Sunteți pe pagina 1din 4

LAPORAN PENDAHULUAN SPONDILOSIS ANKILOSIS

I. PENGERTIAN Spondilosis Ankilosis adalah merupakan penyakit reumatik inflamasi sistemik kronik yang terutama menyerang sendi aksial ( vertebra ). Yang merupakan tanda khas adalah terserangnya sendi sakro iliaka, juga sering menyerang sendi panggul, bahu dan ekstremitas pada stadium lanjut. ( Kapita Selekta Kedokteran, 1999 ). II. ETIOLOGI Penyebab dari spondilitis Ankilosis sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti, kelihatannya ada faktor genetik yang terlibat. Saat ini kira-kira 90% penderita yang terdiagnosa Spondilitis Ankilosis juga memiliki antigen HLA B 27 positif. Bisa juga sebagai komplikasi TBC melalui penyebaran secara hemotogen. III. PATOFISIOLOGI Penyakit ini bersifat kronis dan progresif yang menyerang pada sendi sakro iliakal dan sendi panggul serta sendi-sendi sinovial pada spiral. Inti kuman biasanya merusak spingiosa korpus vertebra. Bagian-bagian intervertebra menjadi meradang dan akhirnya terjadi fusi atau kekakuan atau persatuan tulang pada sendi sakro iliakal dan spinal-spinal lain melalui servukal. Proses fusi ini terjadi setelah 10 20 tahun. Penyakit ini dapat timbul pada usia 10 30 tahun dan biasanya menjadi progresif setelah 50 tahun dan lebih pada laki-laki. IV. GAMBARAN KLINIS Awitan spondilitis ankilosis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah dan panggul. Bisa juga timbil kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang dengan sedikit berolah raga. Gejalanya dapat sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banyak penderita penyakit ini tidak terdiagnosa. Selain itu gejala-gejala spondilitis ankilosis bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang belakang. Gejala-gejala ekstrapinal meliputi : 1. Pleuritik seperti Chest pain 2. Tendonitis akhiles 3. Artropathy perifer ( khusunya panggul ) 4. Gejala non spesifik, antara lain : ~ BB turun ~ Malaise

~ Lemah ~ Mood berubah. V. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemerikasaan Laboratorium Tidak ada uji diagnosis yang spesifik, terdapat anemia normositik normokrom ringan dan LED yang tinggi. Faktur reuma negatif. HLA B 27 pada keadaan tertentu dapat membantu diagnosis. 2. Pemeriksaan Radiologi Perubahan yang karakteristik terlihat pada sendi aksial, terutama pada sendi sakro iliaka. Pada tahap awal pemeriksaan : Mungkin hanya terlihat adanya gambaran yang kabur pada sendi sakro iliaka dan ostioporosis difus pada tulang belakang, bila penyakit berlanjut terdapat erosi sendi. Bentuk vertebra menjadi lebih persegi dan penyempitan ruang antar vertebra. Pemeriksaan beberapa tahun kemudian : Terjadi ankilosis komplit, pemeriksaan anterior-posterior sederhana sudah cukup untuk mendeteksi sakrolitis, yang merupakan awal perubahan, terlihat pengapuran legamen ligamen spina anterior-posterior disertai demineralisasi korpus vertebra membentuk gambaran bamboo spine. VI. PROGNOSIS Secara umum prognosis baik, kecuali bila panggul terkena secara berat, remisi spontan dan relaps dapat terjadi. Kadang-kadang ankilosis meluas keseluruh tulang belakang VII. PENATALAKSANAAN. 1. Pendidikan pasien mengenai penyakitnya untuk meningkatkan kepatuhan berobat. Karena penyakit ini belum dapat disembuhkan hanya dapat di kontrol. 2. Indometasin 25 50 mg diberikan 3 kali sehari bila telah terjadi perbaikan gejala dosis pemberian dapat diperkecil, obat-obatan lain : piroksikam, naproksen, dsb. 3. Fisiotherapy : a. Memakai tempat tidur yang dialasi papan dibawah kasur dengan ganjal didaerah lumbal untuk mengembalikan lardosis, bantal kepala sebaiknya yang tipis. b. Penyesuian pekerjaan terutama bila terdapat gangguan tulang punggung. Punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi direndahkan jangan terlalu lama duduk. c. Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah berenang. 4. Pembedahan, kadang diperlukan misalnya : Wedge osteotomy pada deformitas tulang belakang, stabilisasi sendi atau artoplasti costa, hip replacement pada artritis berat dan fleksion deformity. 5. Penyinaran tidak menunjukan hasil, mungkin dipakai untuk daerah-daerah tertentu

ditulang belakang dimana proses terus aktif. 6. Pengobatan atas komplikasi seperti anemia dan bronkhopneomonia, bila terjadi uveitis berikan segera kortikosteroid lokal pada mata. VIII. REFERENSI. 1. Kapita selekta kedokteran, Edisi III, Jilid II. Media Aeskulapius. FKUI.1999. 2. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi IV, Sylvia A. Price and lorraine M. Wilson. EGC. 1995. 3. Penerapan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Muskulus Skeletal, Pusdiknakes. Jakarta. 1995. ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS ANKILOSIS. I. RIWAYAT KESEHATAN. a. Pasien sering megeluh sakit pinggang dibagian bawah. b. Merasa kaku. c. Terjadi belateral sciatica, untuk beberapa hari. d. Pasien mengeluh adanya beberapa perubahan tubuhnya & merasa berkurang tinggi badannya. e. Gejala lebih lanjut nampak lebih persisten, terjadi kekakuan pada sendi khususnya pada spinal. II. PEMERIKSAAN FISIK. a. Observasi keadaan nyeri untuk posisi tegak : Lokasi. Kwalitas. Perjalanan. Hilang & timbul dengan pergerakan. b. Pemeriksaan postur. Postur biasanya menunjukan tanda penarikan spina (kaku) dan posisi sendi panggul serta sendi lutut menjadi fleksi (karena kompensasi). c. Lakukan palpasi pada spina dan sakroiliakal yang biasanya teraba lemah / kulit lembek dan tipis. III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL. Pasien-pasien spondilitis sering merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan kadangkadang mengisolasikan diri. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien untuk mendeteksi masalah-masalah psikososial antara lain Body Image, Harga Diri, dan Identitas. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TERJADI. 1. Gangguan mobilitas fisik.

2. Gangguan rasa nyaman. 3. Perubahan konsep diri : Body Image. 4. Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah. RENCANA TINDAKAN. 1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. 2. Bantu klien untuk melakukan latihan ROM, ambulasi dan perawatan diri. 3. Mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernafasan. 4. Observasi perkembangan nyeri, apakah menyebar kearah lain. 5. Berikan analgetik sesuai therapi dokter & kaji efektifitasnya terhadap nyeri. 6. Gunakan brace punggung atau korset bila direncanakan demikian. 7. Berikan therapy panas untuk sendi-sendi yang nyeri. 8. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya. 9. Bersama pasien, perawat mencari alternatif coping yang positif. Posted in: ASKEP

S-ar putea să vă placă și