekas luka, supel, perut datar dan tidak membuncit. Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa abnormal Perkusi : Suara tympani perut Auscultasi : Peristaltik usus lemah, bising usus lemah (9 10 x/menit) 4. Ekstremitas Atas Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada cacat, simetris gerakan maksimal, tangan kiri terpasang infus RL, kekuatan otot baik, agak anemis pada jari kaki, turgor kulit baik Bawah Lengkap, jari tangan lengkap Bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal, tidak ada luka, tidak ada nyeri, kekuatan baik, tidak ditemukan adanya oedem. 5. Integument Turgor baik, warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada alergi Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh, pergerakan maksimal Tidak ada kelainan pada kulit j. Data Penunjang 1. Pemeriksaan Diagnostik a. laboratorium tgl 22/10 2001 PEMERIKSAAN H A S I L NORMAL Hb 13, 1 g/dl 13,4 17,7 gr/dl Luukosit 10,8 x 10 9 /L 4,3 - 10,3 PCV 0,39 140 0,47 Thrombosit 290 x 10 9 /L 150 350 GDA 133 mg/dl < 200 SGOT 13 u/L < 25 Elektrolit Kalium Na 3 , 83 meq/L 141 meq/L 3,8 5,0

136 144

b. EKG Sinus 100 X/menit Axis normal LVH Iskemia Antrolat c. X foto Thorak 22 Oktober 2001 Cardiomegali + Congesti HT, cepalisasi (+) 2. Therapy medik O2 4 liter/menit per nasal kanule Infus RL 500 cc/24 jam Furosemid 40 mg IV 2 kali seahri Captopril 3 X 12,5 mg Spironolakton 50 mg 1 - 0 0

ANALISA DATA Nama : Tn S Ruang : Cardiology Umur : 45 tahun Dx Medik : HHF IV + PJK TGL D A T A Kemungkinan PENYEBAB MASALAH 22/10 2001 13.00 Subyektif Klien mengatakan mata nafas sesak . Obyektif Keadaan umum lemah Pernafasann cepat dan dangkal Penarikan ICS Terpasng O2 nasal kanule T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit R : 32 x/menit T : 36 5 o C Foto thorak didapatkan kardiomegali + congestive HT, cepalisasi (+) Peningkatan permeabilitas alveoli Gangguan pertukaran gas 22/10 2001 13.00 Subyektif

Klien mengatakan badan terasa lemah, sesak nafas. Obyektif Keadaan umum klien nampak lemah. RR : 32 x/menit Klien tampak kusut dan kurang bersemangat Segala akyivitas dibantu oleh perawat, keluarga diatas tempat tidur Klien hanya berbaring di tempat tidur Kelemahan fisik sekunder terhadap suplay O2 yang tidak adekuat ADL

12/10 2001 13.00

Subyektif Klien mengatakan nafsu makan menurun Obyektif K/u lemah Nampak sakit sedang Porsi dari RS tidak habis Makan hanya kurang lebih 2 3 sendok makan Nafsu makan menurun sekunder terhadap pola nafas yang tidak efektif Nutrisi kurang dari kebutuhan 22/10 200113.00 Subyektif Klien sering menanyakan tentang sakitnya dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh Obyektif Keadaan umum lemah Ekspresi wajah tegang, gelisah

Volume suara datar Kurangnya Informasi Knowledge deficit 22/10 2001 13.00 Subyektif Klien mengatakan nafsu makan menurun Obyektif K/u lemah sesak nafas RR 32 x/menit Klien mulai masuk hanya bisa tidur Kurang lebih 1 jam Pandangan mata sayu Klien tampak kurang bersemangat Nafas tidak efektif sekunder terhadap suplay O2 yang tidak adekuat Istrirahat/tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas alveoli ditandai dengan : Klien mengatakan nafas sesak Keadaan umum lemah Pernafasan cepat dan dangkal Penarikan ICS Terpasang O2 nasal kanule T : 170/130 mmHg N : 100 x/menit R : 32 x/menit t : 36 5 o C Foto thorak didapatkan cardiomegali + congestive HT, cepalisasi (+) 2. Knowledge deficit berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh Keadaan umum lemah Ekspresi wajah tegang Gelisah Volume suara datar 3. Gangguan activity daily living berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap suplay O2 yang tidak adekuat ditandai dengan : Keadaan umum klien nampak lemah Sesak nafas Rr 32 x/menit Klien nampak kusut dan kurang bersemangat Segala aktifitas dibantu perawat dan keluarga diatas tempat tidur Klien hanya berbaring diatas tempat tidur

4. Gangguan istirahat/tidur berhubungan dengan nafas tidak efektif sekunder terhadap suplay O2 tidak adekuat ditandai dengan : Klien menagatakan susah tidur, tidur tidak nyenayk sering terbangun karena sesak nafas K/u lemah sesak nafas 32 x/menit Klien mulai masuk hanya bisa tidur kurang lebih 1 jam Pandangan mata sayu Klien tampak kurang bersemangat 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun sekunder terdadap pola nafas yang tidak efektif ditandai dengan : Klien mengatakan nafsu makan menurun K/u lemah Klien nampak sakit sedang Porsi makan yang disediakan RS tidak habis Makan hanya kurang lebih 2 3 sendok .akan

http://deddyrn.blogspot.com/2009/09/penyakit-janntung-koroner-pjk.html

S-ar putea să vă placă și