Sunteți pe pagina 1din 29

Case Report

VARISES

Kelompok 4
IDENTITAS PASIEN
– Nama : Tn. NS
– Umur : 53 tahun
– Jenis kelamin : Laki-laki
– Agama : Islam
– Status perkawinan : Menikah
– Pekerjaan : Buruh
– Alamat : Bandung
– Tanggal masuk RS : 23 Mei 2017
– Tanggal pemeriksaan : 29 Mei 2017
Keluhan Utama

• Benjolan di kaki kanan

Riwayat penyakit sekarang

• Pasien datang dengan keluhan benjolan yang


berkelok-kelok seperti pembuluh darah di kaki
kanan. Keluhan mulai muncul sejak ±5 tahun lalu.
Keluhan tidak disertai nyeri, luka, dan gatal-gatal.
Pasien bekerja sebagai buruh pabrik, dengan riwayat
sering berdiri lama dan mengangkat beban berat.
Awalnya pasien memeriksakan diri terlebih dahulu
ke bagian spesialis bedah RS AMC Cileunyi,
kemudian dirujuk ke bagian bedah vaskuler RSHS.
Riwayat penyakit terdahulu :
• Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya.
• Riwayat diabetes (-), darah tinggi (-), penyakit jantung (-)
Riwayat keluarga :
• Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada
Status Generalis Status Lokalis
– Kesadaran : Compos mentis Inspeksi:
– Tanda vital : TD = 110/70 mmHg Tampak benjolan berkelok-kelok warna
RR = 21 x/menit kebiruan pada kedua tungkai,
N = 84 x/menit compressible
S = afebris Palpasi:
– Kepala : Konjungtiva anemis (-), Tidak teraba nyeri tekan pada kedua
sklera ikterik (-) tungkai
– Leher : KGB tidak teraba membesar Auskultasi:
– Thorax : VBS ka=ki, Rh -/-, Wh -/-, Tidak dilakukan aulkustasi.
S1,S2 + normal, murmurv(-) Perkusi:
– Abdomen : datar, soepel, BU (+) normal Tidak dilakukan perkusi.
– Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik Brodie-Trendelenburg test: tidak
dilakukan
RESUME

Pasien datang dengan keluhan benjolan yang berkelok-kelok seperti


pembuluh darah di kaki kanan. Keluhan mulai muncul sejak ±5 tahun
lalu. Keluhan tidak disertai nyeri, luka, dan gatal-gatal. Pasien bekerja
sebagai buruh pabrik, dengan riwayat sering berdiri lama dan
mengangkat beban berat. Awalnya pasien memeriksakan diri terlebih
dahulu ke bagian spesialis bedah RS AMC Cileunyi, kemudian
dirujuk ke bagian bedah vaskuler RSHS. Pada pemeriksaan status
generalis, semua dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan benjolan berkelok-kelok warna kebiruan pada kedua
tungkai, compressible. Sebelumnya pasien tidak pernah menderita
keluhan seperti ini dan di keluarga juga tidak pernah ada yang
menderita keluhan seperti ini.
DIAGNOSIS
BANDING

1. Peripheral arterial disease


2. Deep vein thrombosis

SARAN
PEMERIKSAAN

1. Ultrasonografi Doppler
2. Duplex ultrasonography
3. Plebography
DIAGNOSIS
KERJA Varises vena tungkai bawah C3EpA5Pr

- R/ Edukasi : modifikasi faktor risiko


- R/ Compression stocking  elastic verban
TERAPI
- R/ Ardium 2x1 tab
- R/ persiapan operasi stripping vena : EKG, Lab, etc

– Quo ad vitam : ad bonam

PROGNOSIS – Quo ad functionam : ad bonam


– Quo ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASA
N
Anatomi Pembuluh Darah Vena Ekstremitas bawah

Vena safena
magna
Sistem
superfisialis
Vena safena parva

Vena profunda v. komitans


Definisi

Varises vena tungkai bawah adalah vena superfisial


tungkai bawah yang mengalami dilatasi,
pemanjangan, dan berkelok-kelok dengan fungsi
katup yang abnormal
Epidemiologi
Etiologi
– insufisiensi vena kronis kongenital : kelainan dimana katup yang
seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak terbentuk
sama sekali (aplasia, avalvulia), atau pembentukannya tidak
sempurna (displasia).
– insufisiensi vena kronis yang primer : kelemahan intrinsik dari
dinding katup atau lemahnya dinding vena sehingga terjadi
pelebaran.
– insufisiensi vena kronis sekunder : disebabkan oleh keadaan
patologik yang didapat (acquired), yaitu akibat adanya
penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan
kronis pada katup vena dalam.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Varises Vena
Tungkai Bawah antara lain :
Klasifikasi

disebabkan
karena oleh peninggian
kelemahan tekanan vena
dinding vena Primer Sekunder superfisial
sehingga terjadi akibat suatu
pelebaran. kelainan
tertentu.
Menurut klasifikasi Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic (CEAP)
varises vena tungkai bawah dibagi berdasarkan berat ringan manifestasi klinisnya,
yaitu :
Klasifikasi CEAP derajat 1, vena retikular Klasifikasi CEAP derajat 1, telangiektasis Klasifikasi CEAP derajat 2, varises vena
Patofisiologi

Tekanan tinggi Gangguan aliran


Katup vena
pembuluh darah Dilatasi darah ke atas dan
meregang
vena ke v. profunda
Manifestasi Klinis
– Varises trunkal : Merupakan varises VSM dan VSP,
diameter lebih dari 8 mm, warna biru-biru kehijauan.
– Varises retikular : Varises yang mengenai cabang VSM
atau VSP yang umumnya kecil dan berkelok-kelok,
diameter 2-8 mm, warna biru kehijau-hijauan.
– Varises kapiler : Merupakan vena subkutis yang tampak
sebagai kelompok serabut halus dari pembuluh darah,
diameter 0,1-1 mm, warna merah, atau sianotik (jarang).
Berdasarkan dengan berat ringannya, VVTB dibagi atas
empat stadium, yaitu:
– Stadium I
Keluhan samar (tidak khas) rasa berat, mudah lelah pada tungkai setelah
berdiri atau duduk lama. Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan tak
jelas.
– Stadium II
Mulai tampak pelebaran vena, palpabel, dan menonjol 18
– Stadium III
Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-kelok pada paha atau tungkai
bawah, dapat disertai telangiektasis/spider vein.
– Stadium IV
Terjadi kelainan kulit dan/atau ulkus karena sindrom insufisiensi vena.
Diagnosis
Anamnesis : Terdiri atas keluhan rasa berat, rasa lelah, rasa nyeri, rasa panas /
sensasi terbakar pada tungkai, kejang otot betis, bengkak serta keluhan
kosmetik.
– Inspeksi : dilakukan di bawah penyinaran yang cukup pada posisi
eksorotasi. vena tersebut tampak jelas melebar, berkelok-kelok, dan
berwarna kebiruan.
– Palpasi : Daerah vena yang berkelok diraba untuk menilai ketegangan
varises vena tungkai bawah dan besarnya pelebaran vena.
– Perkusi : Perkusi dilakukan untuk mengetahui keadaan katup vena
superfisial. Caranya dengan mengetuk vena bagian distal dan dirasakan
adanya gelombang yang menjalar sepanjang vena di bagian proksimal.
– Manuver Perthes : Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk
membedakan antara aliran darah retrogade dengan aliran darah antegrade.
Tes ini digunakan untuk penentuan berfungsinya sistem vena profunda.
– Tes Trendelenburg : Tes ini digunakan untuk menentukan derajat
insuffisiensi katup pada vena komunikans.
Tes Trendelenburg Manuver Perthes
Pemeriksaan penunjang

– Ultrasonografi Doppler : untuk menunjukan lokasi dengan


tepat lokasi katup yang abnormal.
– Duplex ultrasonography : Merupakan modalitas
pencitraan standar untuk diagnosis sindrom insuffisiensi
vena dan untuk perencanaan pengobatan serta pemetaan
sebelum operasi.
– Plebography : Plebography merupakan pemeriksaan
invasif yang menggunakan medium kontras.
Komplikasi

hipoksia

Kerusakan jaringan
iskhemi

nekrosis lemak

pigmentasi kulit

ulkus
Terapi
Terapi Non Operatif
– Terapi Kompresi : berfungsi sebagai katup vena yang
membantu pompa otot betis untuk mencegah kembalinya
aliran darah vena, sehingga mencegah pembesaran vena
lebih lanjut, tetapi tidak mengembalikan ukuran vena.
Terapi kompresi dapat berupa compression stockings,
compression bandages, dan pneumatic compression
pumps.
– Skleroterapi : Merupakan tindakan penyuntikan larutan
ke dalam pembuluh darah vena yang melebar secara
abnormal.
Terapi Minimal Invasif

Endovenous laser therapy (ELT) : terapi dimana serat


optik dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang akan
diobati dan sinar laser diarahkan ke bagian dalam
pembuluh darah.

Radiofrekuensi ablasi (RF) : Radiofrekuensi adalah


teknik ablasi vena menggunakan kateter radiofrekuensi
yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan
dinding pembuluh darah dan jaringan sekitar pembuluh
darah.
Terapi Pembedahan
Ambulatory phlebectomy (Stab Avulsion) : Teknik yang
digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan
segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan
melakukan insisi ukuran kecil.

Saphectomy
Teknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik
menggunakan peralatan stripping internal dan teknik invaginasi
dengan jalan membalik pembuluh darah dan menariknya
menggunakan traksi endovenous, teknik tersebut dapat
menurunkan terjadinya cedera pada struktur di sekitarnya.
Prognosis

– Pasien dengan refluks vena yang signifikan memiliki


risiko tinggi terjadinya ulkus varises yang akan sulit di
terapi secara efektif. Pada pasien dengan komplikasi
perdarahan dan thomboemboli memberikan prognosis
yang kurang baik dalam terapi varises vena. Dengan
terapi yang tepat akan memberikan hasil yang baik dan
progesifitas penyakit akan berhenti dan prognosis akan
menjdi lebih baik.
Thank You 

S-ar putea să vă placă și