Sunteți pe pagina 1din 51

APPENDICITIS

Oleh: Jehoshua J.D. Sumendap


Pembimbing: dr. Henri Lili S, Sp.B
KASUS
IDENTITAS PASIEN
■ Nama : An. SZA ■ Status Perkawinan : Belum Menikah
■ Jenis Kelamin : Perempuan ■ Pekerjaan : Pelajar
■ Umur : 14 tahun 1 bulan ■ Agama : Islam
■ Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 23-01- ■ Nomor Rekam Medis : 407246
2004
■ Status Pembayaran : BPJS
■ Alamat: Jln. Jagakarsa I No. 30A
■ Tanggal Masuk RS : 6 Desember 2018,
RT005/RW002, Jagakarsa, Jakarta
pukul 17.40 WIB
Selatan, DKI Jakarta
ANAMNESIS

■ Tanggal Pemeriksaan : 6 Desember 2018, pukul 17.50 WIB


■ Informasi diperoleh secara autoanamnesis di Ruang Instalasi Gawat
Darurat dan bangsal RSMC.

Keluhan Utama
Pasien mengeluh rasa nyeri pada perut bagian kanan bawah
sejak 1 hari SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
■ Pasien datang ke IGD RSMC karena mengeluh rasa nyeri pada perut bagian
kanan bawah sejak 1 hari SMRS.
■ Berawal pada ulu hati. mulai sejak 1 minggu SMRS tidak disertai mual dan
muntah maupun rasa asam pada mulut.
■ Merambat kepada perut bagian bawah kanan 1 hari SMRS.
■ Seperti ditusuk dan tidak menjalar kebagian lain.
■ Merasakan rasa mual tetapi tidak muntah.
■ Meriang seperti demam yang mulai sejak 1 hari SMRS tetapi tidak diukur
dan sudah mengkonsumsi pereda panas.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
■ Lebih nyaman jika tiduran, lebih parah jika berjalan atau
mengedan
■ Nyeri tersebut terus menerus mengganggu aktifitas
keseharian.
■ Skala nyeri dari 0-10, pasien menjawab 8-9.
■ Pasien tidak ada gangguan BAB dan BAK maupun sesak
nafas dan batuk.
■ Nafsu makan menurun semenjak mengalami nyeri tersebut.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
■ Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit seperti
Diabetes Mellitus dan Hipertensi.
■ Pasien juga menyangkal adanya riwayat maag maupun
penyakit bawaan dari lahir
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
■ Diabetes Mellitus (+) neneknya
■ Riwayat penyakit keluarga yang lain
disangkal.
RIWAYAT SOSIAL, PRIBADI, EKONOMI
■ Merokok, minum alkohol jamu (-)
■ Pasien merupakan seorang pelajar yang duduk dibangku
SMP.
■ Pasien makan sebanyak 3x sehari, tetapi sejak rasa
nyeri yang dialami pasien hampir tidak mau makan.
■ Hobi pasien berupa tidur dan nonton TV.
■ Ekonomi keluarga pasien bisa dikatakan cukup.
RIWAYAT ALERGI DAN OBAT-OBATAN
■ Paracetamol (+) 2x sejak 1 hari
SMRS
■ Alergi (-)
■ NARKOBA (-)
PEMERIKSAAN FISIK
6-Desember-2018
STATUS GENERALIS DAN TANDA VITAL

■ Keadaan umum : Tampak sakit sedang


■ Kesadaran : Compos Mentis
■ GCS : E4 M6 V5
■ Tekanan darah : 110/80 mmHg
■ Nadi : 98 x/menit (reguler, isi cukup, simetris)
■ Frekuensi nafas : 20 x/menit (reguler, simteris)
■ Suhu : 37,4C
STATUS GIZI

■ Tinggi Badan : 149 cm


■ Berat Badan : 45 kg
■ Indeks Massa Tubuh : 20,3 kg/m2 (Normal)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
6-Desember-2018
SKORING
RESUME
■ Pasien perempuan, 14 tahun datang ke IGD RSMC dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Berawal
pada uluhati dan pindah keperut bawah kanan. Rasa seperti
ditusuk, tidak menjalar, pasien mual tetapi tidak muntah.
Demam 1 hari SMRS sudah minum obat anti panas. Nyeri terus
menurus, makin parah jika mengedan. VAS score 8/10 dan
nafsu makan menurun.
■ Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada abdomen nyeri ketuk
(+) pada regio iliaka kanan. Nyeri tekan (+) pada regio mc
burney, Rovsing sign (+), Obturator sign (+)
■ Pemeriksaan penunjang ditemukan hasil laboratorium
leukositosis (+). Setelah menggunakan skoring, hasil Alvarado
Score pasien adalah 7/10 yang menunjukkan kemungkinan
tinggi apendisitis.
DIAGNOSIS

ACUTE APPENDICITIS
TATALAKSANA
■ Konsultasi dokter SpB, advice:
– Rencana operasi appendectomy
■ Pre-operasi:
■ Informed Consent kepada pasien untuk persetujuan tindakan
appendectomy
■ Konsultasi dokter Sp.An
– Acc op toleransi ringan - sedang
■ IVFD RL 500 ml 20tpm
■ Inj. Ceftriaxone 1 g IV drip
■ Rencana operasi jam 09:00 tanggal 7/12/18 (esok hari)
■ Puasa
TATALAKSANA
Tindakan
Appendectomy
TATALAKSANA
Post-operasi:
■ IVFD Ringer Lactate 500cc 20tpm
■ Obat
– Ceftriaxon 1x1gr inj.
– Novalgin 3x1 inj
Post Op
PROGNOSIS
■Ad Vitam : Bonam
■Ad Fungsionam : Bonam
■Ad Sanationam : Bonam
FOLLOW UP
ANALISA KASUS
■ Pasien perempuan berumur 14 tahun datang dengan keluhan nyeri.
■ Nyeri tersebut berada pada perut bawah kanan sejak 1 hari SMRS.
■ Selain itu pasien juga mengaku nyeri berawal pada ulu hati dan
pindah ke bawah kanan. Pada saat nyeri pada ulu hati, pasien
menyangkal rasa mulut asam, mual dan muntah serta menyangkal
adanya riwayat maag
■ Nyeri tersebut seperti ditusuk, tidak menjalar dan disertai dengan
rasa mual. Gejala-gejala tersebut mengarah kepada diagnosis
apendisitis, terutama pasien memiliki riwayat demam. Tetapi demam
ini tidak tampak pada saat datang karena pasien sudah
mengkonsumsi pereda panas.
■ Nafsu makan pasien juga menurun dan mengatakan bahwa nyeri
tersebut berskala 8/10 yang cocok dengan nyeri untuk apendisitis
akut.
■ Pada pemeriksaan fisik -> tanda vital dan status gizi masih
dalam batasan normal.
■ Pemeriksaan head-to-toe menunjukkan hasil yang normal
pada mayoritas sistem tubuh kecuali pada abdomen.
■ Pada abdomen ditemukan nyeri ketuk (+) pada regio iliaka
kanan. Nyeri tekan (+) pada regio mc burney, Rovsing sign
(+), Obturator sign (+).
■ Rectal toucher tidak dilakukan karena pasien merupakan
seorang perempuan dan merasa tidak nyaman jika
dilakukan colok dubur.
■ Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa
laboratorium untuk periksa darah lengkap dan urinalisis.
■ Urinalisis menunjukkan hasil yang normal meskipun ada
peningkatan epitel yang kurang spesifik.
■ Pada hasil darah lengkap, ditemukan ada leukositosis
karena hasil WBC ada pada angka 12.400, menandakan
adanya proses infeksi yang sedang terjadi pada pasien.
Hasil dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
jika dimasukkan
kedalam skoring
Alvarado akan
mendapat hasil 7/10.
Interpretasi dari skoring
Alvarado ini; have a high
likelihood of
appendicitis.
■ Tindakan untuk pasien ini berupa apendektomi
■ persiapan antibiotik broadspectrum.
■ Pasca operasi diberikan antibiotik dan antinyeri
injeksi.
■ Pasien sehari setelah operasi tidak menunjukkan
keluhan yang signifikan dan status lokalis dari luka
operasi berkesan baik sehingga pasien
diperbolehkan untuk pulang.
■ Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian
untuk evaluasi jahitan dan jika sudah kering
dilakukan aff hecting.
TINJAUAN PUSTAKA
APPENDISITIS
INSIDENSI

Appendicitis dapat ditemukan pada semua


umur. Namun jarang pada anak kurang dari
satu tahun.
ETIOLOGI

■ Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis


acuta.
■ Fecalith merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu
sekitar 20% pada anak dengan Appendicitis akut dan 30-40%
pada anak dengan perforasi Appendix.
■ Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik
atau sistemik, seperti measles, chicken pox, dan
cytomegalovirus.
■ Insidensi Appendicitis juga meningkat pada pasien dengan
cystic fibrosis..
ETIOLOGI

■ Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor


carcinoid, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal.
■ Selama lebih dari 200 tahun, corpus alienum seperti pin,
biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya
Appendicitis.
■ Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya Appendicitis
adalah trauma, stress psikologis, dan herediter.
MANIFESTASI KLINIS

■ Timbul kurang dari 36 jam,


■ Nyeri perut yang didahului anoreksia
■ Gejala utama Appendicitis acuta adalah nyeri perut.
■ Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium,
lalu menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul.
■ Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di RLQ.
■ Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus
berhubungan dengan tingkat inflamasi pada Appendix.
■ Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri lokal di titik
Mc Burney’s.
■ Adanya psoas sign, obturator sign, dan Rovsing’s sign
bersifat konfirmasi dibanding diagnostik.
■ Pemeriksaan rectal toucher juga bersifat konfirmasi
dibanding diagnostik, khususnya pada pasien dengan pelvis
abscess karena ruptur Appendix.
SKORING
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ Laboratorium
– Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3,.
Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah tersebut
meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi Appendix
dengan atau tanpa abscess.
– CRP (C-Reactive Protein) Jumlah dalam serum mulai meningkat
antara 6-12 jam inflamasi jaringan.
– Kombinasi 3 tes yaitu adanya peningkatan CRP ≥ 8 mcg/mL,
hitung leukosit ≥ 11000, dan persentase neutrofil ≥ 75% memiliki
sensitivitas 86%, dan spesifisitas 90.7%.
– Pemeriksaan urine bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis
infeksi dari saluran kemih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ Ultrasonography
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ CT-SCAN
KOMPLIKASI

■ PERFORASI
■ PERITONITIS
PENATALAKSANAAN

■ Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan


gejala klinis dehidrasi atau septikemia.
■ Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral
■ Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli
bedah.
■ Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.
■ Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia
subur dan didapatkan beta-hCG positif secara kualitatif.
KOMPLIKASI POST OPERASI

■ Fistel berfaeces Appendicitis gangrenosa, maupun fistel tak


berfaeces; karena benda asing, tuberculosis, Aktinomikosis.
■ Hernia cicatricalis.
■ Ileus
■ Perdarahan dari traktus digestivus: kebanyakan terjadi 24–27 jam
setelah Appendectomy, kadang–kadang setelah 10–14 hari.
Sumbernya adalah echymosis dan erosi kecil pada gaster dan
jejunum, mungkin karena emboli retrograd dari sistem porta ke dalam
vena di gaster/ duodenum.
PROGNOSIS

■ Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9%


per 100.000 pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000
■ Faktor- faktor yang menyebabkan penurunan secara
signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana diagnosis
dan terapi, antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik,
ketersediaan darah dan plasma, serta meningkatnya
persentase pasien yang mendapat terapi tepat sebelum
terjadi perforasi

S-ar putea să vă placă și