Sunteți pe pagina 1din 8

TUGAS AGAMA ISLAM

MATERI : ASURANSI

KELOMPOK 2 :
-ARTA RAHMAD NUR KHALIS -MUH.FADLY
-ALI HASAN SALMAN -SYURURAH MARFUAH
-SAHRUL ISMAIL -UMMU HALISAH
-GUNAWAN -RAHMA RASYID
A.PENGERTIAN ASURANSI
 Secara umum kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Insurance” yang artinya “ jaminan”. Kata
asuransi diambil juga dari bahasa Belanda “assurantie (asuransi)”, yang dalam hukum Belanda disebut dan
“verzekering” yang artinya “pertanggungan”. Dalam istilah bahasa idonesia kata asuransipun memiliki arti
“tanggungan” atau “pertanggungan”, Sedangkan menurut istilah ialah perjanjian pertanggungan bersama
antara dua orang atau lebih. Pihak yang satu akan menerima pembayaran tertentu bila terjadi suatu musibah,
sedangkan pihak yang lain (termasuk yang terkena musibah) membayar iuran yang telah ditentukan waktu
dan jumlahnya.
 Adapun tujuan asuransi secara umum adalah untuk kemaslahatan dan kepentingan bersama melaui
semacan iuran yang dikoordinir oleh penanggung (asuransi).
 B. Pengertian Asuransi Dalam Islam
 Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi Islam terdapat beberapa istilah, antara
lain takaful (bahasa Arab), ta’min (bahasa Arab) dan Islamic insurance (bahasa Inggris). Istilah-istilah tersebut
pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain yang mengandung makna pertanggungan atau saling
menanggung. Namun dalam prakteknya istilah yang paling populer digunakan sebagai istilah lain dari
asuransi dan juga paling banyak digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia adalah istilah takaful
 Istilah takaful dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar kafala-yakfulu-takafala-yatakafalu-takaful yang
berarti saling menanggung atau menanggung bersama. Kata takaful tidak dijumpai dalam Al-Qur’an, namun
demikian ada sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti misalnya dalam QS. Thaha (20): 40 “…
hal adullukum ‘ala man yakfuluhu…”. Yang artinya ”… bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang
akan memeliharanya (menanggungnya)?…”
 Apabila kita memasukkan asuransi takaful ke dalam lapangan kehidupan muamalah, maka takaful dalam
pengertian muamalah mengandung arti yaitu saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga
di antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko masing-masing. Dengan demikian, gagasan
mengenai asuransi takaful berkaitan dengan unsur saling menanggung risiko di antara para peserta asuransi,
di mana peserta yang satu menjadi penanggung peserta yang lainnya.
B.BAGAIMANA HUKUM ASURANSI DALAM ISLAM
Sejatinya asuransi menjadi bermasalah karena didalamnya terdapat riba,
qimar serta ghoror. Jelas dalam islam 3 hal tersebut sangatlah dilarang.
Berikut penjelas mengapa asuransi menjadi terlarang :
1.Akad asuransi merupakan akad untuk mencari keuntungan. Jika didalami
lebih dalam, akad asuransi mengandung ghoror. Mengapa demikian?
Karena pada saat seseorang mendaftar asuransi, dia membayar premy
untuk mendapatkan jaminan risiko dari lemabaga asuransu artinya sesorang
membayar premy dia membeli sesuatu yang tidak pasti (bisa terjadi bisa
pula tidak terjadi) karena resiko bergantung pada takdir dan orang tidak bias
menentukan. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam telah
melarang jual beli yang mengandung ghoror sebagaimana hadits dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa

‫ع ْن بَي ِْع ْالغ ََر ِر‬ َ ‫ع ْن بَي ِْع ْال َح‬


َ ‫صاةِ َو‬ ‫سو ُل ه‬
َ -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ُ ‫ نَ َهى َر‬
 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual beli hashoh
2.Terdapat riba didalamnya. Mengapa demikian? Pada saat lembaga asuransi
menawarkan asuransi dengan premy 500rb sebulan dengan janji klaim dari lembaga
perusahaan tersebut sebesar 100jt-500jt. Artinya seseorang menabung dengan jumlah
kecil tapi mendapatkan sesuatu dengan jumlah yang sangat besar. Hal inilah yang
dikatakan riba. Padahal telah kita ketahui bahwasanya riba termasuk dosa besar dan
diharamkan sebagaimana dalam firman Allah dan dalam hadits berikut

 ‫َّللاِ فَأ ُولَئِ َك ُه ُم‬ َ ‫َّللاِ َو َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن زَ َكاةٍ ت ُ ِريد‬


‫ُون َو ْجهَ ه‬ ِ ‫َو َما آت َ ْيت ُ ْم ِم ْن ِربًا ِليَ ْربُ َو فِي أ َ ْم َوا ِل النه‬
‫اس فَال يَ ْربُو ِع ْندَ ه‬
‫ض ِعفُون‬ ْ ‫ْال ُم‬
 “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta
manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang
berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-
Ruum: 39)

 ‫سو َل ه‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫ت قَالُوا يَا َر‬ ِ ‫س ْب َع ْال ُمو ِبقَا‬
‫اجتَنِبُوا ال ه‬ ْ ‫سله َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن ُهعَ ْن النه ِبي‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر‬
َ
‫الربَا َوأ َ ْك ُل َما ِل ْاليَتِ ِيم َوالت ه َو ِلي‬
ِ ‫ق َوأ َ ْك ُل‬ ِ ‫َّللاُ ِإ هَّل ِب ْال َح‬
‫الس ْح ُر َوقَتْ ُل النه ْف ِس الهتِي َح هر َم ه‬ ِ ‫َو َما ُه هن قَا َل‬
‫الش ْر ُك ِب ه‬
ِ ‫اَّللِ َو‬
ِ ‫ت ْالغَافِ َال‬
‫ت‬ ِ ‫ت ْال ُمؤْ ِمنَا‬ِ ‫صنَا‬ َ ‫ف ْال ُم ْح‬ ُ ‫ف َوقَ ْذ‬ ِ ‫الز ْح‬‫يَ ْو َم ه‬
 Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Wahai
Bahkan ada hadits yang menjelaskan tentang dampak riba sebagaimana hadits
berikut :

 ُ‫أ ُ همه‬ ‫س ُر َها أ َ ْن يَ ْن ِك َح ه‬


‫الر ُج ُل‬ َ ‫ون ُحوبًا أ َ ْي‬
َ ُ‫س ْبع‬ ِ ‫سله َم‬
َ ‫الربَا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَالَقَا َل َر‬
‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ َ
 Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Riba itu mempunyai tujuh puluh tingkatan, yang paling ringan adalah seperti
seseorang yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibn Majah, Bab Taghlid Fir riba,
no 2265)

 ُ‫سله َم ِد ْر َهم ِربًا يَأ ْ ُكلُه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬


َ ُ‫َّللا‬‫صلهى ه‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫غ ِسي ِل ْال َم َالئِ َك ِة قَا َل قَا َل َر‬
َ َ‫ظلَة‬
َ ‫َّللاِ ب ِْن َح ْن‬ َ ‫ع ْن‬
‫ع ْب ِد ه‬ َ
ً‫ين زَ ْنيَة‬ َ َ ‫الر ُج ُل َو ُه َو يَ ْعلَ ُم أ‬
َ ‫شدُّ ِم ْن ِست ه ٍة َوث َ َال ِث‬ ‫ه‬
 dari ‘Abdullah bin Hanzhalah, yang dimandikan oleh para malaikat, ia berkata;
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Satu dirham hasil riba yang
dimakan seseorang sementara ia mengetahuinya, itu lebih buruk dari tigapuluh
kali berzina.” (HR. Ahmad)
 ِ‫اب هللا‬ َ ‫الربَا فِي قَ ْريَ ٍة فَقَ ْد أ َ َحلُّ ْوا ِبأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
َ َ ‫عذ‬ ِ ‫الزنا َ َو‬ َ ‫ِإذَا‬
ِ ‫ظ َه َر‬
 “Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh
penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.”
(HR. Al Hakim. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi)

Selain dampak, terdapat juga ancaman bagi pemakan riba


> Ditantang perang oleh Allah dan Rasulnya (QS. Al-Baqarah: 279)
> Orang yang mati dalam Keadaan memakan riba maka dia akan dihukum dikuburan
dalam bentuk berenang disungai darah (HR. Al-Bukhâri)
> Ketika orang pemakan riba dibangkitkan dihari kiamat dalam keadaan sempoyongan
(QS. Al-Baqarah : 275)
> Setelah dihisab, maka orang tersebut akan ditempatkan dineraka (QS. Al-Baqarah :
275)
3.Adanya judi didalamnya. Asuransi termasuk bentuk judi dengan taruhan yang
terlarang. Judi kita ketahui terdapat taruhan, maka ini sama halnya dengan premi
yang ditanam. Premi di sini sama dengan taruhan dalam judi. Namun yang
mendapatkan klaim atau timbal balik tidak setiap orang, ada yang mendapatkan,
ada yang tidak sama sekali. Bentuk seperti ini diharamkan karena bentuk judi
yang terdapat taruhan hanya dibolehkan pada tiga permainan sebagaimana
disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ف أ َ ْو َحا ِف ٍر‬
ٍ ‫ص ٍل أ َ ْو ُخ‬
ْ َ‫سبَقَ ِإَّله فِى ن‬
َ َ‫ َّل‬
 “Tidak ada taruhan dalam lomba kecuali dalam perlombaan memanah, pacuan
unta, dan pacuan kuda” (HR. Tirmidzi no. 1700, An Nasai no. 3585, Abu Daud
no. 2574, Ibnu Majah no. 2878. Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani). Para
ulama memisalkan tiga permainan di atas dengan segala hal yang menolong
dalam perjuangan Islam, seperti lomba untuk menghafal Al Qur’an dan lomba
menghafal hadits. Sedangkan asuransi tidak termasuk dalam hal ini.
C.Kesimpulan
Dari kesimpulan diatas kita dapat menyimpulkan haramnya asuransi, apapun jenisnya jika terdapat
C.Kesimpulan
Dari kesimpulan diatas kita dapat menyimpulkan haramnya asuransi, apapun jenisnya
jika terdapat penyimpangan seperti penjelasan diatas meskipun asuransi tersebut
berlabelkan kata “syariah” karena betapa banyaknya lembaga yang memakai slogan
“syar’i” namun nyatanya hanyalah bualan belaka.

S-ar putea să vă placă și