Sunteți pe pagina 1din 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.N DENGAN DYISPEPSIA DI RUANG II INSTALASI RAWAT INAP DI RS Dr.

REKSODIWIRYO PADANG

OLEH : MIFTAHURRAHMI ASMA 0810038105118

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Preklinik KMB tentang pembuatan Laporan ini dengan judul DYSPEPSIA. Sehingga Laporan Pendahuluan ini dapat dimanfaatkan oleh pembaca. Selama proses penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan masukkan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Khairul Andre S.kep, seterusnya kepada kepala ruangan II buk Des dan CI kak dona dan kaka-kakak di ruang II yang telah banyak mengajarkan berbagai hal tindakan. Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penyususnannya, untuk itu penulis mengharapkan saran atau masukan demi kesempurnaan Loran Pendahuluan ini agar bermanfaat bagi pembaca.

Padang,

Januari 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan keluhan yang dirasakan seseorang berupa rasa nyeri pada ulu hati atau rasa tidak enak di perut bagian atas. Perasaan tidak nyaman ini juga bisa dirasakan seseorang dalam bentuk rasa penuh di perut bagian atas, cepat merasa kenyang, adanya rasa terbakar, kembung, bersendawa, mual, dan muntah-muntah yang bersifat akut, berulang maupun kronis. Walaupun jarang terjadi, dispepsia bisa merupakan tanda adanya masalah serius, contohnya penyakit borok pada lambung yang parah ataupun kanker lambung, sehingga harus diatasi dengan serius. Dispepsia fungsional, kejadiannya 70-80% dari kasus-kasus dyspepsia sedangkan Dispepsia organik (ada kelainan organik saluran cerna atas).Kelainan pada organ tersebut bisa disebabkan penggunaan obatobatan seperti steroid, anti rematik, proses peradangan kronik kuman helicobacter pylori, tukak peptic, kanker lambung.

B. Tujuan a. Umum Mahasiswa dapat mengaplikasikan keperawatan medikal bedah pada klien dengan gangguan berbagai system. b. Khusus     Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi, dan komplikasi dispepsia. Untuk mengetahui pengkajian yang perlu dilakukan pada pasien dengan dispepsia. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan dispepsia Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat diterapkan pada pasien dengan dyspepsia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang jelek. Per definisi dikatakan bahwa dispesia adalah ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia . Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Dispepsia terbagi atas dua yaitu: a. Dispepsia organic bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya: dispepdia organik jika keluhan yang timbul disebabkan karena kelainan organ tubuh,seperti tukak lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dansebagainya. Selain itu, obat-obatan rematik, beberapa antibiotik, penyakit diabetesmelitus, dan penyakit jantung juga dapat menimbulkan dispepdia organik. Dispepsia organik adalah keluhan yang timbul disebabkan adanya kelainan pada organ tubuh terutama kelainan pada organ-organ didalam rongga perut seperti tukak pada lambung, usus dua belas jari, peradangan pada pankreas, peradangan pada empedu, infeksi tipus pada perut yang berulang, infeksi oleh malaria, infeksi virus hepatitis, kanker pada lambung dan infeksi kuman-kuman lain yang disebabkan oleh kuman Helycobacter pylori yang hidup dilambung manusia menyebabkan terjadinya tukak lambung atau tukak pada usus dua belas jari.

b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal. Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara. Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah (biasanya konsistensi makanannya cair). Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau minuman yang sudah dikarbonasi. Dispepdia fungsional berupa keluhan dispepdia yang telah berlangsung beberapa minggu tanpa didapat kelainan atau gangguan struktural organ tubuh berdasarkan pemeriksaanklinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi. Namun dalam kenyataan, sering ditemukannya dispepdia tanpa kelainan sistematik yang mendasarinya (dispepdia fungsional). Untuk memudahkan observasi dan penatalaksanaan dispepdia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Dispepdia mirip ulkus (luka/ tukak), gejala utamanya adalah nyeri pada ulu hati. 2. Dispepdia mirip dismotilitas, gejala utamanya adalah kembung, mual, dan cepat sekalimerasa kenyang. 3. Dispepdia non spesifik, gejala utamanya tidak jelas masuk ke dalam kelompok pertama dan kedua.

2.

Etiologi a. Perubahan pola makan b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama c. Alkohol dan nikotin rokok d. Stres e. Tumor atau kanker saluran pencernaan

tanda bahaya dyspepsia


y y y y y y

Kesulitan menelan (disphagia) Perdarahan saluran cerna atas. Muntah / nyeri hebat Anemia (HB < 10 mg%) Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas Tidak ada respons terhadap pengobatan

3. Patofisiologi Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

4.

Manifestasi Klinik a. nyeri perut (abdominal discomfort) b. Rasa perih di ulu hati c. Mual, kadang-kadang sampai muntah d. Nafsu makan berkurang e. Rasa lekas kenyang f. Perut kembung g. Rasa panas di dada dan perut h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

5. Penatalaksanaan Medik a. Penatalaksanaan non farmakologis 1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung 2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang

berlebihan, nikotin rokok, dan stres 3) Atur pola makan Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung. b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu: Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena proses patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

7. Pemeriksaan penunjang Test Diagnostik Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain. a. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal. b. Radiologis Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda. c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik. d. USG (ultrasonografi) Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan e. Waktu Pengosongan Lambung Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 40 % kasus.

8. Komplikasi Komplikasi dari dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam ataumelebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung, dankanker lambung.

9. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data umum / identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status,alamat dll b. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien adanya rasa nyeri perut, rasa pedih di hulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang,perut kemung, rasa panas didada dan perut dll. c. Riwayat kesehatan y Riwayat kesehata dahulu : ada atau tidaknya pasien mengalami penyakit seperti hipertensi, ginjal, anoreksia, dll y Riwayat kesehatan sekarang : adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). y Riwayat kesehatan keluarga: ada atau tidaknya

d. Periksaan fisik y y y y y y y y y y y y 10.Diagnosa a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung. b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia. c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya 11. Intervensi a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung. Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 10) 2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler 3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung Ttv: td, nadi, pernafasan , suhu Rambut dan kepala :bentuk rambut, bentuk kulit kepala Mata : penglihatan, konjungtiva, pupil Hidung : polip, keadaan hidung Mulut dan gigi :keadaan gigi, lidah, rongga, tonsil Telinga :bentuk, keadaan pendengaran Leher Dada/torax: bentuk, paru-paru, jantung Abdomen Kulit : turgor Ektremitas atas dan bawah Personal hygen

4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya 5. Observasi TTV tiap 24 jam 6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi 7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik Rasional 1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan 2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang 3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik 4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium 5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya 6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol 7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi Intervensi 1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat 2. Timbang BB klien 3. Berikan makanan sedikit tapi sering 4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. 5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai. 6. Monitor intake dan output secara periodik. 7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Rasional 1. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan 2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat

3. meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster 4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan 5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien. 6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan 7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik. Intevensi 1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit 2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat 3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik 4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan 5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV Rasional 1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler 2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit 3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut 4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil 5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektrolit d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

Intervensi 1. Kaji tingkat kecemasan 2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya 3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan 4. Berikan dorongan spiritual Rasional 1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya 2. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan 3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya. 4. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 5. Evaluasi Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

PAM Keperawatan Depkes RI Banjarbaru, Askep pada pasien Gangguan Sistem Pencernaan (Gastritis) 1997. Pusdiknakes, Askep pasien dengan Gangguan Sistem pencernaan Jilid 2 Edisi I, Jakarta 1990. http:www.dyspepsia

BAB III ASKEP TEORITIS

1. PENGKAJIAN A. Data Umum/ Identitas Pasien Nama : Ny.N Umur : 43 tahun Jenis kelamin : perempuan Pekerjaan : IRT Status : kawin Agama : Islam Alamat : S.Geringging (Pariaman) Tgl.masuk RS : 06-01-2012 No.RM : O3-58-91 B. Keluhan Utama pasien mengeluh kepala pusing, sakit kepala,nyeri perut, rasa perih di hulu hati, nafsu makan berkurang dll C. Riwayat Kesehatan y Riwayat kesehatan dahulu : pasien belum pernah mengalami penyakit dispepsia 6 bulan terakhir. y Riwayat kesehatan sekarang : pasien mengeluh sakit kepala, pusing, rasa perih di hulu hati, nafsu mkan berkurang, dan badan terasa lemah. y Riwayat kesehatan keluarga :tidak ada keluarga sebelumnya menderita dispepsia. D. Pemeriksaan Fisik y Tanda- tanda vital  TD :130/90 mmHg  S :36,8 C  N :78x/i  P : 24x/i y Head to toe  rambut : bersih, agak ikal,warna hitam, sedikit beruban   kulit kepala mata : bersih,tidak ada ketobe : penglihatan jelas, konjungtiva anemis, sklera

ikhterik, pupil bulat dan beriaksi terhadap cahaya  hidung : polip tidak ada, hidung bersih,fungsi penciuman baik

telingga hidung bersih

: pendengaran bagus, bentuk simetris, keadaan

   

mulut leher dada abdomen

: mulut agak berbau, gigi sedikit bercaries : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid : bentuk simetris : bentuk datar, tidak terjadi pembesaran dan ada

nyeri ketika ditekan.    y Ekstremitas Punggung Kulit : tidak ada odema : simetris : turgor kulit baik

Kebutuhan fisik,psikologis,social. y aktivitas & Istirahat: - aktifitas sehari-hari diri bangun pagi-pagi - istirahat yang cukup - istirahat malam sekitar 5 jam y Personal hygiene: - pola mandi 2x sehari,gosok gigi kapan mandi - ganti baju 1x sehari y Nutrisi. : pola makan 3x/hari, menu makana berfariasi

terdiri lauk pauk, minum air putih 5-7 gelas/ hari. y Eliminasi : bab 1x/hari dipagi hari dan bak 5-7 kali

2. DIAGNOSA a.Nyeri epigastrium b.d iritasi pada mukosa lambung b.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d rasa tidak enak setelah makan/anoreksia c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah 3. INTERVENSI Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung. Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, KH : terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri Intervensi

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 10) 2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler 3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung 4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya 5. Observasi TTV tiap 24 jam 6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi 7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik Rasional 1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan 2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang 3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik 4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium 5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya 6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol 7. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu KH: menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi Intervensi 1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat 2. Timbang BB klien 3. Berikan makanan sedikit tapi sering 4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. 5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai. 6. Monitor intake dan output secara periodik.

7. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Rasional 1. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan 2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat 3. meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster 4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan 5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien. 6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan 7. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, KH:mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik. Intevensi 1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit 2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat 3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik 4. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan 5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV Rasional 1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler 2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit 3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan

laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut 4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil 5. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektrolit

S-ar putea să vă placă și