Sunteți pe pagina 1din 68

Schizoaffective

Manic Type

Hanifa Rahma P.2579 A


Hazazi Nur Adli P.2412 A
Rizka Nadha H. P P.2597 A
INTRODUCTION
BACKGROUND

Schizoaffective disorder is a serious mental illness that has a symptoms of


schizophrenia and affective disorders. Schizoaffective disorder has distinctive
symptoms of schizophrenia and at the same time has prominent symptoms of
affective disorder
BACKGROUND

In schizoaffective disorders the clinical symptoms of episodic disorders, symptoms


of mood disorders and schizophrenic symptoms are prominent in episodes of the
same disease, either simultaneously or alternately within a few days. If
schizophrenic and manic symptoms are prominent in the same episode of the
disease, the disorder is called manic-type schizoaffective disorder. Whereas in
depressive schizoaffective disorders, depressive symptoms are prominent
SCOPE OF PROBLEM
The limitation of the problem in this case is to discuss manic-type schizoaffections.
WRITING PURPOSE
The purpose of this paper is to increase knowledge about manic-type
schizoaffections.
WRITING METHOD
The writing method of this case presentation is to use a literature review that
refers to various literature
literature review
Definition

• Schizoaffective disorder (SAD) is a mental health condition


characterized primarily by symptoms of schizophrenia, and
symptoms of a mood disorder, such as mania and depression. Many
people with schizoaffective disorder are often incorrectly diagnosed
at first with bipolar disorder or schizophrenia because it shares
symptoms of multiple mental health conditions.

Epidemiology

• In a big national Finnish general population survey, Perälä et al


found a lifetime prevalence for all psychotic disorders of 3.06%.
Prevalence for schizoaffective disorder was estimated to be 0.32%,
compared to 0.87% for schizophrenia, 0.24% for bipolar I disorder,
0.35% for depressive disorder with psychotic symptoms and 0.18%
for persistent delusional disorder. An international study
considering several countries on several continents found
schizoaffective disorder in more than 31% of all psychotic patients.
Etiology and Pathophysiology

1. Heredity
– Family studies report that SAD accours at a higher rate among relative of proband with
schizofrenia and mood disorder. Schizofrenia and mood disorder occurs at higher rates among
relatives of proband with SAD, as compared to the general population.

2. Neuropsychology
– Research has shown that like schizofrenia, SAD is also associated with impairment in various
frontally cognitive functional. Beatty et al reported that patient with SAD had less severe
impairment of temporal lobe dependent functios, such as delayed recall, than patient with
schizofrenia. In recent study that aimed to objectify the distinction between schizofrenia and
SAD based on various tasks involving frontal, temporal, and occipital lobar function. The
schizofrenia patients exhibited more severe impairment in all cognitive measure studied,
relative to the SAD patient and control.
Sign and symptom

characterized • Based on the cross-sectional


primarily by symptomatology of the episode,
symptoms of schizoaffective disorders can, according to
ICD-10, be subdivided into1:
schizophrenia, • - Schizodepressive type (or schizoaffective
and symptoms disorder, depressive type)
of a mood • - Schizomanic type (or schizoaffective
disorder, manic type)
disorder, such • - Mixed schizoaffective type (or
as mania and schizoaffective disorder, mixed type)
depression
Diagnosis
Diagnosis
Schizoaffective disorder are – Major mood episode should be
defined by three domains of present in the majority (>50%)
psychopathology: of the duration of the psychotic
– psychosis (schizophrenia) illness

– mood symptoms (major – Significant impairment in either


depressive or bipolar disorder) their work, personal relations,
disability, or their self-care
– functional impairment
Differential
Diagnosis
Differential Diagnosis

– Rule out organic causes and history of substance use


– Check if there’s neurological abnormality
– The psychiatric differential diagnosis for schizoaffective
disorder should includes all the possibilities usually
considered for schizophrenia and mood disorders
Treatment
Treatment - Medication

– Usually, clinicians use antipsychotics or combining them


with mood stabilizer and/or antidepressant.
– Antipsychotics are considered to be the cornerstone of
treatment.
– The most common treatment combination is
antipsychotics combined with mood stabilizers.
– Risperidone is the most prescribed oral antipsychotics
Treatment - ECT

– Electroconvulsive therapy (ECT) is a non-pharmacological


treatment whose effectiveness has been demonstrated
for patients
– ECT was found to produce a rapid clinical improvement
in patients with treatment resistant schizoaffective
disorder
Treatment - Psychosocial
Treatment
– Patients benefit from a combination of family therapy,
social skills training, and cognitive rehabilitation
Prognosis
Prognosis
– The long-term prognosis of patients with schizoaffective disorder
is thought to be similar to or better than that of patients with
schizophrenia but similar to or worse than that of those with
mood disorders
– Patients with schizoaffective disorder who used medications
irregularly were nearly twice as likely to be re-hospitalized and had
12% higher inpatient costs than patients who used their
medication regularly.
CASE REPORT
Identitas Pasien

Nama (inisial) : Tn. YW


MR : 02.97.77
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat & tanggal lahir : Padang, 03-04-198
Umur : 28 tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minangkabau
Negeri Asal : Batu Sangkar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Penjaga Sekolah
Alamat : Batu Sangkar
Riwayat Psikiatri

– Keterangan anamnesis diperoleh : Autoanamnesis pada tanggal 18 November


2018
– Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan Keluarga dan Keinginan
Pasien
– Sebab utama  Pasien banyak bicara ngawur dan bertingkah laku aneh sejak
1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit
– Sebab Utama  Pasien banyak bicara ngawur dan bertingkah laku aneh sejak 1
minggu sebelum masuk Rumah Sakit

– Keluhan utama  Pasien merasa dapat melihat dan berbicara dengan makhluk
seperti malaikat, peri dan hantu
RPS

– Pasien banyak bicara ngawur dan bertingkah laku aneh sejak 1 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit sehingga diantar oleh keluarganya ke RSJ HB Saanin Padang.
Pasien bisa melihat peri, malaikat dan hantu dan mendengar bunyi-bunyi gaduh
yang hanya dapat dialami oleh pasien. Pasien melihat peri dan malaikat bila pasien
berada di taman bunga, saat melihat peri dan malaikat pasien juga mencium bau
yang wangi.
– Bila melihat hantu, pasien biasanya mencium bau yang busuk. Saat sedang dirawat
di rumah sakit, pasien mengaku hanya melihat hantu dan masih mencium bau yang
busuk. Saat tidur pasien juga merasa ada hantu yang datang menyerangnya
sehingga pasien kesulitan untuk tidur. Pasien sudah bisa melihat hantu, peri, dan
malaikat sejak berada di bangku sekolah dasar. Ada suara gaduh yang hanya bisa
didengar oleh pasien sendiri. Pasien juga mengaku bisa membaca dan mendengar
pikiran orang lain.
RPS

– Saat diwawancara, pasien tampak tenang dan bisa menjawab semua


pertanyaannya dengan baik. Pasien mengaku merupakan seorang cover dancer
profesional dan biasanya menarikan lagu-lagu grup Korea Selatan. Pasien
merasa senang dan gembira setiap diajak untuk menari. Pasien juga mengaku
dapat melakukan gerakan akrobatik yang ada di yoga seperti bergelantungan
dengan kaki dan pasien tidak takut sama sekali untuk mencobanya.
RPD
Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah pernah dirawat di RSJ HB Saanin sebanyak 2 kali, yang pertama pada tahun 2014 dan yang
kedua pada tahun 2017. Setelah dirawat pada tahun 2017 pasien teratur kontrol ke poli selama beberapa
bulan dan tertur minum obat, tetapi sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sudah sehat
dan tidak memerlukan obat lagi sehingga pasien memutuskan untuk berhenti minum obat
Riwayat Gangguan Medis
– Tidak ada riwayat asma, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, alergi obat maupun makanan.
– Pasien pernah mengalami trauma kepala ketika berusia 10 tahun dan tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit

Riwayat Penggunaan NAPZA


– Pasien memiliki riwayat merokok sebanyak 1 bungkus sehari, meminum alkohol 1 kaleng sehari, tidak
memiliki riwayat konsumsi narkoba. Pasien berhenti merokok dan meminum alkohol setelah dirawat
di rumah sakit pada tahun 2018 ini.
Riwayat Keluarga
Identitas
Identitas Orang Tua Keterangan

Ayah Ibu

Kewarganegaraan Indonesia Indonesia

Suku bangsa Minang Minang

Pendidikan Tidak sekolah Tidak sekolah

Pekerjaan Petani Ibu Rumah Tangga

Alamat Batu Sangkar Batu Sangkar

Hubungan Akrab Akrab


Sifat / Perilaku Orang Tua Kandung
– Ayah kandung (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
– **Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka bergaul (-),
Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (+), Penjudi (-), Peminum (-), Pencemas (-),
Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-),
Penakut (-), Tidak bertanggung jawab (-).
– Ibu (Dijelaskan oleh pasien dan keluarga dapat dipercaya / diragukan)
– **Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka bergaul
(-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-), Peminum (-), Pencemas
(+), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-),
Penakut (-), Tidak bertanggung jawab (-).
– Ket: ** diisi dengan tanda (+) atau (-)

Saudara
– Jumlah bersaudara 3 orang dan pasien anak pertama
– Gambaran sikap masing-masing saudara pasien

Saudara ke Gambaran sikap dan prilaku Kualitas hubungan dengan saudara

2 Baik Biasa

3 Baik Biasa

– Orang lain yang tinggal dirumah pasien


No Hubungan Gambaran Kualitas hubungan
dengan pasien sikap dan
tingkah laku

1 - - -
– Riwayat penyakit jiwa dalam anggota keluarga

Anggota Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit fisik


Keluarga Kebiasaan

Bapak Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Ibu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saudara Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kakek Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Paman Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tante Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Skema pedegree
Riwayat tempat tinggal

No Rumah tempat tinggal Keadaan rumah

Tenang Cocok Nyaman

1. Rumah sendiri Tenang Cocok Nyaman


Riwayat sewaktu dalam kandungan
dan dilahirkan.

Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi- kondisi
mental yang diderita si ibu )
Kesehatan Fisik : baik
Kesehatan Mental : baik
Keadaan melahirkan :
Aterm (+ ), partus spontan ( + )
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)
Riwayat masa bayi dan kanak-
kanak

Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*


Minum ASI : ( + ), tidak tahu sampai usia berapa tahun
Sukar makan ( - ), anoreksia nervosa ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan hubungan ibu-anak ( - ),
pola tidur baik ( - ), cemas terhadap orang asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan
lain-lain.....

Kesehatan fisik masa kanak-kanak


Demam tinggi disertai menggigau ( - ), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ),
trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain.
– Tempramen sewaktu kanak-kanak: **pemalu (-), gelisah (-), overaktif (+), menarik diri (-
), suka bergaul (-), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
– Masa sekolah

Perihal SD SMP SMA

Prestasi* Baik Baik Baik


Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang

Aktivitas sekolah* Baik Baik Baik


Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang

Sikap terhadap teman* Baik Baik Baik


Kurang Kurang Kurang

Sikap terhadap guru* Baik Baik Baik


Kurang Kurang Kurang

Kemampuan khusus - - -
(bakat)

Tingkah laku Baik Baik Baik


– Masa remaja: **Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (+), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (+), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (-), rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (-
), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.

– Riwayat pekerjaan
– Pasien seorang penjaga sekolah, sebelumnya pasien merupakan seorang tukang
ojek
– Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga
-
– Situasi sosial saat ini:
Tempat tinggal: rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-), apartemen
(-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama (-), dan lain-lain.
Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-), dan lain-lain.
Ciri Kepribadian sebelumnya/
Gangguan kepribadian (untuk axis II)
– Stresor psikososial keadaan ekonomi yang kurang ( + )

– Pernah suicide ( - )

– Riwayat pelanggaran hukum (+) mencuri

– Riwayat agama
Pasien beragama Islam.
– Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali.

– Persepsi Dan Harapan Pasien


pasien berharap kondisi penyakit terkontrol dengan obat
Status internus

– Keadaan Umum : Sedang


– Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
– Tekanan Darah : 120/80 mmHg
– Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 86x/menit
– Nafas : Pernapasan abdominothoracal, simetris kiri dan
kanan.Teratur, frekuensi 21x/menit
Status Internus

– Suhu : 36,80 C
– Tinggi Badan : 165 cm
– Berat Badan : 60 kg
– Bentuk Badan : Normal
– Status Gizi : Gizi baik
– Kepala : Normocephal
– Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), exothalmus (-)
Status neurologi

– GCS : 15 (E4M6V5)
– Tanda Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
– Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal
– Tremor tangan : tidak ada
– Akatisia : tidak ada
– Bradikinesia : tidak ada
– Cara berjalan : Normogait
Status Neurologi

– Keseimbangan : tidak terganggu


– Rigiditas : tidak ada
– Tonus : eutonus
– Turgor : baik
– Kekuatan : 555 555
– 555 555
– Koordinasi : baik
– Sensorik : proprioseptif dan eksterioseptif normal
– Refleks Fisiologis : ++/++
– Refleks Patologis : -/-
Status Mental

Keadaan Umum
– Kesadaran/ sensorium : composmentis
Penampilan
– Sikap tubuh: biasa ( + ),berpakaian sesuai gender (+).
– Cara berpakaian : biasa ( + ), sesuai gender
– Kesehatan fisik : sehat ( + )
Status mental

– Kontak psikis : Dapat dilakukan ( + ), wajar ( + ), lama ( + ).


– Sikap : Kooperatif ( + ), suka main-main (+)
– Tingkah laku dan aktifitas psikomotor : Cara berjalan : biasa ( + )
– Hiperaktivitas/hiperkinesis (-)
Verbalisasi dan cara berbicara
– Arus pembicaraan : cepat
– Produktivitas pembicaraan : biasa
– Perbendaharaan : biasa
– Nada pembicaraan : meninggi
– Volume pembicaraan : meninggi
– Isi pembicaraan : sesuai
– Penekanan pada pembicaraan : tidak ada
– Spontanitas pembicaraan : spontan
– Logorrhea ( + ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap ( - ),
afasia ( - ), bicara kacau ( - ).

Emosi
– Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat),
echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas), arus emosi
(biasa/lambat/cepat).
– Afek
Afek appropriate/ serasi ( - ), afek inappropriate/ tidak serasi( + ), afek tumpul ( - ),
afek yangterbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).

– Mood
Mood eutim ( - ), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive mood) ( - ),
mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ), mood meninggi
(elevated mood/ hipertim) ( + ), euforia ( - ), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( -
), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( -), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( - ),
melankolia ( - ), La belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).

– Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ), rasa
malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).

– Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( + ), hipersomnia ( - ), variasi diurnal ( - ),
penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ), pseudocyesis ( - ),
bulimia ( - ).
Isi pikir
– Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
– Mutu proses pikir (jelas/tajam)

– Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran


Gangguan mental ( -), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ), gangguan
pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ), dereisme ( - ),
berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).

– Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( - ),
inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ), kondensasi (
- ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( - ), derailment ( - ),
flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ), glossolalia ( - ).
Gangguan Spesifik dalam Isi
Pikiran
– Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
– Delusi/ waham
– Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan dengan mood (-), waham
yang tidak sejalan dengan mood (-), waham nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham
somatik (-), waham persekutorik (+), waham kebesaran (+), waham referensi (-), though of
withdrawal (-), though of broadcasting (+), though of insertion (-), though of control (-),
waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-), waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania
(-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-)
– Idea of reference (-)
– Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-), obsesi (-), kompulsi (-), koprolalia (-),
hipokondria (-), obsesi (-), koprolalia (-), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).
Persepsi

– Halusinasi
– Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-), Halusinasi
auditorik (+), halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik (+), halusinasi
gustatorik (-), halusinasi taktil (-), halusinasi somatik (-), halusinasi liliput (-),
halusinasi sejalan dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood
(-), halusinosis (-), sinestesia (-), halusinasi perintah (command halusination),
trailing phenomenon (-).
– Ilusi (-)
– Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
Mimpi dan Fantasi

– Mimpi : +
– Fantasi : -
Fungsi kognitif dan fungsi
intelektual
– Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik), orientasi situasi (baik).
– Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-), hipervigilance (-), dan lain-lain.
– Konsentrasi (baik), kalkulasi (baik)
– Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan memori jangka
menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan
memori segera/ immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).
– Luas pengetahuan umum: baik
– Pikiran konkrit: baik
– Pikiran abstrak: baik
– Kemunduran intelek: (tidak ada kemunduran intelek), retardasi mental (-), demensia (-),
pseudodemensia (-).
Dicriminative Insight*
– Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)

Discriminative Judgement :
– Judgement tes : terganggu
– Judgement sosial : terganggu
Ikhtisar Penemuan Bermakna

– Telah diperiksa Tn. YN berusia 28 tahun jenis kelamin laki-laki. Pada


pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan biasa,
berpakaian sesuai gender, sikap kooperatif, psikomotor hiperaktif, verbalisasi
spontan, lancar, nada dan volume meninggi, orientasi baik, kontak psikis dapat
dilakukan, afek inappropriate, mood hipertimik, proses pikir koheren, waham
kebesaran dan waham kejar, halusinasi auditorik, visual dan olfaktorik.
Discriminative insight IV dan discriminative judgement terganggu.
Diagnosis Multiaksial

– Aksis I : F25.0 Gangguan Skizoafektif tipe Manik


– Aksis II : Ciri Kepribadian Narsistik
– Aksis III : Tidak ada
– Aksis IV : Menjadi tulang punggung keluarga setelah ayah meninggal
dunia
– Aksis V : GAF 70-61

Diagnosis Banding Axis I


– Tidak ada diagnosis banding
Daftar Masalah
– Organobiologik : Tidak ada
– Psikologis : banyak bicara ngawur dan hiperaktif
– Lingkungan dan psikososial : sebagai tulang punggung keluarga setelah ayah
meninggal
– Ekonomi : ada

Penatalaksanaan
Farmakoterapi
– Risperidon 2x3 mg
– Lorazepam 1x2 mg
– Asam Valproat 2x250 mg
Non Farmakoterapi
Psikoterapi
– Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
– Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic kepada pasien,
membantu pasien mengendalikan emosinya.
Psikoedukasi
– Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang
dideritanya, diharapkan pasien mempunyai kemampuan yang semakin efektif
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari bahwa obat
merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Non Farmakoterapi
Psikoterapi
– Kepada keluarga:
– Psikoedukasi
• Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif tentang penyakit
pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan. Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang
membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
– Terapi
• Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap
gejala pasien dan efek samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu, juga
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
PROGNOSIS

– Quo et vitam : dubia ad bonam


– Quo et fungsionam : dubia ad bonam
– Quo et sanctionam : dubia ad bonam
Discussion
Discussion
The diagnosis is established based on the anamnesis
– Visual, auditory, and olfactory hallucinations
– Grandiose delusions, persecutory delusions, and delusions of
mind reading
– Symptoms of manic episodes
Patient is given a regime of treatment consists of Risperidone 2x3
mg, Lorazepam 1x2 mg, and valproate acid 2x250 mg.
Discussion
Non pharmacological therapies also hold important roles to patients
with schizoaffective disorders. Patients can benefit from a
combination of family therapy, social skills training, and cognitive
rehabilitation.
Conclusion
Conclusion
– Schizoaffective disorder is a mental health condition characterized
primarily by symptoms of schizophrenia and symptoms of mood
disorder, which makes it difficult to diagnose.
– Heredity factors and environmental factors both account in
schizoaffective disorder
– The combination of antipsychotic and mood stabilizer with
psychotherapy can work well as treatment regime for patients

S-ar putea să vă placă și