Sunteți pe pagina 1din 21

 Asites berasal daru bahasa Yunani yaitu askos yang mengandung arti kantong (sac

atau bag). Secara terminologi asites diartikan sebagai kondisi dimana terjadi
penimbunan cairan yang abnormal di dalam rongga peritoneum.
 Penyebab yang paling umum dari ascites adalah penyakit hati kronis atau sirosis.
 80% dari kasus-kasus ascites diperkirakan disebabkan oleh sirosis.
 Penyakit non-hati seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal dan tuberkulosis.
 Pasien rawat jalan dengan episode asites sirosis memiliki 3-year mortality rate
sebesar 50%.

 Perkembangan asites refrakter membawa prognosis buruk, dengan 1-year survival


rate kurang dari 50%.

 Pria sehat memiliki sedikit atau tidak ada cairan intraperitoneal, tapi wanita
biasanya memiliki sebanyak 20 mL, tergantung pada fase siklus menstruasi mereka
(Shah, 2017).
 Hepatitis B
 Hepatitis C
 Penyalahgunaan alkohol yang berkepanjangan.
 Gagal jantung congestif
 Malignancy
 Penyakit ginjal
 Penambahan lingkar pinggang
 Cepat kenyang perut terasa penuh
 Sesak napas yang tergantung pada jumlah akumulasi cairan pada perut.

1. Inspeksi :
 Perut membuncit atau membesar.
 Pada posisi tidur telentang pembesaran perut tampakseperti perut katak.
2. Auskultasi : Puddle sign positif bila ada 120 cc atau lebih asites.
3. Palpasi :

 Menentukan adanya gelombang cairan (fluid wave) atau disebut cara undulasi.

 Pasien dalam keadaan telentang ; satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi perut

pasien,sedangkan tangan satunya mengetuk-ngetuk dinding perut sisi lainnya. Sementara itu
dengan pertolongan orang lain menekan satu tangan di tengah abdomen secara vertikal. Pada
asites dapat dirasakan gelombangcairan pada tangan pertama pemeriksa.

4. Perkusi :

 Tes pekak alih (shifting dullness) positif.

 Menentukan adanya daerah pekak yang berpindah dengan melakukan perkusi dari daerah

timpani ke sisi perut sampai daerah pekak, daerah pekak ini akan menjadi timpani bila pasien
berubah posisi dengan cara memiringkan pasien, dan perkusi dilakukan setelah 1
 Anamnesis
 Mencari tahu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pada hati, seperti:
riwayat kolestasis neonatal, jaundice, hepatitis kronik, riwayat transfuse atau
suntikan, atau riwayat keluarga dengan penyakit hati.
 Apakah terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan
 Perlu dibedakan apakah pembesaran perut yang terjadi karena asites, atau
penyebab lain seperti: kegemukan, obstruksi usus, atau adanya massa di abdomen.

 Flank dullness yang biasanya terdapat pada 90% pasien dengan asites merupakan
tes yang paling sensitif, sedangkan shifting dullness lebih spesifik tetapi kurang
sensitiv

 Kemudian difokuskan untuk mendeteksi penyakit hati kronis/sirosis hepatis


seperti adanya hipertensi portal dengan adanya tanda-tanda splenomegali,
bendungan vena-vena dinding perut, hernia umbilical, adanya ikterus, spider nevi,
eritema palmaris, muka abu-abu, atrofi testis atau ginekomasti pada laki laki, dan
lain-lain.
 Pemeriksaan abdomen khusus untuk mendeteksi asites seperti

 Bunyi timpani pada perkusi perut pasien yang tidur terlentang disebabkan oleh

liku-liku usus yang berisi udara mengapung diatas cairan asites

 Perut menbengkak ke samping kanan dan kiri akibat tekanan dari cairan asites

pada dinding perut (bulging flanks)

 Bunyi pekak pada perut yang berubah apabila pasien dimiringkan kekiri atau

kekanan (shifting dulness) bila cairan sekitar 1500cc


Pemeriksaan laboratorium :
 Hematologi rutin
 Fungsi ginjal
 Urinalisis
Pemeriksaan radiologi :
 Rontgen toraks dan abdomen
 USG
 CT-Scan
 MRI abdomen.
A. Pungsi asites
 Punksi asites  melihat profil/warna cairan dan analisis cairan untuk menentukan
kasus.
 Indikasi punksi asites : asites yang baru timbul sebagai tindakan rutin, pasien yang
dirawat berulang kali, bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri perut
dan leukositosis.
B. Rontgen toraks dan abdomen
 Foto polos abdomen asites  kesuraman yang merata, batas organ jaringan lunak
yang tidak jelas, seperti: otot psoas, liver dan limpa. Udara usus juga terlihat
mengumpul di tengah (menjauhi garis lemak preperitoneal) dan bulging flanks.

C. USG
 Jumlah asites sangat sedikit  akan terkumpul di Morison Pouch,dan di sekitar hati
tampak seperti pita yang sonolusen.
 Asites yang banyak  gambaran usus halus seperti lollipop.
 Pemeriksaan USG juga dapat menemukan gambaran infeksi, keganasan dan/atau
peradangan sebagai penyebab asites.
 Asites yang tidak mengalami komplikasi gambaran USG umumnya anekoik
homogen dan usus tampak bergerak bebas.
 Asites yang disertai keganasan atau infeksi akan memperlihatkan gambaran
ekostruktur cairan heterogen, dan tampak debris internal.
D. CT Scan

 Memberikan gambaran yang jelas untuk asites

 Asites dalam jumlah yang sedikit akan tampak terlokalisasir pada area perhepatik kanan,
subhepatik bawah, dan pada kavum douglas

 Densitas dari gambaran CT Scan dapat memberi arahan tentang penyebab dari asites

E. MRI

 Pemeriksaan yang sangat baik digunakan dalam mendeteksi cairan di rongga peritoneum.

F. Abdominal Parasentesis

 Dikerjakan pada pasien dengan asites yang belum diketahui penyebabnya

 Pada pasien dengan penambahan jumlah asites yang sangat cepat,perburukan klinis, disertai
demam dan nyeri perut. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi terjadinya spontaneous
bacterial peritonitis (SBP).
G. Serum Asites Albumin Gradient (SAAG)
 Mengklasifikasikan asites menjadi hipertensi portal (SAAG) > 1,1 g/dl) dan non
hipertensi portal (SAAG< 1.1 g/dl).
 Cara penghitungan SAAG adalah dengan menghitung jumlah albumin cairan asites
dikurangi jumlah albumin serum
Asites dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, diantaranya :
 Peningkatan tekanan hidrostatik : Sirosis, oklusi vena hepatika (sindrom Budd-
Chiari), obstruksi vena cafa infefrior, perikarditis konstriktif, penyakit jantung
kongestif.
 Penurunan tekanan osmotik koloid : Penyakit hati stadium lanjut dengan gangguan
sintesis protein, sindrom nefrotik, malbutrisi, protein loosing enteropahty.
 Peningkatan permeabilitas kalpiler peritoneal : Peritonitis TB, peritonitis bakteri,
penyakit keganasan pada peritoneum.
 Kebocoran cairan di cavum peritoneal : Bile ascites, pancreatic ascites (secondary
to a leaking pseudocyst), chylous ascites, urine ascites.
 Misscellaneous : Myxedema, ovarian disease (Meigs‘ syndrome), chronic
hemodialysis.
 Peningkatan tekanan portal  perkembangan aliran kolateral melaui lower
pressure pathways  memacu pelepasan nitric oxide  menyebabkan
vasodilatasi dan pembesaran ruang intavaskuler  Tubuh mengoreksi
hipovolemia dengan memacu faktor-faktor antinatriuretik dan vasokonstriktor 
memicu retensi cairan dan garam  mengganggu keseimbangan Starling forces
yang mempertahankan hemostasis cairan  cairan mengalir (seperti berkeringat)
dari permukaan hati (liver) dan mengumpul di rongga perut (abdominal cavity)

 Hati terganggu fungsinya  pembentukan albumin juga terganggu  kadarnya


menurun  tekanan koloid osmotic juga berkurang  kadar albumin kurang dari
3 gr % sudah dapat merupakan tandan kritis untuk timbulnya asites
MEDIKAMENTOSA
1. Spironolactone
pengelolaan edema akibat ekskresi aldosteron berlebihan.
2. Furosemide
meningkatkan ekskresi air dengan mengganggu sistem cotransport klorida
3. Amiloride
Dibandingkan dengan diuretik thiazide memiliki aktivitas natriuretik, diuretik, dan
antihipertensi yang lemah
4. Metolazone
Meningkatkan ekskresi natrium, air, potassium, dan ion hidrogen dengan
menghambat reabsorpsi natrium dalam tubulus distal.
5. Mannitol
menghambat reabsorpsi elektrolit di tubular dengan meningkatkan tekanan
osmotik filtrat glomerular
NON MEDIKAMENTOSA

1. Pembatasan natrium

2. Terapi paracintesis

3. Suplementasi albumin

4. Transjugular intrahepatic portosystemic shunt

5. Operatif
 Asites yang jika tidak dikelola dengan baik dapat berdampak komplikasi yaitu :
 Peritonitis (mengancam nyawa)
 Sindrom hepatorenal (vasokonstriksi renal akibat aktivitas penarikan garam dan
cairan dari ginjal)
 Malnutrisi
 Hepatik-ensefalopati
 Kesulitan-kesulitan bernapas oleh penekanan diaphragm dan pembentukan dari
pleural effusion
Pasien dengan asites memiliki prognosis yang bergantung dengan derajat dari
insufisiensi hati dan disfungsi sirkulasi. Pertumbuhan asites merupakan penanda
buruk pada suatu penyakit

S-ar putea să vă placă și