Sunteți pe pagina 1din 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASMA BRONKIAL

Disusun Oleh :

Aliyah Nur R. (1130016030)/3-C


Khoirun Nabila (1130016031)/3-C
Anisa Ayu Idhawati (1130016034)/3-C
Definisi Asma Bronkial

• The National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP)


mendifinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronik dari saluran
pernafasan dimana banyak sel dan elemen selular yang berperan. Pada
individu dengan asma, inflamasi menyebabkan episode berulang dari
wheezing, sesak, chest thightness, dan batuk (Global Initiative for Asthma,
2010).

Asma Bronkial merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas


obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya
penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos
bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus
dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Istian,
2015).
 Etiologi Asma Bronkial
 Ada beberapa hal yang merupakan faktor predis posisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkial (Tanjung, 2003).
Faktor predis posisi
1. Genetik  Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi.
Faktor presipitasi
1. Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
A. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
B. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
C. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

2. Perubahan cuaca Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bungan.

3. Stress  asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya.

4. Lingkungan kerja  Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi
lalu lintas.
Patofisiologi Asma Bronkial

• Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu


kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan
membran yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan
mukus yang kental.Stimulasi reseptor β- mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan
mediator kimiawi dan menyebabakan bronkodilatasi. Teori
yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik
terjadi pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik
rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi
dan konstriksi otot polos (Smeltzer & Bare, 2002).
Manifestasi Klinik Asma Bronkial
• Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkial adalah
batuk, dispnea, dan wheezing. Serangan seringkali terjadi
pada malam hari. Asma biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan
pernapasan lambatSerangan Asma dapat berlangsung dari
30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara
spontan. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal,
kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut
“status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer &
Bare, 2002).
Pemeriksaan Penunjang Asma Bronkial

A.Spirometri
B.Uji Kulit
C.Uji Provokasi Bronkus (Saluran Udara Penghubung
Paru dan Trakea).
D.Uji Sputum
E.Uji Eosinofil Total
F.Uji lgE Spesifik dan lgE Total pada Sputum
G.Foto Thorax (Dada)
H.Uji Gas Darah
Penatalaksanaan Asma Bronkial
Pengobatan farmakologik (Tanjung, 2003) :
1. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan efedrin), Nama obat :
 Orsiprenalin (Alupent)
 Fenoterol (berotec)
 Terbutalin (bricasma)
b. Santin (teofilin), Nama obat :
 Aminofilin (Amicam supp)
 Aminofilin (Euphilin Retard)
 Teofilin (Amilex)
2. Kromalin Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
3. Ketolifen  Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
Selanjutnya...

Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis


(doenges, 2000)
a.Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk
mengeluarkan sputum dengan baik
b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
e. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
f. Hindarkan pasien dari faktor pencetus
APLIKASI TEORI
 Asuhan Keperawatan Teori Asma Bronkial
Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien  Nama, Usia (Pada penyakit asma bronkial bisa menyerang semua usia tetapi lebih
banyak dialami pada bayi dan anak – anak dari pada orang dewasa), Jenis Kelamin (Pada penyakit
asma bronkial lebih sering dialami oleh wanita dari pada laki – laki) , Agama, Pendidikan, Alamat, Tanggal
Masuk RS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa Medik, Rencana Terapi
b. Identitas Penanggung Jawab  Nama, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Alamat, Hubungan
Dengan Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama  Sesak Nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang  Riwayat kesehatan sekarang pada pasien asma bronkial. Keluhan
kesehatan sekarang yang dirasakan pasien penyakit asma bronkial adalah merasa sesak pada dada,
batuk dan biasanya terjadi ketika sedang beraktivitas berlebihan dan terkena lingkungan yang tidak
bersih.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu  Riwayat kesehatan klien dahulu yang berhubungan dengan penyakit
klien saat ini seperti Dipsneu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga  Menanyakan pada keluarga pasien apakah ada yang mempunyai
penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang dialami klien saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik Meliputi keadaan umum, tingkat kesadaran pasien, hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital, dan pemeriksaan head to toe.
• Pemeriksaan head to toe meliputi :
A. Kepala
Inspeksi :Melihat apakah bentuk kepala simetris, apakah kondisi rambut bersih, apakah kondisi
rambut rontok atau tidak, apakah penyebayaran rambut merata.
Palpasi : Meraba pada bagian kepala pasien apakah terdapat benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
B. Mata
Inspeksi : Melihat apakah mata simetris kanan dan kiri, melihat warna konjungtiva dan sklera, melihat
reflek pupil normal atau tidak.
Palpasi : Meraba pada bagian kepala pasien apakah terdapat benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
C. Hidung
Inspeksi : Melihat apakah posisi hidung simetris, apakah pasien mengalami cuping hidung, apakah
terdapat secret pada pada hidung pasien
Palpasi : Meraba pada bagian kepala pasien apakah terdapat benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
D. Telinga
Inspeksi : Melihat apakah telingga simetris kanan dan kiri, apakah lubang telinga terdapat serumen
atau tidak.
Palpasi : Meraba pada bagian kepala pasien apakah terdapat benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
E. Mulut
Inspeksi : Melihat apakah posisi bibir pasien simetris, apakah keadaan gigi pasien bersih atau tidak,
apakah gusi pasien mengalami peradangan atau tidak, apakah lidah pasien bersih atau tidak,
apakah terdapat sariawan, melihat mukosa bibir lembab atau kering.
Palpasi : Meraba pada bagian kepala pasien apakah terdapat benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
F. Leher
Inspeksi : Melihat apakah terdapat luka pada leher pasien.
Palpasi : Meraba apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
G.Thorax
Inspeksi : Melihat apakah bentuk dada simetris kanan dan kiri, dan melihat gerakan dada ketika
pasien bernafas simetris kanan dan kiri
Palpasi : Meraba pada bagian dada pasien apakah pergerakan dada ketika bernafas simetris
kanan dan kiri, dan melakukan fremitus taktil seimbang atau tidak. Biasanya pasien pada penyakit
asma bronkial pergerakan nafas tidak seimbang.
Perkusi : Mengetuk pada bagian dada pasien apakah berbunyi sonor atau tidak. Biasanya pasien
pada penyakit asma bronkial mengalami bunyi yang tidak normal.
Auskultasi : Mendengarkan pada bagian dada pasien dengan menggunakan stetoskop apakah
terdapat bunyi tambahan seperti wheezing dan rochi. biasanya penderita dengan asma bronkial
terdapat bunyi tambahan wheezing.
H. Abdomen
Inspeksi : Melihat apakah posisi perut simetris, melihat apakah terdapat luka atau bekas operasi.
Palpasi : Meraba pada bagian perut apakah ada benjolan atau pembesaran hepar.
Perkusi : Mengetuk pada bagian perut apakah berbunyi timpani atau hipertimpani
Auskultasi : Mendengarkan pada bagian perut pasien dengan menggunakan stetoskop untuk menghitung suara
bising usus.

I. Ekstremitas Atas
Inspeksi : Melihat apakah tangan pasien simetris kanan dan kiri, apakah pergerakan tangan normal atau tidak,
apakah terdapat lesi atau oedema.
Palpasi : Meraba apakah arteri radialis dan brakialis berfungsi dengan normal.
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji

J.Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Melihat apakah kaki pasien simetris kanan dan kiri, apakah pergerakan tangan normal atau tidak,
apakah terdapat lesi atau oedema.
Palpasi : Meraba apakah arteri dorsalis pedis berfungsi dengan normal.
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Tidak dikaji
4. Pemeriksaan Penunjang
Data Laboratorium
A. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
B. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
C.Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
1. Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation
2. Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle
branch Block)
3. Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
D. Scanning Paru  Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
E. Spirometri  Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga
Diagnosa Keperawatan
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhunbungan dengan


Asma yang ditandai dengan Perubahan pola nafas. K

2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan Gejala terkait


penyakit yang ditandai dengan Merasa tidak nyaman. K

3. Nyeri akut yang berhubungan dengan Agens cedera biologis


(infeksi) yang ditandai dengan Perubahan pada parameter K
(frekuensi pernapasan).
tek
nik
ber
naf
as/r

Intervensi Keperawatan
ela
ksa
si

DIAGNOSA KEPERAWATAN
DATA NOC NIC
KODE DIAGNOSA KODE HASIL KODE INTERVENSI
DS : Pasien biasanya mengeluh 00031 Ketidakefektifan bersihan jalan Tujuan : Domain 2: Fisiologis Kompleks
sesak nafas napas yang berhunbungan dengan Kelas K : Manajemen Pernafasan
DO:
Asma yang ditandai dengan Domain IV : Pengetahuan tentang Intervensi :
- pergerakan dada tidak
Perubahan pola nafas. kesehatan & perilaku
seimbang
Kelas FF : Manajemen Kesehatan
- RR tidak normal Lebih dari 20
x/menit Outcome :

3210 Manajemen Asma


1. Ajarkan teknik yang tepat
0704 Manajemen Diri : Asma untuk menggunakan
pengobatan & alat
070401 1. menginisiasi tindakan untuk (misalnya, Inhaler, Nebulizer,
mencegah pemicu pribadi Peak Flow Meter)
1. Ajarkan klien untuk
mengidentifikasi dan
070403 2.melakukan modifikasi lingkungan menghindari pemicu
yang tepat sebisa mungkin

1. Monitor kecepatan irama,


070406 3.tidur nyenyak sepanjang malam kedalaman dan usaha
tanpa batuk atau wheezing pernafasan
2. Berikan pengobatan
dengan tepat dan / atau
070410 4.memantau puncak aliran nafas sesuai kebijakan dan
secara rutin petunjuk prosedur
3. Ajarkan teknik
070412 5.memilih obat secara tepat bernafas/relaksasi

070415 6.melaporkan gejala yang tidak


terkontrol
DS : pasien 00214 Gangguan rasa nyaman yang Tujuan : Domain 1 : Fisiologis : Dasar
biasanya berhubungan dengan Gejala terkait Kelas E : Peningkatan Kenyamanan
mengeluh penyakit yang ditandai dengan Domain V : Kondisi kesehatan yang Fisik
tidak Merasa tidak nyaman. dirasakan Intervensi :
nyaman Kelas U : kesehatan dan kualitas hidup
dengan
penyakitny
a 6482 Manajemen Lingkungan :
DO: pasien 2008 Outcome : Kenyamanan
biasanya 1. Ciptakan lingkungan yang
status kenyamanan
tampak aman bagi pasien
1.kontrol terhadap gejala
gelisah 200802 2. Hindari gangguan yang tidak
perlu dan berikan waktu istirahat
3. Sediakan lingkungan yang
200804 2. lingkungan fisik aman dan bersih
4. Sediakan kamar terpisah jika

Domain V : Kondisi kesehatan yang terdapat preferensi dan

dirasakan kebutuhan pasien (dan


keluarga) untuk mendapatkan
Kelas U : kesehatan dan kualitas
ketenangan dan istirahat, jika
hidup
memungkinkan

Outcome :
2010
status kenyamanan : fisik

201004 1.posisi yang nyaman

201014 2.sesak nafas


DS : pasien biasanya 00132 Nyeri akut yang berhubungan Tujuan : Domain 1 : Fisiologis : Dasar
mengeluh nyeri pada dengan Agens cedera Kelas E : Peningkatan
bagian dada biologis (infeksi) yang Domain IV : pengetahuan Kenyamanan Fisik
DO: ditandai dengan Perubahan tentang kesehatan & perilaku
- pergerakan dada tidak pada parameter (frekuensi Kelas Q : perilaku sehat
seimbang pernapasan).
- RR tidak normal Lebih Intervensi :
dari 20 x/menit 1400 Manajemen nyeri

1605 Outcome : 1. Ajarkan prinsip – prinsip nyeri


kontrol nyeri 2. Dukugan istirahat / tidur yang
160501 1.menggambarkan faktor adekuat untuk membantu
penyebab penurunan nyeri
160504 2.menggunakan tindakan 3. Berikan individu penurun
pengurangan (nyeri) tanpa nyeri yang optimal dengan
\ analgesik peresepan analgesik
160507 3.melaporkan gejala yang tidak
terkontrol pada profesional
kesehatan
160508 4.menggunakan sumber daya
yang tersedia
PEMBAHASAN
1. Pengertian

Pada dasarnya tinjauan teori dan jurnal mendefinisikan Asma Bronkial sebagai gangguan inflamasi
kronik dari saluran pernafasan.

2. Patofisiologi

Pada tinjauan teori dijelaskan bahwa Asma Bronkitis disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu
kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian
bronki dengan mukus yang kental. Sedangkan pada jurnal Asma Bronkial dikarakteristikkan dengan
penandaaan konstriksi oleh saluran bronkial dan bronkospasme yang diikuti dengan edema dari saluran
pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan.

3. Penatalaksanaan

Pada tinjauan teori dan jurnal pengobatannya sama – sama menggunakan bronkodilator yaitu dengan cara
nebulizer atau inhaler.
TERIMAKASIH

S-ar putea să vă placă și