Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. BS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 64 Tahun
Alamat :
Pekerjaan :
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal MRS : 27 September 2018. pkl 00.31 WIB
No. RM :
Perawatan : ICU
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :nyeri dada
Onset : Nyeri dada pertama kali dirasakan 3 hari yang lalu.Nyeri
memberat 7 jam terakhir
Provocation : Terjadi pada pasien istirahat
Quality : Nyeri dada terasa seperti tertekan, tertindih
Radiation : Nyeri tembus ke belakang, menjalar ke leher, rahang, bahu dan
lengan kiri hingga jari jari
Scale : Skala nyeri 1-3
Time : Durasi nyeri lebih dari 20 menit terus menerus.
Nyeri ulu hati disangkal. Mual dan muntah disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat DM dan hipertensi disangkal
Riwayat kolesterol tinggi tidak diketahui
Riwayat sakit jantung dan paru tidak ada
Riwayat keluarga:
Tidak ada yang menderita keluhan serupa
Riwayat DM dan hipertensi disangkal
Riwayat meninggal muda tidak ada
Riwayat kolesterol,sakit jantung dan paru tidak ada
Riwayat
Tanda Vital:
TD : 116/71 mmHg
Nadi : 55x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan
Mata : Anemis (-), ikterus (-)
Telinga :
Hidung : Sianosis (-)
Mulut :
Gigi :
Tenggorokan :
Leher :
Pemeriksaan Thoraks:
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor kiri dan kanan, batas paru-hepar ICS 4 kanan
Auskultasi : BP: vesikular, bunyi tambahan: ronkhi-/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak Batas atas jantung ICS II sinistra Batas kanan jantung ICS IV linea
parasternalis dextra Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ: S I/II murni, regular
Jvp
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : Timpani (+) Pemeriksaan Ekstremitas Akral hangat, edema
tungkai -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 12,6 ( ) kimia klinik
Ht : 36,8 ( ) troponin: 0,55 ( ) Na : 135
Leukosit : 13,7 ( ) CK-MB : 17,7 ( ) K : 2,9
Trombosit : 309 Cl : 103
Eritrosit : 5,03 GDS : 137
Ureum : 17 SGOT : 41 ( )
Kretinin : 0,73 SGPT : 26
EKG
Irama : sinus ritme
HR : 70x/menit
Aksis : normoaksis
Regularitas : reguler
Gel. P : normal Interval
PR : 0,08 detik Kompleks
QRS : QS di lead V2 Segmen
ST : ST depresi di lead I, aVL, V3, V4, V5
Gel. T : T inversi pada lead I, aVL, V3, V4, V5, V6
Kesan : sinus rythm, HR 70x/min, normoaksis, iskemik anterolateral + high
lateral wall
DIAGNOSA
ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without
persistent ST Elevation.2011
Nyeri Dada Khas Infark
• Nyeri dada Angina Saat Istirahat (>20 Menit)
• Cresendo Angina
• Angina Paska Infark
PATOGENESIS
• Umumnya disebabkan oleh aterosklerosis
koroner
• Plak aterosklerosis ruptur terbentuk
trombus diatas ateroma yang secara akut
menyumbat lumen koroner
• Apabila sumbatan terjadi secara total
hampir seluruh dinding ventrikel akan
nekrosis
20
Manifestasi klinik
Plak ateroma pada arteri koroner
↓
Stenosis arteri koroner
↓
Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
penyediaan oksigen miokardial
↓
Iskemia miokardial
↓
Angina pektoris
Elektrokardiografi
ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting
with ST-segment elevation. 2011.
Marka Jantung
ESC Guidelines for the management of Acute Coronary Syndrome in patients without
persistent ST Elevation.2012
Angiography Coroner
Bagaimana Penanganan SKA?
Tindakan Umum & Langkah Awal
Tirah Baring
Anti Iskemik: NTG tab , Morfin sulfat 1-5 mg IV dpt diulang setiap 10-30 menit
5
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014 30
Persangkaan SKA
NEGATIF
Diagnostik: Bukan SKA atau Resiko Terapi NSTEMI
rendah SKA
*Patients with cardiogenic shock or severe heart failure initially seen at a non–PCI-capable hospital should be transferred for cardiac catheterization and revascularization as soon as possible, irrespective of time
delay from MI onset (Class I, LOE: B). †Angiography and revascularization should not be performed within the first 2 to 3 hours after administration of fibrinolytic therapy.
DIDO = door-in-door-out
Jika Waktu yang dibutuhkan untuk
mecapai RS dg Fasilitas PCI > 2jam
Lakukan Fibrinolitik Di RS!
4 Kaji EKG 12 sadapan awal
< 12 jam
8 Strategi reperfusi: 16
12 Pasien risiko tinggi:
Terapi ditentukan oleh • Nyeri dada iskemik yg Menjadi kriteria
kriteria pasien dan institusi berulang YA risiko tinggi atau
• Deviasi ST yg intermediet
Hati-hati tujuan reperfusi: berulang/persisten ATAU Troponin
• Door-to-balloon inflation • VT positif?
(PCI) target 90 mnt • Hemodinamik tdk stabil
• Door-to-needle • Tanda gagal pompa
(fibrinolisis) target 30 • Strategi invasif awal,
mnt termasuk kateterisasi dan TIDAK
revaskularisasi utk syok dlm
Lanjutkan terapi tambahan 48 jam setelah AMI 17
dan: Lanjutkan ASA, heparin, dan Jika tdk ada bukti
• ACE terapi lain spt diindikasikan. iskemi atau
inhibitors/angiotensin • Penghambat ACE/ARB infark, dapat
receptor blocker (ARB) • HMG CoA reductase inhibitor dipulangkan
diberikan dalam 24 jam (terapi statin) dengan follow up
sejak gejala muncul
• HMG CoA reductase Tidak risiko tinggi: kardiologi
inhibitor (terapi statin) utk stratifikasi risiko
TERAPI FIBRINOLISIS TERAPI INVASIF (PCI)
Onset < 3 jam Onset > 3 jam
Terapi invasif bukan pilihan Tersedia ahli PCI
(tidak ada akses ke fasilitas o Kontak medik-balloon atau door-
PCI atau akses vaskular sulit) balloon <90 menit
atau akan menimbulkan o (Door-balloon) minus (door-
penundaan: needle)<1 jam
o Kontak medik-balloon atau Kontraindikasi fibrinolisis,
door-balloon >90 menit termasuk risiko perdarahan dan
o (Door-balloon) minus (door- perdarahan intraserebral.
needle) lebih dari 1 jam STEMI risiko tinggi (CHF, Killip ≥ 3)
Tidak terdapat kontraindikasi Diagnosis STEMI diragukan
fibrinolisis
Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty
Kontra Indikasi Fibrinolitik
Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi Relatif
Stroke hemoragik atau stroke yg Transient Ischaemic Attact(TIA) dlm 6
penyebabnya blm diketahui dg awitan bulan terakhir
kapanpun
Stroke iskemik 6 bulan terakhir Pemakaian antikoagulan oral
Kerusakan sistem syaraf sentral dan Kehamilan atau dalam 1 minggu post-
neoplasma partum
Trauma operasi/trauma kepala yg berat Resusitasi traumatik
dalam 3 minggu terakhir
Penyakit perdarahan Hipertensi refrakter (TDS >180 mmHg)
Diseksi aorta Penyakit hati lanjut
Infeksi endokartis
Ultus peptikum yang aktif
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Regimen Fibrinolitik untuk Infark Miokard
Akut
Agen Dosis Awal Ko Terapi Antitrombotik
Streptokinase (Sk) 1,5 juta U dalam 100 ml Heparin iv selama 24-48
dextrose 5% atau dlm jam
larutan salin 0,9% dlm
30-60 menit
Alteplase (tPA) Bolus 15mg IV Heparin IV selama 24-48
0,75 mg/kg selama 30 jam
menit, kemudian 0,5
mg/kg selama 60 mrnit
Dosis total tidak lebih
dari 100 mg
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi NSTEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi NSTEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi NSTEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi NSTEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi NSTEMI
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi NSTEMI
Koagulan
(HARUS Enoksaparin : 1 mg/kg,dua kali sehari (Kelas I-B)
DITAMBAHKAN
pd terapi
Antiplatelet
Secepat UFH :Bolus i.v 60 u/g,dosis mak 4000 U, Infus i.v 12 U/kg selama 24-48 jam
Mungkin) dg dosis maksimal 1000 U/jam, Target aPTT 1,5 – 2x Kontrol (Kelas I-C)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Terapi Reperfusi pada NSTEMI
Rekomendasi Kelas rekomendasi Level
Urgent PCI (<2 jam) Angiography segera I C
dilakukan (<2 jam) pd
pasien dengan:
Angina refrakter
Gagal Jantung
Aritmia ventrikel yg
mengancam
Hemodinamik tdk stabil
Pada pasien dengan Skor I A
Early Invasive GRACE > 140 atau dengan
(<24 jam) paling tidak 1 kriteria
resiko tinggi
Invasive Strategy 1 kriteria resiko tinggi I A
Gejala rekuren
(72 jam setelah
presentasi)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Grace Score
Mechanism of trombolitik
Penatalaksanaan reperfusi di IGD
Tggl 27 September 2018
Informed consent
Kontraindikasi?
Ekg sebelum pemberian trombolitik
Monitor TTV
Tabel pengawasan
o Menit ke Irama EKG monitor Skala nyeri keluhan
0 (02.50 wib) sinus HR 1-3 -
5 (03.00 wib) Sinus, HR : 60 x/m 1-3 -
10 ( 03.05 wib) Sinus,HR: 64x/m - -
15 (03.10 wib) Sinus, HR :54. TD: 117/54 - -
mmhg
20 (03.15 wib) Sinus, HR :74. TD: 100/54 - -
25 (03.30 wib) Sinus, HR: 71. TD: 102/56 - -
30 (03. 35 wib) Sinus, HR: 74. TD: 100/57 - -
35 (03.40 wib) Sinus, HR: 68 TD: 94/54 - -
40 ( 03.50 wib) Sinus, HR: 66 TD: 96/56 - -
0 45 ( 03.50 wib) Sinus, HR: 63 TD: 101/59 - -
1 50 ( 04.00 wib) Sinus, HR: 59 TD: 97/58 - -
2 55 (04.00 wib) Sinus, HR: 57 TD: 94/58 - -
Pasca trombolitik
Terapi pasc trombolitik
INSTRUKSI post trombolitik:
- EKG 12 lead standar
- EKG V3R, V4R, V5-V6
- Infus KCL 12,5 mg dalam 500 cc RL per 24 jam (hati- hati phlebitis)
- ISDN tunda
- Laxadin 1x1 C
- Diazepam 1x5 mg
- Miniaspi 80 mg (besok)
- CPG 75 mg (besok)
- Observasi 2 jam post trombolitik, apakah ada aritimia?
SKA
Anti Platelet Anti Koagulan