ASPEK HUKUM

DALAM
PEMERIKSAAN

UUD NKRI
1945

UU NO 17/2003
TTG KEU NEG

UU NO. 1/2004
TTG PERBEND

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
KEUANGAN NEGARA OLEH BPK-RI
(UU 15/2006 TTG BPK)

UU 15/2004
TTG PPTJKN

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN
YANG MERUPAKAN
TUGAS POKOK BPK

HUKUM SBG
SALAH SATU
ASPEK DALAM
PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN

HUKUM

BEBERAPA PENGERTIAN PADA

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN :

PENGERTIAN

PROSES IDENTIFIKASI MSLAH

ANALISIS, DAN EVALUASI YG
DILAKUKAN SCR INDEPENDEN,
OBJEKTIF, DAN PROFESIONAL
BDS STANDAR PEMERIKSAAN,
UNTUK MENILAI KEBENARAN,
KECERMATAN, KREDIBILITAS,
DAN KEANDALAN INFORMASI
MENGENAI PENGELOLAAN DAN
TANGGUNGJAWAB KEUANGAN
NEGARA.

PROSES KEGIATAN
SIFAT PELAKS :
- INDEPENDEN
- OBJEKTIF
- PROFESIONAL
BERDASARKAN
STANDAR
PEMERIKSAAN
TUJUAN
PEMERIKSAAN

BEBERAPA PENGERTIAN PADA

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN

PENGERTIAN

HUKUM

(CT KANSIL)
1. PERATURAN MGN TINGKAH LAKU
MANUSIA DALAM PERGAULAN
MASYARAKAT
2. PERATURAN ITU DIADAKAN OLEH
BADAN-BADAN RESMI YANG BERWAJIB.
3. PERATURAN TSB BERSIFAT MEMAKSA
4. SANKSI THD PELANGGARAN PERATURAN TSB ADALAH TEGAS.
(SM AMIN)
KUMPULAN PERATURAN YANG TDR
DARI NORMA DAN SANKSI-SANKSI
UNTUK MENGADAKAN KETERTIBAN
DALAM PERGAULAN MANUSIA, SHG
KEAMANAN DAN KETERTIBAN TERPELIHARA.

PERATURAN/NORMA
MENGATUR MGN TK
LAKU MANUSIA DLM
PERGAULAN MASY.
PERATURAN TSB
BERSIFAT MEMAKSA
DG SANKSI
TUJUAN HUKUM

KAITAN ANTARA PEMERIKSAAN DAN HUKUM

PROSES KEG. PEMERIKSAAN

RIK

INDEPENDEN, OBJEKTIF,
PROFESIONAL
BDS STANDAR PEMERIKSAAN
TUJUAN PEMERIKSAAN

PERATURAN/NORMA
MENGATUR MGN TK LAKU MAN
DLM PERGAULAN MASY.

HUKUM

PERATURAN TSB BERSIFAT

MEMAKSA DG SANKSI
TUJUAN HUKUM

ASPEK
HUKUM
DALAM
PEMERIKSAAN

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN

MANDAT/
STANDAR

RIK

PROSES
DALAM
PEMERIKSAAN

UUD45
SAP

PERENCANAAN
PELAKSANAAN

PMP

PELAPORAN
TINDAK LANJUT
ADMINISTRATIF/
MANAJERIAL
TP/TGR
PIDANA
PERDATA

HUKUM

ASPEK
HUKUM
DALAM
PEMERIKSAAN

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

PROGRAM
PEMERIKSAAN

MERUMUSKAN PERISTIWA
EKONOMI DLM PEMERIKSAAN
KE DALAM PERISTIWA HUKUM
MENENTUKAN INDIKASI
TINDAKAN MELANGGAR/
MELAWAN HUKUM
MENENTUKAN LANGKAH RIK
DAN KRITERIA
MENENTUKAN BUKTI
PEMERIKSAAN
MENENTUKAN OPINI/
KESIMPULAN BDS UJI ATAS
ALASAN RIK

PELAPORAN
MERUMUSKAN LAPORAN
PEMERIKSAAN (KONDISI,
KRITERIA, SEBAB, AKIBAT)
KE DLM KONST HKM
MENETUKAN SARAN TINDAK
LANJUT PEMERIKSAAN

MENENTUKAN REKOMENDASI
AUDIT KPD ENTITAS YBS

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

MERUMUSKAN PERISTIWA
EKONOMI DLM PEMERIKSAAN
KE DALAM PERISTIWA HUKUM

MENENTUKAN INDIKASI
TINDAKAN MELANGGAR/
MELAWAN HUKUM

PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN

MENENTUKAN BUKTI
PEMERIKSAAN

MENENTUKAN LANGKAH RIK

DAN KRITERIA

MENENTUKAN OPINI/
KESIMPULAN BDS UJI ATAS
ALASAN RIK

1. PERISTIWA HUKUM (SUBJEK,

PERBUATAN, AKIBAT HUKUM)
2. LEGAL DRAFTING/PERIKATAN
3. BISNIS LAW/CORPORATE LAW
4. SURAT2 YG MPY KEKUATAN HK
5. PENAFSIRAN HUKUM
1. PENGERTIAN PERBUATAN
MELANGGAR/MELAWAN
HUKUM
2. UNSUR MELAWAN HUKUM

1. BUKTI RIK MENURUT SAP/PMP

2. PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI
MENURUT HUKUM
3. UJI FORENSIK ALAT BUKTI.
4. LEGALITAS DAN KEKUATAN
ALAT BUKTI;
5. FUNGSI ALAT BUKTI DI PENGAD

1. TERBUKTI/TIDAK ALASAN RIK

2. TERJADI/TIDAKNYA TINDAKAN
MELAWAN/MELANGGAR HKM;
3. HAMBATAN YURIDIS

ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

1. KONDISI
MERUMUSKAN
LAPORAN
PEMERIKSAAN

FAKTA YURIDIS, MODUS, BUKTI

PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB/
PIHAK TERKAIT
HAMBATAN/BUKTI YANG BLM ADA

TINDAKAN MELAWAN HUKUMNYA

2. KRITERIA KRITERIA YANG DILANGGAR

PELAPORAN
PEMERIKSAAN

3. AKIBAT

4. SEBAB

AKIBAT YANG TERJADI AKIBAT TIND.

MELANGGAR/MELAWAN HUKUM BAIK
PERDATA/PIDANA/MANAJERIAL/ADM
KEPEGAWAIAN.
CULVA, SENGAJA, SISTEMIK

MENENTUKAN
SARAN TINDAK
LANJUT
PEMERIKSAAN

1. DITINDAKLANJUTI DALAM INVESTIGASI AUDIT

2. DISERAHKAN KEPADA APARAT PENYIDIK
3. PERBAIKAN MANAJERIAL OLEH MANAJEMEN

MENENTUKAN
REKOMENDASI

1. PERBAIKAN MANAJEMEN/SISTEM
2. TINDAKAN ADMINISTRATIF KEPADA PELAKU
3. TINDAKAN HUKUM KEPADA PELAKU

PANDUAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN TAHUN 2008

KEP. BPK RI NO: 1/K/I-XIII.2/2/2008*
IMPLIKASI HUKUM TERKAIT LHP

PENERBITAN LHP DAPAT MEMPUNYAI KONSEKUENSI HUKUM BAGI

PEMERIKSA MAUPUN PIHAK YANG DIPERIKSA.
KONSEKUENSI BERUPA TUNTUTAN/GUGATAN
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN WEWENANG TIM PEMERIKSA
DIBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN JAMINAN KEAMANAN
APABILA ADA IMPLIKASI HUKUM TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN
BADAN (PEMBERI TUGAS) DAPAT MENUGASKAN DITAMA
BINBANGKUM DAPAT MEMBANTU PENYELESAIAN PROSES HUKUM.
PEMERIKSA DAPAT MEMBANTU PROSES HUKUM, SEBAGAI AHLI
DALAM PEMBERIAN KETERANGAN AHLI
TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DAN KETERANGAN AHLI
MERUJUK PADA PEDOMAN TERKAIT

STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

(PERATURAN BPK RI NO. 1 TAHUN 2007)

HAL-HAL YANG DIATUR DLM SPKN YANG TERKAIT DENGAN

ASPEK HUKUM PELAPORAN PEMERIKSAAN

STANDAR
PELAPORAN
PMRIKSAAN
KEUANGAN

STANDAR
PELAPORAN
PMRIKSAAN
KINERJA

STANDAR
PELAPORAN
PMRIKSAAN
PDTT

ASPEK HUKUM PELAPORAN PEMERIKSAAN

(KEUANGAN, KINERJA, PDTT)
STANDAR PEMERIKSAAN PERNYATAAN NO: 03, 05, 06 SPKN

MENGUNGKAPKAN

1. KETIDAKPATUHAN THD KETENT PERAT PERUU TERMASUK

PENGUNGKAPAN PENYIMPANGAN ADMN, PELANGGARAN
PERIKATAN PERDATA, PENYIMPANGAN YANG MENGANDUNG
UNSUR PIDANA
2. KETIDAKPATUTAN YG SIGNIFIKAN

ASPEK HUKUM DALAM PELAPORAN PEMERIKSAAN TERHADAP PEMERIKSA

MENGHUKUM
JIKA
TIDAK MELAPORKAN
HASIL PEMERIKSAAN

PASAL 25, 26 (1)

UU NO. 15 TAHUN 2004

MENGHUKUM
JIKA
MELAKUKAN
TINDAKAN PIDANA

PASAL-PASAL DALAM
UU 31 TAHUN 1999 DAN
UU 20 TAHUN 2001

LAW
ENFORCEMENT

IMPLIKASI HUKUM TERKAIT PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

DITINJAU DARI
PEMBAGIAN HUKUMNYA

IMPLIKASI
HUKUM PERDATA

Implikasi Hukum Perdata

Terhadap LHP BPK
LHP
BPK
implikasi

Penggugat:
Pihak-pihak
yang
berkepentingan
dengan LHP BPK
dan
merasa
dilanggar hak-hak
subjektif-nya

Gugatan
PMH

Tergug
at

Hak-hak subjektif:
1.hak-hak
kebendaan
serta hak-hak absolute
lainnya
(eigendom,
erfpacht, dll);
2.hak-hak
pribadi
(kehormatan, nama baik,
dsb);
3.hak-hak khusus

1. BPK sebagai Lembaga

BPK adalah badan hukum publik
yang dalam beberapa hal bertindak
sebagai subjek hukum perdata, hal
ini karena ada pihak yang merasa
dilanggar
hak-hak
subjektifnya
dengan adanya LHP BPK
2. Anggota atau Pemeriksa BPK
Anggota atau Pemeriksa BPK dapat
digugat
secara
perdata
karena
perbuatan
hukumnya
sebagai
persoon.

Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

dalam LHP BPK
1365 KUHPerdata

Unsur-unsur:
1.Harus ada perbuatan
melawan hukum;
2.Adanya kesalahan;
3.Adanya kerugian yang
ditimbulkan;
4.Adanya hubungan sebab
akibat
antara
perbuatan
melawan hukum itu dan
kerugian.

Gugatan PMH karena LHP

BPK
Penyebab:
1. Pihak yang berkepentingan
(Penggugat)
merasa
ada
substansi dalam LHP BPK
yang
melanggar
hak-hak
subjektif-nya.
2. Pihak yang berkepentingan
(Penggugat)
merasa
dirugikan
dengan
adanya
publikasi LHP BPK.
3. Pihak yang berkepentingan
merasa
unsur-unsur
perbuatan melawan hukum
telah terpenuhi

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut (1365
KUHPerdata

Alasan Pembenar dalam Gugatan PMH

Terhadap BPK
Alasan pembenar dalam
gugatan PMH terhadap
BPK

Alasan pembenar dalam

PMH
Keadaan
memaksa/overmacht.
Pembelaan
terpaksa/noodweer).
Melaksanakan undangundang;.
Perintah atasan.

BPK Melaksanakan undang-undang

Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh
BPK, termasuk penyusunan dan publikasi
LHP-nya, merupakan pelaksanaan tugas
dan wewenang berdasarkan UU No.
15/2004 dan UU 15/2006
Menjalankan perintah atasan
Dalam hal gugatan diajukan kepada
Pemeriksa
BPK,
pelaksanaan
pemeriksaan oleh Pemeriksa telah sesuai
dengan prosedur dalam SPKN dan PMP.
Pemeriksa
menjalankan
tugas
berdasarkan penugasan dari Anggota
BPK.

Alasan pembenar adalah alasan yang

menghilangkan sifat melawan hukum dari perbuatan
itu

Pembuktian dan Lewat Waktu

Prinsip pembuktian
perdata
(1865 KUHPerdata)

Alat-alat bukti
(1866 KUHPerdata)

Setiap orang yang mendalilkan bahwa

ia
mempunyai
hak,
atau
guna
meneguhkan haknya sendiri maupun
membantah suatu hak orang lain,
menunjuk
pada
suatu
peristiwa,
diwajibkan membuktikan adanya hak
atau peristiwa tersebut

1.
2.
3.
4.
5.

Bukti tulisan;
Bukti dengan saksi-saksi;
Persangkaan-persangkaan;
Pengakuan;
Sumpah;

Hal-hal yang perlu diperhatikan

agar LHP BPK tidak digugat
perdata
1. Pelaksanaan
pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundangundangan

Dalam menjalankan pemeriksaan, harus

sesuai
dengan
ketentuan
yang
mengamanatkan pelaksanaan tugas dan
wewenang BPK yaitu UU 15/2004 dan UU
15/2006

2. Tidak melanggar
kewajiban hukumnya
sendiri

Dalam menjalankan pemeriksaan, BPK

harus mematuhi prosedur pemeriksaan
yang diatur dalam SPKN, PMP, Kode Etik,
Juklak dan Juknis Pemeriksaaan.

3.

Pemuatan substansi
dalam LHP yang tidak
melanggar hak-hak
subjektif orang laim

4. Manajemen
pemeriksaan yang baik

1.Substansi dalam LHP BPK berisi tentang

fakta-fakta
yang
terungkap,
bukan
merupakan hasil dugaan, atau judgement
subjektif dari pemeriksa.
2.Penggunaan
bahasa
yang
tidak
menyinggung perasaan pihak-pihak yang
Salah satu
alat
bukti dalam hukum perdata
terkait
dalam
LHP.
adalah
alat
bukti
tertulis,
untuk
mengantisipasi
gugatan
PMH
di
Pengadilan, maka manajemen dokumen
pada saat melakukan pemeriksaan harus
dilakukan secara rapi dan baik. Hal ini
untuk memperkuat pembuktian bagi BPK
pada persidangan.

IMPLIKASI
HUKUM PIDANA

PENGERTIAN HUKUM
PIDANA (APELDOORN)
1. HUKUM PIDANA MATERIIL
MENUNJUK PADA PERBUATAN PIDA
DAN YANG OLEH SEBAB PERBUATAN
ITU DAPAT DIPIDANA
2. HUKUM PIDANA FORMIIL
MENENTUKAN DENGAN CARA
BAGAIMANA PENGENAAN PIDANA ITU
DAPAT DILAKSANAKAN APABILA ADA
ORANG YANG DISANGKA TELAH
MELANGGAR LARANGAN TERSEBUT

S
U
B
Y
E
K

SUBYEK HUKUM
PIDANA
PERSOON
ORANG PERORANGAN

KUHP
KORPORASI
BADAN HUKUM/BUKAN BADAN HUKUM

UU TIPIKOR
UU PENCUCIAN UANG
UU TERORISME
UU ITE

BPK BADAN HUKUM PUBLIK KORPORASI SUBYEK HK. PIDANA

DELIK/PERBUATAN
PIDANA/TINDAK PIDANA
CIRI-CIRI DARI DELIK (JONKERS DAN UTRECHT :
1. DIANCAM DENGAN PIDANA OLEH HUKUM
2. BERTENTANGAN DENGAN HUKUM
3. DILAKUKAN OLEH ORANG YANG BERSALAH
4. ORANG ITU DIPANDANG BERTANGGUNG
JAWAB ATAS PERBUATANNYA

DASAR PENIADAAN
PIDANA

ALASAN PEMAAF (SISI PELAKU/SUBYEKTIF

1.
2.
3.

4.

TIDAK DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN (44 KUHP)

DAYA PAKSA (48 KUHP)
PEMBELAAN TERPAKSA MELAMPAUI BATAS KARENA
GONCANGAN JIWA/NORDWEER EXCES (49 AYAT (2)
KUHP)
MELAKSANAKAN PERINTAH JABATAN YANG
DIBERIKAN PENGUASA (50 AYAT (1) KUHP)

PEMERIKSA PENYUSUNAN LHP PERINTAH JABATAN

TIDAK DIPIDANA

DASAR PENIADAAN
PIDANA

ALASAN PEMBENAR (SISI

PERBUATAN/OBYEKTIF)
1.
2.
3.

MENJALANKAN PERATURAN PERUNDANGAN (50

KUHP)
PEMBELAAN TERPAKSA DARI SERANGAN/ANCAMAN
MELAWAN HUKUM/NOODWEER (49 AYAT (1) KUHP)
MENJALANKAN PERINTAH JABATAN YANG TIDAK
BERWENANG JIKA BAWAHAN ITU DENGAN ITIKAD
BAIK MEMANDANG ATASAN YBS SEBAGAI
BERWENANG (50 AYAT (2) KUHP)

PEMERIKSA PENYUSUNAN LHP MENJALANKAN

KETENTUAN UU TIDAK DIPIDANA

PENCEMARAN NAMA BAIK

(KUHP)
MENUDUH SESEORANG AGAR TERSIAR MELALUI TULISAN
KECUALI UNTUK KEPENTINGAN UMUM ATAU
MEMPERTAHANKAN DIRI (PASAL 310 KUHP AYAT (2))
APABILA TUDUHAN ATAU PENGHINAAN ITU DILAKUKAN
UNTUK MEMBELA KEPENTINGAN UMUM ATAU TERPAKSA
UNTUK MEMBELA DIRI MAKA TIDAK DIPIDANA
DIIZINKAN ORANG YANG MELAKUKAN TUDUHAN TERSEBUT
UNTUK MELAKUKAN PEMBUKTIAN, JIKA IA TIDAK MAMPU
MEMBUKTIKAN KEBENARAN TUDUHANNYA, MAKA
DIKENAKAN PIDANA SALAH MEMFITNAH. (PASAL 311 KUHP)
PEMBUKTIAN DILAKUKAN UNTUK MENCARI KEBENARAN
ATAS TUDUHAN TERSEBUT ATAU APAKAH DILAKUKAN DEMI
KEPENTINGAN UMUM ATAU MEMBELA DIRI.

PENCEMARAN NAMA BAIK

(UU
TTG
ITE)
SetiapNO
Orang11/2008
dengan sengaja
dan tanpa
hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.

BPK SELAKU BADAN HUKUM TIDAK DAPAT DITUNTUT BERDASARKAN

PASAL 27 AYAT (3) TERSEBUT, KARENA :
BPK SELAKU BADAN HUKUM TIDAK MEMILIKI KESENGAJAAN
SEPERTI YANG DIATUR DALAM PASAL TERSEBUT KARENA
KESENGAJAAN HANYA DIMILIKI OLEH PERSEORANGAN (PERSOON).
BPK MENDISTRIBUSIKAN LHP TERSEBUT BUKAN TANPA HAK,
NAMUN MERUPAKAN KEWAJIBAN BPK BERDASARKAN AMANAT UUD
DAN UU 15/2004.

PENCANTUMAN NAMA
DALAM LHP
TIDAK ADA LARANGAN PENCANTUMAN NAMA
PENYUSUNAN LHP ADALAH PENGUNGKAPAN
FAKTA YANG NYATA DAN SEBENARNYA DAN
PERINTAH UU DAN JABATAN.
HANYA DILAKUKAN JIKA AUDITOR MEMILIKI
BUKTI YANG KUAT SEHINGGA PENCANTUMAN
NAMA MERUPAKAN PENGUNGKAPAN FAKTA
WALAUPUN LHP FAKTA, TIDAK
MENGHILANGKAN HAK UNTUK MELAKUKAN
PENUNTUTAN ATAS PENCEMARAN NAMA BAIK
UNTUK MENGURANGI RESIKO, AUDITOR DAPAT
MENGGANTI PENCANTUMAN NAMA DENGAN
JABATAN

IMPLIKASI
HUKUM TATA USAHA
NEGARA

APAKAH LHP BPK

MERUPAKAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA (KTUN) ?
Unsur-Unsur Keputusan Tata Usaha Negara:
Surat penetapan tertulis

LHP BPK dibuat secara tertulis.

Dikeluarkan oleh Badan

atau Pejabat TUN

BPK melaksanakan tugas, kewajiban dan wewenangnya dalam

rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
pemeriksaan terhadap penyelenggaraan pengelolaan keuangan
negara, yaitu menyelenggarakan pemeriksaan urusan
administratif di bidang pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara yang diselenggarakan oleh penyelengggara
negara.
Buku LHP BPK

Bersifat
Konkrit
Bersifat
individual

Bersifat Final
Mempunyai akibat
hukum

Walau LHP BPK memuat lebih dari satu temuan dan

rekomendasi namun LHP BPK dianggap bersifat individual
karena temuan dan rekomendasi tersebut tidak ditujukan kepada
semua orang melainkan hanya kepada orang-orang yang
namanya jelas dinyatakan dalam rekomendasi LHP BPK tersebut
ketika LHP BPK sudah dimintakan tanggapan dari
pihak auditee dan kemudian serahkan kepada DPR
atau DPRD maka LHP BPK tersebut sudah final.
KTUN tersebut mengakibatkan timbulnya hak atau kewajiban
pada orang lain. Dalam hal ini LHP BPK, dalam
rekomendasinya menimbulkan hak dan kewajiban kepada
pihak yang terkena rekomendasi

Bentuk Konkrit Keputusan BPK

tentang LHP
Bentuk
Konkrit
- UU tidak mengatur
secara
LHP
tegas tentang bentuk konkrit
dari keputusan BPK ttg LHP,
UU hanya menyebutkan
bahwa hasil pemeriksaan
adalah ., yang dituangkan
dalam laporan hasil
pemeriksaan sebagai
keputusan BPK. (Pasal 1
angka 14 UU 15/2006)
- UU 15/2008 hanya
mengamanatkan untuk
mengatur lebih lanjut ttg
tugas dan wewenang BPK
dalam peraturan BPK (Pasal 6
ayat (6), Pasal 12, Pasal 15
ayat (5))

SK BPK Nomor 31/SK/I-VIII.3/8/2006, Ada 2 Jenis :

Keputusan BPK-RI yang bersifat mengatur (regeling),
adalah Keputusan yang ditetapkan oleh BPK-RI, berisi
ketentuan-ketentuan yang mengatur pelaksanaan
tugas pemeriksaan untuk menjalankan peraturan BPK
sebagaimana mestinya.
Keputusan BPK-RI yang bersifat menetapkan
(beschiking), adalah keputusan BPK yang bersifat
konkrit, individual dan final yang dikeluarkan oleh
BPK-RI sebagai pelaksana tugas yang berkaitan
dengan pemeriksaan. Materi muatan berisi penetapan
yang menimbulkan hak atau kewajiban atas diri
seseorang yang harus diperoleh atau dilaksanakan oleh
seseorang tersebut atau instansi terkait.
Contoh: Keputusan BPK-RI tentang
Pengenaan Ganti Kerugian terhadap
Saudara., Bendaharawan pada

Bentuk keputusan BPK ttg LHP adalah keputusan BPK-RI yang

bersifat menetapkan (beschiking)

Kewenangan Untuk Menandatangani dan

Menyampaikan LHP BPK kepada Lembaga
Perwakilan
Sumber
wewenang
BPK wewenang atribusi
Dalam kaitannya dengan tata
naskah dinas, sumber
wewenang menentukan siapa
yang bertanggung jawab atas
suatu tindak pemerintahan,
khususnya berkaitan dengan
tanggung jawab jabatan
menyangkut masalah
legalitas.
(Prof. Philipus M. Hadjon)
Tiga Sumber wewenang :
1. Atribusi;
2. Delegasi;
3. Mandat.

melekat pada jabatan yang

diberikan oleh UUD maupun
peraturan perundang-undangan
(UUD 1945, UU 15/2006 dan UU
15/2004)

Pemeriksa
dan
wewenang mandat

Kalan

- mandat dari BPK untuk dan atas

nama BPK melaksanakan tugas
dan
fungsi
BPK,
termasuk
pelimpahan wewenang kepada
Kalan
untuk menandatangani
dan
menyerahkan
LHP
BPK
kepada Lembaga Perwakilan di
daerah.

Hal yang perlu diperhatikan agar

LHP BPK tidak digugat TUN :
1. Mematuhi ketentuan-ketentuan
yang bersifat prosedural/formal
dalam penerbitan keputusan,

2. Mematuhi ketentuanketentuan yang bersifat

materiil/substantial,

3. Memiliki kewenangan
ketika mengeluarkan
keputusan tersebut,

Yaitu: SPKN, PMP Tahun 2008, Kode Etik,

Juklak dan Juknis Pemeriksaaan. Semua
ketentuan tersebut dari tahap pemeriksaan,
penyusunan LHP sampai tahap Publikasi
LHP merupakan satu kesatuan yang jika
dilanggar satu saja dapat membuat LHP BPK
menjadi tidak sah.
Yaitu: SPKN, PMP Tahun 2008, Juklak dan
Juknis Pemeriksaaan. Ketentuanketentuan yang mengatur isi, materi atau
substansi dari LHP BPK, misalnya LHP
memiliki substansi tentang fakta-fakta
yang terungkap,bukan hasil dugaan, atau
subjektif judgement dari pemeriksa.

LHP BPK di issued atau dikeluarkan oleh

Pejabat yang berwenang untuk itu, atau
oleh Pejabat yang didelegasikan untuk
itu, atau Pejabat yang menerima mandat
untuk itu.

4. Tidak mengeluarkan keputusan yang menyalahgunakan kewenangan,

Setiap penentuan norma-norma hukum di dalam tiap peraturan itu tentu dengan tujuan dan
maksud tertentu. Oleh karena itu, penerapan ketentuan tersebut harus selalu sesuai dengan
tujuan dan maksud khusus diadakannya peraturan yang bersangkutan. Dengan demikian
peraturan yang bersangkutan tidak dibenarkan untuk diterapkan guna mencapai hal-hal yang
diluar maksud tersebut. Dengan begitu wewenang materiil BPK dalam mengeluarkan LHP BPK
juga terbatas pada ruang lingkup maksud bidang khusus yang telah ditentukan dalam peraturan
dasarnya.

5. LHP BPK tidak bersifat sewenang-wenang.

Cara menguji apakah berbuat sewenang-wenang:
a.
b.

Apakah semua fakta yang relevan telah dikumpulkan untuk ikut dipertimbangkan dalam LHP
BPK;
Apakah penyusun LHP BPK pada waktu mempersiapkan, memutuskan dan melaksanakannya
telah memperhatikan asas yang berlaku;

c.

Apakah keputusan yang diambil juga akan sama dengan keputusan yang sedang digugat
kalau hal-hal tersebut pada angka 1 dan 2 telah diperhatikan

SELESAI