Sunteți pe pagina 1din 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DGN


HIPOSPADIA

OLEH ; Heni,S.Kep, Ners.,M.Kep


Latar Belakang,,,
 Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu
“hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“
yang berarti keratan yang panjang.
 Hipospadia adalah suatu keadaan dimana
lubang uretra terdapat di penis bagian bawah,
bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan
kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
 Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang
terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir.
Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan
lubang uretra terletak di dekat ujung penis,
yaitu pada glans penis.
Definisi :

 Merupakan kelainan kongenital anomali yang


mana urethra bermuara pada sisi bawah
penis atau perinium (Suriadi,2001)
 Merupakan kelainan bawaan dimana meatus
urethra eksterna terletak dipermukaan
ventral penis dan lebih proksimal dari
tempatnya yang normal (ujung penis).
(mansjoer,2000)
 Merupakan anomali penis dimana fusi digaris
tengah dari lipatan uretra tidak lengkap,sehingga
terjadi meatus uretra terbuka pada sisi ventral
dari penis. (Price,1995).

Jadi hipospadia adalah merupakan kelainan


bawaan yang mana meatus uretra eksterna
terletak pada aspek posterior dan lebih proksimal
yang terjadi akibat kegagalan fusi dari garis
tengah lipatan uretra menjadi tidak lengkap
sehingga terbuka pada sisi ventral penis.
Gambar hipospadia
Etiologi

Pada umumnya penyebab hipospadi belum


diketahui dengan pasti tetapi kemungkinan
disebabkan oleh :
1. Faktor genetik
2. Faktor non-genetik
- Androgen : maskulinisasi
klasifikasi

1. Tipe Glandular
2. Tipe Coronal dan Penil
3. Tipe Perineal
4. Tipe Peniscrotal dan Penil
klasifikasi

Jenis-jenis hypospadia berdasar letak:


 pada glandular
 korona (pada sulkus korona)
 penis (disepanjang batang penis)
 penoskrotal (pada pertemuan uretral
dan skrotum)
 perineal (pada perineum)
Hypospadia:
Ringan, apabila meatus uretra terletak dibawah
ujung penis

Berat, apabila meatus terletak jauh dari tempat


normalnya, ditengah atau dekat dengan skrotum

Karakteristik hypospadia:
 penampilan gland penis tidak normal
 pembukaan uretra yang prematur
 pembentukan preputium yang tidak sempurna
 terbentuk lekukan pada penis (chordee)
 penis terbenam
 posisi skrotum yang abnormal
Klasifikasi hipospadia
Perkembangan Penis dan Skrotum
tahap embrionic

patofisiologi - Kelainan Kromosom XXY


- Kerusakan Stimuli Andogen dan HCG

Kegagalan perkembangan uretra


berdifusi dengan sempurna

Timbul Chorde (Jar Fibrosa) Orifisium/Meatus Urettra


tidak terbentuk

Penis Melengkung ke bawah


Aliran urine Abnormal

Koreksi dengan tindakan pembedahan


(uretroplstic)

Luka OP terbuka Merangsang pengeluaran Kurang pengetahuan Sensitivitas spinter


Serotonin, Histamin, Prostaglandin orang tua tentang uretra menurun
Terekspos tindakan oprasi
langsung dengan
lingkungan Merangsang ujung-ujung saraf
bebas
Port dentri mikro
organisme
Pengeluaran urine
Medula Spinalis Stressor
terusmenerus

Invasi kuman
Tractus non Kulit daerah sekitar
Tr. Spinothalamus Kecemasan orang tua
spinithalamus basah dan lembab

Resiko tinggi Infeksi


Lamina marginalis
RAS
pada coriu dorsalis
Iritasi kulit
Pirrgen dalam
Sirkulasi Hipothalamus dan
RAS Rem Me
sistim limbik

Bakteri melepaskan Grisea


endotoxin Thalamus Klien terjaga
periakomoductus

Merangsang tubuh Gangguan istirahat


Difus lokalisasi
membentuk tidur
interleukin - 1

Merangsang Kortek serebri Distress emosi


thermoregulasi
suhu di
Hipothalamus

Nyeri dipersepsikan
Peninggi set point
temperature
Gangguan rasa Imobilisasi dan takut Gangguan pemenuhan
nyaman nyeri bergerak aktivitas
Peninggi suhu
Bagi thermoregulasi
tubuh dan
peninggi suhu
Vasokonstriksi
tubuh
perifer
Intervensi medis

1. Operasi penglepasan chordee dan


tunneling
biasanya dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun.
2. Operasi Urethroplasty
dilakukan setelah 6 bulan setelah operasi
pertama dilakukan.
Penatalaksanaan,,,

 Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan


jalan pembedahan. Tujuan prosedur
pembedahan pada hipospadia adalah:
1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki
chordee (CHORDECTOMY)
2. Membentuk uretra dan meatusnya yang
bermuara pada ujung penis (Uretroplasti)
3. Untuk mengembalikan aspek normal dari
genitalia eksterna (kosmetik)
Prinsip bedah yang dilakukan adalah:

 memperbaiki aliran/pancaran urin,


 menghasilkan organ seksual yang
adekuat
 memperbaiki penampilan genital untuk
meminimalkan respons psikologis.
Gambar hipospadia
Tindakan Pembedahan,,,
 Tujuan pembedahan :
 1. Membuat normal fungsi perkemihan dan
fungsi sosial, serta
 2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.

 Ada banyak variasi teknik, yang populer


adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik
Horton dan Devine.
1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula
a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus
dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis.
Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan
lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal.
Penutupan luka operasi menggunakan preputium
bagian dorsal dan kulit penis
b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca
operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel
pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans,
lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah
uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit
preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan
dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka
operasi pertama telah matang.
2. Teknik Horton dan Devine

 dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih


besar dengan penis yang sudah cukup besar
dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang
letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari
flap mukosa dan kulit bagian punggung dan
ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian
dipindah ke bawah.Mengingat pentingnya
preputium untuk bahan dasar perbaikan
hipospadia, maka sebaiknya tindakan
penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan
dengan operasi hipospadi.
Fokus pengkajian perawat

 Riwayat keluarga dengan penyakit ini


 Riwayat obat-obatan
 Status gizi saat hamil
Diagnosa keperawatan
 Preoperasi
- gg konsep diri,
- gg rasa aman cemas keluarga

 Post operasi
- gg rasa nyaman nyeri bd terputusnya kontinuitas
jarinan
- gg integritas kulit bd kontak antara urin dan luka
- resti infeksi bd luka oprasi
- gg aktivitas bd adanya luka operasi
- kecemasan orang tua bd kurang pemahaman
orangtua tentang kondisi anaknya.
Intervensi

 Pre operasi
kecemasan orang tua :
jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan pada
anaknya, berikan informasi yang cukup tentang
keadaan kondisi klien dan perawatan yang akan
dilakukan setelah opersi
 Post operasi
dalam mengatasi rasa nyeri :
lakukan tehnik distraksi, hindari penekanan daerah
operasi, pertahankan posisi kateter saat mengganti
balutan,kaji skala nyeri
 Post operasi

agar tidak tejadi infeksi :


observasi daerah sekitar luka,lakukan
perawatan luka dengan tehnik aseptik dan
antiseptik,ganti balutan.
Supaya aktivitas tidak terhambat maka :
bantu anak dalam pemenuhan ADL.
Intervensi Post Op:

 Amati perubahan tanda-tanda vital seperti suhu, BP, RR,


nadi setiap lima belas menit pada 8 jam pertama
 Amati adanya hematuria, bekuan darah, atau endapan
pada urine setiap lima belas menit terutama pada 4 jam
pertama setelah operasi
 Menggunakan teknik aseptik dalam mengirigasi kateter
atau kantong urin
 Pastikan kateter tertempel dengan baik di abdomen atau
di kaki, cek posisi kateter secara rutin dan kaji adanya
spasme kandung kemih
 Cek kepatenan kateter dan irigasi, cegah adanya
lilitan/sumbatan di kateter
lanjutan
 Observasi warna, pancaran, jumlah, dan
lokasi meatus uretra pada saat pertama kali
setelah kateter di lepas.

 Observasi nyeri saat urinasi pada 24 jam


pertama
 Laporkan ke dokter apabila pasien tidak
BAK setelah 8 jam pertama kateter dilepas
 Monitor balutan operasi dan adanya
perdarahan
 Kaji lokasi, karakteristik, dan durasi nyeri
setiap lima belas menit selama 2 jam
pertama
 Posisikan pasien dengan posisi nyaman
Gambar post operasi
Post op dg cystostomy

S-ar putea să vă placă și