Sunteți pe pagina 1din 28

Referat Kepaniteraan Ilmu Penyakit Anak Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok

MENINGOENSEFALITIS
Pembimbing:

Dr. Sonny K. Yuliarso Sp.A


Presentan:

Selena Christy

Pendahuluan

Meningitis adalah inflamasi pada jaringan meningen yang melapisi jaringan otak dan medulla spinalis yang seringkali disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus atau jamur), atau disebabkan oleh iritasi bahan kimia, perdarahan subaraknoid, keganasan atau kondisi lainnya (WHO)
www.who.int/topics/meningitis/en

Pendahuluan

Ensefalitis virus adalah inflamasi dari jaringan otak yang disebabkan oleh sejumlah virus. Gejala berupa demam tinggi, sakit kepala, fotofobia, kekakuan pada leher dan punggung, muntah, dan pada beberapa kasus berat terjadi kejang, paralisis dan koma. Bayi, balita dan lansia mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya kasus berat. Menurut WHO, Japanese ensefalitis virus dan Golongan Arbovirus merupakan penyebab terbanyak terjadinya ensefalitis virus.
www.who.int/topics/encephalitis_viral/en

Pendahuluan

Penderita dengan meningoensefalitis dapat menunjukkan kombinasi gejala meningitis dan ensefalitis.

Anatomi

Anatomi

Anatomi

Etiologi

Etiologi

Infeksi TB pada SSP disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosis, bakteri obligat aerob yang secara alamiah reservoirnya manusia Pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah, fokus infeksi primer tersebut akan mudah ruptur dan menyebabkan TB ekstra paru yang dapat menjadi TB milier dan dapat menyerang meningen.

Etiologi

Penyebab Ensefalitis Akut:


Adenovirus: Eastern equine encephalitis, Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, California encephalitis, West Nile encephalitis, Colorado tick fever, Venezuelan equine encephalitis, Japanese encephalitis, Tick-borne encephalitis, Murray Valley encephalitis Enterovirus Herpesvirus: Herpes simplex virus, Epstein-Barr virus, Varicella-zoster virus,Human herpesvirus-6, Human herpesvirus-7 Lain-lain: HIV, Influenza viruses, Lymphocytic choriomeningitis virus, Measles virus (native atau vaccine), Mumps virus (native atau vaccine), Virus rabies, Virus rubella

Etiologi

Penyebab Ensefalitis subakut:


HIV
JC

virus Prion-associated encephalopathies (CreutzfeldtJakob disease, kuru)

Patofisiologi
ISPA, Sinusitis, Mastoiditis, Otitis Media atau Fraktur Tulang kepala Kolonisasi bakteri atau virus

Invasi secara hematogen

Ruang Subaraknoid

Patofisiologi
Bakteri dan Virus penetrasi ke Cairan Serebrospinal (CSS) Penetrasi melalui pleksus Choroideus

CSS berespon kurang baik pada invasi (komplemen rendah dan antibodi sedikit)

Muncul respon inflamasi yang menyebabkan lisisnya dinding bakteri

Zat patogen dibebaskan dalam CSS

Gejala Klinis
MANIFESTASI KLINIS Kesadaran Demam Tanda Rangsang Meningeal MENINGOENSEFALITIS MENINGITIS Compos Mentis sampai Somnolen Hipotermia atau Hiperpireksia Kaku Kuduk (+) Kernig Sign (+) Brudzinski Sign (+) ENSEFALITIS Somnolen sampai Koma Hiperpireksia Tidak ada tanda rangsang meningeal apabila peradangan tidak mencapai meningen.

Kejang Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) Gejala Prodormal (muncul beberapa hari sebelum gejala spesifik)

Ada, kejang umum atau fokal. Muntah, diplopia, sakit kepala, ptosis, ubun-ubun membumbung, bradikardia dengan hipertensi, apneu. Apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, anoreksia. Batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan

Pemeriksaan Penunjang

Pungsi Lumbal Kontraindikasi: ketidakstabilan kardiovaskular atau tanda-tanda tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan CSS rutin: hitung Leukosit, diff. count, protein, glukosa, dan gram stain. CSS harus dikultur untuk mengetahui bakteri, jamur, virus, dan mikobakteri yang menginfeksi. PCR digunakan untuk mendiagnosis enterovirus dan HSV karena lebih sensitif dan lebih cepat dari biakan virus.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang
Pungsi Lumbal
Jenis Infeksi Bakterial meningitis Viral meningitis Hasil Pemeriksaan Pleositosis neutrophilic, kadar protein tinggi, kadar glukosa rendah. Pleositosis limfositik ringan sampai sedang, kadar protein normal atau sedikit lebih tinggi, dan kadar glukosa normal. Pleositosis limfositik, kadar protein meningkat, dan kadar glukosa normal. Peningkatan jumla eritrosit dan protein Peningkatan protein dan rendahnya kadar glukosa.

Encephalitis Infeksi HSV. Infeksi tuberkulosis, infeksi kriptokokus, atau carcinomatosis meningeal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG) dapat mengkonfirmasi komponen ensefalitis. EEG adalah tes definitif dan menunjukkan aktivitas gelombang lambat, walaupun perubahan fokal mungkin ada. Hasil neuroimaging mungkin normal atau dapat menunjukkan pembengkakan otak difus parenkim atau kelainan fokal pada ensefalitis.

Diagnosis Banding

Kejang demam Intracranial abscess Sekuele dari edema otak Infark cerebral Perdarahan cerebral Keganasan

Diagnosis Banding

Penatalaksanaan

Rawat di ICU atau di ruangan biasa dengan pengawasan/observasi ketat. Monitoring: TTV dan cairan. Terapi cairan:
Cairan

rendah natrium:
5-10% : NaCl 0,9% = 3:1

Glukosa

Pantau

kadar elektrolit (magnesium dan kalsium)

Penatalaksanaan

Terapi untuk Meningitis bakterial:


Antibiotik yang digunakan harus dapat menembus sawar darah otak. Contoh: rifampisin, kloramfenikol, dan golongan kuinolon. Pada anak dengan BB 10-20 kg, berikan Benzyl penisilin 8 juta unit/hari. Pada anak dengan BB <10 kg, berikan Benzyl penisilin 4 juta unit/hari. Tambahan dosis ampisilin sebanyak 100-200 mg/kgBB.

Terapi meningitis TB

Berikan prednison 1-2mg/kgBB/hari selama 4 minggu lalu tappering off selama 8 minggu.

Penatalaksanaan

Terapi viral meningitis


Berikan

antiemetik seperti ondansentron dosis 0,1 mg/kgBB maksimal 4 mg/kgBB/12 jam. Terapi antiviral (asiklovir), diberikan secepatnya pada infeksi HSV dosis 10-20 mg/kgBB/8 jam selama 14 hari

Terapi meningitis jamur


Meningitis

akibat kriptokokus diberikan Flukonazol atau amfoterisin B.

Penatalaksanaan

Terapi suportif:
Untuk

kejang:

Diazepam

(0,25-0,5 mg maksimal 25 mg) Lorazepam (0,05-0,1 mg/kgBB maksimal 4 mg)


Untuk

mengontrol kejang:

Fenitoin

(15-20 mg/kgBB/IV maksimal 1 gr) Fenobarbital (10-20 mg/kgBB/IV maksimal 1 gr) Midazolam (0,1-0,2 mg/kgBB/5 menit IV dilanjutkan infus 0,05 mg/kgBB/jam maksimal 0,4 mg/kgBB/jam)

Penatalaksanaan

Terapi suportif:
Untuk

demam:

(10-15mg/kgBB/dosis 4-5 kali sehari) ibuprofen (5-10 mg/kgBB/ dosis 3-4 kali sehari)
parasetamol

Untuk

edema cerebri:
osmosis atau kortikosteroid

diuretik

Prognosis

Mortalitas mencapai 40% Gejala sisa terjadi pada 50% pasien sembuh, diantaranya:
Gangguan

perilaku, psikiatrik atau kognitif. Gangguan motorik. Gangguan penglihatan atau pendengaran Epileptik.

Pencegahan

Vaksinasi:
Polio
MMR

(Mumps, Measles dan Rubella) Varicella Japanese B

THANK YOU & YOU

S-ar putea să vă placă și