Sunteți pe pagina 1din 21

Referat

Spondilitis TB

Febrina Hertanti Bakri


406151069
Pembimbing: dr. Natan P. Sp.S
Kepaniteraan Ilmu Penyakit
Saraf
RSPI Prof. Sulianti Saroso
13 Februari 18 Maret
2017
Pendahuluan

Spondilitis (spondylitis) mengacu pada rasa


sakit punggung kronis dan kekakuan
Peradangan Infeksi bakterial TB
Spondilitis tuberkulosa 50% dari seluruh
tuberkulosis tulang dan sendi
negara yang sedang berkembang sekitar
60% kasus terjadi pada usia <20 tahun
sedangkan pada negara maju > tua
Epidemiologi

Merupakan 50% dari seluruh TB tulang dan


sendi karena memiliki vaskularisasi yg sangat
baik
Sering ditemukan pada vertebra torakalis
bawah dan lumbalis
Daerah torakal >> pada anak & remaja
10-45% kasus - defisit neurologis serius
Etiologi

Tuberkulosis tulang belakang merupakan


infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tipik (2/3 dari tipe
human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh
Mycobacterium tuberculosa atipik.
Patofisiologi

Dapat terjadi melalui penyebaran:


Hematogen infeksi awal / reaktivasi TB laten
Nodus limfaticus para aorta
Jalur limfatik ke tulang dari fokus tuberkulosa
yang sudah ada sebelumnya diluar tulang
belakang
Basil M.Tuberculosis dapat berasal dari paru dan
mencapai vertebra plexus para vertebra Batson
Klasifikasi

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal


bentuk spondilitis :
Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di
area metafise di bawah ligamentum longitudinal anterior /
area subkondral. >> regio lumbal, orang dewasa. Dapat
menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.

Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra
>> regio torakal , >> anak-anak
menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan
dengan tipe lain deformitas spinal yang lebih hebat Dapat
terjadi kompresi spontan atau akibat trauma.
Anterior
infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari
vertebra di atas dan dibawahnya. Gambaran radiologisnya
mencakup adanya scalloped karena erosi di bagian anterior dari
sejumlah vertebra (berbentuk baji)

Bentuk atipikal
terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa
spinal dengan keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma
yang terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan tulang
(tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan
spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior.
Gejala Klinis

Badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun.


Suhu subfebril terutama pada malam hari
Nyeri punggung
Pada awal nyeri intercostal :menjalar dari tulang belakang ke garis
tengah keatas dada melalui ruang intercosta, hal ini karena
tertekannya radiks dorsalis ditingkat thoracal
Nyeri spinal menetap
Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus karena proses
destruksi lanjut berupa :
Paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf, akibat penekanan
medulla spinalis yang menyebabkan kekakuan pada gerakan berjalan dan
nyeri
Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai bersifat UMN dan adanya
batas deficit sensorik setinggi tempat gibus/lokalisasi nyeri interkostal
Pemeriksaan Fisik

Adanya gibus dan nyeri setempat


Spastisitas
Kompresi medulla spinalis defisit neurologis paraplegi
Palpasi prosesus spinalis small knuckle kyphosis
perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas
prosesus spinosus vertebrae yang terkena tenderness.
Std lanjut abses(+) teraba massa berfluktuasi dan
kulit diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess,
yang membedakan dengan abses piogenik yang teraba
panas). Biasa terdapat pada daerah lipat paha, fossa
iliaka, retropharynx, atau di sisi leher (di belakang otot
sternokleidomastoideus)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium:
Laju endap darah meningkat (tidak spesifik hanya
10% kasus), dari 20 sampai lebih dari
100mm/jam
Dapat terjadi leukositosis perifer

Radiologi : Ro, CT scan, MRI


Pemeriksaan spesimen dari abses paraspinal
Foto polos
lesi litik dan sklerotik, osteolisis dan destruksi korpus vertebra
CT Scan
mampu mendeteksi kelainan pada stadium lebih awal dibandingkan foto polos, dapat
mendeteksi abses yang tidak tampak secara klinis

Tampak adanya
penghancuran elemen
posterior tulang
MRI
lebih disarankan u/ pasien dgn defisit neurologis mendeteksi adanya kompresi medulla
spinalis atau kauda equina

A dan B gambaran
potongan sagital
dari vertebra
thorakal,
menunjukkan
gambar disk space
loss dan kompresi
vertebral dengan
ekstensi jaringan
lunak
paravertebral
(panah).
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari :


Anamnesa mengenai riw TB lama, rasa nyeri
Gejala klinis: gejala khas TB, terjadi mendadak dan
berevolusi lambat
o Nyeri punggung yang terlokalisir
o Bengkak pada daerah paravertebral
o Tanda dan gejala sistemik dari TB
o Tanda defisit neurologis, terutama paraplegia
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Prognosis

Prognosa dari penyakit ini bergantung dari


cepatnya dilakukan terapi dan ada tidaknya
komplikasi neurologic, awal prognosis untuk
kesembuhan sarafnya lebih baik, paraplegia
akhir prognosisnya biasanya kurang baik.
Bila paraplegia disebabkan oleh mielitis
tuberkulosa prognosisnya ad functionam juga
buruk.
Referensi

Martini F.H., Welch K. Fundamentals of Anantomy and Physiology. 5th ed. New Jersey :
Upper Saddle River, 001: 132,151
Rasjad C, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Jakarta: hal 144-149
Hidalgo JA, Pott Disease (Tuberculous Spondylitis), Herchline T, Talavera F, Jhon JF,
Mlonakis E, Cunha BA. Available from
http://www.emedicine.com/med/infecMEDICAL_TOPICS.htm
Wim de Jong, Spondilitis TBC, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta; hal. 1226-1229
Bohndorf K., Imhof H. Bone and Soft Tissue Inflammation. In :Musculoskeletal Imaging: A
Concise Multimodality Approach. New York :Thieme, 2001 : 150, 334-36.
Lindsay, KW, Bone I, Callander R. Spinal Cord and Root Compresion. In : Neurology and
Neurosurgery Illustrated. 2nded. Edinburgh : Churchill Livingstone, 1991 : 388
Savant C, Rajamani K. Tropical Diseases of the Spinal Cord. In : Critchley E,Eisen A., editor.
Spinal Cord Disease : Basic Science, Diagnosis and Management. London :Springer-Verlag,
1997 : 378-87.
Sidharta P, Spondilitis Tuberculosa, in Lazuardi S, Hok TS, Sudibjo AI, at all eds, Neurologi
Klinik dalam Praktek Umum,Dian Rakyat, Jakarta 1999:341
Dewi LK, Edi A, Suarthana E, Spondilitis Tuberkulosa, in Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani
WI, Setiowulan W, eds, Kapita Selekta Kedokteran Media Aesculapius Jakarta 2000 : 58

S-ar putea să vă placă și