Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PRESENTAN:
Ayi Abdul Basith (12100117058)
Reva Anggarina Japar (12100117093)
The pharynx is a U-shaped fibromuscular structure that extends from the base
of the skull to the cricoid cartilage at the entrance to the esophagus.
The larynx is composed of nine cartilages thyroid, cricoid, epiglottic, and (in
pairs) arytenoid, corniculate, and cuneiform.
The larynx (LAIR-inks), or voice box,
is a short passageway that connects
the laryngopharynx with the trachea.
It lies in the midline of the neck
anterior to the esophagus and the
fourth through sixth cervical
vertebrae (C4–C6).
LOWER TRACT
• Saluran udara konduktif, seing disebut sebagai
percabangan trakheobronkhialis yang terdiri dari
trakea, bronkus, dan bronkhiolus.
• Saluran respiratori terminal yang berfungsi sebagai
penyalur (konduksi) gas yang masuk dan keluar dari
satuan respiratori terminal, yang merupakan tempat
pertukaran gas sesungguhnya.
The glossopharyngeal nerve also innervates the roof
of the pharynx, the tonsils, and the under surface of
the soft palate.
The vagus nerve (the tenth cranial nerve) provides
sensation to the airway below the epiglottis.
Routine airway management associated with general anesthesia consists of:
• Airway assessment
• Preparation and equipment check
• Patient positioning
• Preoxygenation
• Bag and mask ventilation (BMV)
• Intubation (if indicated)
• Confirmation of endotracheal tube placement
• Intraoperative management and troubleshooting
• Extubation
AIRWAY ASSESSMENT
LOOK-LISTEN-FEEL
TRIPLE MANUVER
Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu:
1. Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di
bawah leher, sedangkan tangan yang lain pada dahi.
Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala
ditengadahkan ke belakang oleh tangan yang lain
2. Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan
mencegah obtruksi hipofarings oleh dasar lidah. Kedua
gerakan ini meregangkan jaringan antara laring dan
rahang bawah.
3. Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx
posterior.
MANUVER HEIMLICH
Metode yang paling efektif untuk mengatasi obstruksi
saluran pernapasan atas akibat makanan atau benda
asing yang terperangkap dalam pharynx posterior
atau glottis. Kekurangannya apabila pasien gemuk
dan penolong kecil.
Preparation is mandatory for all airway management scenarios. The following
equipment is routinely needed in airway management situations:
• An oxygen source
• BMV capability
• Laryngoscopes (direct and video)
• Several endotracheal tubes of different sizes
• Other (not endotracheal tube) airway devices (eg, oral, nasal airways)
• Suction
• Oximetry and CO2 detection
• Stethoscope
• Tape
• Blood pressure and electrocardiography (ECG) monitors
• Intravenous access
Oral & Nasal Airways
Pipa nasofaring atau orofaring, biasanya digunakan
pada pada pasien teranestesi, kehilangan tonus otot
dari jalan napas atas seperti otot genioglossus,
menyebabkan lidah dan epiglotis jatuh ke belakang
yaitu ke dinding posterior faring. Pada pasien
teranestesi ringan lebih baik digunakan alat bantu
jalan napas melalui hidung.
Alat apapun yang akan dimasukkan ke hidung seperti
contohnya pipa nasofaring, kateter nasogastric dan
pipa nasotrakea harus diberi lubrikasi dan dimasukkan
pada sudut yang tegak lurus dengan wajah untuk
menghindari trauma terhadap atap dari hidung.
Karena resiko epistaksis, alat bantu jalan napas
hidung tidak boleh digunakan pada pasien dengan
penyakit koagulasi, anak-anak dengan adenoid
menonjol dan pasien dengan fraktur basis cranii.
Face Mask Design & Technique
Penggunaan face mask dapat memfasilitasi transportasi oksigen atau gas anestesi dari mesin ke
pasien. Face mask menutupi mulut dan hidung serta dapat menyesuaikan terhadap struktur wajah.
Bagian atasnya disambungkan kepada konektor mesin anestesi.
4 tipe LMA:
1. LMA yang dapat dipakai ulang
2. LMA yang tidak dapat dipakai ulang
3. Pro Seal LMA yang memiliki lubang untuk
memasukan pipa nasogastrik dan dapat
digunakan dengan ventilasi tekanan positif
4. Fastrach LMA yang digunakan untuk
memfasilitasi intubasi bagi pasien dengan
jalan nafas yang sulit
Indikasi LMA :
• Sebagai alternative untuk mask ventilasi atau intubasi endotrakeal pada
manajemen jalan nafas
• Pada penatalaksanaan dari jalan nafas yang sulit
• Pada penatalaksanaan selama resusitasi pada pasien yang tidak sadar
Kontraindikasi LMA:
• Pasien dengan kelainan faing (misalnya, abses)
• Sumbatan faring
• Lambung yang penuh (misalnya kehamilan, hernia hiatal)
• Compliance paru rendah (misalnya, penyakit retraksi jalan nafas) yang
memerlukan tekanan inspirasi puncak lebih besar dari 30cmHg
TEKNIK PEMASANGAN
Persiapan :
a. Preoksigenasi pasien dengan 100%
oksigen melalui nonbreather mask
b. Pilih LMA sesuai ukuran
c. Cek cuff/balon LMA dari kebocoran
d. Mengempiskan cuff LMA. Pengempisan
harus bebas dari lipatan dan sisi kaf
sejajar dengan sisi lingkar kaf.
e. Berikan water-soluble lubricant pada
baian belakang sungkup
f. Berikan sedasi bila perlu
g. Posisikan pasien
1. Sebelum pemasangan, posisi pasien dalam keadaan
“air sniffing” dengan cara menekan kepala dari
belakang dengan menggunakan tangan yang tidak
dominan.
2. Buka mulut dengan cara menekan mandibula kebawah
atau dengan jari ketiga tangan yang dominan.
3. LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk pada
perbatasan antara pipa dan kaf.
4. Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas,
menyusur palatum dan dengan bantuan jari telunjuk
LMA dimasukkan lebih dalam dengan menyusuri
palatum.
5. LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga
hipofaring. Tahanan akan terasa bila sudah sampai
hipofaring.
6. Pipa LMA dipegang dengan tangan yang tidak
dominan untuk mempertahankan posisi, dan jari
telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita.
7. Kaf dikembangkan sesuai posisinya.
8. LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan
dilakukan pernafasan bantu. Bila ventilasi tidak
adekuat, LMA dilepas dan dilakukan pemasangan
kembali.
9. Setelah itu lakukan fiksasi.
Esophageal-Tracheal Combitube
Memiliki 2 pipa yang bersatu dengan konektor
ukuran 15 mm di ujungnya. Di sepanjang pipa yang
berwarna biru ada lubang-lubang yang
menyebabkan gas keluar. Pipa yang bening tidak
ada lubang-lubang ini.
Penggunaannya tidak bisa sebagai penuntun FOB
fleksibel atau pemandu intubasi karena ada lubang-
lubang sepanjang lumen pipa. Tidak boleh
digunakan pada pasien dengan gag refleks yang
intak, patologi esofagus, atau riwayat makan
makanan pedas.
King Laryngeal Tube
King laryngeal tubes (LTs) consist of tube with a
small esophageal balloon and a larger balloon for
placement in the hypopharynx. Both tubes inflate
through one inflation line. The lungs are inflated
from air that exits between the two balloons.
INTUBATION
Tujuan intubasi:
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam
• Mempermudah pemberian anestesi.
rongga tubuh melalui mulutatau hidung. Intubasi
• Mempertahankan jalan nafas agar
terbagi menjadi 2 yaitu intubasi orotrakeal
tetap bebas serta mempertahankan
(endotrakeal) dan intubasi nasotrakeal.
kelancaran pernapasan.
• Intubasi endotrakeal adalah tindakan
• Mencegah kemungkinan terjadinya
memasukkan pipa trakea ke dalam trakea
aspirasi lambung (pada keadaan tidak
melalui rima glottis dengan mengembangkan
sadar lambung penuh dan tidak ada
cuff, sehingga ujung distalnya berada kira-
refleks batuk).
kira di pertengahan trakea antara pita suara
• Mempermudah pengisapan secret
dan bifurkasio trakea.
trakeobronkial.
• Intubasi nasotrakeal yaitu tindakan
• Pemakaian ventilasi mekanis yang
memasukan pipa nasal melalui nasal dan
lama.
nasopharing ke dalam oropharing.
• Mengatasi obstruksi laring akut.
Kesulitan Intubasi:
1. Leher pendek berotot
2. Mandibula menonjol
3. Maksila atau gigi depan menonjol
4. Uvula tak terlihat (Mallampati 3 atau 4)
5. Gerak sendi temporomandibular terbatas
6. Gerak vertebra servikal terbatas
Endotracheal Tube (ETT)
Intubasi endotrakeal adalah proses memasukan
pipa endotrakeal kedalam trakea pasien. ETT dapat Indikasi:
digunakan untuk memasukkan gas langsung ke • Henti jantung
trakea dan dapat mengontrol ventilasi dan • Korban sadar tidak mampu
oksigenasi. bernafas dengan baik. Co/
edema paru
• Pelindungan jalan nafas tidak
Keuntungan: memadai. Co/ koma
• Terpeliharanya jalan nafas • Penolongan tidak mampu
• Dapat memberi oksigen dengan konstrasi tinggi memebrikan bantuan nafas
• Menjamin tercapainya volume tidak yang dengan konvensional
diinginkan
• Mencegah terjadinya aspirasi
• Mempermudah penghisapan lendir dari trakea
• Merupakan jalur masuk beberapa obat resusitasi
Peralatan ETT: Komplikasi:
■ Laringoskop (lengkap) ■ ETT masuk ke esofagus: hipoksia
■ Pipa ETT ■ Luka bibir
- Perempuan: no. 7,0; 7,5; 8,0 ■ Gigi patah
- Laki-laki: no. 8,0; 8,5 ■ Laserasi pada faringan dan trakea
- Emergensi: no. 7,5 ■ Kerusakan pita suara
■ Slite (madrin) ■ Perforasi pada faring dan esofagus
■ Forsep margil ■ Muntah dan aspirasi
■ Jeli ■ Intubasi menyebabkan pelepasan
adrenalin dan noradrenalin
■ Spuit 20cc/ 10cc
menyebabkan hipertensi, takikardi,
■ Bantal aritmia
■ Plester ■ Masuk ke bronkus
■ suction
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam
pemakaian intubasi ini yaitu:
Seorang dokter terlatih dan berpengalaman
dalam intubasi endotrakeal dan seorang asisten
yang mengetahui tentang peralatannya.
Sebelum mengerjakan intubasi endotrakea,
dapat diingat kata STATIC.