Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DARURAT
PEMBEBASAN JALAN NAPAS
( AIRWAY BREATING
MANAGEMENT)
Lanjutan.....
b.Nasofaring(terdapatpharyngeal
tonsildanTuba Eustachius).
c.Orofaring(merupakan pertemuan rongga
mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah).
d. Laringofaring (terjadi persilangan antara
aliran udara dan aliran makanan).
Pada korban yang tidak sadar, lidah akan
terjatuh kebelakang rongga mulut. hal ini
dapat menyebabkan gangguan pada airway.
Lidah pada bayi lebih besar secara relatif
sehingga lebih mudah menyumbat airway.
Lanjutan.....
2.Saluran Nafas Bagian Bawah
a.Laring: Terdiri dari Tulang
rawankrikoid,Selaput/pita suara,Epilotis,
Glotis.
b.Trakhea: Merupakan pipa silider dengan
panjang 11 cm, berbentuk cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian
belakang dihubungkan olehmembran
fibroelasticmenempel pada dinding
depanusofagus.Pada bayi, trakea
berukuran lebih kecil, sehingga tindakan
mendongakan kepala secara berlebihan
(hiperekstensi) akan menyebabkan
sumbatan pada airway.
Lanjutan.....
c.Bronkhi: Merupakan percabangantrakheakanan
dan kiri. Tempat percabangan ini
disebutcarina.Brochuskanan lebih pendek, lebar
dan lebih dekat dengantrachea. Bronchuskanan
bercabang menjadi: lobus superior, medius, inferior.
Brochuskiri terdiri dari: lobus superiordaninferior
d.Epiglotis:Trakea dilindungi oleh sebuah flap
berbentuk daun yang berukuran kecil yang
dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup
laring pada saat makanan atau minuman masuk
melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke
esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti
trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat
terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring
yang dapat mengakibatkan tersedak.
Lanjutan.....
3.Alveoli
Terdiri dari:membran alveolardan
ruanginterstisial. Membran alveolar:
a.Small alveolar celldenganekstensi
ektoplasmikke arah rongga alveoli
b. Large alveolar cellmengandunginclusion
bodiesyang menghasilkan surfactant.
c.Anastomosing capillary, merupakan
systemvenadanarteriyang saling berhubungan
langsung, ini terdiri dari :sel endotel,aliran darah
dalam ronggaendotel
d.Interstitial spacemerupakan ruangan yang
dibentuk oleh:endotel kapiler,epitel alveoli,
saluranlimfe, jaringankolagen dansedikit serum.
Lanjutan.....
4.Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darahvenavenadariventrikelkanan kearteri
pulmonalisdan mengalirkan darah yang
bersifatarterialmelauluivena
pulmonaliskembali keventrikelkiri.
Lanjutan.....
A. Management airway
A.Definisi
Management jalan nafas adalah
tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan napas dengan
tetap memperhatikan kontrol
servikal.
B. Tujuan
Adalah membebaskan jalan napas
untuk menjamin jalan masuknya
udara ke paru secara normal
Lanjutan.....
Untuk menilai nafas yang tidak adekuat
maka seorang penolong harus melakukan :
1.Look :apakah naik turunnya dinding dada
seirama dengan alunan nafas,
kesimetrisan pergerakan dinding dada
selama pernafasan antara sisi kiri-kanan,
kedalaman pernafasan, penggunaan otot
bantu pernafasan, clan retraksi dinding
dada.
2.Listen :suara udara yang masuk dan
keluar dari hidung/mulut, apakah bebas,
seperti berkumur, tersengal, merintih
ataupun mengi.
Lanjutan.....
B. Etiologi
Banyak sebab yang dapat menyebabkan sumbatan jalan
nafas sebagian ataupun total, seperti :
Sumbatan pada lidah
Akibat berkurangnya tonus otot penahan lidah, lidah jatuh
ke belakang dan menutupi faring. Hal ini dijumpai pada
pasien tidak sadar, intoksikasi alokohol ataupun obat lain.
Sumbatan karena epiglotis
Akibat inspirasi paksa berlebihan sehingga epiglotis
tertarik menyumbat jalan nafas
Benda asing
Kerusakan jaringan
Akibat luka tusuk ataupun benturan benda tumpul dan
pembengkakan (edema) faring dan trakea akibat trauma
ataupun luka bakar
Penyakit
Infeksi saluran pernafasan clan reaksi alergi
mengakibatkan peradangan dan edema saluran nafas.
a) Tanpa alat
Pada kondisi dimana tidak terdapat
alat maka dilakukan upaya membebaskan
jalan nafas secara manual dengan cara
triple airway manuver meliputi:
1. Chin Lift maneuver (tindakan
mengangkat dagu)
Tehnik ini hanya dapat digunakan pada
korban tanpa cedera kepala, leher, dan
tulang belakang.
2. Jaw thrust maneuver (tindakan
mengangkat sudut rahang bawah)
Lanjutan.....
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar,
lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada
tidak mengembang, maka kemungkinan ada
sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver
Heimlich.
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya
suara nafas tambahan) :
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan
pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust,
pemasangan pipa orofaring/nasofaring,
pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di
daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep,
pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
Lanjutan.....
Lanjutan.....
Lanjutan.....
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada
posisi supine/unconcious:
1)Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi
paha klien.
2)Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan
anda yg menempel di abdomen tepatnya di bawah
prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3)Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan
dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas.
4)Jika diperlukan, ulangiabdominalthrust beberapa
kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
5)Kaji jalan napas secara sering utk memastikan
keberhasilantindakanini.
Lanjutan.....
2. Back blow
Tahapan Prosedur Back Blow
Untuk Bayi:
1)Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah
anda, dimana kepala bayi lebih rendah dari pada
badannya.
2)Topang kepala bayi dengan memegang rahang
bayi.
3)Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara
tulang belikat menggunakan tumit tangan anda.
4)Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan
leher bayi dan posisikan di atas paha.
5)Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple
bayi. Tempatkan jari tengah anda pada sternum
dampingi dengan jari manis.
Lanjutan.....
PERHATIAN:
1)Back blow tidak direkomendasikan
pada pasien diatas usia bayi..
2) Sapuan jari membuta harus dihindari
pada bayi dan anak, sebab kemungkinan
dapat mendorong benda asing lebih
kebelakang kedalamjalan napas.
Komplikasi:
1) Nyeri abdomen, ekimosis
2) Mual, muntah
3) Fraktur iga
4) Cedera/trauma pada organ-organ
dibawah abdomen/dada
3. Chest thrust
Jika posisi klien duduk/ berdiri:
1) Anda berdiri di belakang klien.
2)Lingkarkan lengan kanan anda
dengan tangan kanan terkepal di
area midsternal di atas prosesus
xipoideus klien (sama seperti pada
posisi saat kompresijantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke
bawah ke arah spinal. Jika perlu
ulangi chest thrust beberapa kali utk
menghilangkan obstruksi jalan napas.
Lanjutan.....
Lanjutan.....
Jika posisi klien supine:
1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi
paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan
anda dan posisikan bagian bawah lengan kanan anda
pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresijantungluar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke
arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa
kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring
klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan
mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan
Kelly atau Megil forcep.
Lanjutan.....
Berbagai jenis sungkup muka tersedia
tetapi yang disarankan adalah yang
transparansehingga dapat melihat
langsung keadaan mulut dan hidung serta
ada tidaknya sumbatan.
Kunci utama tehnik ini adalah
kemampuanmempertahankan seal antara
sungkup muka clan wajah paten, jika tidak
terjadi kebocoran maka ventilasi akan
adekuat.
Komplikasi dari tehnik ini adalah lambung
dan kemungkinan aspirasi paru.
Lanjutan.....
Lanjutan.....
Bentuk LMA seperti endotracheal tube yang
besar pada ujung proksimal dan yang
terhubung dengan masker pada ujung distal
LMA merupakan alat jalan nafas yang baik pada
banyak keadaan, termasuk dikamar operasi,
depertemen gawat darurat, dan perawatan
diluar rumah sakit, karena alat mudah
digunakan dan cepat ditempatkan, bahkan
untuk pekerja yang tidak berpengalaman
Alat tersebut menghasilkan distensi gaster
yang rendah dibandingkan dengan bag-valvemask ventilation, dimana mengurangi namun
tidak menghilangkan resiko aspirasi.
Lanjutan.....
Keuntungan LMA dibanding ETT adalah
berkurangnya risiko stridor pasca operasi. Obstruksi
saluran napas pasca operasi juga lebih sedikit.
cara ini memerlukan perhatian khusus seperti:
1. Selama anestesi anak harus bernapas spontan.
Pemberian ventilasi tekanan positif akan
meningkatkan risiko regurgitasi isi lambung
terutama bila tahanan jalan napas besar dan
volume paru rendah.
2. Pemasangan LMA akan sulit pada pasien dengan
pembesaran tonsil.
3. LMA harus dilepaskan sebelum pasien sadar
kembali.
2. Tehnik Invasif
a. Intubasi trakea / ETT
Pada kondisi gawat darurat jalan nafas
merupakan komponaen yang paling
penting dan menjadi prioritas utama
dalam penanganannya.
Banyak sekali pasien yang tidak sadar
maupun yang sadar yang tidak dapt
mempertahankan jalan nafasnya
terbuka, tidak mampu mengeluarkan
sekret, mencegah aspirasi dan
membutuhkan bantuan ventilasi
Lanjutan.....
1. S (scope)
Scope terdiri dari laringoskop dan
stetoskop.Berdasarkan bentuk bilahnya terdapat dua
macam laringoskop dengan berbagi ukuran mulai dari
bayi sampai dewasa.yaitu bilah yang melengkung
(macintosh) dan bilah yang lurus (magil).
Tidak ada perbedaan fungsi diantara keduanya,
perbedaannya adalah bilah lurus digunakan untuk
visualisasi pita suara dengan caramengangkat
epiglotis sedangkan bilah lengkung tidak mengangkat
epiglotis secara langsung tapi dengan cara
menempatkan ujung bilah di dalam valecula dan
mengangkat epigfotis secara tidak langsung dengan
menarik frenulumnya tanpa menyentuh epiglotis
Lanjutan.....
2. T (tube)
Tube atau pipa nafas (ETT) harus dipilih sesuai ukuran
trakea pasien, jika ukuran yang digunakan terlalu kecil
maka akan terjadi kebocoran, begitu pula jika ukuran ETT
terlalu besar maka tidak akan masuk ke trakea dan bisa
menimbulakan cedera apabila dipaksakan.
Pemilihan yang tepat berdasarkan umur dan jenis kelamin,
biasanya wanita memiliki ukuran trakea yang lebih kecil
dari laki-laki. Rumus yang dapt digunakan untuk anakanak adalah 4+ (umur dalam tahun / 4) atau secara
sederhana dapat dilihat ukuran dari jari kelingking pasien.
Ukursn untuk pasien laki-laki dewasa adalah 7,5 8
sedangkan untuk wanita 7 7,5. Setelah didapatkan 1
ukuran yang pas harus pula disiapkan satu ukuran
dibawahnya dan 1 ukuran diatasnya. Misalnya ukuran
yang akan dipakai adalah no 7 maka disiapkan pula no 6,5
dan 7,5.
3. A (Airway)
Segala peralatan yang digunakan untuk
membuka dan mengmankan jalan nafas
sementara harus disiapkan seperti
orofaringeal airway (OPA/guedel/mayo)
dan nasofaringeal airway (NPA).
Ukuran guedel atau NPA disesuaikan
dengan ukuran jalan nafas.
Panjangnya guedel yang dibutuhkan
diukur jarak dari sudut bibir sampai
kebagian depan liang telinga.
4. T (Tape)
Tape atau plester berguna untuk
melakukan fiksasi setelah intubasi
selesai dilakukan.
Tanpa fiksasi kemungkinan ETT
akan tercabut atau terdorong akan
lebih besar sehingga perlu difiksasi
dengan plester ke pipi atau wajah
pasien.
5. I (Introducer)
Introducer digunakan untuk membantu
intubasi.
Alat yang biasa digunakan adalah
mandarin yaitu kawat yang bisa
dimasukan ke dalam ETT dan
dibentuk / dilengkungkan sesuai
dengan anatomi jalan nafas, Sehingga
akan memudahkan mengarahkan ujung
ETT melewati pita suara.
Alat lain adalah Klem magil, jerupa
klem yang bisa menjepit ETT di,dalam
6. C (Conector)
Merupakan alat untuk
menghubungkan ETT dengan alat
lainnya yaitu baging, ventilator,
dll.
Conecior ini mempunvai ukuran /
diameter yang standar sehingga
dapat dihubungkan kesemua alat.
7. S (Suction)
Suction lengkap dengan kateter
suction digunakan untuk
menghisap lendir, sekret ataupun
darah yang berada di dalam
rongga faring dan menghalangi
pandangan.
perhatian
Dalam melakukan intubasi trakea seorang
tenaga medis harus melakukan evaluasi
terhadap anatomi jalan nafas meliputi:
pemeriksaan gigi geligi, ukuran rongga
mulut, jarak tiroid dan os mentalis
mandibula, mobilitas leher dan mandibula.
Evaluasi tersebut untuk menyingkirkan
kemungkinan sulit intubasi.
pasien diposisikan daiam posisi snifing
position yaitu; fleksi pada leher bagian
bawah denganekstensi pada atlantoocipital
joint.
Posisi ini akanmenyebabkan aksis
orofaringeolaringeal berada dalam satu garis
dan memudahkan visualisasi pita suara.
Lanjutan.....
Setelah posisi pasien benar maka
diteruskan dengan preoksigenasi, yaitu
pemberian oksigen 100 % selama
beberapa menit melalui baging.
Laringoskop dipegang oleh tangan kiri,
kemudian bilah dimasukan dari sudut
mulut pasien sebelah kanan menyususri
lidah.
Setelah mendekati pangkal lidah,
laringoskop digeserkan ke sebalah kiri
sampai berada di garis tengah dengan
menyingkirkan lidah ke sebelah kiri.
Lanjutan.....
Lanjutan.....
Komplikasi intubasi
Tindakan laringoskopi dapat
mengakibatkantrauma jalan nafas jika
tidak dilakukan dengan hati-hati.
Cedera pada bibir, atau gigi patah
merupakan kejadian yang spring
terjadi.
Tindakan laringoskopi merupakan
tindakan yang menyakitkan, untuk itu
perlu diberikan analgetik atau
anastetik lokal, jika nyeri ini terjadi
maka dapat mengakibatkan gangguan
irama jantung sampai henti jantung.
Lanjutan.....
b. Krikotiroidotomi
a. Pengertian Membuat jalan nafas melalui
trachea dengan memasang kanul trachea
b. Tujuan Memperlancar jalan nafas pada klien
yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian
atas
c. Indikasi Sumbatan total jalan nafas atas
d. Persiapan
Alat :
1) Alat pelindung diri (masker, handscoen)
2) Disposible calpel no. 11
3) Instrumen dasar
4) Antiseptic
5) Silocain 2 % injeksi
6) Dysposible syring 20 cc
7) Kanul trachea / ETT (nomor sesuai
kebutuhan)
- persiapan Pasien :
1. Inform consent
2. Penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada pasien dan
keluarga
3. Posisi pasien terlentang dengan
leher netral
Lanjutan.....
-Persiapan Petugas :
2 orang dokter dan perawat
e. Pelaksanaan
(a)Petugas menggunakan masker, handscoen
(b)Posisi pasien terlentang dengan leher dalam posisi
netral, lakukan palpasi tiroid, notch cricothiroid
internal dan eksternal notch untuk orientasi
(c)Disinfeksi dengan propidone, iodine 10 % dan
anastesi local daerah operasi
(d)Buat insisi transversal di atas membran
cricothyroid
(e)Buka jalan nafas dengan klem atau dengan
spreader trachea atau dengan pegangan scalpel
dengan memutar 90 derajat
Lanjutan.....
c. Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan jika tidak
memungkinkan untuk dilakukan intubasi.
1.Pengertian trakeostomi
Trakeostomi adalah tindakan membuat
lubang pada dinding depan/anterior
trakea untuk bernapas. (Soepardi, 2001 :
204)
Trakeostomi adalah pembuatan
lubang permanen atau sementara melalui
tindakan bedah kedalam trakea kedua,
ketiga, atau keempat.
2.Indikasi trakeostomi
1) Edema trakea karena trauma atau respon
alergi
2) Obstruksi laring STD III & IV
3) Ventilasi mekanik
4) Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
napas
5) Luka bakar jalan napas
6) Perdarahan jalan napas atas
7) Fraktur laring, mandibula, maksilaris
8) Cedera kepala berat
9) Trauma tembus cranium & thorak
10) Persiapan operasi tractus respiratorius
bagian atas
11) Orotracheal intubasi susah pada waktu
Anasthesi umum
3. Fungsi Trakeostomi
a. Mengurangi dead space/ruang rugi 10-50
% di saluran napas bagian atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan
faring. Dengan adanya stoma maka
seluruh oksigen yang dihirupnya akan
masuk ke dalam paru, tidak ada yang
tertinggal di ruang rugi tersebut. Hal ini
berguna pada pasien dengan kerusakan
paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.
b. Mengurangi tekanan aliran udara
pernapasan.
c. Proteksi terhadap aspirasi.
d. Pasien bisa menelan tanpa adanya reflek
apneu.
Lanjutan.....
4. Komplikasi Trakeostomi
b.Komplikasi pertengahan
(Intermediate) :
5. Persiapan Alat
Semprit
Obat analgesia (Novokain)
Pisau (Skalpel)
Pinset anatomi
Gunting panjang yang tumpul
Pengait tumpul 1 pasang
Klem arteri
Lanjutan.....
Gunting kecil tajam
Kanul trakea (Ukuran disesuaikan
dengan pasien)
Hand Schoon steril
Antiseptik
Plester
Gunting perban
Bengkok
Gaas steril
Kain/duk steril
6. Prosedur kerja
Atur posisi pasien yaitu dalam keadaan terlentang,
bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga
memudahkan kepala untuk diekstensikan pada
persendian atlanto oksipital.
Kulit dibersihkan secara aseptik.
Tutup kulit leher dengan kain steril
Suntikkan obat anastetikum (Novokain) di
pertengahan krikoid dengan fosa suprasternal
secara infiltrasi.
Lakukan sayatan pada kulit leher. Sayatan dapat
vertikal di garis tengah leher mulai di bawah krikoid
sampai fosa suprasternal atau jika membuat
sayatan horisontal dilakukan pada pertengahan
jarak antara kartilago krikoid dengan fosa
suprasternal atau kira-kira 2 jari dibawah krikoid
orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit,
dibuat kira-kira 5 cm.
Lanjutan.....
Pisahkan kulit serta jaringan dibawahnya
dengan gunting panjang yang tumpul, lapis
demi lapis
Tarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai
tampak trakea yang berupa pipa dengan
susunan cincin-cincin tulang rawan yang
berwarna putih.
Buka lapisan kulit dan jaringan dibawahnya
tepat ditengah sampai trakea terlihat.
Tarik pembuluh darah yang tampak ke lateral.
Tarik ke atas ismus tiroid yang ditemukan
supaya cincin trakea terlihat jelas. Jika tidak
mungkin, ismus tiroid diklem pada dua tempat
dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem
dilepaskan, ismus tiroid diikat kedua tepinya
dan sisihkan ke lateral.
Lanjutan.....
Hentikan perdarahan, jika perlu diikat.
Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan
jarum pada membran antara cincin trakea
dan akan terasa ringan waktu ditarik.
Buat stoma dengan memotong cincin trakea
ketiga dengan gunting yang tajam.
Pasang kanul trakea dengan ukuran yang
sesuai.
Fiksasi kanul dengan tali pada leher pasien
dan tutup luka operasi dengan kasa steri
Tali yang diikat pada leher pasien diukur
dengan menggunakan telunjuk untuk
mencegah pasien tercekik.