Sunteți pe pagina 1din 29

D I A G N O S I S D A N TATA L A K S A N A

PA R A S O M N I A
Disusun oleh :
Asri Rahmania
110201404

Pembimbing :

dr. Joko Nafianto, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SYARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Tk. I R.S. SUKANTO
PERIODE 2 JULI 2018 – 4 AGUSTUS 2018
TIDUR NORMAL
• Merupakan serangkaian fase 1-4 dengan peningkatan kedalaman,
diselingi periode singakt hampir terjaga selama terjadinya gerakan
mata cepat (REM)
• Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan
jasmani dan kelelahan mental.
• Kebutuhan tidur : penidur panjang (long-sleeper) > 9 jam, penidur
pendek (short-sleeper) <6 jam
TIPE TIDUR

Tipe Rapid Eye


Movement (REM)

Tipe Non Rapid Eye


Movement (NREM)
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
Internasional Classification of Sleep Disorders

Dissomnia Parasomnia

Gangguan tidur berhubungan Gangguan tidur tidak


dengan gangguan kesehatan/psikiatri terklasifikasi
DEFINISI
• Parasomnia adalah perilaku tidak diinginkan yang terjadi
terutama pada saat tidur : gangguan terjaga, terjaga sebagian,
atau selama transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke
terbangun. Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang
berhubungan dengan gangguan tidur dan bangun. Gangguan
tidur tersebut dibagi menjadi bagian tidur yang
berhubungan dengan psikiatrik, neurologik, atau gangguan
medis lainnya.
EPIDEMIOLOGI
• Secara umum, non rapid eye movement (NREM) Parasomnia lebih sering terjadi pada anak-
anak.
• Confusional arousals populasi secara umum 2,9%.
• Sleepwalking sering terjadi pada anak-anak, lebih dari 2% populasi. Pada dewasa 1-4% dari
populasi
• Sleep terror pada anak 6,5% dan <1% pada orang dewasa. Tidak ada perbedaan gender
• Sleep-related eating, 33 dari 700 orang (termasuk dari orang yang memiliki gangguan dan tidak
memiliki gangguan makan)
• Rapid eye movement sleep behavior disorder (RBD). Prevalensi di Inggris 0,5-2%. Amerika
serikat 0.38-2%
• Recurrent isolated sleep paralysis. 11,4% pelajar Amerika, 19,2 Kuwait, 20,7% Sudan
• Nightmare disorder, lebih sering terjadi pada anak-anak dan juga pada perempuan dibandingkan
laki-laki. Prevalensi (dewasa) 5-8%
• Enuresis, 2% pada orang dewasa dan pada anak usia sekolah 30%
FAKTOR UTAMA PRESIPITASI TERJADINYA
PARASOMNIA

Peminum alkohol

Kurang tidur (sleep deprivation)

Stress psikososial
KLASIFIKASI

Sumber: Avidan, Alon, MD &Kaplish Neeraj, MD. The Parasomnias: Epidemiology, Clinical Features, and Diagnostic
Approach. 2010
NREM PARASOMNIAS
1. Confusional Arousals
• anak mungkin dalam keadaan disorientasi dan menunjukkan
tingkah laku aneh.
• sadar sebagian terhadap lingkungan dan mungkin dalam keadaan
kacau, dan menggabung realitas dengan imajinasi
• gangguan ini bersifat benigna, hampir tanpa akibat buruk, pada
kebanyakan kasus tidak dibutuhkan terapi
• dianjurkan menghindari kurang-tidur (deprivasi tidur), melakukan
hygiene tidur yang baik
2. Sleep Walking

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR

A. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan berjalan berkeliling,
biasanya terjadi sepertiga pertama episode tidur utama
B. Selama berjalan di dalam tidur, orang tersebut mememiliki wajah yang kosong dan menatap,
realtif tidak responsive terhadap upaya orang lain untuk berbicara dengan mereka, dan
sangat sulit dibangunkan
C. Saat bangun (baik dari episode berjalan di dalam tidur atau keesokan paginya), orang ini
mengalami amnesia akan episode tersebut
D. Dalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan di dalam tisur, tidak ada
aktivitas atau perilaku mental yang terganggu (meskipun awalnya bisa terdapat periode
singkat bingung dan disorientasi)
E. Berjalan di dalam tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
F. Gangguan ini tidak disebakan efek fisiologis langsung suatu zat (cth, penyalahgunaan obat,
suatu obat) atau keadaan medis umum.
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th
ed.Text rev.Washington, DC:American Psychiatric Association
3. Sleep Terror

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Teror Tidur

A. Episode berulang bangun tidur secara tiba-tIba, biasanya terjadi pada sepertiga
pertama episode tidur utama dan dimulai dengan teriakan panik.
B. Rasa takut yang hebat serta tanda adanya bangkitan otonom, seperti takikardia,
pernafasan cepat, dan berkeringat selama periode ini
C. Relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk menenangkan pasien
selama episode ini
D. Tidak ingat mimpi dengan rinci dan terdapat amnesia untuk episode ini
E. Episode ini menyebabkan penderitaan secara klinis bermakna hendaya fungsi
sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
F. Gangguan ini tidak disebakan efek fisiologis langsung suatu zat (cth,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder.
4th ed.Text rev.Washington, DC:American Psychiatric Association
REM PARASOMNIA
1. REM Sleep Behaviour Disorder / Gangguan Perilaku
Rapid Eye Movement

• Gangguan perilaku tidur REM adalah keadaan kronis dan progresif


yang terutama ditemukan pada laki-laki.
• Ditandai dengan hilangnya atonia saat tidur REM dilanjutkan
munculnya perilaku kekerasan dan kompleks.
• pasien dengan ini melakukan apa saja yang ada di mimpinya.
• Cedera berat pada pasien dan teman tidur adalah risiko utama..
2. Recurrent Isolated Sleep Paralysis/ Paralisis tidur
• Ditandai dengan ketidakmampuan mendadak untuk melakukan gerakan volunte,
baik tepat pada onset tidur atau saat terbangun di malam atau pagi hari.
• Paralisis tidur dapat berlangsung beberapa detik sampai menit dan berakhir
spontan atau melalui stimulus eksternal seperti bunyi atau diraba
• Episode paratisis-tidur lebih sering terjadi setelah deprivasi tidur dan masalah
jadual tidur-bangun (misalnya kerja shift, jet lag, delayed sleep phase syndrome).
• Paralisis tidur tidak membutuhkan terapi khusus.
3. Nightmare Disorder/ Gangguan Mimpi Buruk
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR

A. Bangun berulang dari periode tidur utama atau tidur siang dengan ingatan yang
rinci mengenai mimpi yang lama dan sangat menakutkan, biasanya melibatkan
ancaman terhadap kelangasungan hidup, keamanan, atau harga diri. Bangun
biasanya terjadi selama paruh kedua periode tidur.
B. Saat bangun dari mimpi yang menakutka, orang tersebut dengan cepat memiliki
orientasi dan kesiagaan (berlawanan dengan kebingungan dan disorientasi yang
ditemukan pada gangguan terror tidur dan beberapa bentuk epilepsi)
C. Pengalaman mimpi buruk atau gangguan tidur terjadi akibat bangun,
menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial,
pekerjaan, , atau area fungsi penting lain
D. Mimpi buruk tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (cth
delirium, gangguan stress pasca trauma) dan tidak disebabkan efek fisiolgis
langsung suatu zat (cth penyalahgunaan obat, suatu obat atau keadaan medis
umum.

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th
ed.Text rev.Washington, DC:American Psychiatric Association
• Bruksisme terkait- Tidur
• Bruksisme atau menggertakkan gigi, terjadi sepanjang malam, paling menonjol
pada tidur tahap 2
• 5 hingga 10 persen populasi mengalami bruksisme yang cukup berat untuk
menimbulkan kerusakan yang jelas pada gigi
• Terapi mencakup prosedur pemasangan dental bite plate dan ortodentik
korektif.
Berbicara sambil Tidur (SOMNILOQUY)

• Berbicara sambil tidur lazim pada anak dan dewasa. Gangguan ini telah
dipelajari secara luas di laboratorium tidur dan terjadi pada semua tahap tidur.
Isi pembicaraan biasanya meliputi beberapa kata yang sulit dibedakan. Episode
berbicara yang lama berisikan mengenai kehidupan dan kekhawatiran orang
yang mengalaminya tetapi tidak mengaitkan mimpi mereka selama tidur dan
juga tidak sering mengungkapkan rahasia tersembunyi. Episode berbicara sambil
tidur kadang-kadang menyertai teror malam dan berjalan sambil tidur. Berbicara
sambil tidur tidak memerlukan terapi.
Enuresis (ngompol waktu tidur)
• sering didapatkan pada anak, dengan prevalensi sekitar 7 – 15% pada anak laki
usia 5 tahun, 3 – 5% pada usia 10 tahun, dan sekitas 1% pada laki-laki dewasa.
pada wanita, gangguan ini lebih sedikit, sekitar 3 – 5% pada usia 5 tahun, sekitar
2% pada usia 10 tahun dan jarang pada wanita dewasa.
• penyebab sebagian terbesar kasus enurisis adalah fungsional

Exploding Head Syndrome (EHS)


Gangguan yang ditandai dengan persepsi mendengar suara keras seperti ledakan
saat akan mulai tertidur atau saat terbangun. Tidak seperti namanya, gejala ini
tidak menimbulkan luka bagi dan penanganan medis bagi penderita parasomnia
Membenturkan kepala terkait tidur (Jactatio Capitis
Nocturna)
• Membenturkan kepala terkait tidur merupakan istilah untuk perilaku tidur
terutama terdiri atas membenturkan kepala ke depan dan belakang dengan ritmi,
biasanya jarang membenturkan seluruh tubuh, terjadi tepat sebelum atau selama
tidur NREM dalam.Terapi terdiri atas upaya untuh mencegah cedera

Gangguan Tidur akibat Gangguan Jiwa lain


DSM-IV-TR mendefinisikan gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa lain
sebagai keluhan gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan jiwa yang dapat
didiagnosis tetapi cukup berat untuk memperoleh perhatian klinis.
Parasomnia tidak tergolongkan

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Parasomnia yang tidak tergolongkan

Kategori parasomnia yang tidak tergolongkan digunakan untuk gangguan yang ditandai dengan
perilaku atau peristiwa psikologis abnormal selama tidur ke bangun tetapi tidak memenuhi
kriteria parasomnia yang lebih spesifik. Contoh-contohnya mencakup
1. Gangguan perilkau tidur REM: aktivitas motoric, sering dengan ciri kekerasan, yang timbul
saat Rapid Eye Movement (REM). Tidak seperti berjalan sambuil tidur, episode ini
cenderung terjadi diakhir malam dan disertai daya ingat yang jelas terhadap mimpi.
2. Paralisis tidur, ketidakmampuan melakukan gerakan volunte selama transisi antara keadaan
terjaga dan tidur. Episode ini terjadi saat onset tidur (hipnagonik) atau saat bangun
(hipnopompik). Episode ini biasanya disertai ansietas berat dan pada beberapa kasus, rasa
takut akan kematian yang mengancam. Paralisis tidur terjadi lebih lazim gejala tambahan
dari narkolepsi dan pada kasus-kasus tersebut, sebaiknya tidak diberi kode terpisah.
3. Situasi setelah klinisi menyimpulkan adanya parasomnia tetapi tidak dapat menentukan
apakah hal ini merupakan kelainan primer, akibat kelainan klinis, atau dicetuskan oleh zat.

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed. Text
rev.Washington, DC:American Psychiatric Association
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Faktor Risiko

Riwayat Pasien

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Diagnostik
polisomnogram(PSG)
DIAGNOSIS BANDING
• Seizure
• Narcolepsy
• Nocturnal dissociative disorder
TATALAKSANA

mengidentifikasi dan menyelesaikan penyebab apapun yang mendasari,


saran untuk tidur yang optimal (sleep hygiene), modifikasi lingkungan.
Dalam kasus yang berat, pengobatan farmakolgis dapat
dipertimbangkan.
SLEEP HYGIENE
• Tidur ketika mengantuk dan bangun pada waktu yang sama setiap hari
• Hindari tidur siang (kecuali pada anak kecil) terutama setelah jam 2 siang
• Hindari paparan sinar yang berlebih sebelum tidur (contoh, layar
komputer, handphone)
• Olahraga teratur
• Batasi asupan kafein, alkohol, dan tembakau terutama malam hari
• Minum minuman hangat (susu) sebelum tidur
• Hindari melakukan pekerjaan rumah atau bekerja sebelum tidur
• Keluar dari tempat tidur jika onset tidur tidak terjadi dalam 20 menit
KOMPLIKASI
• sleep-related injury to patient or bed partner
(rapid eye movement sleep behaviour disorder
[RBD])
• Sleep-related injury and violence (confusional
arousals)
• poor daytime performance
PROGNOSIS
Non-rapid eye movement (NREM) sleep parasomnias
• Prognosis baik (confusional arousals, sleepwalking dan sleep terror).
Berkurang seiring bertambahnya usia
Rapid eye movement (REM) sleep parasomnias
• Respon baik pada pengobatan menggunakan melatonin atau
clonazepam pada beberapa kasus. Namum 93% kasus terjadi
gangguan neurodegenerative seperti Parkinson dan
synucleinopathies lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Avidan, Alon Y MD & Kaplish, Neeraj MD. 2010. The Parasomnias: Epidemiology, Clinical Features, and Diagnostic Approach.Clin
Chest Med

Fleetham MB, John & Fleming MB. 2014. Parasomnias. 186(8). Canadian Medical Association. 186(8).

Markov, Dimitri MD et al. 2006. Update on Parasomnias : A Review for Psychiatric Practice

Matwiyoff, Greg & Lee-Chiong, Teofilo. 2008. Parasomnias : an Overview.131( 333-337) Indian J med Res.

Pandi-Perumal, Seithikurippu et al. 2010. Parasomnias. Ian P. Stolerman (ed), Encyclopedia of Psychopharmacology

Sadock, Benjamin J & Sadock, Virginia A.2017. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. EGC: Jakarta

S-ar putea să vă placă și