Sunteți pe pagina 1din 21

Amoebiasis

Annisa Nurfiatul Aini


1411012074
Amebiasis
Amebiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh
Entamoeba histolytica dan disebut sebagai penyakit
bawaan makanan (Food Borne Disease). Amebiasis
merupakan penyebab ketiga kematian akibat infeksi
parasit di dunia setelah malaria dan skistomiasis. Pada
dasar global, amebiasis mengenai 50 juta orang per
tahun, dan menyebabkan hampir 100,000 kematian
(Dhawan, 2008).
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica termasuk kelas
Rhizopoda yang merupakan jenis parasit
golongan protozoa. Dalam hal ini manusia
adalah hospes dari Entamoeba histolytica yang
dapat menjadi patogen bagi manusia.
Morfologi
1. Tropozoit
Merupakan bentuk yang tumbuh, berkembang biak dan
aktif mencari makanan, bentuknya tidak tetap
Bergerak menggunakan psedopodinya
Bentuk ini mudah mati diluar tubuh manusia

2. Tropozoit prakista
Bentuk peralihan tropozoit ke kista
Bentuk bulat atau agak lonjong
Psedopodi yang tumpul
3. Kisti berinti satu
Bentuk kista bulat dengan dinding kista dari hialin
Kista berukuran kecil = minutaform, kista
berukuran besar = hagnaform
Didapatkan dalam lumen usus , bersama feses yang
agak padat . Stadium kista merupakan stadium
menular dan memegang peran sebegai penyebar
disentri emobiasis
Siklus Hidup Entamoeba histolytica
1. Kista inektif masuk ke rumah baru
2. Dalam usus besar mengadakan pembelahan
3. Kista dikeluarkan dari dinding kista
4. Kista mulai pecah menjadi tropozoit
5. Tropozoit-tropozoit ini menginfasi usus besar
6. Tropozoit berkembang biak dengan membelah diri
7. Pematangan di usus besar
8. Sebagian masuk ke dalam usus besar (kolonisasi sekunder)
9. Sebagian tetap dalam usus besar (kolonisasi primer)
10.Tropozoit dan prakista keluar bersama feses cair, kista
keluar bersama feses padat
Klasifikasi Amoebiasis
1. Amoebiasis intestinal

Disebut juga sebagai amoebiasis primer terjadi


pertama di daerah caecum, appendix, kolon ascenden
dan berkembang ke kolon lainnya. Bila sejumlah
parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan
ulkus (borok), yang mempercepat kerusakan mukosa
Amoebiasis intestinal terdiri atas 2, yaitu:
a. Amoebiasis Kolon Akut
Gejala :
Nyeri perut dan diare yang dapat berupa tinja cair, tinja
berlendir atau tinja berdarah
Demam ,ditemukan pada sepertiga penderita.
Tidak nafsu makan sehingga berat badannya dapat menurun.
Pada stadium akut ditinja dapat ditemukan darah, dengan
sedikit leukosit
b. Amoebiasis Kolon Menahun
Gejala usus yang ringan, antara lain rasa tidak enak diperut,
diare yang diselingi obstipasi (sembelit).
2. Amoebiasis Ekstra-intestinal

Gejala demam, batuk dan nyeri perut kuadran kanan atas.

Bila permukaan diafragma hati terinfeksi, maka pada penderita dapat

ternjadi nyeri pleura kanan atau nyeri yang menjalar sampai bahu kanan.

Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, kejang otot perut, perut

kembung, diare, dan konstipasi.

Ditemukan hepatomegali.

Abses hati lebih banyak ditemukan pada orang dewasa dibandingkan anak

anak. Kebanyakan abses terbentuk di lobus kanan hati, biasanya soliter.

Abses berisi nanah yang berwarnah coklat.


Penyebab dan Penyebaran Amebiasis
Penyebab dari amubiasis ini adalah parasit Entamoeba histolytica.

Parasit ini bisa menular pada semua orang dan semua kalangan
umur, terlebih pada orang yang tidak menjaga kebersihan diri
serta lingkungannya. Penderita amubiasis atau Amebiasis ini
dapat juga menularkan Parasit yang menginfeksi dirinya pada
orang dengan cara meyebarkan parasit melalui tinja, misalkan
tinja yang mencemari air yang di gunakan untuk mencuci piring
atau gelas, bahkan juga air untuk di konsumsi.
Reservoir Amoebiasis
Manusia; biasanya penderita kronis atau
pembawa kista yang tidak menampakkan
gejala.
Cara Penularan
Penularan terjadi terutama dengan mengkonsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi tinja dan
mengandung kista amoeba yang relatif resisten terhadap
klorin. Penularan mungkin terjadi secara seksual melalui
kontak oral-anal. Penderita dengan disentri amoeba akut
mungkin tidak akan membahayakan orang lain karena
tidak adanya kista dan trofosoit pada kotoran.
Pencegahan Amoebiasis
1. Menganjurkan mereka untuk selalu memasak
makanan dan minuman terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi,
2. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan
untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas,
3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk,
4. Orang yang bekerja di laboratotium harus hati-hati terutama

pada waktu menangani hewan coba golongan primate beserta

tinjanya.

5. Sistem pembuangan tinja hendaknya dilakukan dengan baik,

sehingga tidak mencemari sumber air minum atau sumur.

6. Terhadap karier amubiasis harus dilakukan upaya penemuan

penderita untuk kemudian dilakukan pengobatan yang intensif

sampai benar-benar sembuh, agar tidak selalu menjadi sumber

penularan amubiasis bagi masyarakat sekelilingnya.


Penatalaksanaan amoebiasis
1. Emetin Hidroklorida.

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian


emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parenteral karena
pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna.
Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung.
Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari.
Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang
yang sakit berat, dosis harus dikurangi.
Pemberian emetin tidak dianjurkan pada wanita
hamil, pada penderita dengan gangguan jantung
dan ginjal. Dehidroemetin relatif kurang toksik
dibandingkan dengan emetin dan dapat
diberikan secara oral. Dosis maksimum adalah
0,1 gram sehari, diberkan selama 4 6 hari.
Emetin dan dehidroemetin efektif untuk
pengobatan abses hati (amoebiasis hati).
2. Klorokuin.

Obat ini merupakan amoebisid jaringan,


berkhasiat terhadap bentuk histolytica. Efek
samping dan efek toksiknya bersifat ringan antara
lain, mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis
untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama
2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3
minggu.
3. Anti Biotik.

Tetrasiklin dan eritomisin bekerja secara tidak langsung sebagai


amebisid dengan mempengaruhi flora usus. Peromomisin bekerja
langsung pada amoeba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg
bb/hari selama 5 hari, dierikan secara terbagi.

4. Metronidazol (Nitraomidazol)

Metronidazol merupakan obat pilihan, karan efektif terhadap bentuk


histolytica dan bentuk kista. Efek samping ringan, antara lain, mual,
muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari
selama 3 hari berturut-turut dan diberikan secara terbagi.
Pencegahan Wabah
Terhadap mereka yang diduga terinfeksi sebaiknya dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk menghindari false
positive dari E. histolityca atau oleh etiologi lain. Investigasi
epidemiologis dilakukan untuk mengetahui sumber dan cara
penularan. Jika sumber penularan bersifat common source,
misalnya berasal dari air atau makanan, tindakan yang tepat
perlu dilakukan untuk mencegah penularan lebih lajut.

S-ar putea să vă placă și