Sunteți pe pagina 1din 12

OLEH :

Yonrizal Nurdin
PENDAHULUAN
 Di Indonesia masih banyak penyakit yang menjadi masalah
kesehatan, salah satunya adalah kecacingan yang biasanya
ditularkan melalui tanah STH (Soil-transmitted helminths).
 Golongan cacing yang menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat Indonesia adalah :
- Ascaris lumbricoides (A. lumbricoides)
- Trichuris trichura (T. trichura)
- Cacing tambang, Necator americanus (N. americanus)
- Ancylostoma duodenale (A. duodenale).
 Prevalensi kecacingan STH yang tertinggi terlihat pada
anak-anak, khususnya anak Sekolah Dasar (SD) sebesar 9 -
90%
 Kecacingan juga bisa diderita oleh orang dewasa 
produktivitasnya menurun
 Suryodibroto (1994) melaporkan bahwa 46,6% dari pekerja
wanita di Jakarta dan sekitarnya ternyata menderita
anemia dan 45,6% di antaranya terbukti mengidap
cacingan
 Lapangan pekerjaan yang sangat erat kaitannya dengan
infeksi kecacingan STH ialah menggunakan tanah atau
tanah liat sebagai bahan baku utamanya.
 Tanah liat yang lembab dan teduh tempat yang baik bagi
Ascaris lumbricoides dan T. trichiura
DEFINISI
 Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering
ditemui.
 Diperkirakan prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar
penduduk di dunia.
 Biasanya bersifat symtomatis.
 Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di negara
berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh
tinja manusia atau penggunaan tinja sebagai pupuk
(Soegijanto, 2005).
 Menurut Behrman (1999), infeksi paling sering terjadi pada
anak pra sekolah atau anak umur sekolah awal, dan jumlah
kasus terbesar pada negara-negara yang memiliki iklim
yang lebih panas.
ETIOLOGI
 Ascariasis disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides.
 Stadium infektif Ascaris Lumbricoides adalah telur yang
berisi larva matang.
 Sesudah tertelan oleh hospes manusia, larva dilepaskan
dari telur dan menembus diding usus sebelum migrasi ke
paru-paru melalui sirkulasi vena.
 Mereka kemudian memecah jaringan paru-paru masuk ke
dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea,
dan tertelan kembali. Setelah sampai ke usus kecil larva
berkembang menjadi cacing dewasa (jantan berukuran 15-
25cm x 3mm dan betina 25-35cm x 4mm).
 Cacing betina mempunyai masa hidup 1-2 tahun dan
dapat menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Telur fertil
berbentuk oval dengan panjang 45-60 µm dan lebar 35-50
µm. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan
berkembang menjadi infektif dalam 5-10 hari pada kondisi
lingkungan yang mendukung.
EPIDEMIOLOGI
 Ascariasis merupakan infeksi cacing pada manusia yang
angka kejadian sakitnya tinggi terutama di daerah tropis
dimana tanah memiliki kondisi yang sesuai untuk
kematangan telur di dalam tanah.
 Telur Ascaris lumbricoides terbukti tetap infektif pada
tanah selama berbulan-bulan dan dapat bertahan hidup di
cuaca yang lebih dingin (5-10o C) selama 2 tahun.
 Masyarakat yang memiliki sosial ekonomi yang rendah dan
menggunakan tinja sebagai pupuk memiliki prevalensi
infeksi yang tinggi
 Penyebaran terutama melalui tangan ke mulut (hand to
molth), dapat juga melalui sayuran atau buah yang
terkontaminasi.
PATOFISIOLOGI
 Ascaris Lumbricoides adalah nematoda terbesar yang umumnya
menginfeksi manusia.
 Cacing dewasa berwarna putih atau kuning yang hidup selama
10-24 bulan di jejunum dan bagian tengah ileum.
 Telur fertil apabila terjatuh pada kondisi tanah yang sesuai,
dalam waktu 5-10 hari telur tersebut dapat menginfeksi manusia.
 Telur dapat hidup dalam tanah selama 17 bulan.
 Infeksi umumnya terjadi melalui tangan pada tangan atau
makanan kemudian masuk ke dalam usus kecil (deudenum).
 Pada tahap kedua larva akan melewati dinding usus dan
melewati sistem porta menuju hepar dan kemudian ke paru
melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah jaringan
paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang
bronkus dan trakea, dan tertelan kembali.
 Diperlukan 65 hari untuk menjadi cacing dewasa.
 Infeksi yang berat dapat diikuti pneumonia dan eosinofilia
(Soegijanto, 2005).
MANIFESTASI KLINIS
 Manifestasi klinis, tergantung pada intensitas infeksi dan organ
yang terlibat (infeksi rendah sampai dengan asymtomatis).
 Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan penyakit
paru atau sumbatan pada usus atau saluran empedu, sehingga
mempengaruhi nutrisi hospes
 Ascaris dapat menyebabkan Pulmonari ascariasis ketika
memasuki alveoli dan bermigrasi ke bronki dan trakea.
 Tanda-tanda yang paling khas adalah batuk, spuntum bercak
darah, eosinofilia dan sesak nafas.
 Cacing dewasa akan memakan sari makanan hasil pencernaan
host.
 Anak-anak terinfeksi yang memiliki pola makan yang tidak baik
dapat mengalami kekurangan protein, kalori, atau vitamin A,
yang akhirnya akan mengalami pertumbuhan lambat.
 Adanya cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan seperti
nyeri perut, dan kembung.
 Obstruksi usus dapat terjadi oleh massa cacing pada anak yang
terinfeksi berat, insiden puncak terjadi pada umur 1-6 tahun.
PENGOBATAN
1. Pada anak dengan infeksi berat piperazin (sitrat, adipat,
atau fosfat) diberikan secara oral dengan dosis per hari 50-
75 mg/kg selama 2 hari.
 Dosis tunggal lebih efektif, dalam mengurangi beban
cacing pada anak yang terinfeksi.
 Piperazin dapat menyebabkan paralisis neuromuskuler
parasit dan pengeluaran cacing relatif cepat , maka obat ini
adalah obat plihan untuk obstruksi usus atau saluran
empedu (Berhman, 1999).
2. Obat ascariasis usus tanpa komplikasi dapat digunakan
 Albendazole (400 mg P.O. sekali untuk segala usia),
 Mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O.
sekali untuk segala usia)
PENCEGAHAN

1. Memberikan pengobatan pada semua individu pada


daerah endemis.
2. Memberikan pengobatan pada kelompok tertentu
dengan frekuensi infeksi tinggi seperti anak-anak
sekolah dasar.
3. Peningkatan kondisi sanitasi lingkungan.
4. Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara-cara
pencegahan ascariasis.
6. penyediaan fasilitas pembuangan sampah yang baik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Data dasar pengkajian menurut Doenges (1999) adalah :
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur
semalam karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.
2. Sirkulasi
Tanda : tachikardia ( respon terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi dan nyeri)
3. Nutrisi / cairan
Gejala : mual, muntah, dan anoreksia.
Tanda : hipoglikemia, dehidrasi, BB turun.
4. Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urin.
5. Nyeri
Gejala : nyeri epigastrik, nyeri daerah pusat, kolik.
6. Integritas ego
Gejala : ansietas.
7. Keamanan
Tanda : kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi

S-ar putea să vă placă și