Sunteți pe pagina 1din 24

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Gangguan Pertukaran Gas

Dewi lisnawati
Anatomi
• Rongga thoraks tersusun atas susunan tulang iga
yang membatasi/rib cage (sebagai “dinding”) dan
diafragma (sebagai “lantai”) . Mediastinum
membagi dua rongga pleura. Tiap paru terletak di
dalam satu rongga pleura, yang dilapisi dengan
membran serosa disebut pleura. Pleura parietal
menutupi permukaan dalam dinding thoraks dan
meluas hingga diafragma dan mediastinum.
Pleura viseralis menutupi permukaan luar paru
dan meluas hingga fisura antara lobus.
• Membran pleura mensekresi cairan pleura
dalam jumlah sedikit, yang menciptakan
kelembaban dan mantel licin untuk lubrikasi
saat bernafas. Paru terbagi atas beberapa
lobus yang terpisah dengan jelas. Paru kanan
terdiri dari tiga lobus : lobus superior, media
dan inferior. Paru kiri hanya memiliki dua
lobus: lobus superior, dan inferior. Dasar
setiap paru terletak di atas permukaan
diafragma.
Anatomi
Secara garis besar bahwa Paru-paru
memiliki fungsi sebagai berikut
• Megalirkan Oksigen dari udara atmosfer
kedarah vena dan mengeluarkan gas
carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.
• menyaring bahan beracun dari sirkulasi
• reservoir darah
• fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
Mekanisme pernafasan
• Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran gas
pernafasan dibedakan menjadi 2 :
1. Pernafasan luar : pernafasan yg terjadi antara
udara dalam alveolus dan darah dalam
kapiler
2. Pernafasan dalam : pernafasan yg terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel sel
tubuh
Sistem RESPIRASI
1. Ventilasi merupakan salah satu proses pertukaran
udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini
terdiri dari inspirasi yaitu masuknya udara ke paru-
paru, dan ekspirasi yaitu keluarnya udara dari paru-
paru.
Ventilasi dipengaruhi oleh :
• Kadar oksigen pada atmosfer
• Kebersihan jalan nafas
• Daya recoil & complience (kembang kempis) dari
paru-paru
• Pusat pernafasan
Fleksibilitas paru sangat penting
peranannya dalam proses ventilasi.
ELASTISITAS JARINGAN PARU
• Compliance→ kemudahan jaringan paru untuk
diregangkan ( ‘kembang ’ )
• Daya elastic recoil→ kemampuan jaringan paru untuk
kembali ke bentuk semula setelah diregangkan (
‘kempis ’); bergantung pada:
1) elastisitas jaringan paru
2) tegangan permukaan alveol →daya kohesi molekul
air
3) Surfaktan →fosfolipid yang disekresi oleh sel
alveolar tipe II → menurunkan tegangan
permukaan alveol → mencegah alveol kolaps
• Surfaktan merupakan campuran lipoprotein
yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada
bagian epitel alveolus dan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan alveolus
yang disebabkan karena daya tarik menarik
molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan
cara membentuk lapisan monomolekuler
antara lapisan cairan dan udara.
2. Difusi dalam respirasi yaitu salah satu proses
pertukaran gas antara darah pada kapiler paru
dengan alveoli. Proses difusi ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan, gas berdifusi dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah
• Alveolus mempunyai penyesuaian berikut
untuk memudahkan pertukaran gas :
• diliputi kapiler darah yang banyak
• dinding sel yang setebal satu sel ( dinding sel
yang nipis ) .
• permukaan yang luas dan lembab
• Saat difusi terjadi pertukaran gas antara
oksigen dan karbondioksida secara simultan.
Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke
dalam kapiler paru dan saat ekspirasi
karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru
ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses
pertukaran gas tersebut terjadi karena
perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida antara alveoli dan kapiler
paru.
• Difusi dipengaruhi oleh :
– Ketebalan membran respirasi
– Koefisien difusi
– Luas permukaan membran respirasi
– Perbedaan tekanan parsial
3. Transportasi
Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses
transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan
melalui darah dan pengangkutan karbondioksida
sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 –
98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan
dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut
dalam plasma. Sekitar 5 – 7% karbondioksida larut
dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb
(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam
bentuk HCO3 (ion bikarbonat).
• Transportasi gas dipengaruhi oleh :
– Cardiac Output :Curah jantung, adalah volume
darah yang dipompa oleh jantung
– Jumlah eritrosit
– Aktivitas : Saat aktivitas meningkat maka
kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga
kerja sistem respirasi juga meningkat.
– Hematokrit darah perbandingan jumlah sel
darah merah dengan volume darah
keseluruhan
Definisi
• Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan /
atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolar ( Nanda, 2015 )
Penyebab
• Ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
• Perubahan membrane alveolus kapiler
Tanda dan gejala
• Data subjektif
dispnea
• Data objektif
Mayor :
1. PCO2 Meningkat / menurun
2. PO2 menurun
Kondisi klinis terkait
• Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami
asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini
mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali
pusat, atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Asfiksi adalah gangguan dalam
pengangkutan oksigen (O2) ke jaringan tubuh
yang disebabkan terganggunya fungsi paru-
paru. Misalnya alveolus yang terisi air sehingga
difusi oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada
sama sekali sehingga mengakibatkan shock
dan pernapasannya dapat terhenti.
• Ada empat tahap gejala asfiksi,
1. pertama adalah fase dispneu / sianosis asfiksia
berlangsung kira-kira empat menit. Fase ini terjadi akibat
rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon
dioksida.Tingginya kadar karbon dioksida akan
merangsang medulla oblongata sehingga terjadi
perubahan pada pernapasan, nadi dan tekanan
darah.Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. pada
fase ini tekanan darah pun terukur meningkat.
2. Fase kedua adalah Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira
dua menit. Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang
tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang, pupil
dilatasi, denyut jantung lambat, dan tekanan darah turun.
• Kemudian fase ketiga dinamakan Fase apneu
asfiksia berlangsung kira-kira satu menit. Fase
ini dapat kita amati berupa adanya depresi
pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran
menurun sampai hilang dan relaksasi
spingter.Fase akhir asfiksia ditandai oleh
adanya paralisis pusat pernapasan
lengkap.Denyut jantung beberapa saat masih
ada lalu napas terhenti kemudian meninggal
dunia.

S-ar putea să vă placă și