Sunteți pe pagina 1din 64

CLINICAL SCIENCE STUDY

“A COMPREHENSIVE REVIEW OF THE


TREATMENT OF ATOPIC ECZEMA”
Maria Pyrhadistya 1315232
Jessica Yudiarta 1315036
Selly Saiya 1315179
Fakhri Firman Gunawan 1315045
Ayunda Prameswari 1315192

Pembimbing : dr. Liem Fenny., Sp.KK

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT IMMANUEL
FAKULTAS KEDOKTERAN/ UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2019
PENDAHULUAN
• Dermatitis Atopik (DA)
– kronis, relaps, pruritic  awal kehidupan (bayi/anak)

• Etiologi/Faktor Risiko  multifaktorial

2
PENDAHULUAN (Cont)
Faktor
Faktor Genetik Sosioekonomi
Lingkungan
• Mutasi FLG • Edukasi • Paparan
• ↑pendapatan allergen
• Keluarga kecil • Asap rokok
• desa kota
• ↑penggunaan
antibiotik
3

Peningkatan prevalensi DA
PENDAHULUAN (Cont)
• DA  masalah kesehatan utama dlm masyarakat global

• 1-20% masyarakat di dunia


– Dewasa : 1-3%
– Anak : 10-20%

• Sejak 1960  ↑prevalensi 3x lipat  tidak jelas  berhubungan


dengan factor genetik dan faktor lingkungan. 4
PENDAHULUAN (CONT)
International Study of Asthma and Allergic in Childhood (ISAAC)  survey prevalensi DA
 alat epidemiologi terstandar 5

ISAAC PHASE I ISAAC PHASE III


(1992-1997) (1999-2004)

715.033 anak 1.049.109 anak


56 negara 60-96 negara
Prevalensi : 0.6 – 20.5 %
Kelompok anak usia 6-7thn Kelompok anak usia 6-7thn
 6.1%  7.9%
PENDAHULUAN (Cont)
• European Community Respiratory Health Survey
– Prevalensi pada kel. Usia 27-56 tahun  2.4%
– Prevalensi pada anak 6% (US), 9.2% (Swiss)

• National Survey of the US


– Kel. Usia <17 thn  10.7%

6
Prevalensi DA ISAAC, Jepang
12.50%

12.00%

11.50%

11.00% Usia 6-7 tahun


Usia 11-12 tahun
10.50%

10.00%

9.50% 7
2001-2002 2007-2008
Prevalensi DA
ISAAC 1995, Korea
12.00%

10.00%

8.00%

Usia 6-12 tahun


6.00% Usia 12-15 tahun

4.00%

2.00%

0.00%
1995 2000 8
PENDAHULUAN (Cont)
• DA  memengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarga pasien

• Terapi  Sesuai usia, keparahan, luas lesi, dan


distribusi lesi.

• Usulan terapi terbaru pada DA 9


TERAPI 10

DERMATITIS
ATOPIK
TERAPI
DERMATITIS ATOPIK

11
• Prinsip : Sesuai usia, keparahan, luas lesi, dan distribusi lesi.
TERAPI 12

DASAR
TERAPI DASAR
• Hidrasi kutaneus
– Hidrasi kutaneus  menahan air, meningkatkan fungsi barrier,
dan meredakan sensasi gatal
• Mandi air hangat 5-10 menit, sabun –non-irritant, hindari menggosok

13
TERAPI DASAR (Cont)
– Emollien  mengurangi kejadian flare-up dan kebutuhan
penggunaan steroid topikal
• Digunakan 3 menit setelah mandi, seluruh tubuh, 2 x sehari
(250 gram per minggu)

14
TERAPI DASAR (Cont)
– Dressing basah  membantu penetrasi transepidermal
topikal glukokortikoid dengan pemulihan barrier kulit,
terutama pada lesi basah akut

15
TERAPI DASAR (Cont)
• Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor yang memperberat
– Anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes alergi
– Basis patient-by-patient

16
PERTIMBANGAN UMUM
• Individu dengan DA memiliki kulit yang lebih sensitif

• Rekomendasi pertama  menghindari bahan iritan seperti


sabun/detergent, bahan kimia, bahan kain wool/nylon,
temperatur/kelembaban abnormal atau perubahan temperatur yang
mendadak

17
PERTIMBANGAN UMUM (Cont)
• Juga dianjurkan melakukan olahraga ringan untuk melepas
stress dan memakai sunblock

18
ALLERGEN SPESIFIK
• Makanan (pada anak)
– Pemeriksaan:
– tes skin-prick, IgE serum, tes radioallergosorben, tes
immunoCAP, oral food challenge (4-6 minggu bebas
allergen)  double-blind placebo- controlled (Gold Standard)

19
ALLERGEN SPESIFIK (Cont)
– Terapi: menghindari allergen
– Susu sapi, telur, gandum, susu kedelai, dan kacang
dibatasi untuk anak < 5 th dengan DA sedang-berat

20
ALLERGEN SPESIFIK (Cont)
• Inhalan (meningkat seiring usia)
– Allergen: debu, tungau, pollen, bulu binatang, jamur

21
ALLERGEN SPESIFIK (Cont)
– Terapi  menghindari allergen;
• membungkus bantal dan kasur, membersihkan seprai
dengan air hangat setiap minggu dan sesekali lakukan
vakum
• Meminimalisir karpet, gorden dan tirai atau hiasan
gantung
• Ventilasi cukup 22
ALLERGEN SPESIFIK (Cont)
• Kontak
– Allergen: nikel, neomycin, parfum, formaldehyde, lanolin dan
bahan karet
– Pemeriksaan: tes patch

23
ALLERGEN SPESIFIK (Cont)
• (Psikologis)
– Gangguan psikologis; kecemasan, depresi dan ADHD,
stress emosional  memancing gatal dan menggaruk
– Terapi: relaksasi atau konseling, modifikasi behavioral

24
TERAPI 25

MEDIS
STANDART
TERAPI MEDIS STANDART
• Obat topikal pada DA ringan merupakan pilihan utama
perawatan  gagal  sistemik (cyclosporin dan
glukokortikoid sistemik jangka pendek)

• Terapi alternatif  fototerapi, antimetabolisme, interferon-


gamma, alergen imunoterapi, dan biologi.

26
GLUKOKORTIKOID TOPIKAL
• Terapi andalan  DA (efektif mengendalikan gejala seperti gatal
dan peradangan)

• Efek samping  striae, atrofi kulit, dermatitis perioral, jerawat


rosacea, dan supresi adrenal.

• Glukokortikoid  tujuh kelas berdasarkan potensi berdasarkan uji


vasokonstriktor. 27
GLUKOKORTIKOID TOPIKAL (Cont)
• Pemberian steroid topikal : usia pasien, tingkat keparahan penyakit,
luas, dan distribusi lesi.

• Steroid sangat poten efektif  meredakan flare, lebih baik  steroid


dengan potensi lebih rendah dan kurangi frekuensi aplikasi.

• Terapi proactive
28
GLUKOKORTIKOID TOPIKAL
(Cont)
• Edukasi  steroid potensi tinggi  lesi parah atau likenifikasi, tidak
untuk kulit tipis (wajah atau lipatan kulit).

• Tidak disarankan  >2 minggu berturut-turut.

• Finger Tip Unit (FTU) adalah ukuran praktis jumlah salep atau krim 
0,5 g 29
GLUKOKORTIKOID TOPIKAL
(Cont)
• Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas steroid topikal adalah sebagai
berikut:
– (1) Potensi, jumlah, dan vehikulum
– (2) Durasi aplikasi
– (3) Penggunaan dressing oklusif
– (4) Host  jenis dan luas total lesi
– (5) Adanya infeksi atau reaksi alergi
– (6) Kepatuhan pasien terhadap terapi 30
KALSINEURIN INHIBITOR
TOPIKAL
• Imunomodulator topikal (tacrolimus dan pimecrolimus)  memiliki
potensi antiinflamasi serupa  kortikosteroid potensi medium

• Bekerja mengikat protein pengikat FK dan menghambat produksi


sitokin dari sel T teraktivasi dan sel inflamasi.

• Salep Tacrolimus 0,03% dan krim pimecrolimus 1%  pasien berusia>


31
2 tahun. Salep Tacrolimus 0,1%  orang dewasa.
KALSINEURIN INHIBITOR
TOPIKAL (Cont)
• ES : Sensasi terbakar atau gatal, tidak ada komplikasi seperti atrofi
kulit yang terkait dengan penggunaan jangka panjangnya.

• Disukai untuk DA pada wajah dan kelopak mata

32
ANTIHISTAMIN ORAL
• Meredakan sensasi gatal yang diinduksi histamin dengan memblokir
reseptor H1.

• Pasien dermatitis atopik dengan urtikaria bersamaan atau rinitis


alergi bersamaan  antihistamin oral mungkin efektif.

• Antihistamin sedasi (hidroksizin atau klorfeniramin)  gatal yang


memburuk di malam hari dan garukan saat tidur 33
AGEN ANTI INFEKSIUS
• Infeksi bakteri, virus, maupun jamur dapat memperberat
DA.

• Ex : Staphylococcus aureus,
– Toksin S. Aureus  superantigen dan mencetuskan DA sehingga
pemberian salep asam fusidic atau mupirocin sangat membantu.

34
AGEN ANTI INFEKSIUS (Cont)
Pasien dengan superinfeksi yang luas, tanpa strain S. aureus yang resisten,
sefalosporin atau penisilin (dikloksasilin, oksasilin, atau cloxasilin) efektif.

• Hati-hati dalam penggunaan antibiotik  pertumbuhan organisme


yang resisten, terutama antibiotik makrolida atau antibiotik topikal.

35
AGEN ANTI INFEKSIUS (Cont)
• Di antara organisme yang resisten, S. aureus yang resisten
methicillin, merupakan masalah yang berkembang pada pasien DA.

• Pilihan antibiotik  sensitivitas bakteri didapat dari kultur bakteri

• Mandi dengan dilute sodium hypochlorite (bleach)  bermanfaat


bagi pasien DA yang terinfeksi bakteri
36
AGEN ANTI INFEKSIUS (Cont)
• Virus herpes simpleks juga dapat menyebabkan flare.

• Eksim herpesikum sulit ditentukan secara klinis. Tanda-


tanda  erosi, vesikel, dan atau kerak yang mengalir
menunjukkan infeksi sekunder dengan virus herpes simplex
 tes Tzanck, uji imunofluoresensi langsung, reaksi rantai
polimerase, dan kultur 37
AGEN ANTI INFEKSIUS (Cont)
• Ketika HSV menyebar ke bagian lain  antivirus sistemik
perlu segera diberikan.

• Infeksi atau sensitisasi dermatofit dapat memperburuk


Dermatitis Kontak  antijamur untuk dermofit atau anggota
genus Malassezia dapat membantu
38
TERAPI SISTEMIK
• Glukokortikoid, siklosporin, metotreksat,
mikofenolat, azaoptioprin  DA yg berat dan sulit
disembuhkan.

39
SIKLOSPORIN
• Imunomodulator yang terutama bekerja pada sel T

• Bekerja mengikat cyclophilin intraseluler dan


menghambat transkripsi sitokin

• Dosis optimal: siklosporin 3-6 mg/kg/hari 40


SIKLOSPORIN (Cont)
• Kekambuhan cepat  penghentian siklosporin
tiba-tiba.

• Monitor  efek tambahan potensial, seperti


gangguan fungsi ginjal atau hati dan hipertensi.
41
GLUKOKORTIKOID SISTEMIK
• Bertujuan menekan DA sementara, jarang diindikasikan
untuk pengobatan DA kronis
• Diperlukan untuk mengontrol flare
• Jika sudah membaik  tappering off sambil lanjutkan hidrasi
kulit dan terapi topikal
• Jangan distop tiba-tiba  dapat terjadi flare atau “rebound
phenomenon”
42
ANTIMETABOLIT
• Methotrexate
– Antagonis folat  hambat sintesis sitokin inflamasi & kemotaksis
– Penderita dewasa resisten & psoriasis

• Azathioprine
– Analog purin  antiinflamasi & antiproliferatif
– Penderita dewasa & anak yang berat
– Efek samping  mielosupresi 43
ANTIMETABOLIT (Cont)
• Mycophenolate mofetil
– Inhibitor biosintesis purin  hidrolisis ester  asam
mikofenolik (bentuk aktif)
– Penderita dewasa resisten (dosis 2 gram/hari)
– Monitor  herpes retinitis & supresi sumsum tulang

44
INTERFERON-γ

• Menurunkan kadar IgE & sel Th2  perbaikan


gejala & penurunan jumlah eosinofil darah
– Efek samping  flu-like syndrome (demam &
cephalgia) pada tahap awal

45
FOTOTERAPI
• Sinar matahari  bermanfaat  efek samping
berkeringat & rasa gatal
– Piilihan terapi sekunder

• UVA-1 (3340-400 nm)  lesi akut berat, target sel


epidermal Langerhans & eosinofil
46
FOTOTERAPI (Cont)
• UVB (311 nm)  kronik  efek imunosupresif 
blok fungsi limfosit yang mempresentasikan
antigen & mengubah produksi sitokin
keratinosit
– Hati-hati pada keganasan kulit, eritema, nyeri kulit,
pruritus, pigmentasi
47
IMUNOTERAPI ALERGEN
• Imunoterapi subcutan & sublingual spesifik  debu rumah,
serbuk bunga, susu sapi

• Imunoterapi alergen inhalan  rhinitis alergi & asma, tidak


efektif untuk DA

48
TERAPI ANTI CD20

• Rituximab  antibodi antagonis CD20 


menurunkan sel B  memperbaiki gejala pada
pasien DA berat

49
ANTI IgE
• Omalizumab  antibodi monoclonal 
berikatan & netralisasi IgE
–Beberapa mengalami perbaikan gejala,
beberapa tidak

50
TERAPI ANTI RESEPTOR IL-4
• Pitrakinra  inhibitor sinyal reseptor IL-4 
menghalangi ikatan IL-4 & IL-13 ke kompleks
reseptor IL-4 alpha
– Berperan dalam perbaikan gejala asma

• Dupilumab  efektif untuk beberapa kasus DA


51
TERAPI ANTI TNF-α
• Infliximab  pasien DA sedang atau berat 
gejala klinis membaik, tapi tidak dilanjutkan
untuk terapi maintenance

52
TERAPI ANTI IL-5
• Mepolizumab  antibodi monoklonal yang berikatan
dengan IL-5  tidak berperan dalam perbaikan
gejala, meski menurunkan kadar eosinofil darah
– Penelitian  efek signifikan pemisahan glukokortikoid
pada pasien asma berat

53
TERAPI ANTI IL-6
• Tocilizumab atau atlizumab  antibodi
monoklonal antagonis reseptor IL-6  terapi
RA
– Penelitian  efektivitas potensial pada DA
– Efek samping lain  infeksi bakteri

54
TERAPI ANTI IL-31

• IL-31  sel Th2 tipe 2  sitokin


• Kadar serum IL-31  berkorelasi dengan
aktivitas penyakit & kadar sitokin Th2 pada
pasien anak dengan DA
– Masih dalam tahap penelitian
55
TERAPI ANTI TSLP
• TSLP  sitokin sel epitel  berperan penting dalam
maturasi populasi sel T melalui aktivasi antigen
precenting cell  inisiasi inflamasi karena alergi

• AMG 157  imunoglobulin monoklonal anti-TSLP G2λ


 mengikat TSLP & mencegah interaksi reseptor
56
TERAPI ANTI TSLP (Cont)
• Terapi ini menurunkan awal induksi alergen & respon
asma laten pada pasien asma ringan

• Masih dalam tahap penelitian untuk pasien DA


sedang & berat dan pada orang sehat

57
TERAPI 58

TAMBAHAN
TERAPI TAMBAHAN
• Primrose oil (gamma-linoleic acid)
• Omega-3
• Probiotik
• Suplemen Vitamin D
• Pengobatan Tradisional Tiongkok co; Korean red
ginseng
59
KESIMPULAN 60
KESIMPULAN
• Prevalensi DA terus meningkat sekitar 1% -20% dari
populasi umum.

• DA dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.


Sebagian besar pasien DA mengalami perjalanan penyakit
kronis dan kekambuhan yang ditandai dengan remisi dan
intermitten. 61


KESIMPULAN (Cont)
• Pengobatan untuk DA meliputi (1) steroid topikal dan
imunomodulator topikal, (2) terapi tambahan, dan (3)
penggunaan emolien.

• Selain itu, menghindari faktor pemicu dan / atau memicu


rasa gatal, seperti pakaian wol, stres emosional, dan kondisi
cuaca. 62
KESIMPULAN (Cont)
• Pengobatan fototerapi atau imunosupresan
sistemik, seperti siklosporin, azatioprin, dan
mikofenolat mofetil, harus dipertimbangkan jika
pengobatan konvensional tidak berhasil.

63
TERIMA 64

KASIH

S-ar putea să vă placă și