Sunteți pe pagina 1din 21

Asesmen Fungsional Pada

Fisioterapi Olahraga
SYAHMIRZA INDRA LESMANA
Fisioterapi Olahraga
Fisoterapis Olahraga adalah anggota kunci pada tim medis
olahraga dan sering menjadi orang yang secara terlatih
memenuhi syarat secara medis yang ikut dalam tim
Fisioterapi olahraga adalah tenaga profesional yang dikenal
mampu menunjukan kompetensi lanjut dalam aktifitas
fisik yang aman, penyedia saran, dan adaptasi dari proses
pemulihan dan latihan yang bertujuan untuk mencegah
cidera, memperbaiki fungsi secara optimal, dan
berkontribusi dalam peningkatan penampilan olahraga
pada atlet sepanjang umur danberkemampuan dengan
menggunakan standar prosesional yang tinggi dan etika
praktek
Kompetensi Fisioterapi OR
1 Injury Prevention
2 Acute Intervention
3 Rehabilitation
4 Performance Enhancement
Tugas Fisioterapi Olahraga
Pencegahan cidera
Asesmen cidera/ merujuk kasus cidera
Manajemen cidera/ pemulihan
Modifikasi latihan persiapan kembali ke olahraga
Tehnik koreksi pada peningkatan performa
Proses komunikasi berkesinambungan dengan tim
medis lainnya, pelatih dan manajemen
Proses asesmen pada FT OR
Pre season asesmen
Screning
FMS
 Onfield asesmen
 Injury asesmen
 Performe enhacment asesmen

Semua menggunakan asesmen Fungsional


Assessment includes both the examination of individuals or groups
with actual or potential impairments, functional limitations,
disabilities, or other conditions of health by history taking,
screening and the use of specific tests and measures and
evaluation of the results of the examination through analysis and
synthesis within a process of clinical reasoning.

Asesmen termasuk pemeriksaan dan evaluasi pada perorangan atau


kelompok, nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan,
keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain
dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history taking),
skreening, test khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil
pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah proses
pertimbangan klinis.
ASSESM EN T
asesm en

E X A M IN A T IO N E V A L U A T IO N
( P E M E R IK S A A N ) ( EVALU ASI )
d a t a g a t h e r in g a n a s is & s in t e s is

Asesmen termasuk pemeriksaan pada perorangan atau kelompok,


nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan
fungsi, ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara
pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test
khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui
analisis dan sintesa dalam sebuah proses pertimbangan klinis.
Unsur Unsur Lat Fungsional
Performa
Balance otot

Stabilitas FUNGSI Daya tahan


kardiopulm
onal
Mobiliti
Kordinasi fleksibiliti
NM Kontrol
Asesmen Fungsional
Asesmen untuk mengetahui
kemampuan fungsional pasien
Dilakukan dengan mengintepretasi
gerak fungsional pasien
Menentukan masuknya ke fase
berikutnya
Contoh asesmen Fungsional pada pre
season
AFL MSK screning test
Ankle dorsi fleksi in lunge
Single leg stance
Single leg calf raise
Pemeriksaan Fisik
Tes fungsional WB
Observasi
Berdiri
Jalan
Lari
Squat
Naik tangga
Keseimbangan dan propeoceptic
Provokasi tes
Fase dari pemulihan
Fase 1 (minggu ke 0 – minggu ke 6 – 8) fase akut
Fase 2 (minggu ke 7 – 12) adaptasi anatomi dan
hipertropi otot
Fase 3 (Minggu ke 13 – 16) linear dan lateral stabilitasi
Fase 4 (minggu 16 atau lebih) drill untuk kembali ke
OR
Kriteria ke fase 2
Tidak ada nyeri
Minimum dan tidak significan bengkak (min 1 cm)
Full AROM fleksi dan ekstensi
Meningkatkan control quadriceps untuk memelihara
tubuh pada saat weight wall squat
Mampu berdiri satu kaki dengan wooble board selama
60 detik
Asesmen Fungsional Fase 1
Nyeri Fungsional dengan mengukur VAS pada waktu
berjalan
Antropometri untuk mengukur bengkak
Pengukuran ROM
Standing Balance min. 24 detik kaki kanan dan kaki
kiri mulai mata terbuka lalu mata tertutup
Kriteria untuk ke fase 3
Pola jalan normal
Mampu berdiri satu kaki pada permukaan yang tidak
rata sambil melempar tangkap bola
Kekuatan yang adekuat, latihan dari beberapa minggu
sebelumnya mengarah ke yang akan datang
Mampu untuk single leg squat, multi directional lunge,
single leg RDL, dan single leg supine bridge 45 detik
Naik sepeda 20 menit
Assesment Fungsional Fase 2
Pengukuran circumference sama besar kaki kana dan
kiri
Single calf raise sama kaki kanan dan kiri
Mampu menahan 5 detik untuk single leg squat setiap
kaki tanpa keluhan yng berarti
Mampu berjalan dengan pola gerak normal
Kriteria ke fase 4
Pain free
Minimum atau tidak ada bengkak (1 cm)
Lompat dan mendarat yang tepat (satu kaki)
Jogging sedikitnya 20 menit
Kordinasi kaki yg baik
Pola lari yang baik
Kekuatan yang adekuat sehingga pola gerak normal
tercapai
Assessment Fungional Fase 3

Single leg drop landing mampu menahan lebih dari 5


detik tanpa rasa nyeri
Mampu menempuh waktu yang sama pada saat
shutle run dan run figure of 8
Gerak carioca dengan baik
Jogging dengan baik tanpa nyeri
Fase 4 (Kembali ke olahraga)
Tujuan
Maksimalisasi kekuatan dan daya tahan stabilisasi lutut
Optimalsasi kontrol neuromukuler dengan latihan
pylometric
Latihan agilty
Latihan kecepatan reaksi
Latihan spesific ke cabor
regenerasi
Tes untuk kembali ke cabor
Mengukur fungsi total kaki dan mendeteksi limitasi
performa antara kaki sehat dengan kaki sakit
Tes ini bukan alat untuk mendiagnosa gangguan baik
neuromuskuler kontrol aatau gangguan kekuatan otot
Single leg hop test, six timed hop test, single leg cross
over test
Shutlle Run, Run to 8
Bleep test
TERIMA KASIH

S-ar putea să vă placă și