Sunteți pe pagina 1din 42

Transureteral Resection of

The Prostate (TURP)


Oleh :
Bacharuddin Jusuf A (N 111 12 005)
Pembimbing :
dr. Ferry Lumintang, Sp. An
Pendahuluan
Kelenjar prostat merupakan organ tubuh pria yang paling sering
mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas. Dengan
bertambahnya usia, kelenjar prostat juga mengalami pertumbuhan,
sehingga menjadi lebih besar.

TURP masih merupakan salah satu terapi standar dari Hiperplasia
Prostat Benigna (BPH) yang menimbulkan obstruksi uretra. Sampai
sekarang sindrom TURP merupakan suatu komplikasi yang sangat
menakutkan baik untuk para urolog yang melakukan operasi maupun
para anestesiolog dalam melakukan penegakan diagnosa sindrom ini
dan melakukan intervensi untuk mencegah kematian.

Anestesi pada Geriatri
Pendekatan dan pengelolaan operasi dan anestesi pada
pasien geriatri berbeda dan sering lebih kompleks dibandingkan
pada pasien yang berusia lebih muda. Kapasitas fungsional organ
berkurang seiring dengan proses penuaan sehingga mempunyai
kerentanan terhadap stress anestesi maupun pembedahan yang
dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas perioperatif. Faktor
risiko akibat proses penuaan bertambah akibat adanya penyakit
penyerta.
Masalah yang dihadapi pada pasien
Geriatri
Sistem Kardiovaskular
Sistem Respirasi
Sistem Saraf Pusat
Sistem Renal
Sistem Hepatobilier
Sistem Endokrin dan Metabolik
Sistem Musculoskeletal

DEFINISI




Merupakan pertumbuhan nodul- nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat,
pertumbuhan tersebut menyebabkan ukuran sel
prostat mengalami pembesaran.
ETIOLOGI
Pathogenesis
Kelenjar prostat biasanya membesar selaras dengan
kematangan lelaki.
Dan biasanya mendatangkan masalah dengan peningkatan
usia.
Hormon DHT merupakan bahan utama pemicu
pertumbuhan sel prostat

testosteron DHT
PERTUMBUHAN
PROSTAT
produksi
testosteron >
estrogen, Usia
testoteron di
konversi 5-
reduktase menjadi
DHT.
testosteron

DHT memacu m-RNA
di dalam sel kelenjar
prostat untuk
mensintesis protein
sehingga
terjadi pertumbuhan
kelenjar prostat
DHT
BPH
Cont
Patofisiologi

Hyperplasia Prostat
Vesika urinaria menebal
Frekuensi urin
Urgency
BAK waktu malam
(Lower Urinary Tract Symptom
/LUTS)
Obstruksi aliran urin
Aliran lemah
poor emptying
dribbling

Kalenjar prostat yang membesar, di mana normalnya adalah
cuma sebesar 3 hingga 4 cm.
(Dikutip dari: http://library.med.utah.edu/WebPath/jpeg1/MALE041.jpg)
Klasifikasi BPH

Diagnosis Benign Prostat Hypertrophy (BPH)
ditegakkan berdasarkan :
Laki-laki usia >60 tahun
Keluhan utama sulit berkemih
Gejala LUTS
Ananmnesis
Buli-buli yang terisi penuh ,teraba masa kistus di
daerah suprasimfisis akibat retensi urin.
Colok dubur : konsistensi prostat kenyal, lobus
kanan dan kiri simetris , tidak bernodul.
Pemeriksaan
fisik
Laboratorium
Uroflowmetri
Radiologi
Pemeriksaan
penunjang
Penatalaksanaan BPH
OBSERVASI MEDIKAMENTOSA PEMBEDAHAN INVASIF MINIMAL
Menunggu
(Watchful
Waiting)
Penghambat
adrenergik alfa
Penghambat
reduktase alfa
Fitoterapi
Hormonal
Prostatektomi
terbuka
Endourologi:
TUR-P
TUIP
TULP
Elektrovaporisasi
TUMT
TUBD
Stent uretra
TUNA
TUR-P (Reseksi Prostat Transuretra)
Yaitu reseksi kelenjar prostat yang dilakukan
transuretral dengan menggunakan kauter yang
dilakukan secara visual (endoskopik).
Menggunakan cairan irigasi untuk mengeluarkan sisa-
sisa jaringan dan untuk menjaga visualisasi yang bisa
terhalang karena perdarahan. Digunakan larutan non
ionik agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat
operasi (aquades).
Kerugian dari aquades -> bersifat hipotonik -> mudah
masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah
vena yang terbuka pada saat reseksi -> jika Kelebihan
H
2
O dapat menyebabkan hiponatremia relatif atau
gejala intoksikasi air atau sindroma TURP.

Sindroma TUR
Adalah suatu keadaan klinik yang
ditandai dengan kumpulan gejala akibat
gangguan neurologik, kardiovaskuler,
dan elektrolit yang disebabkan oleh
diserapnya cairan irigasi melalui vena-
vena prostat atau cabangnya pada
kapsul prostat yang terjadi selama
operasi.

Penyulit TURP
SELAMA
OPERASI
PASCA BEDAH
DINI
PASCA BEDAH
LANJUT
Perdarahan
Sindroma
TURP
Perforasi
Perdarahan
Infeksi lokal
atau sistemik
Inkontinensia
Disfungsi ereksi
Ejakulasi retrograde
Striktura uretra
Penatalaksanaan Sindrom TURP
Untuk mengurangi risiko timbulnya sindroma TURP, operator harus
membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam.
Pada hiponatremia ringan atau sedang -> furosemid intravena dan
infus normosalin -> akan menurunkan kelebihan beban cairan
melalui diuresis dan menjaga kadar Na dalam batas normal.
Pada hiponatremi berat -> Saline 3% sebanyak 150-200 cc dalam 1-
2 jam dan furosemid intravena -> perisa kadar elektrolit tiap 2-4
jam untuk mencegah hipernatremia.
Bila udem paru-paru -> intubasi trakeal dan ventilasi tekanan
positif dengan O2 100%.
Bila terjadi kehilangan darah yang banyak -> transfusi dengan
Packed Red Cells (PRC).
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kabonga Kecil, Donggala
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan: 13 Oktober 2014

Laporan Kasus
Riwayat Penyakit Dahulu :
HT (+),
DM (-),
Asma (-)
A. TANDA VITAL
Keadaan Umum :
SP : S. Berat / Somnolen
Vital Sign :
Tek. Darah :180/100 mmHg
Nadi : 82 Kali/ Menit
Pernapasan : 24 Kali/ Menit
Suhu : 36,7C, aksilla






Pemeriksaan Fisik
KEPALA
Wajah : ekspresi kesakitan
Deformitas : (tidak ada)
Bentuk : normochepalus
Rambut : hitam menyebar
Mata
- Konjungtiva : anemis -/-
- Skelra : ikterik -/-
- Pupil : ishokor
Mulut : hiperemis (tidak ada)

LEHER

Kelenjar GB : Pembesaran (-), NT (-)
Tiroid : Pembesaran (-), NT (-)
JVP : R+2 H20
Massa lain : (-)

THORAKS
Paru - Paru
Inspeksi :
Normochest
Simetris kanan = kiri
Pergerakan nafas seimbang kanan = kiri
Massa (tidak ada) Deformitas (tidak ada)
Palpasi :
Ekspansi paru kanan=kiri
FV sama kanan = kiri
Massa(tidak ada), NT (tidak ada)
Defiasi trakea tidak ada
Perkusi :
Sonor kanan = kiri
Batas paru-hepar SIC VI linea midclavicula dextra
Auskultasi :
Vesikuler kanan = kiri
Rh +/+
Wh -/-
Jantung
Inspeksi :
IC tidak terlihat
Palpasi :
IC teraba pada SIC V linea midclavicula dextra, reguler
Perkusi :
Pekak
Batas jantung : Atas kanan SIC II parasternal dextra
Atas kiri SIC II parasternal sinistra
Bawah kanan SIC V parasternal dextra
Bawah kiri SIC VI midclavicula dextra
Auskultasi:
BJ I/II murni reguler
Murmur (-), Gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi :
Bentuk datar, tampak adanya massa tumor di regio inguinal
dextra,
Auskultasi:
Peristaltik usus kesan normal
Perkusi :
Timpani
Palpasi :
NT (-)
massa tumor teraba pada regio inguinal dextra ukuran 2x1,5
cm, mobile

Anggota Gerak :
Atas :
Edema (-)
Akral hangat
Bawah :
Edema (+)
Akral hangat

Pemeriksaan Khusus : -

Darah Rutin
Hasil UNIT Normal Range
WBC 11,0 10 3 / uL 4.8 10. 8
RBC 4,38 10 6 / uL 4.2 5.4
HB 12,2 g / dl 12 16
HCT 36,0 % 37 47
PLT 394 10 3 / uL 150-450
CT 8.3 menit
BT 4.0 menit

Kimia Darah
Hasil UNIT
SGOT 68 UI/l
SGPT 43 UI/l
Ureum 29 mg / dl
Kreatinin 1,0 mg/dl
HBsAg Negatif -


Electrolit darah
Hasil UNIT Normal Range
Natrium 130 mmol/l 135-145
Kalium 3,1 mmol/l 3,5-5,3
Clorida 109 mmol/l 95-105
Urinalisis
Protein : (+2)
Leukosit : (+) penuh
Eritrosit : (+) penuh
PSA : 17,35 ()
USG : - kistra Ren Dextra uk. 3,73 cm
- hypertropi prostat grade 1
Pemeriksaan Lain
BPH + susp.Malignancy


DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Antibiotik pre operasi : ceftriaxone 1 gr
Rencana TUR-Prostat tanggal 13
Oktober 2014
Informed Consent Operasi
Konsul ke Bagian Anestesi
Informed Consent Pembiusan
Konsul bagian kardio
Rontgen thorax
Siap darah PRC 1 kantong


BAGIAN ANESTESI
Nama : Tn. S Status Fisik : 3
Umur : 71 tahun Tanggal : 13 Oktober 2014
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dokter Bedah : dr. I Wayan S., Sp.U Dokter Anestesi : dr. Ferry Lumintang, Sp.An
Diagnosis : BPH Susp. Malignanci Jenis Anestesi : Regional
Tindakan : TUR-Prostat Teknik Anestesi : SAB
Obat Anestesi : Decain Spinal 0,5% Posisi : LLD
Premedikasi : Ondansentron 4 mg
Medikasi : - Furosemid 10 mg
- Ketorolac 30 mg
- Transamin 500 mg
- Ranitidin 25 mg
0
50
100
150
200
250
Pemantauan Tanda Vital
Nadi
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka
pasien dalam kasus ini mengalami LUTS. Gejala obstruktif
disebabkan oleh karena penyempitan uretra pars prostatika
karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan
otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup
lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala obstruktif
harus menunggu pada permulaan miksi (hesitancy), pancaran
miksi yang lemah (weak stream), miksi terputus
(intermittency), menetes pada akhir miksi (terminal dribbling),
rasa belum puas sehabis miksi (sensation of incomplete
bladder emptying). Gejala iritatif antara lain bertambahnya
frekuensi miksi (frequency), nokturia, miksi sulit ditahan
(urgency), disuria (nyeri pada waktu miksi).
Cont...
Dari hasil pemeriksaan elektrolit darah diketahui
adanya penurunan kadar Na dan Ka, sedangkan Cl
mengalami peningkatan. Keadaan ini seharusnya
diterapi terlebih dahulu dengan normosaline, agar
pada saat operasi dilakukan tidak memperberat
efek hiponatremi yang kemungkinan akan terjadi.
Pemeriksaan penanda tumor (PSA) menunujukkan
kondisi pasien mengarah ke keganasan.
Pemeriksaan penunjang lainnya diperlukan untuk
menilai kemungkinan komplikasi yang akan terjadi,
sehingga dapat dilakukan pencegahan.
Cont...
Digunakan anestesi regional pada kasus ini karena merupakan
suatu teknik anestesi untuk anggota/daerah tubuh tertentu
dalam kasus ini ialah prostat. Keuntungan dilakukan anestesi
regional yaitu pasien dapat tetap sadar sehingga jika terjadi
sindroma TURP maka manifestasi klinik dapat segera
diketahui karena pada anestesi umum gejala pada SSP tidak
terlihat hingga pasien dibawa ke ruang pemulihan dan gejala
respirasi biasanya terselubung oleh ventilasi bantuan atau
ventilasi terkontrol dan oksigen konsentrasi tinggi yang
digunakan selama anestesi. Selain itu pasien yang menjalani
TURP biasanya pada usia lanjut dan sering disertai dengan
penyakit jantung, paru, atau lainnya sehingga penting untuk
membatasi level blok untuk mengurangi efek kardiopulmonar
yang merugikan pada pasien tersebut.
Cont...
TURP dengan menggunakan anestesia regional tanpa sedasi
( Awake TURP ) lebih dipilih dari pada anestesia umum karena
hal berikut :
Manifestasi awal dari Sindrom TURP lebih bisa dideteksi pada
pasien yang sadar
Vasodilatasi periferal berfungsi untuk membantu
meminimalisir overload sirkulasi.
Komplikasi hiponatremi akibat tertariknya Na+ oleh air
irrigator dapat cepat dikenali dengan adanya penurunan
kesadaran, mual, kejang.
Kehilangan darah akan lebih sedikit
Cont...
Pada kasus ini, pasien medapatkan obat medikasi
furosemid yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
overload cairan akibat penggunaan cairan irigasi.
Selama operasi pasien mendapatkan terapi cairan
berupa cairan RL sebanyak 1 kolf. Tidak digunakan cairan
normosalin karena pada pasien dalam kasus ini tidak
terjadi kekurangan natrium sebelum tindakan operasi
dilaksanakan, selain itu pemberian cairan normosalin
dapat mengakibatkan kelebihan cairan dalam darah
walaupan normosalin sendiri dapat mengganti kadar Na
yang hilang selama proses pembedahan.

S-ar putea să vă placă și