Sunteți pe pagina 1din 30

RADIOFARMASI

Radiopharmaceuticals can be classified into four


categories:
1- Ready-for-use radioactive products.
2- Radionuclide generators.
3-Non-radioactive components (kits) for the preparation
of compounds with a radioactive component (usually
the elute from a radionuclide generator).
4- Precursors used for radiolabeling other substances
before administration.

Application of radiopharmaceuticals:
1- Treatment of disease:
(therapeutic radiopharmaceuticals)
They are radiolabeled molecules designed to deliver therapeutic
doses of ionizing radiation to specific diseased sites.
Chromic phosphate P32 for lung, ovarian, uterine, and prostate
cancers
Sodium iodide I 131 for thyroid cancer
Samarium Sm 153 for cancerous bone tissue
Sodium phosphate P 32 for cancerous bone tissue and other types
of cancers
Strontium chloride Sr 89 for cancerous bone tissue

Application of radiopharmaceuticals:
2- As an aid in the diagnosis of disease (diagnostic
radiopharmaceuticals)
The radiopharmaceutical accumulated in an organ of interest emit gamma
radiation which are used for imaging of the organs with the help of an
external imaging device called gamma camera.
- Radiopharmaceuticals used in tracer techniques for measuring physiological
parameters (e.g. 51 Cr-EDTA for measuring glomerular filtration rate).
-

Radiopharmaceuticals for diagnostic imaging

(e.g.99m TC-methylene diphosphonate (MDP) used in bone scanning).

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pemancar gamma murni


100 keV < energi gamma < 250 keV
Waktu paruh efektif = 1.5 x lamanya pemeriksaan.
Target to non-target ratio tinggi.
Dosis radiasi yang diterima pasien dan petugas kedokteran
nuklir minimal.
Keselamatan pasien
Reaktivitas kimia
Tidak mahal dan tersedia dengan mudah.
Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat
ditempat (rumah sakit).

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


1. Pemancar gamma murni
Meluruh melalui electron capture atau isomeric transition.
Radiasi yang mempunyai daya tembus rendah, seperti partikel
alfa dan beta tidak diinginkan, karena:
- linear energy transfer (LET) tinggi, fraksi energi yang
didepositkan per cm jarak tempuh sangat tinggi, yang
mengakibatkan absorpsi kuantitatif di dalam tubuh.
- sedikit partikel yang sampai ke detektor, sehingga partikel
alfa
dan beta tidak memberikan citra.
Partikel dengan LET yang tinggi mengakibatkan dosis radiasi
sangat significant terhadap pasien.

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


2. 100 keV < energi gamma < 250 keV
Umumnya peralatan imaging (kamera gamma) didisain berfungsi
dengan baik dengan memberikan kualitas citra (image) optimal di
daerah rentang energi ini. Meskipun demikian ada juga radionuklida
tertentu yang memiliki energi sinar gamma dibawah 100 keV atau
diatas 250 keV telah umum digunakan secara klinis. Misalnya, 201 Tl
dan 133 Xe memancarkan foton dengan energi kira-kira 70-80 keV,
sedangkan 67 Ga dan 131 I memancarkan foton dengan energi masingmasing 300 dan 364.5 keV. Penggunaan energi lebih tinggi ini akan
memerlukan kolimasi lebih tinggi untuk mendapatkan kualitas citra
yang lebih baik, tetapi menurunkan sensitivitas dan resolusi.
Radionuklida yang ideal dan umum digunakan untuk rentang energi
100 keV 250 keV adalah 99m Tc, 111In, dan 123 I.

Energy (keV)

Image Quality

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


3. Waktu paruh efektif = 1.5 x lamanya pemeriksaan.
Batasan waktu ini memberikan kesepakatan yang baik antara kenginan untuk meminimalkan dosis terhadap pasien dan
memaksimal-kan dosis yang diinjeksikan agar statistik pencacahan
dan kualitas citra optimal. Perkecualian untuk 133 Xe atau gas mulia
yang lain yang di-gunakan untuk ventilation study.
Selain diinginkan harus memberikan citra yang baik, radiofarmaka
harus bisa dikeluarkan dari tubuh secara kuantitatif dalam beberapa
menit setelah diagnosa selesai.
Kebanyakan radiofarmaka
menunjuk-kan pola clearance eksponensial sehingga waktu paruh
efektinya cukup panjang (dalam hitungan jam atau hari bukan detik
atau menit).
Hubungan antara waktu paruh efektif, waktu paruh biologis, dan
waktu paruh fisis dinyatakan dengan persamaan berikut:

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


4. Target to non-target ratio tinggi.

Jika ratio ini tidak cukup tinggi (5:1 minimum untuk planar imaging,
kira-kira 2:1 for SPECT imaging), maka hasil scan menunjukkan
adanya nondiagnostic scan dan hal ini akan menyulitkan atau tidak
memungkinkan untuk membedakan organ berpenyakit (pathology) dari
latar-belakang. Misalnya, bila melakukan thyroid scan, idealnya
semua radioaktivitas erada di dalam thyroid dan tidak berada tempat
lain di daerah sekitar leher. Begitu juga dari sudut dosimetri liver
uptake dari radioiodida sama sekali tidak diinginkan, disamping
tentunya tidak mempunyai dampak di dalam proses penyidikan
(imaging) yang sesungguhnya karena tidak berada dalam daerah
pandang.
Rendahnya ratio juga menimbulkan radiasi yang tidak perlu yang
diterima pasien.

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


5. Dosimetri Radiasi Internal
Dosimetri radiasi baik terhadap pasien maupun petugas kedokteran
nuklir memerlukan perhatian khusus, terutama dalam memenuhi persyaratan sesuai dengan panduan ALARA (As Low As Reasonably
Achievable). Konsep ALARA didasarkan terhadap upaya mempertahankan dosis radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai. Dengan
konsep ini telah dapat diimplementasikan pengurangan menyeluruh
dosis terhadap pekerja radiasi. Tentunya meskipun dosis radiasi yang
diinjeksikan ke pasien harus sekecil mungkin, tetapi harus konsisten
memberikan kualitas citra yang baik.
Untuk pekerja radiasi Maximum Permissible Dose (MPD), untuk
keseluruhan tubuh,1 Rem per year tahun untuk tiap tahun umur
pekerja radiasi tersebut. Misal: jika pekerja berumur 30 tahun, maka
MPD adalah 30 R.

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


6. Keselamatan pasien
Radiofarmaka harus memperlihatkan tidak adanya toksisitas
terhadap pasien.
Misalnya, mengapa kita tidak mempersoalkan 201Tl sebagai thallous
klorida, TlCl, yang dewasa ini secara rutin diinjeksikan ke pasien
untuk sidik kelainan jantung? Padahal diketahui ion thallous (Tl 1+)
di- ketahui sebagai cardiotoxin yang potent. Hal ini bisa diterima
dalam praktek sehari-hari, karena keaktifan jenis (specific activity),
201
Tl bebas pengemban adalah sangat tinggi dan jumlah Tl-201
yang terkandung di dalam sediaan adalah 3 mCi (hanya sekitar 42
ng), suatu jumlah yang sangat kecil dan berada di level bawah yang
signifikan untuk dapat memberikan respon fisiologis dari pasien.

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal

7. Reaktivitas kimia

Salah satu ciri khas yang membuat 99mTc sebagai radioisotop ideal untuk
sidik diagnosa adalah kemampuannya untuk terikat dengan mudah
terhadap berbagai jenis senyawa dalam kondisi fisiologis, mulai dari
molekul yang sederhana, seperti pyrophosphate sampai sejenis gula
seperti glucoheptonat; dari peptida sampai antibodi; dari koloid yang
tidak larut sampai dan makroaggregat sampai antibiotik and molekul
komplek yang lain.
Pertimbangan khusus, harus tersedia substrate untuk reaksi penandaan
radioaktif. Tidak setiap senyawa dapat ditandai dengan setiap isotop dan
dalam kenyataannya penandaan sering cukup selektif. Senyawa yang
menunjukkan biodistribusi yang dapat diterima sering tidak berguna bila
telah ditandai logam radioaktif atau telah diiodinasi. Bahkan perubahan
yang minimal dalam struktur molekul sering cukup merubah sama sekali
biodistri-busi. Karena itu penelitian yang ekstensif diperlukan untuk
menentukan struktur molekul optimal untuk bisa ditandai dengan suatu
isotop spesifik.

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


8. Tidak mahal dan tersedia dengan mudah.
Radiofarmaka harus stabil baik sebelum dan sesudah proses
penandaan ( pre- and post-reconstitution). Apabila suatu senyawa
tertentu memperlihatkan kinerja yang baik untuk suatu prosedur
tertentu, dan hanya tersedia di suatu rumah sakit besar, maka
penggunaanya dengan jelas akan sangat terbatas. Karena itu dengan
melihat kondisi ekonomi dewasa ini, maka radiofarmaka yang sangat
mahal tentu penggunaanya akan terbatas dan tidak populer, apalagi
bila ada metoda alternatif yang lebih murah.

Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal


9. Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana
jika dibuat ditempat (rumah sakit).
Penyiapan suatu obat tentu harus sederhana dengan tahapan
pengerjaan yang relatif sedikit. Prosedur dengan tahapan lebih dari
tifa tahap umumnya tidak memenhui persyaratan inin. Disamping itu
tidak diperlukan suatu peralatan yang rumit dan tidak ada tahap
dengan waktu pengerjaan yang lama.
Jika radiofarmaka dibuat ditempat (in-house), maka sangatlah
penting kendali kualitas (quality control) dilaksanakan untuk setiap
batch yang disiapkan dalam upaya menjamin bahwa tiap-tiap sediaan
akan memberikan citra (image) kualitas tinggi sementara bisa
meminimalkan dosis radiasi terhadap pasien.

Sifat-sifat radiofarmaka terapi yang ideal


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pemancar partikel bermuatan yang murni (atau ).


Memiliki energi cukup tinggi atau sedang (>1 meV).
Waktu paruh effektif cukup panjang, misalnya dalam hari.
Perbandingan uptake di dalam target terhadap organ bukan
target tinggi
Dosis radiasi yang diterima pasien harus minimal dan juga
yang diterima petugas kedokteran nuklir.
Keselamatan pasien diutamakan.
Radiofarmaka tersedia dengan mudah dan harganya murah.
Preparasi dan QC radiofarmaka mudah dan sederhana bila
radiofarmaka disiapkan ditempat.

Sifat-sifat radiofarmaka terapi yang ideal


1. Pemancar atau murni

Berbeda dengan radiofarmaka diagnostik, maka radiofarmaka


terapi dirancang untuk merusak sel berpenyakit.
Bentuk peluruhan (decay) yang diinginkan adalah dengan
memancarkan atau murni
Karena LET yang tinggi dari partikel beta dan alfa, maka kedua
partikel mampu merusak jaringan.
Partikel beta jauh lebih mudah dapat dikontrol daripada partikel
alfa karena distribusinya di dalam jaringan hampir sempurna untuk
suatu terapi yang efektif dan ini disebabkan jangkauan kedua
partikel di dalam jaringan sangat berbeda (beberapa mikrometer
untuk pemancar alfa dan beberapa mm sampai cm untuk beta).
Pemancar beta mudah terdeteksi bila tumpah.

Sifat-sifat radiofarmaka terapi yang ideal

2. Memiliki energi cukup tinggi atau sedang (>1 meV).


Radionuklida yang memancarkan pertikel energi tinggi diperlukan
untuk merusak sel berpenyakit. Meskipun tidak ada batasan energi
minimum yang eksak, untuk partikel lebih disukai yang memiliki
Emax >1 meV. LET dari partikel energi yang tinggi ini cukup untuk
menyebabkan kerusakan sel, tetapi masih terkendali.
Beberapa radionuklida terapi, seperti 131I, selain berperan untuk
terapi juga dapat disidik (imageable) sehingga dapat memberikan
informasi selama terapi berlangsung.

Sifat-sifat radiofarmaka terapi yang ideal


3. Waktu paruh effektif cukup panjang, misalnya
dalam hari.
Efek terapi umumnya diinginkan relatif cepat setelah pemberian
eadiofarmaka terapi. Karena itu, wakru paruh efektif idealnya
harus dalam prde jam atau hari. Contoh radiofarmaka terapa yang
baik dengan teff yang ideal adalah 131I- natrium iodida untuk
pengobatan hyperthyroid (teff adalah 6 hari) dan 166Ho- FHMA
(ferric hydroxide macroaggregate) untuk intraarticular radiation
synovectomy (teff adalah 1.2 hari).

Sifat-sifat radiofarmaka terapi yang ideal


4. Perbandingan uptake di dalam target terhadap
organ bukan target yang tinggi
Di dalam prosedur terapi target:non-target ratio adalah sangat
menentukan.Target:non-target ratio yang rendah bisa
menghasilkan penyembuhan tidak memadai terhadap penyakit
utama dan bahkan menimbulkan dosis radiasi letal yang potensial
terhadap sumsum tulang atau jaringan sensitif radiasi lainnya.
Karena itu penting untuk menjamin bahwa radiofarmaka
memiliki kemurnian radiokimia yang tinggi.

Sifat-sifat radiofarmaka terapi yang ideal


5. Dosis radiasi yang diterima pasien harus minimal
dan juga yang diterima petugas kedokteran nuklir.
Sasaran dosis radiasi minimal adalah untuk pasien maupun petugas
pelayanan kedokteran nuklir. Konsep yang biasa digunakan adalah
TDS, yaitu meminimalkan TIME, memaksimalkan DISTANCE, dan
mengunakan sejumlah SHIELDING yang tepat.
Ada aturan spesifik yang mengatur pasien meninggalkan rumah sakit
setelah pemberian radiofarmaka terapi. Kriteria boleh meninggalkan
rumah sakit berdasarkan NRC adalah apabila beban radiasi yang
diidap pasien telah menjadi <30 mCi atau apabila pembacaan radiasi
yang diambil dengan jarak 1 meter dari dada pasien adalah <5 mR/hr.
Tindakan ini perlu dilakukan dalam upaya meminimalkan risiko
radiasi terhadap keluarga pasien dan masyarakat umum yang lain.

Sifat-sifat radiofarmaka injeksi


1. Harus sterile dan bebas pyrogen
2. Harus isotonic dan mempunyai pH fisiologis
3. Keradioaktifannya harus dikalibrasi

Radiofarmaka
hampir semua radiofarmaka merupakan senyawa organik atau anorganik sederhana yang memiliki komposisi
tertentu.
ada beberapa radiofarmaka yang terbentuk dari molekul
makro (macromolecules), seperti antibodi monoklonal
(monoclonal antibody) atau fragmen-fragmen antibodi,
yang ditandai tidak secara stokiometri dengan suatu
radionuklida

Klasifikasi Radiofarmaka
berdasarkan mekanisme lokalisasi
Kelompok radiofarmaka yang memiliki pola biodistribusi
yang secara esklusif sangat ditentukan oleh sifat fisika dan
kimia dari radiofarmaka itu sendiri.
Kelompok radiofarmaka yang biodistribusinya sangat ditentukan oleh ikat reseptor (receptor binding) atau oleh
interaksi biologi lainnya. Kelompok radiofarmaka yang
terakhir ini sering disebut sebagai radiofarmaka spesifik
organ sasaran (target-specific radiopharmaceuticals).

Mekanisme Lokalisasi (1)


Transport aktif (active transport) melalui jalur metabolisme yang bekerja secara normal di dalam tubuh dengan cara menggerakan atau memindahkan radiofarmaka melintasi membran sel kemudian masuk kedalam bagian dalam
sel.
Fagositosis (phagocytosis), terperangkapnya partikel koloid oleh sel Kupffer di dalam sistem reticuloendothelial
setelah injeksi intravena
Blokade kapiler dengan melibatkan microembolization
pada jaringan kapiler oleh partikel sehingga aliran
(perfusion) jaringan kapiler tersebut dapat divisualisasi
secara eksternal.

Mekanisme Lokalisasi (2)


Cell sequestration melalui penandaan sel darah merah
yang telah dirusak dengan cara pemanasan kemudian diinjeksikan dalam upaya mendapatkan sidik spleen tanpa
visualisasi liver.
Difusi sederhana perunut radioaktif (radiotracer) dengan
melintasi membran sel dan selanjutnya mendistribusikan
dirinya ditempat lain di dalam tubuh; sedangkan difusi
pertukaran (exchange diffusion) diawali dengan proses
difusi perunut radioaktif kedalam suatu sel kemudian
diikuti dengan pertukaran kimia (chemical exchange).
Lokalisasi kompartemen (compartmental localization) dengan cara menempatkan radiofarmaka dalam ruang fluida
(fluid space) kemudian ruang fluida tersebut disidik.

Mekanisme Lokalisasi (3)


Serapan kimia (chemisorption) dengan terbentuknya ikatan permukaan (surface binding) suatu radiofarmaka terhadap struktur permukaan.
Reaksi antigen-antibodi, yaitu terjadinya uptake pada dudukan tumor (tumor site) disebabkan oleh ikatan spesifik
antibodi bertanda nuklida radioaktif pada permukaan
antigen yang berada di dalam tumor.
Ikat reseptor (receptor binding), yaitu pengikatan radiofarmaka terhadapan dudukan reseptor afinitas tinggi
(high-affinity receptor sites).

Formulasi dan labeling


Formulasi
Ligand + reduktor + anti oksidant + stabilizer

Kit Radiofarmaka

Labeling
Radionuklida + Kit Radiofarmaka
Radiofarmaka

Persyaratan Radiofarmaka
radiolysis

container

atmospher
specificity

temperature
pH

medium

sensitivity

stability

efficacy

biodistributio
n
radionuclidic
purity

Acceptable
Radiopharmaceuticals
purity

apyrogenicity
sterility

safety

radiotoxicity
chemical toxicity

chemical
purity

radiochemical
purity

S-ar putea să vă placă și