Sunteți pe pagina 1din 32

BAB I KONSEP DASAR DHF A.

Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004). Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Arif Mansjoer, dkk, 2000). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengaue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak (Nursalam, 2005). Dengue Hemoragic Fever /demam berdarah dengue adalah penyakit febris virus akut, seringkali dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya (Monica Ester, 1999). Etiologi Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia : Demam berdarah dengue (DBD) / DHF adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004). Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vektor penular virus dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004). Penyebaran Virus Dengue berdasarkan Jenis Kelamin Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin penderita demam berdarah dengue tetapi kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. (Sutaryo, 2004). Penyebaran Virus Dengue berdasarkan Geografi Penyakit ini terdapat di daerah tropis dan sub tropis terutama di negara Asean dan Asia. Pasifik Barat dan menimbulkan epidemic di Asia Tenggara terutama di Indonesia, Thailand, dan Filipina. (Sumarno Poorwo Soedarman, 2004). C. Patofisiologi Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit

B.

(petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. D. Tanda dan Gejala Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997) 1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala. 2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis, melene. 3. Hepatomegali 4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai gelisah dan akral dingin. 5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal) (Alan R. Tumbelaka, 2004). Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah : a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare, konslipasi. c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal. Klasifikasi DHF DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO, 1997). 1. Derajat I Demam dengan uji bendung positif. 2. Derajat II Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. 3. Derajat III Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin. 4. Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan. (Alan R. Tumbelaka, 2004).

E.

F.

Pemeriksaan Penunjang Pada penderita DBD / DHF hematrokit mencerminkan derajat kebocoran plasma dan biasanya mendahului. Munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi). Sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit (Ngastiyah, 2005). Jika pasien deduga menderita DHF harus dilakukan pemeriksaan antara lain 1. Darah pada demam dengue (DD) terdapat teokopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3 pada demam berdarah dengue (DBD) dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi, pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipoalemia, SGOT, serum glutamik piruvat transaninase (SGPT), ureum dan PH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun. 2. Air seni, mungki ditemukan qibuminuria ringan. 3. Sumsum tulang pada anti sakit biasa hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk semua sistem. (Sumarno Soedarmo Sunaryo Poawo, 1993). 4. Uji serologi 1. Uji serologi memakai serum diambil pada masa akut dan konvalensen, yaitu uji peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT) dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibody, antydengue sebanyak minimal 4 kali. 2. Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blot yang mengatur adanya antibody, antidengue dari kelas 19 m. pada uji ini dicari adalah ada tidaknya atau liter tertentu antibody, antidengue (Arif Mansjoer, dkk, 2000). 3. Pemeriksaan diagnosis yang menunjang antara lain pada pemeriksaan radiology dan USG kasus DBD, terdapat beberapa kelainan yang dapat dideteksi yaitu dilarasi pembuluh darah paru, efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikard, hepatomegali, dilitasi V. hepatica dan kelainan parenkim hati, cairan dalam rongga peritoneum, penebalan dinding vesika felea (Hariarti S. Pramuljo, 2004). Penatalaksanaan Pasien DHF Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : 1. Tirah baring atau istirahat baring. 2. Diet, makan lunak. 3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri penderita oralit. 4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi ketat tiap jam. 5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari. 6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.

G.

7.

Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi. 8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter). Pada penderita dengue syok syndrome (DSS) cairan diberikan dengan diguyur dan bila tidak tampak perbaikan, penderita perlu mendapat plasma atau ekspander plasma atau dextran antara 10-20 ml /kg BB. Disamping itu penderita mungkin perlu mendapatkan Na-bikarbonas untuk mengatasi asidosis metabolik.. Indikasi pemberian transfusi pada penderita Dengue Haemorogic Fever (DHF) yaitu jika ada pendarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. Pada penatalaksanaan pada penderita Dengue Haemorogic Fever (DHF) diperlukan tindakan-tindakan intensif seperti pemasangan infuse, pengambilan darah vena, arteri, kompres hangat, uji ??? dan pemasangan Nasogatik tubuh (NGT) atau sondo lambung jika perlu. (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, dkk, 2004). Uji torniduet ini dinyatakan positif bila 7,84 cm2 didapat dari 20 bintik-bintik (Sutaryo, 2004). 1+ 2+ 3+ 4+ Sedikit bintikBanyak bintikBanyak bintikPenuh dengan bintik merah bintik pada daerah bintik pada daerah bintik-bintik pada pada lengan lengan anterior lengan dan tangan daerah lengan dan anterior tangan H. Komplikasi 1. Ensefalopatif 2. Perdarahan intraktranial 3. Hernia batang otak 4. Sepsis 5. Pneumonia 6. Hidrasi berlebihan 7. Syok 8. Perdarahan otak (Monica Ester, 1999).

BAB II PENGKAJIAN KEPERAWATAN Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat baik penderita pertama kali masuk RS (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapi). Metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian, wawancara, pemeriksaan fisik, observasi atau pengamatan, catatan atau status pasien, kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hal-hal yang perlu dikaji : 1. Biodata A. Identitas klien Nama Tempat/tanggal lahir Jenis kelamin Agama Tanggal/jam masuk rumah sakit Tanggal/jam pengkajian No med rec Diagnosa medis : : : : : : : :

B. Identitas penaanggung jawab Ayah Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat : : : : : : Ibu Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat : : : : : :

2.

Keluhan Utama Alasan /keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil dan serta demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-5 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare /konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluhati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasi. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apasaja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain. Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. Kondisi lingkungan Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar). Pola kebiasaan a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang dan nafsu makan menurun. b. Eliminasi alvi (buang air besar) kadang-kadang anak mengalami diare /konslipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena. c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing sedikit /banyak, sakit /tidak. Pada DHF Grade IV sering terjadi hematuria. d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit /nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

e. f. 9.

Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegyph. Pelaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

Pengkajian fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskulasi dari ujung rambut, sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut : a. Grade I : Kesadaran composmentil, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah. 2. Grade II : Kesadaran composmentil, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia, pendarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur. 3. Grade III : Kesdaran apatis, somnoler, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun. 4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

10. Sistem integumen 1. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lemah. 2. Kuku siamosis /tidak 3. Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV). 4. Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada suhu thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi plaum), rales +, ranchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan Iv 5. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asiten. 6. Ekstremitas akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendri serta tulang. 11. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : 1. Hb dan PCV meningkat (> 20%) 2. Trombositopenia (< 100.000 /ml) 3. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis) 4. 19 D. Dengue positif 5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipokloremia, dan hiponatremia.

hipoproteinemia,

6. Urium dan PH darah mungkin meningkat 7. Asidosis metabolic P CO2 < 35-40 mmHg dan HCO2 rendah. 8. SGot /SGPT mungkin meningkat. (Nursalam, 2005). 12. Diagnosa Keperawatan Menurut Yura diagnosa keperawatan adalah pernyataan /kesimpulan yang diambil dari pengkajian tentang status kesehatan klien /pasien. (Nasrul Effendy, 2005). Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan DHF antara lain sebagai berikut : 1. Hipertermi hubungan dengan proses penyakit. 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. 3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit menelan. 4. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perdarahan akibat trombositopenia. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. 7. Cemas keluarga berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk. 8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. 9. Resiko defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Susan Martin TuKcer, 1998). 13. Perencanaan Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan : 1. Menentukan prioritas masalah 2. Menentukan tujuan 3. Menentukan kriteria hasil 4. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan (Tarwoto Wartona, 2006).

1.

Diagnosa keperawatan : Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan : Suhu tubuh normal (36-37o C) Hasil yang diharapkan : Pasien bebas dari demam. Rencana Tindakan Mengkaji saat timbulnya demam. Mengobservasi TTV : tensi, nadi, pernapasan, suhu tiap 3jam atau lebih sering. Memberikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh. Memberikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan pasien /keluarga untuk kooperatif. Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan . Menganjurkan pasien untuk banyak minum + 2,5 1/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien. Memberikan kompres hangat (pada dahi, axial dan lipat paha). Menganjurkan untuk tidak memakai selimut dan baju yang tebal. Mencatat asupan dari keluaran. 1. 2. 3. 4. Rasional Untuk mengidentifikasi pola demam pasien. Tanda-tanda vital merupakan acuan mengetahui keadaan umum pasien. Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membantu pasien /keluarga mengurangi kecamasan yang timbul. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di RS.

1. 2. 3. 4.

5. 6.

5. 6.

7. 8. 9.

7. 8. 9.

Penjelasan yang diberikan pada pasien /keluarga akan motivasi pasien untuk koorperatif. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. Kompres hangat akan membantu menurunkan suhu tubuh. Pakaian yang tipis dapat membantu mengurangi penguapan tubuh.

Untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh. 10. Memberikan terapi cairan IV dan 10. Pemberian cairan sangat penting bagi obat-obatan sesuai dengan pasien dengan suhu tubuh tinggi program dokter (masalah pemberian cairan merupakan wewenang kolaborasi) dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006)

2.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Hasil yang diharapkan

: Nyeri berhubungan dengan mekanisme patologi (proses penyakit). : Nyeri berkurang atau hilang. : Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang. Ekspresi wajah rileks. Rasional Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

1.

2.

Rencana Tindakan Mengkaji tingkat nyeri yang 1. dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10). Biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialaminya, tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri yang dialami. Mengkaji Faktor-faktor yang 2. mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri (budaya, pendidikan, dan lain-lain). Memberikan posisi yang nyaman, 3. usahakan situasi ruangan yang terang. Memberikan suasana yang 4. gembira bagi pasien, alihakan perhatian pasien dari rasa nyeri (libatkan keluarga) mengnjurkan pasien untuk membaca buku, mendengarkan musik, menonton televisi (mengalihkan perhatian). Memberikan kesempatan pada 5. pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat. Memberikan obat analgetik 6. (kolaborasi dokter).

3. 4.

Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi berbagai faktor. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien. Untuk mengurangi rasa nyeri. Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami

5.

6.

Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri. Obat-obatan analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien. Perlu adanya kolaborasi dengan dokter karena pemberian obat merupakan wewenang dokter. (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006)

3.

Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan. Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Hasil yang diharapkan : Klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posi yang diberikan /dibutuhkan. Rencana Tindakan Mengkaji keluhan mual, sakit menelan yang dialami oleh pasien. Mengkaji cara /bagaimana makanan dihidangkan. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur tim dan hilangkan saat masih banyak. Memberikan makanan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Menjelaskan manfaat makanan /nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit. Memberikan umpan balik positif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya. Mencatat jumlah /porsi makan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter). 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Rasional Untuk menetapkan cara mengatasinya. Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. Untuk menghindari mual dan muntah. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk mekan meningkat. Motivasi dapat meningkatkan semangat pasien. Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Nutrisi parenteral sangat bermanfaat /dibutuhkan pasien terutama jika intake peroral sangat kurang. Jenis dan jumlah pemberian nutrisi parenteral merupakan wewenang dokter. 9. Memberikan obat-obatan antasida 9. Obat antasida (antiemetik) membantu (antiemetik) sesuai program pasien mengurangi rasa mual dan dokter. muntah dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi pasien meningkat. 10. Mengukur berat badan pasien 10. Untuk mengetahui status gizi pasien . setiap hari (bila mungkin). (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006)

4.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Hasil yang diharapkan

: Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perdarahan akibat trombositopenia. : Tidak terjadi gangguan integritas jaringan. : Integritas kulit baik. Rasional Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitasi jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. Meningkatkan sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan /mempengaruhi hipoksia selular. Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patologik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi. Meningkatkan sirkulasi jaringa, menengah stasis. Menghindari kerusakan kulit dan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

1.

Rencana Tindakan Kaji integritas kulit, catat 1. perubahan pada turgor, gangguan warna, eritema. Ubah posisi secara periodic dan 2. pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur. Ajarkan permukaan kulit kering 3. dan bersih. Batasi pengguaan sabun.

2. 3.

4. 5.

Bantu untuk latihan rentang gerak 4. pasif atau aktif. Gunakan alat pelindung misalnya : 5. kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara /air pelindung tumit /siku dan bantal sesuai indikasi. (Susan Martin Tucker, 1998)

5.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Hasil yang diharapkan

: Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh. : Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi. : Pasien tidak lesu dan tampak lebih segar. Rasional Lingkungan yang tenang akan membuat pasien merasa lebih nyaman dalam tidur. Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien sehingga dapat tertidur. Pasien merasa nyaman dan merasa terjaga dalam tidurnya. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. Mungkin diberikan untuk membantu klien tidur /istirahat.

1. 2. 3. 4. 5.

Rencana Tindakan Ciptakan lingkungan yang tenang 1. menjelang dan selama pasien tidur. Atur posisi yang nyaman. 2. Anjurkan pada keluarga untuk 3. menemani pasien menjelang tidur. Kaji kebiasaan tidur biasanya dan 4. perubahan yang terjadi. Kolaborasi dengan dokter untuk 5. pemberian sedative, hipnotik sesuai indikasi. (Susan Martin Tucker, 1998)

6.

Diagnosa Keperawatan Tujuan Hasil yang diharapkan

: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. : Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi. : Pasien mampu mandiri setelah bebas demam 1. Rasional Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa membuat pasien mengalami ketergantungan. Dengan melatih kemandirian pasien maka pasien tidak mengalami ketergantunan pada perawat. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa orang lain

1. 2.

Rencana Tindakan Mengkaji keluhan pasien.

3.

Mengkaji hal-hal yang mampu 2. /tidak mampu dilakukan oleh pasien berhubungan dengan kelemahan fisiknya. Membantu pasien memenuhi 3. kebutuhan aktivitasnya seharihari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan, eliminasi. Membantu pasien untuk mandiri 4. sesuai dengan kemajuan fisiknya Meletakkan barang-barang yang 5. mudah terjangkau oleh pasien

4. 5.

(Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006)

7.

Diagnosa Keperawatan : Cemas pada pasien /keluarga berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk. Tujuan : Cemas berkurang /hilang. Hasil yang diharapkan : Keluarga mengatakan tidak cemas lagi. Ekspresi wajah tampak rileks. Rencana Tindakan Mengkaji rasa cemas yang dialami pasien /keluarga . Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien /keluarga. Menunjukkan sikap empati, gunakan sentuhan pada saat yang tepat. Menggunakan komunikasi terapeutik. 1. 2. 3. 4. Rasional Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien /keluarga. Agar pasien /keluarga bersikap terbuka dengan perawat Meningkatkan beban pikiran pasien /keluarga. Agar segala sesuatu yang disampaikan, diajarkan pada pasien /keluarga memberikan hasil yang efektif. Jawaban yang jujur dan benar akan mempertahankan kepercayaan pasien pada perawat ini sangat penting agar pasien /keluarga bersikap terbuka pada pasien. Menjelaskan tentang kemungkinan pemberian perawatan yang lebih optimal.

1. 2. 3. 4. 5.

Menjawab semua pertanyaan 5. pasien /keluarga dengan jujur dan benar.

6.

7.

Memberikan penjelasan tiap 6. prosedur /tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien. Memberikan kesempatan pada 7. Pasien akan merasa lebih tenang jika ada keluarga untuk mendampingi pagi anggota keluarga yang menemani. secara berdampingan. (Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006)

8.

Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Hasil yang diharapkan : Jumlah trombosit meningkat. Rencana Tindakan Monitor tanda-tanda penurunan 1. trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis. Rasional Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (nyata) seperti epistaksis, petekie, dll. Agar keluarga /pasien mengetahui halhal yang mungkin terjadi pada pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopenia. Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dapat dialami pasien. Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan (nyata) dan membantu pasien mendapatkan penanganan sendini mungkin. Dengan mengetahui obat-obatan yang diminum dan manfaatnya maka pasien akan termotivasi untuk mau minum obat sesuai dosis atau jumlah yang diberikan.

1.

2.

Memberikan penjelasan tentang 2. pengaruh trombositopenia pada pasien. Monitor jumlah trombosit setiap 3. hari.

3.

4. 5.

Menganjurkan pasien banyak istirahat.

untuk 4.

6.

Memberikan penjelasan pada 5. pasien /keluarga untuk segera melaporkan ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti : hematemesis, melena, epistaksis. Menjelaskan obat-obat yang 6. diberikan dan manfaatnya serta akibatnya bagi pasien. (Susan Martin Tucker, 1998)

9.

Diagnosa Keperawatan : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan. Hasil yang diharapkan : Klien tidak pucat Tanda-tanda dalam batas normal Rencana Tindakan Mengkaji keadaan umum pasien 1. (lemah, pucat) serta tanda-tanda vital. Mengobservasi adanya tanda- 2. tanda syok. Memberikan cairan intraverna 3. sesuai dengan program dokter. Rasional Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya. Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami pasien. Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah. Pemberian sesuai dengan program dokter karena merupakan wewenang dokter. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan. Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan jika keluaran urine < 25 ml /jam maka pasien mengalami syok. Untuk mengetahui keseimbangan cairan

1. 2. 3.

4. 5.

6.

Menganjurkan pasien untuk 4. banyak minum. Mengkaji tanda dan gejala 5. dehidrasi /hiporomelik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek). Mengkaji perubahan keluaran 6. urin (urin output < 25 ml /jam maka pasien mengalami syok atau 600 ml /hari) monitor asupan cairan. (Susan Martin Tucker, 1998)

14.

Implementasi (Pelaksanaan) Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwoto Wartona, 2006).

15. Evaluasi Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap Asuhan Keperawatan yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi : 1. Daftar tujuan-tujuan klien 2. Lakukan pengkajian apakah klien dapat melakukan sesuatu 3. Bandingkan antara tujuan dan kemampuan klien 4. Diskusikan dengan klien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak (Tarwoto Wartonah, 2006).

DAFTAR PUSTAKA Doengus ME, Moorhouse MF, GE Isster AC, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, EGC. Ester Monica, 1999. Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta, EGC. Mansjoer Arif, Triyanti Kaspuji, Savitri Rokimi, Wardhani Wahyu Ika, Setiawulan Wiwiek, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Pramuljo Hariati S, 2004. Peran Pencitraan Pada Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Penerbit Prima Medika. Rezeki Sri H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, 2004. Tatalaksana Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta : FKUI. Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI. Sutaryo, 2004. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI. Soedarmo Sumarno Poorwo, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta : FKUI. Tumbelaka Alan R, 2004. Diagnosis Demam Dengue /Demam Berdarah Dengue. Jakarta : FKUI. Tucker SM, dkk, 1998. Standar Perawatan Klien Edisi V, Volume 4. Jakarta, EGC. Wartona Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An C.T DENGAN DIAGNOSA DHF DI IRINA E BAWAH RSU PROF Dr . R . D . KANDOU MANADO A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien Nama Tempat/tanggal lahir/usia Jenis kelamin Agama Pendidikan Alamat Tanggal/jam masuk rumah sakit Tanggal/jam pengkajian No. Med. Rec Diagnosa medis : An. C . T : Tomohon,22-09-1998/12 tahun-10 bulan : Perempuan : Kr. Protestan : SMP : Pakowa,Ling.III : 02-07-2011/11.00 : 07-07-2011/10.15 : 00.28.61.01 : DHF

2.

Identitas penaanggung jawab Ayah Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat : Tn. R.T : 43 thn : STM : Swasta : Kr.Pro :Pakowa Ibu Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat : Ny.M.T :36 thn : SMEA :IRT : Kr.Pro :Pakowa

B.

Genogram

A C

B D

E Keterangan : Laki Laki : Perempuan : Pasien A B C D E C. : Tinggal serumah : Kakek dan Nenek ayah : Kakek dan Nenek ibu : Saudara Ayah : Saudara Ibu : Saudara Pasien

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

Demam

2. Riwayat Keluhan Utama

Panas di alami pasien sejak 4 hari SMRS, disertai muntah 1x, muntah berisi cairan disertai sisa-sisa makanan. Panas tidak disertai kejang namun sakit perut.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

( tgl 07-07-2011) penurunan napsu makan.

KU

: tampak sakit

Kesadaran TTV

: compos mentis : TD : 110/80 mmHg N : 81 x/menit R : 24 x/menit SB : 36,1C

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Prenatal care
- Pemeriksaan kehamilan : 8x mulai dari kehamilan 3 bulan - Keluhan selama hamil : Ibu mengalami mual muntah diawal kehamilan

dan gatal-gatal
- Kenaikan BB selama hamil : Ibu mengalami kenaikan BB selama hamil 10

Kg. (Sebelum hamil 56 kg, sesudah hamil 66 kg) - Imunisasi waktu hamil: TT 2x b. Natal
- Tempat melahirkan - Jenis persalinan

: dirumah : spontan : bidan

- Penolong persalinan

c. Post natal - Kondisi bayi BB TB : 3450 gr : 48 cm

- Jenis kelamin : Perempuan

5. Riwayat Imunisasi

No. Jenis Pemberian 1 2 3 4 5 BCG Hepatitis B Polio DPT Campak

Waktu Pemberian + + + + + + + + + + + +

Reaksi Setelah Pemberian Demam -

Keterangan Saat lahir. 0 bln, 1 bln, 6 bln. 0 bln, 1 bln, 2 bln, 6 bln. 3 bln, 4 bln, 5 bln. 9 bln.

6. Riwayat Tumbuh Kembang a. Pertumbuhan fisik

BB: 42 kg TB: 146 cm

b. Perkembangan tiap tahap usia anak: - Berguling - Tengkurap - Senyum - Bicara pertama kali - Panggil Papa - Panggil Mama - Merangkak - Duduk : 3 bulan : 3 bulan : 5 bulan : 5 bulan : 5 bulan : 5 bulan : 7 bulan : 7 bulan

7.

Riwayat nutrisi a. ASI - Pertama kali - Cara pemberian b. PASI - Alasan pemberian - Cara pemberian : Sebagai pendamping ASI : Menggunakan Dot : sejak lahir -2 tahun : setiap kali menangis

c. Pemberian makanan tambahan - Pertama diberi usia : usia 6 bulan-1 tahun - Jenis Makanan : Bubur susu: 6 -8 bulan Bubur saring : 8-10 bulan Bubur : 10 bulan-2 tahun Nasi : 2 tahun sekarang

8. Riwayat psikososial Hubungan antara anggota keluarga: Harmonis Pengasuh anak : orang tua

9.

Riwayat spiritual Suport sistem keluarga Kegiatan keagamaan : Baik : Baik

10. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga hanya pasien yang mengalami penyakit seperti ini.

11. Riwayat Kesehatan Lingkungan Rumah memiliki 3 kamar, WC dan kamar mandi berada di luar rumah, rumah beratap seng, lantai beton, dihuni oleh 4 orang. Penerangan PLN dan air PAM. Sampah dibuang ditempat sampah.

12. Reaksi Hospitalisasi

Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap


- Perasaan orang tua saat anaknya masuk RS : cemas, takut dan rasa bersalah

pemahaman anak tentang penyakit dan rawat inap.


- Perasaan anak takut dan sedih karena berpisah dengan teman-temannya.

D.

Kebutuhan sehari-hari 1. Nutrisi

No. 1. 2. 3. Selera makan Menu makan

Kondisi Baik

Sebelum sakit Cukup

Saat dikaji

Nasi, sayur, ikan 3 x sehari

Bubur, nasi, ikan, sayur 3 x sehari

Frekuensi/waktu makan

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Banyaknya makanan yang dimakan Cara makan/alat yang digunakan Makanan yang disukai Makanan pantangan Pembatasan pola makan Ritual saat makan

1 porsi (2 sendok nasi) Oral/piring, sendok, gelas Semua jenis makanan Tidak ada Tidak ada berdoa

1 porsi (1 sendok nasi) Oral/piring, sendok, gelas Semua jenis makanan Tidak ada Tidak ada Berdoa

2. Cairan No. 1. 2. Kondisi Jenis minuman Frekuensi minuman Sebelum sakit Susu, air putih Susu 200 ml/hari, air putih 6 gelas, per gelas 200 ml; 1400 ml/hari Saat dikaji Susu, air putih Susu 200 ml/hari, air putih 6 gelas, per gelas 200 ml; 1400 ml/hari

3. Eliminasi No. Kondisi Sebelum sakit BAK 1. 2. 3. Frekuensi Banyaknya Warna 4 x sehari 200 ml/hari kuning 3 - 4 x sehari 200 ml/hari kuning Saat dikaji

4.

Bau

khas BAB

khas

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tempat pembuangan Frekuensi Warna/Bau Lendir/Darah Konsistensi Kesulitan Obat pencahar

WC 2 x sehari Kuning kecoklatan Tidak ada lendir/darah Padat lembek Tidak ada kesulitan Tidak mengunakan obat pencahar

WC 1 x dalam 2 hari Kuning kecoklatan Tidak ada lendir/darah Padat lembek Tidak ada kesulitan Tidak menggunakan obat pencahar

4. Personal hygiene

No. 1.

Kondisi Mandi : - Cara - Frekuensi - Alat mandi

Sebelum sakit Menggosok badan dengan busa. 2 x sehari Sabun, gayung, ember Menggaruk 2 x sehari Digunting 1 x dalam 2 minggu Digosok 2 x sehari

Saat dikaji Mengelap badan 1x sehari, di pagi hari waslap

2.

Cuci rambut: - Cara i Frekuens

3.

Gunting kuku: - Cara - Frekuensi

Digunting 1 kali seminggu Digosok 2 x sehari

4.

Gosok gigi: - Cara - Frekuensi

E.

Pemeriksaan fisik (07-07-2011) KU Kesadaran TTV : tampak sakit : compos mentis : TD : 110/80mmHg N R : 81x/m : 24x/m

SB : 36,1C TB : 146 cm BB : 42 Kg

Head to toe

Kepala dan wajah

: warna rambut hitam,penyebaran merata, tidak mudah rontok. Kepala simetris, bentuk kepala bulat,rambut tidak berketombe, tidak berbau tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan. : pergerakan wajah tidak kaku, ekspresi rileks, dan tidak ada tremor. : ada kelopak mata,warna merah muda, tidak ada oedem, sclera putih, conjungtiva tidak anemis, pupil isokor. : bentuk simetris,lembab ,daun telinga tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik. : bibir simetris, lembab, tidak ada lesi, warna merah. : warna merah muda, beslag putih, tekstur kasar. : warna merah muda. : T1-T1. : tidak ada benjolan/pembesaran kelenjar tiroid.

Wajah Mata Telinga Mulut Lidah Palatum Tonsilar Leher

Thorax dan Paru-paru: irama pernafasan tidak teratur, jenis pernafasan thoracalabdominal, tidak ada nyeri tekan bunyi suara nafas normal ronchi -/-, wheesing -/-. Jantung Abdomen : tidak ada bising, bilik jantung kiri dan kana S1=S1. normal

: jaringan parut tidak ada, lesi tidak ada, letak umbilikus memusat, tidak ada nyeri, tidak ada massa, hepar tidak teraba, limpa tidak teraba perkusi bunyi tympani, bising usus 2x/menit (normal). : vagina,anus tidak ada hemoroid,tidak ada lecet.

Genitalia - Ekstremitas Ekstremitas atas Ekstremitas bawah

: simetris, kekuatan pada setiap sendi : normal,tidak ada oedem. : simetris, kekuatan sendi : normal. : tidak sianosis, tidak nyeri.

Kuku

F.

Pemeriksaan penunjang Tanggal 02 Juli 2011 Pemeriksaan HCT HB Eritrosit Leukosit Trombosit Hasil 34,8 11,8 4,32 4500 173.000 Nilai Normal 37-45 12-16 4,25-5,40 4000-10000 158-450 Satuan % /DL Juta/l /l Ribu/l

Tanggal 05 Juni 2011

Pemeriksaan HCT HB Eritrosit Leukosit Trombosit

Hasil 35,1 11,9 4,36 4500 194.000

Nilai Normal 37-45 12-16 4,25-5,40 4000-10000 158-450

Satuan % /DL Juta/ /l Ribu/l

G.

Therapy

- Dexametason 3 x tab - Paracetamol 3 x 500 mg (jika perlu)

- Sporetik 2 x 100 mg tab - Ambroksol 3 x 1 tab

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An C.T DENGAN DIAGNOSA DHF DI IRINA E BAWAH RSU PROF Dr . R . D . KANDOU MANADO

Di susun oleh: Kelompok VI Selli Karuh Silvana Maloho Trisilia Raintung Venny Maromon Wahyuni Polihito Zulfikran Mappa Rosana Monareh Rudolfo Kaseke Sartika Tarpin Sulviana Tolu Surti Handayani Yesreel Mokodaser Yohan Mangli

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO JURUSAN KEPERAWATAN 2011

S-ar putea să vă placă și