Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
pada Anak
DemaM
tubuh
Radang
Infeksi
Alergi
Pirogen
Mengerahkan sel
darah putih ke
lokasi infeksi
Do not treat
Low grade
fever!
Suhu Tubuh
Menurun
Infeksi dapat
diatasi
Penyebab Demam
INFEKSI
Virus
Bakteri
NON-INFEKSI
Alergi
Trauma
Auto-imun
Tumbuh Gugi
Komplikasi
Dehidrasi
Demam -> cairan hilang
Tanda2 :
Ubun2 cekung
Kencing sedikit
Punggung tangan dicubit,
kulit lambat kembali
Beri minum yg banyak
Kejang demam
[febrile convulsion]
Tanda2 :
Hilang kesadaran
Kedua tangan-kaki
bergetar bbrp detik
Jarang terjadi
Anak 6 bl 3 th
Berikan obat diazepam or
valium saat anak kejang, utk
merelaksasi otot.
Prinsip Penanganan
Tidak
Rekomendasi AAP
37
38.5 40
Kapan Menghubungi
Dokter
Paket Demam
Demam, runny nose, diare, lesu,
rewel
FLU, virus
Pneumonia
Perawatan
Istirahat
Jaga suhu ruangan
Memperbanyak konsumsi cairan
< 38.3C
Anak terlihat
gelisah
Suhu tubuh 104F
(40C)
Muntah2 & tidak
dapat
mengkonsumsi
obat
Cara:
Dudukan dalam
tub, pd kehangatan
30 - 32C
Lap dengan sponge
ke seluruh tubuh
Lakukan sambil
bermain
KejanG DemaM
Pengertian
Bangkitan kejang pada anak yang terjadi
pada suhu yang meningkat yang
disebabkan proses ekstrakranium.
Pathway
PERBANDINGAN
Kejang
demam
Demam
Kelainan
otak
Kejang
berulang
Penurunan
kesadaran
Pencetus
Epilepsi
Meningitis
Ensefalitis
(-)
Tidak ada
kaitannya
(+)
Salah satu
gejalanya
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
KARAKTERITIK
SEBERAPA
SERING?
Jarang:
< 6 bln atau > 3 thn
Kejang bisa
berulang pada 1/3
anak kejang demam
6 bulan 5 tahun;
Tersering pada BATITA!!
BERBAHAYA-KAH?
RISIKO KEJANG
BERULANG
Bila kejang pertama:
Sering demam
Majoritas: tidak
berbahaya
Tidak menyebabkan
kerusakan otak
Intelektualitas Normal
2% bisa - epilepsi:
Kejang lama
Sebagian tubuh
Berulang dalam 24 jam
Cerebral palsy
Kecil - bahaya:
Trauma - jatuh,
Tersedak
GEJALA
TIDAK sadar
Kedua tangan dan
kaki kejang-kejang
Selama 1 2 menit
Tidak umum:
CEGAH TERSEDAK:
Pemeriksaan Penunjang
1)
Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh
menjadi pradiposisi pada aktivitas kejang
2)
Sel darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin
sebagai akibat dari terapi obat
3)
Fungsi lambal : Untuk mendeteksi tekanan abnormal
dari cairan secara brospinal, tanda-tanda infeksi,
perdarahan
4)
Foto ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya
fraktur
5)
EEG (Elektro enspalgram) : daerah serebal yang
tidak berfungsi
6)
MRI : Neulokalisasi
7)
CT scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak,
hematom, tumor, abses, dll
Penatalaksanaan
a. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang
pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan. Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi
terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernafasan dan fungsi jantung.
Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres
dingin dan pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
intravena atau intrakranial.
Penatalaksanaan
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama.
c. Pengobatan Profilaksis.
1. Profilaksis Intermiten saat demam
Diberikan Diazepam secara oral dengan dosis 0,3 0,5 mg/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam
dapat pula diberikan secara intra rektal tiap 8 jam sebanyak 5
mg bila BB <> 10 kg setiap pasien menunjukkan suhu lebih
dari 38,5C.
Penatalaksanaan
2. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap
hari.
Berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam
berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
Profilaksis terus-menerus setiap hari dengan
fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat
dengan dosis 15 40 mg/kg BB/hari.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a.
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri /
orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot
Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot
b. Sirkulasi
Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
Pengkajian
c. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan
tonus sfingter.
Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia (
baik urine / fekal ).
d. Makanan dan cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang.
Pengkajian
e. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan,
pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi cerebral.
f. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode
posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati hati.
Perubahan pada tonus otot.
Tingkah laku distraksi / gelisah.
g. Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan
menurun / cepat, peningkatan sekresi mukus.
Fase posiktal : apnea.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terhadap bersihan jalan nafas / pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan relaksasi lidah sekunder akibat
gangguan persyarafan otot.
2. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan
gerakan tonik / klonik yang tidak terkontrol selama episode
kejang.
3. Peningkatan suhu tubuh ( hypertermia ) berhubungan
dengan proses penyakit.
4. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan
( orang tua ) tentang kondisi, pengobatan dan aktifitas
kejang selama episode kejang.