Sunteți pe pagina 1din 24

Oleh kelompok 4 :

Wini Desri Deri 1511212016


Sabila Putri Mayang 1611211047
Rafika Amir 1611212001
Mutiara Devica 1611212018
Vina Rahmalia 1611213007
Fase Eksposisi

 Pengertian Berilium

Berilium (Be) adalah logam berwarna abu-abu, berbentuk padat


pada suhu kamar, kuat, ringan, dan mudah pecah. Dengan nomor
atom 4, berat atom 9,012 g/mol. Secara alami Be ditemukan dalam
bentuk mineral batuan, tanah, bau bara, dan debu vulkanik. Beril
dan bertrandit merupakan sumber utama Be. Be memiliki sifat
tahan terhadap oksidasi diudara. Be mudah ditembuh oleh sinar-
X. akan terjadi pembebasan neutron apabila Be dihantam oleh
partikel alfa, seperti radium (Ra) dan polonium (Po).

Be bersifat toksik akut, sub kronik, dan kronik bagi manusia dan
hewan uji, toksisitas Be dipengaruhi oleh dosis, waktu, cara
paparan, dan jenis senyawa Be.

Be banyak digunakan dalam berbagai jenis industry karena
memiliki sifat titik lebur tinggi, sangat kuat, dan bisa
menjadi konduktor listrik yang baik. Berbagai jenis industry
yang menggunakan Be antara lain pelindung panas roket,
brake system, tabung s-ray, dental plate, industry peleburan
dan pemurnian Be, industry metalurgi Be, industry nuklir.

Pencemaran Be berasal dari berbagai jenis industry


penambangan, pengolahan Be, Pemrosesan Be. Pembakaran
batu bara atau BBM, industry pengolahan logam nonferrous,
industry logam alumunium (Al), penyulingan petroleum,
dan akhirnya Be bisa mencemari udara, tanah, air, dan
tanaman serta ditemukan pula dalam rokok.

 Efek Toksik
Paparan Be terutama terjadi melalui inhalasi asap atau debu Be dan
kontak langsung melalui kulit yang terluka.

Paparan Be pada manusia diperkirakan terjadi melalui inhalasi udara


sebesar 1,6 ng/hari; paparan lewat makanan sebesar 120 ng/hari;
paparan lewat air minum sebesar 285 ng/hari, dan bagi perokok
terdapat tambahan Be dari rokok sebesar 700 ng/hari/pak rokok.

Be terutama berpengaruh merusak organ paru-paru, bisa


mengakibatkan kemerahan, luka, dan kutil pada kulit. Paparan Be
bisa mempengaruhi beberapa organ, antara lain hati, ginjal, jantung,
sistem syaraf, sistem limfatik pembawa air, sel darah putih, dan
protein menuju darah.

Paparan Be lewat inhalasi akan diabsopsi secara lambat
dan Be akandiakumulasi di paru-paru, tulang, hati, dan
ginjal. Uji coba pemberian Be sebesar 5 ppm lewat air
minum pada hewan uji tidak menunjukkan toksisitas
Be. Pemberian dosis sebesar 0,54 mg/kg berat
badan/hari tidak bersifat toksik sehingga ditetapkan
batas aman paparan oral kronik Be sebesar 0,005
mg/kg/hari.
Efek toksik paparan inhalasi
subkronik

Target toksisitas paparan subkronik Be adalah sistem
pernapasan. Paparan lewat inhalasi Be-sulfat selama 7
jam/hari selama 560 hari menunjukkan bahwa
peradangan abnormal terjadi pada konsentrasi 2,8
μg/m3, perubahan peradangan yang lebih jelas pada
konsentrasi 21 μg/m3, pneumonitis kronis terjadi pada
konsentrasi Be sebesar 42 μg/ m3, dan beriliosis akut
terjadi pada konsentrasi Be sebesar 194 μg/ m3.
Efek Toksik Paparan Inhalasi Kronik


Inhalasi Be bisa berkembang menjadi beriliosis kronis
apabila paparan berlanjut selama beberapa bulan atau
lebih dari 20 tahun. Berilionosis kronis timbul pada
orang yang sensitive terhadap Be, yaitu sekitar 1-15%,
bahkan mencapai 20% dari mereka yang kontak
dengan Be dan 2-6% seluruh pekerja sensitive terhadap
Be dan itu bisa berkembang menjadi penyakit
berilionosis kronis yang tidak dapat pulih serta bisa
berakibat fatal. Penyakit tersebut bisa muncul pada
orang yang terpapar Be dalam waktu singkat disertai
gejala yang baru muncul setelah 10-20 tahun kemudian.

Tanda-tanda berilionosis kronis ada 3 tahap, yaitu:

 Setelah terpapar Be, gejala awal menunujukkan adanya


penurunan fungsi paru-paru, perubahan patologis yang
cepat, adanya fibrosis paru-paru, dan gangguan
pernapasan.
 Paparan 2-30 tahun tidak menunjukkan perubahan gejala.
 Selanjutnya, terjadi peradangan yang parah. Fibrosis lebih
parah sehingga mengakibatkan kesulitan bernapas seperti
nafas pendek atau batuk kering yang kronis

Untuk menegakkan diagnosis beriliosis, harus dipenuhi
3 kriteria berikut:

 Adanya riwayat pemaparan Be


 Hasil positif dari pemeriksaan BeLPT (beryllium
lymphocyte proliferation test) terhadap darah atau BAL
(bronchoalveolar lavage)
 Adanya granuloma non-kaseosa pada biopsi paru.
Efek Toksik Paparan Lewat Kontak Kulit Dan
Paparan Lainnya

Paparan Be lewat kontak kulit bisa mengakibatkan
kulit kemerahan dan ulkus pada kulit. Paparan Be akut
bisa terjadi lewat kulit atau mata.

Paparan Be lewat kulit bisa mengakibatkan peradangan


kulit, gatal-gatal, kemerahan pada kulit,
pembengkakan kulit, kulit bernanah, luka, lesi, kutil,
dan selanjutannya Be mampu memenetrasi melalui
luka. Gejala tersebut muncul didaerah permukaan
tubuh yang terpapar, khususnya wajah, leher, lengan,
dan tangan.
Kadar Batas Aman Berilium

 Kadar batas aman Be diudara sebesar 0,00003-0,0002
μg/ m3 belum bisa menimbulkan gejala akut
maupun kronis. (ATSDR. 2002)
 The Environmental Protection Agency (EPA)
menetapkan batasan jumlah Be yang bisa dilepaskan
ke udara oleh industry sebesar 0,01 μg/ m3,
sedangkan The Occupational Safety and Health
Administrasion (OSHA) menetapkan batas kadar Be
udara di ruang kerja sebesar 2 μg/ m3 untuk lama
paparan 8 jam/ hari.

 The American Conference of Governmental
Industrial Hygienist (ACGIH) menetapkan kadar
aman Be udara di lingkungan kerja sebesar 0,05 μg/
m3.
 Batas aman paparan Be lewat inhalasi sebesar 0,024
μg/ m3, sedangkan kadar batas aman Be per oral
sebesar 0,0012 μg/ L.
 EPA menetapkan Maximum Contaminant Level
(MCL) Be pada air minum sebesar 4 ppb. EPA
menetapkan batas aman paparan per oral dari Be
sebesar 25 mg/kg/hari
Toksikokinetik

Efek dari zat berbahaya bergantung pada level atau konsentrasi
zat yang terdapat dalam tubuh. Dapat kita lihat dari rate atau
tingkat absorpsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi zat tersebut
oleh tubuh.

 Absorpsi
Serapan zat pada darah dan limpa
 Distribusi
Transpor zat di darah dan akumulasi di organ dan jaringan
 Metabolisme
Biotransformasi menjadi metabolit
 Eliminasi atau Ekskresi
Ekskresi atau pembuangan dari organisme

Partikel berilium yang terhirup disimpan di paru-paru
dan larut ke dalam aliran darah. Beberapa berilium
inhalasi dapat bergerak ke dalam mulut di mana ia
tertelan. Berilium dan senyawanya kurang terserap
setelah paparan oral dan kulit; <1% diserap melalui
saluran pencernaan. Berilium terserap didistribusikan
secara luas ke seluruh tubuh dengan konsentrasi
tertinggi yang ditemukan dalam tulang. Berilium
terserap terutama diekskresikan dalam tinja. Waktu
paruh untuk pembersihan seluruh tubuh berkisar dari
beberapa bulan hingga satu tahun.
1. Absorpsi

Ada beberapa rute absorpsi zat oleh tubuh, yakni via
 Inhalatsi – via paru-paru, zat dapat berupa gas, uap,
dan partikel (solid dan likuid (aerosols) )
 Kontak Langsung – via kulit atau mata, lewat
diantara sel, dapat melalui kelenjer keringat, kelenjer
minyak, dan folikel rambut
 Ingesti – via saluran pencernaan, seperti kontaminasi
makanan, cipratan ke wajah, kebiasaan tangan-
mulut
 Injeksi – via injeksi langsung

 Eksposur Inhalasi
Senyawa berilium diserap terutama melalui paru-paru, tetapi
informasi yang cukup untuk menentukan tingkat dan tingkat
penyerapan tidak ditemukan. Karena kebocoran debu berilium di
laboratorium secara tidak sengaja, 25 orang terpapar pada konsentrasi
yang tidak ditentukan selama 10-20 jam (Zorn et al. 1986).

 Eksposur Ingesti atau Oral


Tidak ada penelitian yang ditemukan mengenai penyerapan pada
manusia setelah paparan oral berilium atau senyawanya.Berilium dan
senyawanya kurang diserap dari saluran pencernaan pada hewan.
Data ekskresi urin dari tikus yang dirawat oleh gavage dengan
radioaktif berilium klorida menunjukkan bahwa ekskresi kumulatif
berilium dalam urin dan feses masing-masing adalah 0,11 dan 104,7%
dari total dosis, masing-masing (Furchner et al. 1973).

 Eksposur Kulit Atau Dermal
Hampir tidak mungkin berilium diserap melalui kulit
yang utuh. Ulserasi kulit pada pekerja yang terpapar
berilium terjadi hanya setelah kulitnya secara tidak
sengaja terpotong atau terkelupas (Williams et al. 1987).
2. Distribusi

Zat-zat diangkut ke seluruh tubuh terutama melalui darah
dan sistem limfatik. Zat dapat menempel pada sel darah
merah atau protein dalam plasma darah dan didistribusikan
ke seluruh tubuh dan dapat menargetkan organ tertentu.
Jika lipid larut, dengan ukuran molekul kecil dan tidak
terionisasi, ia kemungkinan akan melintasi membran sel dan
memasuki jaringan tubuh. Bahan kimia yang larut dalam air
cenderung tetap dalam larutan dalam plasma. Zat yang larut
dalam lemak tinggi akan mengendap dan cenderung tetap
berada di dalam simpanan lemak tubuh
3. Metabolisme

 Untuk sebuah zat agar bisa dengan mudah
tereliminasi dari tubuh adalah dalam bentuk yang
lebih larut air. Dan dapat diperoleh melalui proses
metabolism atau biotransformasi. Biotransformasi
senyawa tidak selalu berujung detoksifikasi, bahkan
juga dapat berujung pada produksi metabolit toksik.

 Berilium dan senyawanya tidak mengalami


biotransformasi, tetapi garam berilium terlarut
sebagian dikonversi menjadi bentuk yang kurang
larut di paru-paru (Reeves dan Vorwald 1967).
4. Eksresi

 Tingkat atau kecepatan suatu senyawa tereliminasi memiliki
impact terhadap toksisitasnya. Semakin lama zat didalam
tubuh semakin besar potensinya untuk berefek lebih buruk.
Laju atau tingkat ekskresi dapat dideskripsikan dalam term
“half-life”. Half-life untuk berilium sendiri adalah 1,39x106
tahun.

 Rute utama saluran eksresi adalah:


1. Renal (via ginjal) untuk ekskresi molekul larut air yang kecil
2. Biliary (via hati dan saluran gastrointestinal) adalah rute kedua
paling penting dalam mengeliminasi zat berbahaya untuk
beberapa jenis material seperti material larut lemak
3. Pulmonary (Menghembuskan nafas) untuk zat volatile
4. Sekretori (pada cairan tubuh) termasuk jalur minor ekskrasi
Toksikodinamik

Paparan berulang manusia oleh berilium dapat
mengakibatkan penyakit akut (bahan kimia
pneumonitis) atau bentuk kronis (beriliiosis) penyakit
paru-paru, tergantung konsentrasi pemaparan. Baik
penyakit berilium akut (ABD) maupun CBD
merupakan hasil dari paparan bentuk larut dan tidak
larut berilium (ATSDR, 1993).

 Penyakit Berilium Akut
ABD didefinisikan sebagai penyakit paru yang diinduksi berilium
yang berdurasi kurang dari 1 tahun (Hamilton & Hardy, 1974; Sprince
& Kazemi, 1980) dan kemungkinan besar akan seperti itu karena
toksisitas langsung, tidak seperti mekanisme kekebalan tubuh CBD.

 Penyakit berilium kronis


CBD, sebelumnya dikenal sebagai "beriliiosis" atau "kronisberiliosis”
adalah penyakit radang paru-paru yang terjadi dari paparan inhalasi
menjadi larut dan tidak larut bentuk berilium. CBD pada manusia
terpapar berilium melibatkan respons imun yang dimediasi sel
terhadap berilium di paru-paru. Hal ini ditandai dengan
pembentukan granuloma (kelompok patologis sel imun) dengan
berbagai tingkat fibrosis interstitial dan melibatkan a respons imun
spesifik berilium.
Iritasi Terhadap Berilium

 Berbeda dengan inhalasi dan rute oral paparan,
paparan manusia terhadap senyawa berilium telah
terbukti menyebabkan iritasi kulit dan mata (Van
Orstrand et al., 1945; De Nardi et al., 1953;
Nishimura, 1966; Epstein, 1990).
 Kontak kulit langsung dengan larutan senyawa
berilium, namun bukan berilium hidroksida atau
logam berilium, dapat menyebabkan lesi kulit
(memerah, lesi yang tinggi atau berisi cairan pada
tubuh yang terpapar permukaan) pada orang yang
rentan (McCord, 1951).

Terima Kasih

S-ar putea să vă placă și