Sunteți pe pagina 1din 88

Dasar Analisis Kebijakan Pangan Dan

Gizi Kesmas
Konsep dan Lingkup kebijakan

ANALISIS KEBIJAKAN PANGAN GIZI KESMAS


ADALAH PILIHAN PEMERINTAH UNTUK
MELAKUKAN/ TIDAK MELAKUKAN DALAM ;
MENGAMBIL KEBIJAKAN DI BIDANG PANGAN GIZI
KESMAS BERLANDASKAN AZAS MANFAAT YANG
OPTIMAL YANG AKAN DITERIMA OLEH
MASYARAKAT
Peran analisis kebijakan
Cepat mengambil fokus pada kriteria
keputusan yang paling sentral
Mempunyai kemampuan analisis multi-disiplin
Mampu memikirkan jenis-jenis tindakan
kebijakan yang dapat diambil
Mampu mengatasi ketidakpastian
Mampu membuat rumusan analisa yang
sederhana namun jelas
Mampu memeriksa fakta-fakta yang
diperlukan, dll
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP ANALISIS
KEBIJAKAN PUBLIC

KEBIJAKAN (policy) :
1. Prinsip atau cara bertindak untuk mengarahkan
pengambilan keputusan
2. Suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara
berencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu
3. Kebijakan selalu beroriientasi kepada masalah masalah
(problem oriented) dan tindakan (action oriented )
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP ANALISIS
KEBIJAKAN PUBLIC

Analisis (Kajian) merupakan suatu kegiatan berfikir untuk


menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen
sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan
satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu
keseluruhan yang terpadu, (Komaruddin)

Kebijakan publik adalah


Kegiatan Pemerintah untk melaakukan atau tidak melakukan
suatu tindakan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak (masyarakat) (Thomas Dye (1975)
KOMPONEN ANALISIS KEBIJAKAN

Segitiga Analisis Kebijakan;


Sumber: Walt and Gilson (1994)
1. Tujuan Kebijakan Pangan Gizi : Hubungannya
dengan Penanggulngan masalah gizi,
Ketersediaan pangan gizi, Kesehatan-gizi
masyarakat
2. Beneficiaries : target dan sasaran group dari
kebijakan
3. Content Isi dari kebijakan : apakah kebijakan
tersebut dapat memecahklan masalah yang
dituju (validitas)
4. Actors : Siapa yang terlibat ?/ memainkan
peran apa? Apakah ada “pemain” yang belum
dilibatkan?
5. Process : Mekanisme penentuan dan
penetapan kebijakan? Top-down, bottom-up?
6. Context : Apakah kebijakan sesuai dengan
lingkungan? Kebijakan lain? Lingkungansosial
politik ekonomi budaya?
FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI GIZI KESMAS
DAN PANGAN

Konsep analisis masalah gizi menurut UNICEF (1998)


IDENTIFIKASI BENTUK KEBIJAKAN GIZI KESMAS DAN
PANGAN

1. Kebijakan publik di sektor pangan gizi-kesmas


1) Kebijakan penanggulangan gizi buruk
2) Kebijakan penanggulangaan anemia pada Bumil
3) Kebijakan import paangan sstrategis
4) Kebijakan Jampersal
5) Kebijakan tentang ASI Eksklusif
6) Kebijakan ketahanan pangan,dst
IDENTIFIKASI BENTUK KEBIJAKAN GIZI KESMAS DAN
PANGAN
METODA, TEKNIK DAN ALAT UKUR
KEBIJAKAN PANGAN DAN GIZI KESMAS
Metoda dan Teknik dalam analisis kebijakan gizi
kesmas dan pangan
Proses kebijakan kesehatan
Menurut Dunn (2000:21) Metodologi
Analisis Kebijakan menggabungkan
lima prosedur umum
Perumusan masalah
Forecasting (peramalan)
Rekomendasi kebijakan
Implementasi kebijakan
Monitoring kebijakan
Evaluasi kebijakan
Bentuk Dan Model Analisis Kebijakan Menurut
Dunn (2000:21)
1) Analisa Kebijakan prospektif, : analisis kebijakan
yang dilakukan untuk memproduksi dan
mentransformasikan informasi sebelum aksi
kebijakan dimulai dan diimplementasikan
2) Analisa kebijakan retrospektif, : analisis kebijakan
yang dilakukan untuk menciptakan dan
mentaformasikan informasi setelah aksi kebijakan
dijalankan
3) Analisa Kebijakan terintegrasi : kombinasi dari
analisis prospektif dan analisis kebijakan retrospektif,
yaitu untuk menciptakan dan mentransformasikan
informasi sebelum dan setelah aksi kebijakan diambil
INDIKATOR UTAMA DALAM ANALISIS
KEBIJAKAN GIZI KESMAS DAN PANGAN

1) Menurunkan proporsi anak balita


yang stunting sebesar 40 %
2) Menurunkan proporsi anak balilta
yang menderita kurus (wasting)
kurang dari 5 %.
3) Menurunkan anak yang lahir berat Sasaran
badan rendah sebesar 30 % strategis 2025
4) Tidak ada kenaikan proporsi anak
yang mengalami gizi lebih
5) Menurunkan proporsi ibu usia subur
yang menderita anemia sebanyak
50 %
6) Meningkatkan prosentase ibu yang
memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan paling kurang 50 %
ANALISIS KEBIJAKAN TENTANG JAMPERSAL
DAN ASI EKSKLUSIF DI INDONESIA
LANDASAN KEBIJAKAN TENTANG JAMPERSAL DAN
ASI EKSKLUSIF
1) Landasan Kebijakan 1) Landasan Kebijakan ASI
Jampersal Eksklusif
a. Peraturan Menteri a. PP Nomor 33 tahun 2012
Kesehatan Nomor tentang pemberian ASI
2562/MENKES/PER/XII eksklusif
/2011 tentang Jampersal b. Peraturan Menteri Kesehatan
b. Pada dasarnya JAMPERSAL Republik Indonesia
ditujukan untuk Nomor 39 Tahun 2013 tentang
meningkatkan akses Susu formula bayi dan produk
masyarakat terhadap bayi laiinya
persalinan yang sehat, c. Peraturan Kepala Badan
dengan cara memberikan Pengawas Obat Dan Makanan
kemudahan pembiayaan Republik Indonesia Nomor 2
kepada seluruh ibu hamil Tahun 2016 Tentang Pedoman
yang belum memiliki Teknis Pengawasan Periklanan
jaminan persalinan Pangan Olahan
Permasalahan-permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan program
Jaminan Persalinan
1. Standar pelayanan medis kurang spesifik : rumah sakit
pemerintah yang ditunjuk menjadi pelaksana Jampersal
banyak yang kebingungan dalam memberikan layanan
kesehatan kepada para penerima Jampersal
2. Ketidakseimbangan antara jumlah pasien dengan fasilitas
yang tersedia
3. Tenaga kesehatan : banyak tenaga kesehatan yang tidak
mengikuti program tersebut secara sukarela dan konsekuen
4. Masalah pendanaan : terlambatnya pendanaan ke fasilitas
kesehatan, dana yang disubsidikan untuk penyediaan obat-
obatan ini juga masih terbatas
5. Kesimpangsiuran informasi mengenai Jampersal yang ada di
masyarakat
6. Dukungan secara nyata dari pemerintah daerah masih
rendah
Permasalahan-permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan program
ASI ekslusif
1. Ruang laktasi yang kurang terealisasi dan minim terutama ditempat-
tempat umum dan ditempat kerja
2. banyak ibu yang tidak berani melapor karena takut kehilangan pekerjaan.
3. Pelaksanaan program pemberian ASI di fasilitas pelayanan kesehatan
kurang optimal.
4. Kurangnya motivasi petugas dalam hal memberikan promkes
5. aspek evaluasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan- belum
tersedia karena buruknya sistem pendokumentasian dan diseminasinya
bagi publik atau karena memang subsistem evaluasi dan pemantauan
tidak ada dalam sistem yang dimaksud dalam peraturan.
6. Gencarnya pemasaran susu formula melalui kampanye terselubung, yaitu
memberi hadiah kepulangan ibu dan bayi dari fasilitas persalinan
dilaporkan masih marak terjadi.
7. ibu-ibu berpendidikan rendah menjadi korban dari kampanye demikian
8. tenaga kesehatan penolong persalinan baik bidan maupun dokter tidak
bebas dari peran sebagai ”agen” susu formula
9. Masih ada intervensi dari produsen SuFor kepada para tenaga kesehatan
dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
menghambat pelaksanaan ASI ekslusif
KAITAN KEBIJAKAN JAMPERSAL DENGAN DENGAN KEMATIAN IBU DAN BAYI

Jaminan Persalinan ini diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat
mengakses pemeriksaan persalinan, pertolongan persalinan, pemeriksaan
nifas dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
sehingga ibu dan bayi dapat terpantau kesehatannya sehingga pada
gilirannya dapat menekan angka kematian ibu dan bayi

KAITAN KEBIJAKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PENURUNAN PREVALENSI STUNTING

1. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Millennium Challenga Account
Indonesia, 2014)

1. Pertumbuhan anak mencapai periode emasnya mulai saat konsepsi s/d


usia 2 tahun (1000 HPK)
2. Stunting dapat dicegah dengan beberpa hal seperti memberikan asupan
gizi lengkap yakni dengan ASI Esklusif
Mengapa 1000 Hari Ini Penting?
Berdasarkan banyak penelitian, para ahli menyimpulkan bahwa
periode 1000 hari adalah periode emas yang dimulai sejak saat
konsepsi, pertumbuhan janin dalam rahim, hingga ulang tahun ke
2 kehidupannya,yang akan menentukan kualitas kesehatan
pada kehidupan selanjutnya. Bukan hanya kesehatan secara
lahiriah, lebih dari itu, kesehatan jiwa dan emosi, bahkan
kecerdasan/ intelek- tualnya. Hal ini berarti nutrisi selama periode
emas ini sangat menentukan, ibarat kita membangun sebuah
rumah yang kokoh dan indah, maka seharusnya bahan yang
digunakan harus berkualitas, terencana dan terpantau dengan
baik.

Gambaran Umum Program 1000 Hari Awal Kehidupan (PDF Download


Available). Available from:
https://www.researchgate.net/publication/301895562_Gambaran_Umum
_Program_1000_Hari_Awal_Kehidupan [accessed Jul 28, 2017].
1000 Hari Pertama Kehidupan Periode “Window of Opportunity”
kesempatan emas dalam perbaikan gizi didalam program 1000 hari
kehidupan merupakan masa kritis untuk investasi gizi mencapai
pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat.

1. Dalam Kandungan (280 Hari)


2. Dimulai 0-2 tahun (720 hari0

a. Umur 0-6 bulan (180 Hari)


b. Umur 6-8 bulan(60 Hari)
c. Umur 8-12 Bulan(120 hari) dan
d. umur 12-24 bulan(360 Hari)

Mengapa Harus Penuhi gizi pada 1.000 HariPertama Kehidupan?


Tujuan
1.Terpenuhi kebutuhan pangan dan gizi Ibu dan Anak
2.Menurunkan: Anak balita Pendek/stunting Anak Balita Kurus/Wasting
Anak BBLR(Berat Badan Lahir Rendah) Ibu yang menderita Anemia
3.Meningkatkan keinginan Ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan.
Bagaimana jika pada usia Periode Emas ini,terjadi kekurangan
gizi ?
Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuhan perkembangan
akan akan mengalami hambatan. Adapun hambatan
/gangguan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan otak terhambat, anak tidak cerdas


2. Pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan
anak terhambat, dan anak menjadi pendek (stunting)
3. Anak menjadi lemah dan mudah sakit /mudah ter-infeksi
4. Anak ketika mulai sekolah,prestasi belajarnya akan kurang
bahkan rendah
5. Sumber Daya Masyarakat (SDM) rendah
FAKTOR DETERMINANT TERJADINYA
MASALAH GIZI MENJURUT TEORI BLUM
1. FAKTOR LINGKUNGAN
• Lingkungan Fisik–Higiene Sanitasi
• Lingkungan Sosial : kepedulian
(posyandu)
• Lingkungan Keluarga
2. PERILAKU
• Pola Asuh :ASI Eksklusif, MP ASI,
• Imunisasi
3. AKSES KE PELAYANAN KESEHATAN
• Penimbangan
• Imunisasi
4. KETURUNAN (GENETIK) : Penyakit
turunan : Assma, Diabetes tipe 1
FAKTOR TERBESAR ADALAH LINGKUNGAN
 FISIK DAN SOSIAL seperti

Prasarana Air bersih


Pembuangan Sampah dan Limbah RT
 Sosial , seperti Kepedulian Tokoh (formal) lurah, RT/RW
Tokoh non Formal : TOMA/TOMA (ulama dan
Ninik mamak)
 Keluarga Nenek, Pembantu dsb

Faktor Keturunan sangat kecil sekitar 20 %


Penyakit keeturunan : Asma Bronchial, DM tipe 1, dsb
PROGRAM UTAMA

TARGET GROUP

PROGRAM
PENDUKUNG
1. Pertanian : ketersediaan pangan, distribusi pangan,
konsumsi pangan
2. Jaminan Sosial Nasional : BPJS untuk menjamin akses
terhadap pelayanan kesehatan
3. Pendidikan : peningkatan pengetahuan pangan dan
gizi pada anak dan remaja, UKS, Dokter Kecil, PHBS
4. Pemberdayaan Perempuan : pendewasaaan usia
pernikahan dan pengetahuan pangan dan gizi
5. Perlindungan Anak : tumbuh kembang, ASI Eksklusif,
MP-ASI
6. PU : ketersedian air bersih dan sanitasi yang layak
7. BKKBN : pelayanan kesehatan reproduksi, dan
pelayanan KB 30
Intervensi Gizi Sensitif
(lanjutan))
8. Sosial : program keluarga harapan
9. Perindustrian, Perdagangan, BPOM : kebijakan
terkait pelabelan, promosi dan iklan susu formula,
makanan olahan serta terkait fortifikasi
10. Kelautan dan Perikanan : produksi dan distribusi
ikan
11. Kemendes : akses terhadap pangan di daerah
terpencil, perbatasan dan kepulauan,
penyediaan anggaran pada APBD Desa
12. Ketenagakerjaan : pekerja anak, ruang laktasi di
perusahaan
13. Kemendagri : revitalisasi posyandu, distribusi
tenaga kesehatan, PKK
14. Kemenag : pendidikan calon pengantin
31
 Menunda cord  ASI eksklusif
Pelayanan prakonsepsi:  Suplementasi besi- sampai 6 bulan dan  Pemberian
 Keluarga berencana clamping
folat melanjutkan
 Menunda  Iniasiasi menyusu makan gizi
usia  Suplementasi Ca pemberian ASI seimbang
dini
kehamilan pertama  Suplementasi energi sampai 2 tahun  Suplementasi
 Memperpanjang  Pemberian vitamin
dan protein yang  Pemberian MP ASI Vit A
jarak kelahiran K
seimbang setelah usia 6 bulan  Suplementasi
 Memperhatikan  Suplementasi
 Suplementasi  Suplementasi Zn Fe
vitamin A
kondisi psikososial yodium  Suplementasi Fe
 Perawatan metode
 Berhenti merokok  Suplementasi vit A
kangguru

Remaja WUS dan Ibu Neonatal Baduta Balita


Perempuan Hamil

Pencegahan dan penanganan


penyakit
Pencegahan dan penanganan Manajemen kekurangan gizi dan gizi
penyakit buruk:
 Pencegahan malaria pada wanita  Terapi Zn untuk penderita diare
 Penanganan kecacingan pada  WASH
ibu  Pemberian makan pada diare
 Pencegahan obesitas  Pencegahan malaria
 Pengobatan kecacingan pada anak
 Pencegahan obesitas

32
Akar permasalahan pangan dan gizi sebenarnya adalah kemiskinan, ketidaktahuan,
ketidak pedulian (ignorance), distribusi bahan pangan yang buruk, dan KKN.

Salah satu indikator keberhasilan yang dipakai mengukur keberhasilan suatu


bangsa adalah IPM / HDI..Tahun 2014, IPM Indonesia menempati peringkat 108
dari 187 negara, yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan
peringkat IPM negara-negara tetangga.

Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk
Indonesia.
KEBIJAKAN PUBLIK
 Thomas R. Dye
 segala bentuk pilihan pemerintah untuk melakukan
atau tidah melakukan sesuatu
 James E. Anderson
 kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan
dan pejabat pejabat pemerintah

Kebijakan Publik :
a) Dibuat oleh pemerintah, berupa tindakan-tindakan
pemerintah
b) Baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu
c) Ditujukan untuk kepentingan masyarakat
 Proses mengacu kepada cara bagaimana kebijakan
dimulai, dikembangkan atau disusun, dinegosiasi,
dikomunikasikan, dilaksanakan dan dievaluasi
HIRARKI PENYUSUNAN
PENYUSUNAN KEBIJAKAN
GIZI KESMAS DAN
MASYARAKAT
Dunn (2004) menjelaskan proses kebijakan
public sebagai berikut
1. Problem Identification (Identifikasi Masalah)
2. Agenda Setting
3. Policy Formulation (Formulasi Kebijakan)
4. Policy Legitimation
5. Policy Implementation (Implementasi
Kebijakan)
6. Policy Evaluation (Evaluasi Kebijakan)
Identrifikasi
Penyusunan
kebijakan
Agenda
(identificatiton
(agenda
of policy
setting)
problems

Perumusan
Evaluasi
kebijakan
kebijakan
(policy
(policy evaluasi
formulation)

Implementasi Pengesahan
kebijakan kebijakan
(policy (legimating
implementation policy
Problem Identification
(Identifikasi Masalah)

1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan:


mengumpul-kan data mengenai permasalahan sosial yang
dialami masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi
2. Analisis Masalah dan Kebutuhan:
Apa penyebab masalah dan apa kebutuhan masyarakat?
Dampak apa yang mungkin timbul apabila masalah tidak
dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan
kelompok mana yang terkena masalah?
3. Penginformasian Rencana Kebijakan:
Rencana disampaikan masyarakat yang terkait dengan isu-isu
danlembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan
disetujui.
Problem Identification
(Identifikasi Masalah)

4. Perumusan Tujuan Kebijakan:


5. Pemilihan Model Kebijakan:
menentukan pendekatan, metoda dan strategi yang paling
efektif dan efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan
6. Penentuan Indikator Sosial:
indikator sosial berfungsi sebagai acuan, ukuran atau standar
bagi rencana tindak dan hasil-hasil yang akan dicapai.
7. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik:
menginformasikan kembali rencana kebijakan, melakukan lobi,
negosiasi dan koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok
masyarakat agar tercapai konsensus dan kesepakatan
Agenda Setting

Agenda kebijakan adalah tuntutan-tuntutan agar para


pembuat kebijakan memilih atau merasa terdorong untuk
melakukan tindakan tertentu
Lester dan Stewart menyatakan bahwa suatu isu akan
mendapat perhatian bila memenuhi beberapa kriteria,
1. suatu isu telah melampaui proporsi suatu krisis dan tidak
dapat terlalu lama didiamkan.
2. isu tersebut memiliki sifat partikularitas, dimana isu tersebut
menunjukkan dan mendramatisir isu yang lebih besar.
3. Mempunyai aspek emosional dan mendapat perhatian media
massa karena faktor human interest.
4. Mendorong munculnya pertanyaan menyangkut kekuasaan
dan legitimasi, dan masyarakat.
5. Isu tersebut sedang menjadi trend atau sedang diminati oleh
banyak orang
Policy Legitimation

Legitimasi adalah proses pengesahan suatu keputusan menjadi


sebuah undang-undang dan hukum tertulis lainnya.

Bentuk-bentuk legitimasi kebijakan public


1. UNDANG-UNDANG
2. PERPU ( peraturan pemerintah pengganti Undang-undang)
3. PP
4. PERATURAN PRESIDEN
5. PERATURAN DAERAH
UNDANG-UNDANG : PERATURAN PERUNDANGAN
YG DISUSUN DPR DGN PERSETUJUAN PRESIDEN

PP PENGGANTI UU DITETAPKAN OLH PRESIDEN DLM


HAL KEPENTINGAN YG MEMAKSA

PP DITETAPKAN OLH PRESIDEN UNTUK


MENJALANKAN UU

PERATURAN PRESIDEN : PERATURAN PER-UU YG


DIBUAT OLH PRESIDEN

PERDA : DISUSUN DPR PROV/KAB DG PERSETUJUAN


KEPALA DAERAH
Policy Implementation
(Implementasi Kebijakan)

Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni.


1. tahapan pengesahan peraturan perundangan
2. pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana
3. kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan
4. dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki atau tidak
5. dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi
pelaksana
6. upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan
perundangan.
Policy Evaluation (Evaluasi Kebijakan)

House, 1978 mengemukakan Model Evaluasi Kebijakan Publik:


1. The Adversary Model, para evaluator dikelompokkan menjadi
dua, yang pertama bertugas menyajikan hasil evaluasi
program yang positip, kedua berperan untuk menemukan
hasil evaluasi program negatif, tidak efektif, gagal dan yang
tidak tepat sasaran.
2. The Transaction Model, Model ini memperhatikan
penggunaan metode studi kasus, bersifat naturalistik dan
terdiri dua jenis, yaitu : evaluasi responsif (responsive
evaluation) melalui kegiatan - kegiatan secara informal, dan
evaluasi iluminativ (illuminativ evaluation) bertujuan untuk
mengkaji program inovativ
3. Good Free Model, model evaluasi ini ber tujuan untuk
mencari dampak aktual dari suatu kebijakan, dan bukan
hanya sekedar untuk menentukan dampak yang diharapkan
sesuai dengan ditetapkan dalam program.
Peran Pemerintah dalam
Kebijakan Publik
 Menurut Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999
dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999, pemerintah dan
masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya
sendiri secara bertanggung jawab
 Pemerintah pusat tidak menguasai dengan penuh, Pemerintah
pusat berperan memberi arahan, memantau, mengawasi dan
mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah (Kebijakan Publik)
 Peran pemerintah daerah sebagai pelaksana pengawas dan
evaluasi sesuai wewenang dan daerahnya masing-masing. Oleh
sebab itu pemerintah dapat mendefinisikan/ menterjemahkan
kembali kebijakan pusat dalam bentuk peraturan daerah sesuai
kondisi daerah masing-masing baik propinsi, kabupaten atau kota
Peran negara dan pemerintah
dalam kebijakan kesehatan
menurut WHO

 Peran sebagai pengarah


 Peran sebagai regulator
 Peran sebagai pelaksana pelayanan yang diregulasi
 Peran sebagai Pengawas dan evaluasi
PIHAK YANG BERPERAN TERBENTUKNYA DAN
BERJALANNYA KEBIJAKAN

Kementrian Kesehatan
Program intervensi gizi spesifik dalam rangka menangani
penyebab-penyebab langsung terjadinya kurang gizi.

Kementerian PPN / BAPPENAS


Program intervensi rencana aksi pangan dan gizi nasional
dan daerah

Kementerian Sosial dan Kementerian Dalam Negeri


Program intervensi pengentasan kemiskinan, PNPM Generasi
dan PKH

Kementerian Pertanian
Program intervensi produksi dan konsumsi keanekaragaman
pangan, makanan bergizi, seimbang dan aman.

Kementerian Kelautan dan Perikanan


Program intervensi peningkatan konsumsi ikan
PIHAK YANG BERPERAN TERBENTUKNYA DAN
BERJALANNYA KEBIJAKAN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Program intervensi keluarga berencana untuk menunda
usia kehamilan pertama dan meningkatkan jarak
kelahiran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Program intervensi pendidikan bagi remaja perempuan
serta pendidikan anak usia dini

Kementerian Pekerjaan Umum


Program intervensi air bersih dan sanitasi dasar

Pemerintah Daerah
Komitmen dalam realisasi program intervensi dimasing-
masing daerah pemerintahannya masing-masing.
Keterkaitan Antara
Gizi Dengan
Kependudukan dan
kesehatan masyarakat
 Masalah gizi di indonesia Beban Ganda

• 19,6 % Underweight
• 37,2 % Stunting
• 12,2 % Wasting
Pada Anak • (overweight) 11,9%

Gizi Kurang :
1. Pada ibu
•Anemia 22,7% (Anemia ibu
hamil, KEK, dan
Pada Ibu
(riskesdas 2013) GAKY
2. Pada anak : Gizi
buruk, stunting,
wasting, KVA
Gizi lebih : Obes
“MASALAH KEPENDUDUKAN”

penyebab utama
tersudutnya negara
ke jurang bencana

Tingkat
ekonomi
rendah, Tingkat
kemiskinan Kualitas kesehatan
pendapatan penduduk rendah, UHH
perkapita rendah rendah, masalah
rendah, daya kesehatan tinggi
beli rendah

Kualitas Pendidikan
rendah. Tingkat
kecerdasan rendah
55
Penyebab Masalah Gizi
Kebijakan Pangan berupa menetapkan rencana aksi ini kebijakan pangan
dan gizi (lima pilar pembangunan pangan dan gizi)
•Perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil, dan anak
melalui peningkatkan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan
1 difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta

•Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam melalui peningkatan ketersediaan dan


aksesibiltas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin.
2

•Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui peningkatan pengawasan


keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan
3 produk industri rumah tangga (PIRT) tersertifikasi

•Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan
masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal, terutama dalam peribahan perilaku
atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan
4 berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu.

•Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi
di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan
merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta
5 penelitian dan pengembangan. Untuk pelaksanaan kebijakan dan strategi di tingkat provinsi
Sasaran Percepatan
Perbaikan Gizi
HUBUNGAN KEBIJAKAN GIZI KESMAS
DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
 Status gizi yang rendah pada balita akan
menurunkan resistensi tubuh terhadap infeksi
penyakit, sehingga banyak menyebabkan
kesakitan dan kematian terutama pada
anak-anak balita (mempengaruhi angka
mortalitas).
 Status gizi kurang yang lama pada WUS yang
lama pada wanita dapat mengakibatkan
ganguan pada siklus haid
 Melahirkan bayi pada usia muda atau terlalu
tua mengakibatkan kualitas anak yang
rendah dan juga merugikan kesehatan ibu
HUBUNGAN KEBIJAKAN GIZI KESMAS
DENGAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
 Jika ibu mengalami masalah gizi : Anemia,
Penambahan BB selama hamil kurang, Ibu kurus Pra
hamil dan Ibu pendek Sehingga meningkatkan risiko
kematian Ibu dan bayi (AKI/AKB)
 Gangguan pada masa janin pada usia dini
berdampak Jangka pendek terhadap perkembangan
otak, pertumbuhan IUGR dan metabolik programing.
Jangka panjang perkembangan otak tidak baik akan
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif dan
pendidikan, pertumbuhuan IUGR yang tidak baik akan
menajadi stunting (Keadaan stunting akan menjadi
siklus tetap terhadap kejadian berikutnya) sedangkan
metabolik programing akan memicu Hipertensi,
Diabetes, Obesitas, PJK dan Strok
PENGARUH KEBIJAKAN GIZI KESMAS DENGAN
KEPENDUDUKAN, USIA HARAPAN HIDUP, AKI DAN AKB

Kebijakan gizi kesmas antara lain:


 Peningkatan Gizi Masyarakat melalui pemberdayaan
posyandu dan kegiatan PKK
 Pelaksanaan Imunisasi bertujuan melindungi tiap anak
dari penyakit umum melalui PIN
 Penambahan Fasilitas Kesehatan yang menampung
dan menjangkau masyarakat di daerah-daerah
tertinggal
 Penyediaan Pelayanan Kesehatan Gratis bagi
penduduk miskin
 Pengadaan Obat Generik. obat murah yang dapat
dijangkau oleh masyarakat bawah.
Kebijakan gizi kesmas antara lain:
 Penambahan Jumlah Tenaga Medis untuk memnerika
layanan paripurna sampai kedaerah terpencil sehingga
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
 Melakukan promkes tentang Asi ekslusif dan IMD sehingga
mencegah anak kurang gizi dan stunting pada balita
 PMT-AS meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap
penyakit dan kemampuan menerima pelajaran lebih baik,
 pemberian Garam beryodium pada ibu mencegahGaky
dan meningkatkan kecerdasan pada anak, mencegah
krininisme
 pemberian Vit A meningkatkan daya tahan tubuh bagi anak
 Pemberian Tablet FE untuk mencegah anemia zat besi pada
Bumil sehingga mencegah AKI dan AKB
Tujuan dari kebijakan Gizi Kesmas tersebut
adalah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
mencegah kompliklasi penyakit gizi, mencegah kematian
ibu dan bayi, mencegah angka kesakitan, menurunkan
stuntimng, memperbaiki gizi masyarakat baik ibu dan bayi
sehingga pada akhirnya berdampak pada peningkatan
USia harapan hidup, Produktifitas meningkat, tingkat
kecerdasan meningkat, usia produktif meningkat, akhirnya,
satuts ekonomi juga akhirnya meningkat
Pengaruh gizi
Gangguan gizi kurang pada Bumil, menghambat
pertumbuhan janin. Menurunkan resistensi tubuh dari infeksi
dan kemampuan ibu menyimpan energi yang dibutuhkan
saat persalinan akan meningkatkan potensi kematian Ibu
dan Bayi (AKI &AKB)
PENGARUH STATUS GIZI MASYARAKAT
DENGAN KOMPOSISI PENDUDUK

Apabila ketersediaan pangan cukup, distribusi baik dan


konsumsi masyarakat juga baik maka, gizi masyarakat
juga akan meningkat, gizi yang cukup berdampak
pada AKI & AKB rendah, UHH Panjang Kualitas SDM &
PDDK Bagus selanjutnya berdampak pada Produktivitas
Meningkat dan Ketahan bangsa akan kuat, umur
produktif tinggi, tingkat Pendidikan baik. Sampai dengan
tingginya umur harapan hidup
Proses Meningkatkan Kualitas
SDM
67 1.Program
PMTAS

LATAR BELAKANG KEBIJAKAN PMT-AS


1. Pengentasan gizi buruk (insiden terhambatnya pertumbuhan
fisik anak usia 6-14 th (13,3% laki-laki dan 10,9%
perempuan , Riskesdas 2010)
2. Angka putus SD beberapa provinsi > 3%, Kemendiknas,
2009)
3. Pengentasan kemiskinan (30jt penduduk dibawah garis
miskin nasional, susenas, 2009)
PMTAS (Permendagri No 18 Tahun 2011) :
Kegiatan pemberian makanan kepada peserta
didik dalam bentuk jajanan/kudapan atau
makanan lengkap yang aman dan bermutu
beserta kegiatan pendukung lainnya, dengan
memperhatikan aspek mutu dan keamanan
pangan.

Sasaran :
Peserta Didik, orang tua, guru dan komite sekolah
Penyelenggaraan

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PEMBIAYAAN

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN


PENGAWASAN

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN


LAPORAN
Permasalahan Pelaksanaan

1. Keterlambatan sekolah menerima dana karena


peraturan pelaporan keuangan dari Kementerian
Keuangan, Pelaksanaan 3 x seminggu tidak berjalan.
2. Jumlah dana tidak mencukupi, sasaran ditetapkan
sebelum tahun ajaran dimulai dan jumlah tepat murid
yang mendaftar sekolah belum diketahui.
3. Sekolah daerah terpencil kesulitan mengambil dana
dari kantor pos.
4. Makanan tambahan yang diberikan banyak yang
tidak memenuhi zat gizi utama. Umumnya hanya
mengandung banyak karbohidrat dan sedikit sampai
tidak ada protein didalam makanan
Permasalahan Pelaksanaan

5. Kurang memadainya pengelolaan program


secara keseluruhan berpengaruh negatif pada
pelaksanaan program
6. Keterlambatan dalam penyerapan dana
menyebabkan administrasi program menjadi
tidak memadai
7. Tidak memadainya program pelatihan
menyebabkan ketidakberhasilan pelaksanaan
aspek-aspek penting dalam program PMT-AS
seperti kurangnya pemahaman tentang nilai
gizi dari makanan tambahan.
72

 Dirjen Bina Kesmasy, SE No: JM.03.03/BV/2195/09, 3 Juli


2009, Percepatan Penanggulangan Gangguan Akibat
Kurang Yodium.

 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010


tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium di Daerah.

 Renstra Kemenkes 2010-2014, salah satu dari 8 indikator


bidang Perbaikan Gizi yaitu 90% RT mengonsumsi garam
beryodium dengan kandungan yodium cukup

 Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 1994 tentang


Pengadaan Garam Konsumsi Beryodium
77
KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN KVA

Permenkes Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Standar Kapsul


Vitamin A Bagi Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas

Untuk mengurangi resiko kesakitan dan kematian akibat KVA,


Pemerintah menyelenggarakan kegiatan Pemberian Vit A. Biru
100.000 IU bayi usia 6 - 11 bulan, kapsul vitamin A merah
200.000 IU anak balita usia 12 - 59 bulan, dan ibu nifas.
KONSEKUENSI MASALAH KVA
78

Gangguan mata Pertumbuhan dan


(xerophtalmia, perkembangan
Rabun senja) terganggu

Resiko Rentan
kematian MASALAH KURANG terhadap
VITAMIN A
meningkat penyakit

Penyakit infeksi

Asupan Vitamin A yang rendah


KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
ANEMIA

Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin (Hb)


yang lebih rendah dari nilai normal. Anemia bisa juga berarti
suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran/jumlah eritrosit
atau kandungan hemoglobin

Masalah global, Asia Tenggara dan Afrika memiliki prevalensi anemia tertinggi. 85%
penderita adalah wanita dan anak anak. Simposium Ilmiah Anemia Convention 2017
membahas anemia, sebab masih menjadi masalah kesehatan di Asia

The Health World Assembly merencanakan enam target nutrisi global dengan satu
tujuan spesifik, mengurangi 50% anemia pada WUS tahun 2025.
80

1) Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun


2001, prevalensi anemia pada WUS 40%
2) Riskesdas 2010, 80% perempuan usia 10-59
mendapat TTD namun hanya 18% yang
mengonsumsi sesuai anjuran
3) Penelitian Puslitkes Fakultas FKM UI 2012, ibu
hamil berhenti konsumsi TTD disebabkan
efek samping mual, muntah dan sembelit.
Selain itu akses dan distribusi TTd juga
kendala
81

Penelitian di Yogyakarta , evaluasi pemberian


TTD pada ibu hamil bahwa :
Program belum efektif menurunkan
prevalensi anemia, perlu diperhatikan
optimalisasi TTD, monitoring dan evaluasi
ditribusi dan konsumsi TTD, pemberian TTD
sejak awal kehamilan, merk TTD yang tidak
sesuai dengan standar dan kondisi anemia
kronis di wilayah tersebut
Penyebab Anemia Berdasarkan Paradigma Baru
Program kerja berdasarkan Permenkes
RI No 88 Tahun 2014, Standar TTD

1. WUS dan Bumil rentan 3. Standar TTD pada WUS dan


kekurangan zat besi Bumil perlu dibuat untuk
menyebabkan kesesuaian dan keterpaduan
perdarahan pada nama dagang dan komposisi
persalinan dan produk
merupakan salah satu
penyebab kematian ibu 4. TTD bagi WUS 1 x seminggu
2. Anemia gizi besi dicegah dan 1 x sehari selama haid .
dengan konsumsi tablet 5. Untuk bumil minimal 90 tablet
tambah darah selama masa kehamilan
Depkes RI. 1996. Pedoman Umum PMT-AS. Jakarta
Dunn, William N, Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gajah mada
University Press, 1999
Fikawati, Sandra, Syafiq Ahmad. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air
Susu Ibu
FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT. Raja Grafindo. Jakarta
http://marchellkesmasiik.blogspot.com/2014/04/gizi-kependudukan.html
http://wahyubraveadministrator.blogspot.com/2010/11/hirarkitahapan-
dalam-pembentukan.html
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/04/10/pangan-dan-gizi-
sebagai-pilar-pembangun-sdm-manusia-3/
https://www.slideshare.net/ChaJonas/kebijakan-pangan-dan-gizi
https://yuyuntrijo13.wordpress.com/2015/06/15/7/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2015 : Profil Kesehatan
Indonesia.Jakarta
Kent Buse, Nicolas Mays, Gill Wat. Making Helath Policy
Kepmenkes Nomor : hk.02.02/Menkes/52/2015 tentang Renstra Mentri
Kesehatan tahun 2015-2019
Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/ IV/2004 tentang Pemberian ASI
secara
Majalah Farmacia, Vol XIII No. 12, Juli 2013
Notoatmojo,S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.PT Rineka
Cipta. Jakarta
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengawasan
Periklanan Pangan Olahan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 240/MENKES/PER/V/1985 tentang
Pengganti ASI,
Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Ekslusif
Permenkes Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Standar Kapsul Vitamin A Bagi
Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas
Prevalensi Anemia di Asia Masih Tinggi http://www.kebijakan kesehatan
Indonesia.net
Program Kemitraan Untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis
Pendidikan : Evaluasi Program PMTAS http://www.acdp-indonesia.org
Rachmat Ardiyanzah PG. Analisa Kebijakan PP Nomor 33 Tahun 2012.
Tentang Pemberian Asi Eksklusif
Rancangan peraturan pemerintah (RPP) yang merubah PP NO. 69 tahun
1999 Tentang LABEL DAN IKLAN PANGAN
Riskesdas 2013
Supriyanto. Kebijakandan manajemen Kesehatan
UU No 36/2009 Tentang KESEHATAN
UU nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU nomor 23 tahun
2002 tentang Perlindungan anak
Website www.aimi-asi.org
Yesie Aprilia. Analisis Sosialisasi Program IMD dan ASI kepada Bidan di
Kab, Klaten. Program Pasca Sarjana UNDIP, 2009

S-ar putea să vă placă și