Sunteți pe pagina 1din 40

SEMINAR KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS


PADA IBU “S” DENGAN KASUS “BERDUKA”
DI DUSUN TRIWUNGAN DESA SUMBER KERANG
KECAMATAN GENDING KABUPATEN
PROBOLINGGO

NAMA : HARLY KRISDIANTO


NIM : 14901.04.17014
DEFINISI

 Kehilangan adalah suatu keadaan individu


yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Arti dari kehilangan


2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit
untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
JENIS KEHILANGAN
 Kehilangan seseorang seseorang yang
dicintai
 Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of
self)
 Kehilangan objek eksternal
 Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
 Kehilangan kehidupan/ meninggal
RENTANG RESPON KEHILANGAN

DENIAL ANGER BARGAINING DEPRESI ACCEPTANCE


1. Fase denial (penolakan)
- Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
- Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak
percaya itu terjadi ”.’
- Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah


- Mulai sadar akan kenyataan
- Marah diproyeksikan pada orang lain
- Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal.
- Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
-Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “
kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya
saya hati-hati “.

4. Fase depresi
- Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau
bicara atau putus asa.
- Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance
- Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
- Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar
saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus
operasi “
BERDUKA
DEFINISI

 Berduka adalah respon emosi yang


diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
 Berduka diantisipasi adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun
yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
 Berduka disfungsional adalah suatu status
yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus
ke tipikal abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
TEORI PROSES BERDUKA
1. Teori Engels
Menurut Engel (2014) proses berduka mempunyai beberapa
fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang
berduka maupun menjelang ajal.
 Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan
mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa
tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat,
insomnia dan kelelahan.
 Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut
dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan
bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
 Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, karena kehilangan masih tetap tidak
dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.

 Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.

 Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969)
adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap,
yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan
dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi
kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum
dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin
“bertindak lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang
akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan
marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi
rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian
dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul
dampak nyata dari makna kehilangan tersebut.
Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk
berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial
berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap
penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3
katagori:
 Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak
percaya.
 Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi
ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan
mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
paling akut.
 Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan
akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan
sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ibu “S”
Umur : 52 tahun
Alamat : dusun triwungan desa sumber kerang
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Tanggal pengkajian :07 November 2018
Sumber informasi : Pasien Dan Keluarga

Alasan Masuk : Klien tidak pernahmasuk ke rumah sakit jiwa


 Keluhan Utama
Pasien mengatakan sangat kehilangan, sedih,
bersalah atas kematian anaknya akibat
kecelakaan kendaraan bermotor 5 hari yang
lalu

 Faktor Predisposisi
a) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu :
Tidak
b) Pengobatan sebelumnya : pasien tidak menjalani
pengobatan
 Riwayat Trauma : Klien mengatakan tidak
pernah mengalami riwayat trauma, baik
aniaya fisik, seksual dan lai-lain.
 Adakah anggota keluarga yang gangguan
jiwa : Tidak ada
 Pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan ? Pasien pernah mengalami
kehilangan anak kedua setelah dilahirkan
akibat asfiksia.

 Masalah keperawatan : Berduka


disfungsional
 Pemeriksaan Fisik
TD : 130/80 mmHg N : 83 x/mnt
S : 36’4 oC RR : 19 x/mnt
Ukuran : BB : 52 Kg TB : 158 Cm
 Keluhan fisik : Tidak ada

Masalah keperawawatan : Tidak ada


Konsep Diri
 Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena
bagian perutnya perna ada bayi buah hatinya.
 Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga
 Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya
mengharapkan penghasilan suaminya.
 Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan
suaminya dan klien mengingkari tasa kehilangan Anaknya.
 Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena
tidak ada lagi anak.

Masalah keperawatan : Penginkaran kehilangan


Hubungan Sosial

 Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan


pasien adalah suaminya
 Peran serta dalam kegiatan kelompok
masyarakat : Klien sering mengikuti kegiatan
masyarakat, meskipun klien seorang ibu rumah
tangga.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain : Setelah anak Ny. S meninggal, Ny. S tidak
berminat dalam berinteraksi dengan orang lain

Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi


sosial
Spiritual

 Nilai dan keyakinan : pasien menganut


agama Islam
 Kegiatan ibadah : pasien menjalankan
ibadahnya dengan tekun

Masalah keperawatan : tidak ada


STATUS MENTAL
 Penampilan
Pasien memakai baju seragam pasien dengan benar (Rapi),
tetapi klien tidak ada perubahan dalam pola makan (klien
tidak nafsu makan).
Masalah keperawatan : Anoreksia
 Pembicaraan
Lambat, pasien berkomunikasi dengan baik dengan
perawat namun harus sedikit dipaksa terlebih dahulu.
Masalah keperawatan : tidak ada
 Aktivasi motorik
Lesu, pasien hanya berdiam diri di kamar atau di taman dan
jarang beraktifitas.
Masalah keperawatan : devisit aktivitas
 Afek dan emosi
Afek
 Datar, wajah pasien tanpa ekspresi
 Alam perasaan (emosi)
Menangis
 Masalah keperawatan : Resiko menganiaya
diri
 Interaksi selama wawancara :
 Kontak mata kurang
 Masalah keperawatan : kerusakan
komunikasi
 Persepsi – sensorik
 Apakah ada gangguan : ada
 Halusinasi : tidak ada
 Ilusi : tidak ada
 Masalah keperawatan : tidak ada
 Proses pikir (arus dan bentuk pikir) : normal
 Isi pikir : normal
 Tingkat kesadaran
 Bingung, klien menginkari kehilangan suaminya.
 Terdapat gangguan orientasi orang
 Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
 Memori
 Masih ingat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman
anaknya namun tidak menerima kenyataan tersebut.
 Masalah keperawatan : tidak ada
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
 Kemampuan penilaian
 Klien takut atau cemas, bagaimana dia hidup tanpa anaknya
 Masalah keperawatan : Ansietas berhubungan dengan keadaan
di masa yang akan datang setelah kehilangan anaknya
 Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang di deritanya, menanggap dirinya
tidak mengalami sakit dan hanya sedih saja
 Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
 Nutrisi
 Apakah anda puas dengan pola makan anda ? puas
 Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak
 Frekuensi makan sehari : 3 Kali, dan frekuensi kudapan
sehari : 2 kali
 Nafsu makan : Menurun
 Berat badan : menurun
 BB saat ini : 52 Kg
 BB terendah : 46 Kg
 BB tertinggi : 59 Kg
 Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Tidur

 Apakah ada masalah tidur, Ya, susah untuk memulai


tidur
 Apakah merasa segar setelah bangun tidur, Tidak
 Apakah ada kebiasaan tidur siang, Tidak ada
 Apakah ada yang menolong anda mempermudah
untuk tidur ? tidak ada
 Tidur malam jam : 11.00 WIB bangun jam : 04.00
 Rata – rata tidur malam : 5 jam
 Apakah ada gangguan tidur : sulit untuk tidur
 Maslah keperawatan : gangguan pola tidur
 Mekanisme koping : reaksi lambat
MK : Menarik Diri
Masalah Psiko Dan Sosial :
 Masalah dengan dukungan kelompok : Tidak ada
 Masalah berhubungan dengan lingkungan
 Spesifiknya : lebih suka menyendiri
 Maslah dengan pendidikan : Tidak ada
 Masalah dengan pekerjaan : Tidak ada
 Masalah dengan perumahan : Tidak ada
 Masalah dengan ekonomi : ada
 Masalah dengan pelayanan kesehatan : Tidak
ada
 Masalah keperawatan : Tidak ada
 Pengetahuan Kurang Tentang
 Apakah klien mempunyai masalah yang
berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal ?
 Koping, pasien belum mampu melaksanakan
koping terhadap dirinya
 Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Berduka disfungsional
2. Menarik diri
3. Devisit aktifitas
4. Resiko penganiayaan diri
5. Pengingkaran kehilangan
6. Peruahan proses pikir
7. Gangguan pola tidur
8. Koping individu tidak efektif
9. Ansietas
ANALISA DATA
NO TGL DATA MK

1 7 NOV DS : Pasien mengatakan sangat Kehilangan


2018 sedih akibat anaknya meninggal disfungsional
secepat itu

DO : anaknya meninggal 5 hari


yang lalu, sedih, dan menangis
RENCANA KEPERAWATAN
SP PASIEN SP KELUARGA
SP 1 : SP 1 :
1. Perluas kesadaran diri melalui 1. Perluas kesadaran diri melalui
berduka. berduka.
2. Eksplorsi perasaan diri terkait 2. Eksplorsi perasaan diri terkait
kehilang dan berduka yang kehilang dan berduka yang
dialami dialami
3. Dorong penetapan yang 3. Dorong penetapan yang realistik
realistik 4. Dorong klien untuk pendekatan
4. Dorong klien untuk budaya untuk menyelesaikan
pendekatan budaya untuk fase berduka
menyelesaikan fase berduka 5. Buat jadwal kegiatan harian
5. Buat jadwal kegiatan harian bersama klien
bersama klien
SP PASIEN SP KELUARGA
SP 2 : SP 2 :
1. Evaluasi kemampuan pertemuan 1. Evaluasi kemmpuan pertemuan
pertama. pertama.
2. Dorong klien untuk melakukan 2. Dorong klien untuk melakukan
pendekatan agama untuk pendekatan agama untuk
menyelesaikan fase berduka. menyelesaikan fase berduka.
3. Buat jadwal kegiatan harian. 3. Buat jadwal kegiatan harian.

SP 3: SP 3:
1. Evaluasi kemampuan pertemuan 1. Evaluasi kemampuan pertemuan
kedua. kedua.
2. Dorong klien untuk melakukan 2. Dorong klien untuk melakukan
pendekatan sosial untuk pendekatan sosial untuk
menyelesaikan fase berduka. menyelesaikan fase berduka.
3. Buat jadwal kegiatan harian. 3. Buat jadwal kegiatan harian.
SPTK 1

 STRATEGI PELAKSANAAN
KEPERAWATAN.doc
EVALUASI

EVALUASI.doc
ANALISAPROSES INTERAKSI

API.doc

S-ar putea să vă placă și