Sunteți pe pagina 1din 37

CEDERA KEPALA Penatalaksanaan

Cedera Kepala dengan Multipel


Trauma
Amanda Nofita Dewi, S. Ked *
dr. Apriyanto, Sp.BS, M.Kes**
Pendahuluan
Dibandingkan dengan cedera lainnnya,
presentase cedera kepala yg tertinggi 80%
Di amerika serikat 1,4 juta orang menderita
cedera kepala setiap tahunnya
Disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian
maupun akibat kekerasan
CKR 75-80%, sisanya CKS dan CKB 10%
Anatomi kepala
Meningens
Otak
Fisiologi kepala
Cedera kepala
SINONIM: Trauma kapitis = cedera kepala = head
injury = trauma kranioserebral = Traumatic Brain
Injur.
Definisi
Suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
Klasifikasi
Patologi
1. Primary damage
2. Secondary damage
akibat berbagai proses patologis yang timbul
sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak
primer
perdarahan, edema otak, kerusakan neuron
berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi
Diagnosis
Anamnesis
a. Mekanisme trauma
b.Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan
kesadaran atau dengan interval lucid
c. Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea
d. Amnesia traumatika (retrograd/anterograd)
Pemeriksaan fisik umum dan 8. Refleks tendon, refleks
neurologis patologis
1. Penilaian kesadaran berdasarkan 9. Pemeriksaan fungsi batang
GCS otak
2. Penilaian fungsi vital 10. Pemeriksaan pupil
3. Otorrhea/rhinorrhea 11. Refleks kornea
4. Ekimosis periorbital 12. Dolls eye phenomenone
bilateral/eyes/hematoma kaca 13. Monitor pola pernafasan
mata 14. Gangguan fungsi otonom
5. Ekimosis mastoid 15. Funduskopi
bilateral/Battles sign
6. Gangguan fokal neurologik
7. Fungsi motorik: lateralisasi,
kekuatan otot
Pemeriksaan penunjang
a. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
b. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto
servikal
c. CT scan otak: untuk melihat kelainan yang
mungkin terjadi.
Hematoma Epidural
Tanda diagnostik klinik:
1. Lucid interval (+)
2. Kesadaran makin menurun
3. Late hemiparese kontralateral lesi
4. Pupil anisokor
5. Babinsky (+) kontralateral lesi
6. Fraktur di daerah temporal
Ct-scan
Hiperdens (perdarahan) di
tulang tengkorak dan
duramater,umumnya
daerah temporal, dan
tampak bikonveks.
Hematoma subdural
Perdarahan yang terjadi di antara duramater-
arakhnoid, akibat robeknya bridging vein
(vena jembatan).
Jenis : akut, subakut, kronis
Hematoma subdural akut gejala dan tanda
klinis: Sakit kepala, Kesadaran menurun
Ct-scan
Gambaran hiperdens
(perdarahan) diantara
duramater dan arakhnoid,
umumnya karena robekan
dari bridging vein, dan
tampak seperti bulan
sabit.
Hematoma intraserebral

perdarahan parenkim
otak, disebabkan karena
pecahnya arteri
intraserebral mono- atau
multiple.
Fraktur basis cranii
Anterior
Gejala dan tanda klinis :
- Keluarnya cairan likuor
melalui
hidung/rhinorea
- Perdarahan bilateral
periorbital
ecchymosis/raccoon
eye
- anosmia
Media
Gejala dan tanda klinis
- Keluarnya cairan likuor
melalui telinga/otorrhea.

Posterior
Gejala dan tanda klinis :
- Bilateral mastoid
ecchymosis/battles sign
Penatalaksanaan
Mencegah cedera primer serta menghindari
dan mengelola cedera sekunder.
Landasan dari pengelolaan cedera kepala
traumatik adalah resusitasi dan stabilisasi di
tempat kejadian.
Primery survey
A. Airway Maintenance with Cervical Spine
Protection
B. Breathing and Ventilation
C. Circulation and Hemorrhage Control
D. Disability/Neurological Status
E. Exposure/Environmental Control
Airway
Bersihkan orofaring dari darah, mukus
maupun benda asing.
Penggunaan tabung orofaringeal.
Intubasi endotrakeal /krikotiroidotomi
Perlindungan Spine serviks
Breathing
1.Flail chest: Memantau pasien multitrauma
pulse oximetry dan tua atau berat.
gas darah, intubasi
dan ventilasi jika ada
hipoksia atau
gangguan
pernapasan.
Pertimbangkan
intubasi dini pada
2.Luka terbuka di dinding dada: Penutupan
dengan kasa 3 sisi dapat diterapkan sambil
mempersiapkan penyisipan tabung dada.
3.Tension pneumotoraks: dekompresi awal
dengan penyisipan jarum melalui ruang
interkostal 2 anterior, mid-klavikularis.
Thoracostomy tabung.
Circulation
Hipotensi petunjuk kehilangan banyak
darah.
Kaji tekanan darah, denyut jantung dan bukti
perdarahan.
Kontrol perdarahan eksternal dengan tekanan
langsung.
Jika ada syok, masukkan satu atau dua jalur
infus besar dan mulai resusitasi cairan.
Syok hipovolemik
Akses vaskular dengan dua atau lebih jalur
infus besar.
Pada anak-anak muda dari 6 tahun
pertimbangkan infus intra-osseus, jika vena
perifer tidak tersedia.
Berikan cairan 2 liter Ringer Laktat (atau 20 ml
/ kg untuk anak-anak).
Syok kardiogenik
syok kardiogenik: tamponade jantung, memar
miokard, ketegangan pneumothorax, emboli
udara, dan infark miokard.
Pengobatan terdiri dari posisi pasien dalam
posisi Trendelenburg, torakotomi.
Disability
Kaji tingkat kesadaran (Glasgow Coma Scale).
Menilai pupil (ukuran, reaktivitas).
Exposure
Undress pasien sepenuhnya untuk
pemeriksaan menyeluruh.
Jaga pasien tetap hangat dengan selimut .
Secondary survey
Terdiri dari pemeriksaan lengkap dari kepala
sampai kaki (kepala dan leher, dada, perut,
punggung, pemeriksaan dubur dan vagina,
dan muskuloskeletal).
Terapi medikamentosa
cairan intravena
hiperventilasi
manitol
furosemid
steroid
barbiturat dan antikejang
Pembedahan
Fraktur depresi tulang tengkorak
Lesi massa intracranial
TERIMA KASIH

S-ar putea să vă placă și