Sunteți pe pagina 1din 10

BAYI BARU LAHIR NORMAL A.

Pengertian Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. B. Ciri Ciri Bayi Baru Lahir 1. Berat badan 2500 4000 gram 2. Panjang badan 48 52 cm 3. Lingkar dada 30 38 cm 4. Lingkar kepala 33 35 cm 5. Frekuensi jantung 120 160 kali/menit 6. Pernafasan 60 40 kali/menit 7. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup 8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna 9. Kuku agak panjang dan lemas 10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada 11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik 12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik 13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik 14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan C. Reflek Reflek Fisiologis 1. Mata a. Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial. b. Pupil Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup. c. Glabela Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat. 2. Mulut dan tenggorokan a. Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur. b. Muntah Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup. c. Rooting Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira kira 3 -4 bulan d. Menguap Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup e.Ekstrusi Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan f.Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir 3. Ekstrimitas a. Menggenggam Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari b. Babinski Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi c. Masa tubuh (1). Reflek moro Kejutan atau perubahan tiba tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk C diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah. (2). Startle Suara keras yang tiba tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam (3). Tonik leher Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi. (3). Neck righting Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis (4) Inkurvasi batang tubuh (gallant) Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi. BAYI BARU LAHIR BERMASALAH Bercak mongol, Hemangioma, Ikterik, Muntah dan gomoh, Oral trush, Diaper rash, Seborrhea, Bisulan, Milliariasis, Diare, Obstipasi, Infeksi KELAINAN BAWAAN PADA BAYI BARU LAHIR Labioskiziz dan labiopalatoskiz, Atresia esophagus, Atresia anus d. Hirschprung e. Obstruksi biliaris f. Omfalokel g. Hernia diafragmatika h. Atresia duodeni i. Meningokel.ensefalokel j. Hidrosefalus k. Fimosis l. Hipospadia TRAUMA PADA BAYI BARU LAHIR a. Caput suksedaneum b. Cephal Hematoma c. Trauma pada fleksus brachialis d. Fraktur klavikula dan fraktur humerus NEONATUS RESIKO TINGGI a. BBLR b. Asfiksia neonatorum c. Sindroma gangguan pernapasan d. Kejang e. Hypotermi f. Hipertermi g. Hypoglikemi h. Tetanus neonatorum Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir Normal Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi

oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. Perubahan Sistem Pernafasan. Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi : a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552) Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : a. mengeluarkan cairan dalam paru-paru. b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali. Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah. Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar : a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung. b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah : a. Pada saat tali pusat dipotong. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang. b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat,mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan. Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh. a. Pengaturan Suhu Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. b. Metabolisme Glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini

terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula : # melalui penggunaan asi # mll penggunaan cadangan glukosa # mll penggunaan glukosa & sumber lain terutama lemak c. Perubahan Sistem Gastrointestinal Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin. d. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya : 1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa. 2) Fungsi jaringan saluran nafas. 3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus. 4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme asing. Tujuan pencegahan infeksi : 1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur). 2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan HIV/AIDS). Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui : 1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil). 2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan. Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi : 1. Asepsis atau teknik aseptik Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman. 2. Antisepsis Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya. 3. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh. 4. Mencuci dan membilas Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing

(debu,kotoran) dari kulit atau instrumen. 5. Disinfeksi Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen. 6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi. 7. Sterilisasi Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen. Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan : 1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala). 2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi. 3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar. 4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi. 5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi : 1. Cuci tangan 2. Memakai sarung tangan 3. Memakai perlengkapan pelindung 4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik 5. Memproses alat bekas pakai 6. Menangani peralatan tajam dengan aman 7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir Pengkajian Pertama Pada Bayi Baru Lahir Pengkajian ini dilakukan di kamar bersalin setelah bayi lahir dan setelah dilakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, dan perawatan tali pusat. Bayi ditempatkan di atas tempat tidur yang hangat. Maksud pemeriksaan ini adalah untuk mengenal/menemukan kelainan yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan kelahiran, misalnya; bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus, eklamsia berat dan lain-lain, biasanya akan mengakibatkan kelainan bawaan pada bayi. Oleh karena itu, pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir ini harus segera dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menetapkan keadaan bayi dan untuk menetapkan apakah seorang bayi dapat dirawat gabung atau di tempat khusus. Dengan pemeriksaan pertama ini juga bisa menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya. Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir Untuk mendeteksi kelainan-kelainan. Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan

dan menegakkan diagnosa untuk persalinan yang beresiko tinggi. Pemeriksaan hatrus difokuskan pada anomali kegenital dan masalah-masalah patofisiologi yang dapat mengganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal pada kehidupan extra uteri. Pemeriksaan dilakukan lebih rinci dan dilakukan dalam 24 jam setelah bayi lahir. Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan pada keluarga. Apabila ditemukan kelainan pada bayi maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga, karena apabila keluarga menemukannya kemudian hari, akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi kelainan pada bayinya. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir - Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi; melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosefal, mikrosefali, anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas tangis, warna kulit, kulit kering/mengelupas, vernik caseosa, kelainan kulit karena fravina lahir, toksikum, tanda-tanda metonium, dan sikap bayi tidur. - Langkah kedua, pertugas melakukan pemerikasaan pada kulit. Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer ditampakan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi yang menangis. Yang warnanya sangat gelap bila penutupan gloris mendahului tangisan yang kuat dan oleh sianosis yang tidak berbahaya. - Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat; besar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput suksedanium, hematoma sefaldan karnio tabes. - Pada pemeriksaan telinga dapat mengetahui kelainan daun/bentuk telinga. - Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan sukonjugtiva, mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain. - Mulut dapat menilai apakah bayi; labioskisis, labioynatopalatoskisis, tooth-buds, dan lain-lain. - Leher; hematoma, duktis tirolusus, higromakoli. - Dada; bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi interkostal, sifoid, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru. - Jantung; pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung. - Abdomen; membuncit, (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid (kemungkinan bayi mengalami hernia diafragmatika atau atresia esofagis tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah pembuluh darah tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkang. - Alat kelamin; tanda-tanda hematoma karena letak sungsang, testis belum turun, fisnosis, adanya perdarahan/lendir dari vagina, besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani. - Tulang punggung; spina bifida, pilonidal sinus dan dumple. - Anggota gerak; fokomeria, sindaktili, polidaktili, fraktor, paralisis talipes dan lain-lain. - Keadaan neuramuskular; refleks moro, refleks genggam, refleks rootingdan sebagainya: tonus otot, tremor. - Pemeriksaan lain-lain; mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atrersia ani/obstruksi usus. Urine harus ada juga pada 24 jam. Bila tidak ada harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing. Kepala Janin Dan Ukuran-Ukurannya. Bagian yang paling keras dan besar dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala juga sering mengalami cedera, sehingga dapat membahayakan hidup. Tengkorak bayi mungkin bertumpangan (molded) terutama bila bayi adalah anak pertama dan kepala telah berfiksasi beberapa waktu. Tulang parietal cenderung menumpangi tulang oksipital dan frontal. Garis sutura dan ukuran serta tekanan kontanela anterior dan posterior harus ditentukan secara digital. Kepala janin terdiri dari: a. Bagian muka - Tulang hidung (os nasake)

- Tulang pipi (oszygomaticum) ada dua buah. - Tulang rahang atas (os maxilare) - Tulang rahang bawah (os mandibularis) b. Bagian tengkorak Bagian ini yang terpenting pada persalinan karena biasanya bagian tengkoraklah yang paling depan. Yang membentuk bagian tengkorak adalah: - Tulang dahi (os frontale) 2 buah. - Tulang ubun-ubun (os parletal) 2 buah. - Tulang pelipis (os temporale) 2 buah. - Tulang belakang kepala (os occipidale) 1 buah. Yang penting dalam persalinan yaitu 7 tulang tersebut di atas. Diantara tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak yang disebut sutura, yang mana ini membantu dalam persalinan. Kalau kepala anak tertekan pada waktu kepala bergeser/bergerak di bawah kedua tulang ubun-ubun, ini salah satu tanda untuk mengenal tulang belakang kepala pada pemeriksan dalam. Sutura dan ubun-ubun penting diketahui untuk menetukan presentasi/bagian terendah dari kepala anak dalam jalan lahir. Macam-macam sutura : 1. Sutura Sagitalis (sela panah) antara kedua ossa parletalis. 2. Sutura Coronaria (sela mahkota) antara os frontale dan os parletal. 3. Sutura Lambdoldea antara os occipitale dan kedua ossa parletal. 4. Sutura Frontalis antara os frontale kiri kanan. Ubun-ubun besar (fonticulus mayor) merupakan lubang dalam tulang tengkorak yang berbentuk segi empat dan hanya tertutup oleh selaput. Ubun-ubun besar terdapat pasa pertemuan antara 4 sutura 1. Sutura Sagitalis 1. 2. Sutura Coronaria 2. 3. Sutura Frontale 1. Bentuknya: sudut depan yang runcing menunjukan bagian muka anak. Susut belakang adalah tumpul. Ubun-ubun kecil (frontikulus minor) Ubun-ubun kecil terdiri dari 3 sutura: - Sutura Lambdoldea 2 buah. - Sutura Sagitalis 1 buah. Tulang ubun-ubun ini baru akan tertutup nanti pada anak usia 1,5 2 tahun. Ukuran-ukuran kepala bayi a. Ukuran muka belakang 1. Diameter sub occipitalus-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar 29,5 cm. 2. Diameter sub occipito frontalis: (dari foramen magnum ke pangkal hidung) 11 cm. 3. Diameter fronto occipitalis (dar pangkal hidung ke titik yang terjadi pada belakang kepala. 12 cm. 4. Diameter mento occipitalis (dari dagu ke titik yang terjauh pada belakang kepala). 13,5 bertugas. 5. Diameter sub mento bragmatika (dari bawah dagu ke ubun-ubun besar) 9 cm. b. Ukuran lingkaran 1. Circumferentia sub occiput bregmatika. (lingkaran kecil kepala) 31 cm. 2. Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34 cm. 3. Circumferentia mento occipitalis (lingkaran besar kepala). 35 cm. UNICEF menyatakan, terdapat 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru, yang juga dikeluarkan oleh Journal Paediatrics ini, bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia maupun di dunia sebenarnya dapat diminimalisir dengan salah satunya melakukan rawat gabung.

Infeksi pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang sangat sulit untuk diobati. Angka kematian akibat infeksi di Indonesia yang tertinggi, khususnya infeksi pada neonatus masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta, khususnya di RSCM infeksi nosokomial merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal. Ada bermacam cara yang mampu kita upayakan untuk pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, salah satunya dengan melakukan Rawat gabung (rooming in), walaupun fungsi rawat gabung tidak terbatas pada pencegahan infeksi semata. Untuk persalinan di rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktek bahwa pada saat kunjungan bayi ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminasi dari pengunjung. Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat melihat bayi. Meskipun selama ini masih banyak rumah sakit yang menerapkan ruangan khusus untuk bayi terpisah dari ibunya, riset terakhir menunjukkan bahwa jika tidak ada masalah medis maka tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dari bayinya. Bahkan makin seringnya ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi (skin to skin contact) akan membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi Air Susu Ibu (ASI). Karena itu pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun sang bayi menginginkannya. Semua kondisi tersebut akan membantu kelancaran dari produksi ASI. Rawat gabung (rooming in) ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan suatu hal yang baru. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu ruangan (rawat gabung) difungsikan kembali. Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi. Rawat gabung merupakan lanjutan dari early ambulation dimana memungkinan ibu memelihara anaknya.Untuk persalinan di rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktik bahwa pada saat kunjungan bayi ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminasi dengan pengunjung. Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat melihat bayi. Akan tetapi pada beberapa rumah sakit, bayi yang dirawat gabung, bayinya diletakan dalam box bayi yang mana box bayinya diletakan di kaki ranjang ibunya. hal ini menyulitkan ibu untuk menjangkau dan merespon bayinya. akan lebih membantu ibu apabila bayi diletakan disamping ranjang ibunya. atau apabila tidak mencukupi, bayi dapat dirawat bersama-sama ibunya dalam satu ranjang, ini biasanya disebut bedding in. Satu tempat tidur ini memberikan keuntungan khusus untuk menyusui, karena lebih memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui. bayi dapat menyusu di malam hari atau kapan saja saat ibunya tidur tanpa mengganggunya. ranjang gabung juga membantu mengatasi masalah kekurangnya ruang di bangsal untuk menampung tempat tidur bayi. 2.1 Definisi Rawat gabung atau rooming in adalah suatu sistem perawatan dimana ibu dan bayi dirawat dalam satu unit. Di Indonesia, persalinan 80% terjadi di rumah dan bayinya langsung dirawat gabung. Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang. 2.2 Tujuan Rawat Gabung 1. Bantuan emosional Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan, ibu akan sangat bahagia bila dekat dengan bayinya. Ibu dapat membelai-belai bayi, mendengar tangis bayi, mencium-cium, dan memperhatikan bayinya yang tidur di sampingnya. Hubungan kedua makhluk ini sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh

kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan, dan kasih saying ibu (bonding effect). 2. Penggunaan air susu ibu ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari-hari pertama dan adsorpsi usus juga sangat terbatas. 3. Pencegahan infeksi Pada tempat perawatan bayi dimana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibodi dari ibu. Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yamg tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama pada diare. 4. Pendidikan kesehatan Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Ibu memerlukan pendidikan kesehatan terutama mengenai teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali pusat, perawatan payudara, dan nasehat makanan yang baik. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi, dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan. 2.3 Manfaat Rawat Gabung 1. Aspek Psikologis Dengan rawat gabung, antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding). Rasa aman, kasih sayang, dan percaya pada orang lain (basic trust) merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. 2. Aspek Fisiologis Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan reflek prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan reflex oksitosin yang membantu pengeluaran ASI mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI ekslusif dapat juga dipergunakan sebagai metode Keluarga Berencana, asal memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara eksklusif. 3. Aspek Fisik Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan demikian, ASI cepat keluar karena dapat rangsangan dari isapan bayi. 4. Aspek Ekonomi Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran penggeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat. 5. Aspek Edukatif Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang di anggap tidak wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga. 6. Aspek Medis Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di samping itu, kolostrum yang

banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi 2.4 Syarat Rawat Gabung 1. Lahir spontan dengan presentasi kepala. 2. Berat badan bayi saat lahir 2500 - 4000 gram. 3. Umur kehamilan 36 - 42 minggu. 4. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal 7). 5. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum. 6. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dan sebagainya. 7. Bayi yang lahir dengan sektio sesarea dengan anestesia umum, rawat gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak mengantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus. 8. Ibu dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. 2.5 Kontra Indikasi Rawat Gabung a. Pihak Ibu a) Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik Pasien penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. b) Eklampsia dan preeklampsia berat Keadaan ibu yang tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sementara sehingga ibu belum sadar betul.Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. c) Penyakit infeksi akut dan aktif Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkolosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak. d) Karsinoma payudara Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASI-nya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma yang terminum si bayi. e) Psikosis Penderita psikosis tidak dapat dikontrol keadaan jiwanya. Meskipun pada dasarnya ibu saying pada bayinya, tetapi ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayinya. b. Pihak Bayi a) Bayi kejang Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi yang tidak memungkinkan untuk disusui karena ditakutkan adanya bahaya aspirasi saat disusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk disusui oleh ibunya. b) Bayi yang sakit berat Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tertentu tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung. c) Bayi yang memerlukan observasi ketat atau terapi khusus Selama observasi, rawat gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik bayi boleh dirawat gabung kembali. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung. d) Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah) Refleks menghisap dan reflex lain pada bayi kondisi seperti ini belum baik sehingga tidak mungkin menyusus dan dirawat gabung.

e) Cacat bawaan Diperlukan persiapan mental ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioschisis, palatischisis, bahkan labiopalatoschisis masih memungkinkan untuk disusui, tetapi dengan menggunakan sonde agar tidak aspirasi. f) Kelainan metabolic dimana bayi tidak dapat menerima ASI 2.6 Pelaksanaan Rawat Gabung 1. Di Poliklinik Kebidanan a. Memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat gabung. b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas, perawatan bayi, dan lain lain. c. Mendemonstrasikan pemutaran film, slide mengenai cara cara merawat payudara,memandikan bayi, merawat tali pusat, Keluarga Berencana, dan sebagainya. d. Mengadakan ceramah, tanya jawab dan motivasi Keluarga Berencana. e. Menyelenggarakan senam hamil dan nifas. f. Membantu ibu ibu yang mempunyai masalah masalah dalam hal kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kemampuan. g. Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas, hambatan dan lain lain. 2. Di Kamar Bersalin a. Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabug dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa. b. Kriteria yang diambil sebagai syarat untuk dirawat bersama ibunya adalah : 1) Nilai APGAR lebih dari 7. 2) Berat badan lebih dari 2500 gr, kurang dari 4000 gr. 3) Kehamilan lebih dari 36 minggu, kurang dari 42 minggu. 4) Lahir spontan, presentasi kepala. 5) Tanpa infeksi intrapartum. 6) Ibu sehat. c. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk meragsang pengeluaran ASI. d. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung terutama bagi yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik. e. Mengisi status P3-ASI secara lengkap dan benar. f. Catat pada lembaran pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi disusukan kepada ibunya. g. Persiapan agar bayi dan ibunya dapat bersama sama ke ruangan. 3. Di Ruangan Perawatan. a. Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan di samping tempat tidur ibu. b. Waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain. c. Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan keadaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga. d. Bayi boleh menyusu sewaktu bayi menginginkan. e. Bayi tidak boleh diberi susu dari botol. f. Bila ASI masih kurang, boleh ditambahkan air putih atau susu foemula dengan sendok. g. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat payudaranya. h. Keadaan bayi sehari hari dicatat dalam status P3 ASI.

i. Bila bayi sakit atau perlu diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang perawatan bayi baru lahir. j. Bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui. k. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian. l. Status P3 ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow up. 4. Di Ruang Follow Up a. Pemeriksaan di ruang follow up meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI. b. Aktivitas di ruang follow up meliputi : 1) Menimbang berat bayi. 2) Anamnesis makanan bayi dan keluhan yang timbul. 3) Mengecek keadaan ASI. 4) Memberi nasihat mengeni makanan bayi, cara menyusukan bayi dan makanan ibu yang menyusukan. 5) Memberikan peraturan makanan bayi. 6) Pemeriksaan bayi oleh dokter anak. 7) Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter. 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung 1. Peranan sosial budaya Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan Barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat. Memberi susu formula dianggap modern karena memberi ibu kedudukan yang sama dengan dengan ibu-ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendornya payudara menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya. Bagi ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, sebagai wanita karir atau isteri seorang pejabat yang selalu dituntun mendampingi kegiatan suami, hal ini dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI. Iklan menarik melalui media massa serta pemasaran susu formula dapat mempengaruhi ibu untuk enggan memberikan ASI nya. Apalagi iklan yang menyesatkan seolah-olah dengan teknologi yang supercanggih dapat membuat susu formula sebaik dan semutu susu ibu, atau bahkan lebih baik daripada susu ibu. Adanya kandungan suatu nutrien yang lebih tinggi dalam susu formula dibanding dalam ASI bukan jaminan bahwa susu tersebut sebaik susu ibu apalagi lebih baik. Komposisi nutrien yang seimbang dan adanya zat antibodi spesifik dalam ASI menjamin ASI tetap lebih unggul dibanding susu formula. 2. Faktor ekonomi Seperti disebutkan di atas, beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. Bagi wanita karir, hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status, prestise, atau memang dirinya dibutuhkan. 3. Peranan tatalaksana rumah sakit / rumah bersalin Tatalaksana rumah sakit yang tidak menunjang keberhasilan menyusui harus dihindari, seperti : - Bayi dipuasakan beberapa hari, padahal reflex isap bayi paling kuat adalah pada jam-jam pertama sesudah lahir. Rangsangan payudara dini akan mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI. - Memberikan makanan pre-lakteal, yang membuat hilangnya rasa haus sehingga bayi enggan menetek. - Memisahkan bayi dari ibunya. Tidak adanya sarana rawat gabung menyebabkan ibu tidak dapat menyusui bayinya nir-jadwal.

- Menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusui, dan jika pertambahan berat badan tidak sesuai dengan harapan maka bayi diberi susu formula. Hal ini dapat menimbulkan rasa kuatir pada ibu yang memperngaruhi produksi ASI. - Penggunaan obat-obatan selama proses persalinan, seperti obat penenang, atau preparat ergot, yang dapat menghambat permulaan laktasi. Rasa sakit akibat episiotomi atau robekan jalan lahir dapat mengganggu pemberian ASI. - Pemberian sampel susu formula harus dihilangkan karena akan membuat ibu salah sangka dan menganggap bahwa susu formula sama baik bahkan lebih baik daripada ASI. Dalam hal ini perlu kiranya dibentuk klinik laktasi yang berfungsi sebagai tempat ibu berkonsultasi bila mengalami kesulitan dalam menyusui. Tidak kalah pentingnya ialah sikap dan pengetahuan petugas kesehatan, karena walaupun tatalaksana rumah sakit sudah baik bila sikap dan pengetahuan petugas masih belum optimal maka hasilnya tidak akan memuaskan. 4. Faktor-faktor dalam diri ibu sendiri Beberapa keadaan ibu yang mempengaruhi laktasi adalah : - Keadaan gizi ibu Kebutuhan tambahan kalori dan nutrien diperlukan sejak hamil. Sebagian kalori ditimbun untuk persiapan produksi ASI. Seorang ibu hamil dan menyusui perlu mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang agar kuantitas dan kualitas ASI terpenuhi. Dengan demikian diharapkan bayi dapat tumbuh kembang secara optimal selama 4 bulan pertama hanya dengan ASI (menyusui secara eksklusif). - Pengalaman / sikap ibu terhadap menyusui Ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan pengetahuan dan pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui di masa lalu akan mempengaruhi pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. - Keadaan emosi Gangguan emosional, kecemasan, stres fisik dan psikis akan mempengaruhi produksii ASI. Seorang ibu yang masih harus menyelesaikan kuliah, ujian, dsb., tidak jarang mengalami ASI nya tidak dapat keluar. - Keadaan payudara Besar kecil dan bentuk payudara tidak mempengaruhi produksi ASI. Produksi ASI lebih banyak ditentukan oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan puting dan faktor emosi. Sehubungan dengan payudara, yang penting mendapat perhatian adalah keadaan puting. Puting harus disiapkan agar lentur dan menjulur, sehingga mudah ditangkap oleh mulut bayi. Dengan puting yang baik, puting tidak mudah lecet, refleks mengisap menjadi lebih baik, dan produksi ASI menjadi lebih baik juga. - Peran masyarakat dan pemerintah Keberhasilan laktasi merupakan proses belajar-mengajar. Diperlukan kelompok dalam masyarakat di luar petugas kesehatann yang secara sukarela memberikan bimbingan untuk peningkatan penggunaan ASI. Kelompok ini dapat diberi nama Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI), yang dapat memanfaatkan kegiatan posyandu dengan membuat semacam pojok ASI. 5. Kebijakan-kebijakan pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI a. Inpres no.14 / 1975 Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan bahwa salah satu program dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan penggunaan ASI. b. Permenkes no.240 / 1985 Melarang produsen susu formula untuk mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan

kesan bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya daripada ASI. c. Permenkes no.76 / 1975 Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM) untuk mencantumkan pada label produknya bahwa SKM tidak cocok untuk bayi, dengan warna tulisan merah dan cukup mencolok. d. Melarang promosi susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI di semua sarana pelayanan kesehatan. e. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun. f. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta. g. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas. h. Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara nasional pada peringatan Hari Ibu ke-62 (22 Desember 1990). i. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusui di semua rumah sakit, rumah bersalin dan puskesmas dengan tempat tidur. 2.8 Kesulitan Rawat Gabung 1. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih takut menerima rawat gabung. 2. Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yang maksimal. 3. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaan-keadaan dimana ASI sangat sedikit, yaitu ibu yang mengalami tindakan operatif dan belum pulih kesadarannya. 2.9 Metode Kanguru (Kangaroo Care) Bayi yang lahir prematur, si bayi digendong lekat ke dada layaknya induk kanguru memasukkan anaknya ke dalam kantung. Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan bayi prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu. Dengan begini maka si bayi mendapatkan peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Metode kanguru ini tidak hanya dapat membuat bayi prematur jadi mudah beradaptasi dengan dunia luar, tetapi juga bermanfaat bagi si ibu yang sedang memproduksi ASI. Beberapa manfaat lainnya antara lain adalah meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak, menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, serta pernafasan bayi. Belum lagi juga metode ala binatang khas Australia ini juga dapat memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi, termasuk mengurangi lama menangis si bayi. Selain itu juga karena dapat mempersingkat masa rawat di rumah sakit, maka resiko terinfeksi selama rawat inap di rumah sakit pun berkurang. Untuk metode kanguru, seorang bayi juga harus memiliki kriteria tertentu, karena tidak semua bayi prematur dengan berat badan kurang. Metode ini biasanya dilakukan pada bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2000 gram. Selain itu juga si bayi tidak mempunyai kelainan ataupun penyakit bawaan. Perkembangan bayi selama dalam inkubator pun harus memiliki catatan yang baik, dengan refleks dan koordinasi isap yang tidak bermasalah.

Tabel 2.1 Langkah Langkah Pelaksanaan Teknik Kanguru Langkah Langkah Bungkus buah hati Anda dengan pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu. Taruh ia di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak. Bisa juga bila ibu mengenakan baju yang longgar, lalu posisikan si bayi di antara belahan payudara. Tangkupkan baju dan ikatkan selendang agar bayi tidak jatuh dan nyaman posisinya (tidak melorot). Dapat juga digunakan handuk ataupun kain gendongan yang lebar untuk menyokong tubuh bayi agar menempel erat di dada ibu. Ini akan membuat ibu juga dapat beraktivitas dengan bebas. Pada waktu tidur, ibu dapat memposisikan diri setengah duduk, bisa juga dengan meletakkan bantal di belakang punggung. Jika ibu lelah, metode kanguru ini juga bisa digantikan oleh orang lain, asal terlebih dulu diajari posisinya untuk menghindari bayi salah posisi. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia dapat diminimalisir salah satunya dengan melaksanakan rawat gabung (rooming in), bahkan infeksi nosokomial pada penatalaksanaan rawat gabung dapat kita tekan. Rawat gabung (rooming in) adalah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan yang lebih penting lagi, ibu memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit. Pada rawat gabung inisiasi dini dan pemberian ASI eksklusif adalah hal yang perlu dimengerti setiap ibu. Disamping manfaat ragam nutrisi yang dimiliki, ASI diminati karena praktis dan mudah diberikan pada si kecil, bahkan proses menyusui seringkali dijadikan momen untuk meningkatkan kedekatan hubungan emosi antara ibu dan buah hati. Selain beberapa alasan yang telah disampaikan sebelumnya, berdasarkan hasil sejumlah penelitian terhadap komposisi ASI, ditemukan bahwa di dalam ASI terdapat bakteri, terutama dari kelompok Bifidobakteria dan Laktobasili yang merupakan kelompok bakteri yang menguntungkan. Hal baru yang mungkin masih kurang dipahami oleh ibu-ibu di Indonesia adalah Metode Kanguru (Kangaroo Care), dimana bayi digendong lekat ke dada layaknya induk kanguru memasukkan anaknya ke dalam kantung bayi bagi bayi prematur. Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan bayi prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu. Dengan begini maka si bayi mendapatkan peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Pemberian makanan pralakteal pada bayi seharusnya dihindari, tetapi hal yang menjadi titik pengetahuan ibu adalah bagaimana inisiasi dini dan kangaroo care dilakukan, bagaimana teknik menyusui serta cara meningkatkan produksi ASI dan yang paling penting adalah bagaimana meningkatkan kesadaran untuk mau memberikan ASI kepada bayinya. Dengan demikian kita bisa ikut andil dalam pencanangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pekan ASI sedunia, untuk menyelamatkan 1 juta bayi. Lebih dari 10 juta anak-anak di dunia ini meninggal sebelum menginjak usia 3 tahun yang pada umumnya disebabkan oleh penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah. RENCANA ASUHAN BAYI 2 6 HARI Pada hari ke 2 6 setelah persalinan ada hal hal yang perlu diperhatikan pada bayi , yaitu : 1. Minum Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( Jika payudara penuh ) atau kebutuhan bayi setiap 2 3 jam ( paling

sedikit setiap 4 Jam ), bergantian antara payudara kiri dan kanan. 2. BAB Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu feses bayi bisa bergumpal gumpal seperti jelly, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta/krem, berbiji dan bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang mengkonsumsi susu formula kadang suka bebelan (susah b a b) sedangkan yang mendapat ASI tidak. Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu tercampur bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normalnormal saja karena sistem pencernaanya memang belum sempurna. Tettap susui bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah atau keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah pada bayi rujuk. Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu karena frekuensi b a b bayi tidak sama dengan orang dewasa, padahal frekuensi b a b pada setiap bayi berbeda, bahkan bayi yang sama pun frekuensi b a b nya akan berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa lebih dari 5 kali atau 6 kali, tidak masalah selama pertumbuhannya bagus. Bayi yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak b a b selama 2 sampai 4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak lendir atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan bert badan bayi. Jadi yang penting lihat pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3 hari belum b a b, dan bayinya anteng anteng saja mungkin memang belum waktunya b a b. Bayi yang pencernaannya normala akan b a b pada 24 jam pertama setelah lahir. B a b pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari sel sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam kanadungan. B a b pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya normal atau tidak. Frekuensi bab yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai nila warnanya putih atau disertai darah. Menurut Dr Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna-warna feses bayi dapat dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tsb. Warna feses kuning Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangan dipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih cerah dan cenderung cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan ASI penuh., dari foremilk (ASI depan) sampai hindmilk (ASI belakang). Warna kuning timbul dari Proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan beberapa waktu dalam kandung e mpedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan

berkontraksi(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwarna lebih gelap, seperti kuning tua, agak coklat, coklat tua, kuning kecoklatan atau coklat kehijauan. Warna feses hijau Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus muncul. Ini berarti cara ibu memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk nya tidak. Kasus ini umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah. Didalam payudara, ibu memiliki ASI depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu menghisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan ASI belakang (hindmilk) akan terhisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. Lemak ini yang membuat feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya mengandung sedikit lemak dan banyak gula, kadangkadang terjadi perubahan pada proses pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik). Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning, bergantian, ini berarti bayi mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit. Ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus. Sayangnya disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula. Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk anak sudah terlanjur diberi susu formula hingga kenyang.Akhirnya bayi hanya mendapat foremillk saja. Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif. Perbaiki penatalaksanaan pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk. Kiatnya : susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI habis baru pindah ke payudara berikutnya. Warna feses merah Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai. Namun bidan harus melihat apakah merah itu disebabkan dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat menghisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi tinggal di test saja, asalnya dari mana dari darah ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinnanya hanya dua, yaitu Alergi susu formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, dua-duanya butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler, karena makanan bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor. Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan. Warna feses kuning pucat atau keabu-abuan Waspada !!!....baik yang encer maupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran empedu. Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga haruas dibawa ke dokter. Yang sering terjadi ibu terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa apakan lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang masih merupakan tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.

3. BAK Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7 10 x sehari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus diganti popoknya. 4. Tidur Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat dan pastikan bayi tidak terlalu panas atau dingin. Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan lahan akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang hari. Keluhan gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima jam tidur bayi. Dikatakan bahwa orang tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5 bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga orang tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah tidudrpun semakin berkurang, kira2 3 kali dan terus berlkurang hingga 2 kali pada usia 6 12 bulan. Menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur berkisar antara 12 14 jam. Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur dan siang hari adalah waktu untuk bangun. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya bermaiin hanya disiang hari saja, tidak di malam hari. Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. Letakkan bayi di tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau di ruangan lain. Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakan lampu tidur yang redup Ketika bayi terbangun, ajari untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu, tenangkan dengan kata kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur, jika menangis lagi, biarkan dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan seterusnya hingga 15 menit, malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit yaitu 10 menit, 15 dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan waktu hingga 2-3 malam. Jika gagal henetikan dulu prosedur ini dan coba lagi setelah 1 bulancara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Bostons Children Hospital). Pastikan bayi tidur dengan aman : v Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprei atau alas dengan cermat agar tidak mudah lepas v Jangan merokok disekitar bayi v Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam membuntal bayi ketika tidur. v Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika terlalu sering tidur terlentang, tengkurapkan bayi saat bangun dan ada yang mengawasi. Atau ubah sesekali posisi kepala saat bayi tidur terlentang. 2. Kebersihan kulit Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. 3. Keamanan Jangan sekali kali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi. 4.Tanda tanda bahaya Sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir. Bila bayi tersebut menangis/ bernafas (terlihat dari pergerakan dada paling sedikit

30 kali per menit), biarkan bayi tersebut dengan ibunya. Bila bayi tersebut tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segeralah cari bantuan, dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut. Penanganan ; persiapkan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, perdarahan persalinan lama atau macet, persalinan dini atau infeksi. Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut 1. Keringkan bayi dengan dengan selimut atau handuk yang hangat. 2. Gosoklah punggung bayi tersebut dengan lembut, Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik mulai resusitasi, Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali per menit), berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs. Tanda-Tanda Bahaya Dibagi menjadi Dua: 1.Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas tambahan. Letargi bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan. Warna abnormal-kulit/ bibir biru (sianosis) atau bayi sanagt kuning. Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia). Tanda atau prilaku abnormal atau ttidak biasa. Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau brdarah/ lender. Mata benggkak atau mengeluarkan cairan. 2.Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir. Pernafasan- sulit atau lebih dari 60 kali permenit. Kehangatan terlalu panas ( > 38 c atau terlalu dingin < 36c) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar. Pemberian makan, hisapan lemah , mengantuk berlebihan, banyak muntah. Tali pusat merah, bengkak,keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit. Tinja / kamih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja. Aktivitas- menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus. A. PENANGANAN Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengambil popok dan selimut sesuai denagn keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin ( dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan kedalam mulut bayi harus bersih. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering. Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu. Jaga keamanan bayi terhadap traumadan penyakit atau infeksi. Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik. Penyuluhan sebelum bayi pulang Perawatan tali pusat Pemberian ASI Jaga Kehangatan Bayi

Tanda tanda bahaya Imunisasi Perawatan harian atau rutin Pencegahan infeksi dan kecelakaan.

S-ar putea să vă placă și