Sunteți pe pagina 1din 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN KEBUTUHAN


KHUSUS
Disusun oleh:
Astri Fitriyanty
Andri
Dede Nurjanah
Eneng Mae Robbianti
M. Randi
Neni Rohaeni
Anak berkebutuhan khusus
• Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan
sebagai seorang anak yang memerlukan
pendidikan yang disesuiakan dengan hambatan
belajar dan kebutuhan masing-masing anak
secara individual. Cakupan konsep anak
berkebutuhan khusus dapat dikategorikan
menjadi dua kelompok besar yaitu anak
berkebutuhan khusus yang bersifat sementra
(temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang
besifat menetap (permanent).
• Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara
(Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara
(temporer) adalah anak yang mengalami hambatan
belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang
mengalami gangguan emosi karena trauma akibat
diperekosa sehingga anak ini tidak dapat belajar.

• Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap


(Permanen)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen
adalah anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan
hambatan perkembangan yang bersifat internal dan
akibat langsung dari kondisi kecacatan.
Macam – macam masalah
perkembangan pada anak

• Attention Deficyt Hiperaktivity Disorder


(ADHD)
• Autisme
• Down Syndrome
• Cerebral Palsy (CP)
Attention Deficyt Hiperaktivity
Disorder (ADHD)
• Pengertian
Gangguan hiperkinetik atau biasa disebut
dengan hiperaktif adalah suatu gangguan yang
terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa
perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun)
dengan ciri utama ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktif dan
impulsive. (Prabowo, 2014)
Attention Deficyt Hiperaktivity
Disorder (ADHD)
• Etiologi :
• Faktor genetik :Anak laki-laki dengan ekstra
kromosom Y yaitu XYY, kembar satu
• Faktor neurologik
• Faktor lingkungan
• Faktor kultural dan psikososial
• Kurang disiplin dan pengawasan
• Orientasi kesenangan
Tanda Dan Gelaja
 Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat.
 Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
 Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
 Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orangtua.
 Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-
tugas atau aktivitas-aktivitas bermain.
 Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya.
 Senang berbicara dengan berlebihan.
 Sering menyela atau mengganggu orang lain.
 Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya.
 (Townsend, Mary C. 1998)
Penatalaksanaan
• Terapi psikofarmakologis (terapi obat-obatan)
Terapi farmakologi anak dengan hiperaktif dapat diberikan stimulan yang
dipercaya meningkatkan produksi dopamine dan norepinephrine, yaitu
neurotransmiter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan
perhatian dan mengontrol perilaku. Ritalin adalah salah satu obat
stimulan yang paling banyak diresepkan.

• Terapi sosial kejiwaan (psikososial)/ modifikasi perilaku.


 Biarkan anak mengetahui apa yang diharapkan sebelumnya
 Pastikan bahwa semua penguatan atau hadiah adalah bermakna.
Hadiah harus berupa sesuatu yang benar-benar diinginkan anak.
 Modifikasi perilaku harus dilakukan secara kontinue, penguatan juga harus
konsisten, hal ini tidak akan berhasil jika jarang dilakukan, dan jika
perilakunya tidak sama antara ibu dan ayahnya.
Autisme

• Pengertian
 Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan
kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak
terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996).
 Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999).
 Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi,
hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996).
• Etiologi
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk
kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik
(abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau
fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif
retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor
psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur
serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi
dan gangguan sensori serta kejang epilepsi
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
• Manifestasi Klinis
1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara)
dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka
tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang
didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi
potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan
kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan
berteman.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang
mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-
bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya,
menatap pada objek.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda,
dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri
dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat)
saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
10.Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
11.Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.
Penatalaksanaan

Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan


anaknya, Anak autis memerlukan penanganan multi
disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori
integration training (AIT),terapi keluarga dan obat,
sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara
orang tua , keluarga dan dokter.
Down Syndrome
• Pengertian
Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi.
Mongolisma (Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental
mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang
menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri.

Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas


kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri
selama meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini
pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.

Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling


banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan down syndrom
dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Synrom down merupakan
cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebiha kromosom x. Syndrom ini
juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang
normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom
• Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu
terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-
kemungkinan :
• Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
• Translokasi kromosom 21 dan 15
• Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom (


Kejadian Non Disjunctional ) adalah :
1. Genetik
2. Radiasi
3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu
5. Umur Ibu
6. Umur Ayah
Gejala – Gejala syndrom down

1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak
yang umurnya sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana
lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.
4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.
5. Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus
(penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko
tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak
dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan,
kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.
Cerebral Palsy (CP)

 Pengertian
Clark (1964) mengemukakan, yang dimaksud dengan CEREBRAL
PALSY ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak pada pusat
motorik atau jaringan penghubungnya, yang kekal dan tidak
progresif, yang terjadi pada masa prenatal, saat persalinan atau
sebelum susunan saraf pusat menjadi cukup matur, ditandai
dengan adanya paralisis, paresis, gangguan kordinasi atau
kelainan-kelainan fungsi motorik.
World Commission on Cerebral Palsy mengemukakan definisi
CEREBRAL PALSY sebagai berikut : CEREBRAL PALSY adalah suatu
kelainan dari fungsi gerak dan sikap tubuh yang disebabkan
karena adanya kelainan atau cacat pada jaringan otak yang
belum selesai pertumbuhannya.
Definisi lain : CEREBRAL PALSY ialah suatu keadaan
kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan), dan
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran
klinik yang dapat berubah selama hidup, dan menunjukkan
kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan
neurologik berupa kelumpuhan spastik, gangguan ganglia
basalis dan serebelum.
• Etiologi

cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu


penyebab. cerebral palsy merupakan group penyakit dengan
masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai penyebab
yang berbeda. untuk menentukan penyebab cerebral palsy, harus
digali mengenai hal : bentuk cerebral palsy, riwayat kesehatan ibu
dan anak, dan onset penyakit.
cerebral palsy dapat juga merupakan hasil dari kerusakan otak
pada bulan-bulan pertama atau tahun-tahun pertama kehidupan
yang merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya meningitis
bakteri atau enchepalitis virus, atau merupakan hasil dari trauma
kepala yang sering akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh atau
penganiayaan anak.
sebab-sebab yang dapat menimbulkan cerebral palsy pada
umumnya secara kronologis dapat dikelompokkan sebagai
berikut :

Post
Prenatal
natal

Natal
• Gambaran Klinis Dan Klasifikasi

secara klinik dapat dibedakan 3 bentuk dasar gangguan motorik


pada CEREBRAL PALSY:

Spastisitas. Atetosis. Ataksia

Atetosis.
• Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan
setelah diagnosis CEREBRAL PALSY ditegakkan.
2. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan
suatu proses degeneratif. Pada CEREBRAL PALSY likuor
serebrospinalis normal.
3. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada
penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik
yang berkejang maupun yang tidak.
4. Foto kepala (X-ray) dan CT Scan.
5. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan
tingkat pendidikan yang diperlukan.
6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab
lain retardasi mental.
• Penatalaksanaan

S-ar putea să vă placă și