Sunteți pe pagina 1din 32

ANALISIS RASIO KEUANGAN

Cirebon, 22 Juni 2019


Ir. DWI BUDI SN, MM
Definisi Rasio Keuangan

 Rasio keuangan adalah suatu kajian yang


melihat perbandingan antara jumlah-jumlah
yang terdapat pada laporan keuangan dengan
mempergunakan formula-formula yang diang-
gap representatif untuk diterapkan.
 Menurut Jonathan Golin, rasio adalah suatu angka
digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan
dengan pola lainnya serta dinyatakan dalam
persentase.
 Sedangkan keuangan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan akuntansi seperti
pengelolaan keuangan dan laporan keuangan.
 Jadi rasio keuangan adalah indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan
angka lainnya.
Analisis Rasio Keuangan
 Analisis rasio keuangan adalah proses
pengamatan indeks yang berhubungan dengan
akuntansi pada laporan keuangan seperti
neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas
dengan tujuan untuk menilai kinerja keuangan
suatu perusahaan.
 Analisis ini digunakan untuk memberikan
gambaran informasi mengenai posisi keuangan
dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam mengambil keputusan
bisnis.
 Analisis rasio keuangan digunakan oleh dua
pengguna utama, yakni investor dan
manajemen. Investor menggunakan rasio
keuangan untuk melihat apakah perusahaan
itu investasi yang bagus atau tidak.
 Dengan membandingkan rasio keuangan
antar perusahaan dan antar industri, investor
dapat menentukan investasi mana yang paling
baik.
 Sedangkan manajemen menggunakan rasio
keuangan untuk menentukan seberapa baik
kinerja perusahaan untuk mengevaluasi
kemana perusahaan dapat memperbaiki diri.
Misalnya, jika perusahaan memiliki margin
kotor yang rendah, manajer dapat meng-
evaluasi bagaimana meningkatkan margin
kotor mereka.
Contoh Neraca Keuangan
Contoh Laporan Laba Rugi
Contoh Laporan
Arus Kas
1. Rasio Likuiditas
 Rasio Likuiditas adalah rasio atau perbandingan yang bisa
memproyeksikan kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban yang dimilikinya. Kewajiban tersebut biasanya
dalam bentuk utang jangka pendek.
 Ketika perusahaan tersebut memiliki rasio likuiditas yang baik,
artinya ia memiliki kemampuan dalam melunasi utang jangka
pendek tersebut, perusahaan tersebut akan disebut sebagai
‘Perusahaan yang likuid’.
 Sedangkan jika ternyata dalam hasil perhitungan rasionya ia
dinilai tidak memiliki kemampuan cukup untuk melunasi utang
jangka pendek, perusahaan tersebut akan menyandang gelar
‘ilikuid’.
 Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :
1.1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current ratio atau rasio lancar merupakan cara penghitungan
rasio likuiditas yang paling sederhana dibanding cara lainnya.
Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini
atau aktiva lancar (current asset). Jenis aktiva ini adalah aktiva
yang dapat ditukarkan dengan kas dalam jangka waktu satu
tahun. Rumus perhitungan current ratio adalah sebagai berikut:

Current ratio = Aktiva lancar : Hutang lancar

Contohnya suatu perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar


Rp10.000.000 dan hutang lancar sebesar Rp 5.000.000, Jadi
current ratio perusahaan adalah:
10.000.000 : 5.000.000 = 2,0
 Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari
1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya
kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya.
Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding
kewajiban yang dimiliki.
 Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan
nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya
dalam melunasi utang masih dipertanyakan.
 Dan jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih
dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan keuangan baik. Bisa jadi perusahaan tsb
tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal,
tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien,
dan tidak mengelola modalnya dengan baik.
1.2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Quick ratio atau rasio cepat merupakan penjelasan lebih


lanjut dari current ratio. Penghitungan quick ratio hanya
menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk
dibandingkan dengan kewajiban lancar.
Inventaris atau persediaan barang tidak termasuk ke dalam
perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas,
sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio. Cara
penghitungan quick ratio yaitu:

Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : utang lancar


• Contoh perhitungan quick ratio :

Misalnya perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva lancar


senilai Rp 14.000.000, persediaan Rp 2.000.000, dan
kewajiban lancar Rp 6.000.000. Maka quick ratio atau
rasio cepatnya adalah:

(14.000.000 – 2.000.000) : 6.000.000 = 2,0


1.3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio adalah cara penghitungan likuiditas yang melibatkan


kas perusahaan. Manfaatnya mirip dengan current ratio dan
quick ratio yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan
untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan
menjadikan kas sebagai acuan. Berikut adalah cara
penghitungannya.

Cash ratio = (kas + surat berharga) : hutang lancar

Misalnya suatu perusahaan memiliki kas senilai Rp 5.000.000,


surat berharga senilai Rp 3.000.000 dan hutang lancar sebesar
Rp 5.000.000. Maka rasio kasnya adalah:

(5.000.000 + 3.000.000) : 5.000.000 = 1,6


2. Rasio Solvabilitas
 Rasio Solvabilitas adalah rasio atau perbandingan yang
menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial mereka, termasuk kewajiban
jangka panjang dan kewajiban jangka pendek.
 Perusahaan yang tergolong solvable adalah perusahaan
yang memiliki harta atau aktiva yang relatif cukup untuk
membayar semua utang yang dimilikinya. Ketika
perusahaan tersebut tidak mampu membayar semua utang
dengan semua aktivanya, perusahaan tersebut dikatakan
insolvable.
 Ada dua jenis rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas,
yaitu:
2.1. Total Debt to Total Assets Ratio

Total Debt to Total Assets Ratio atau yang lebih dikenal dengan
nama Debt Ratio ini adalah perbandingan yang mengukur
persentase besar dana yang asalnya dari utang, baik utang
jangka pendek maupun utang jangka panjang. Mengukur Debt
Ratio ini menggunakan rumus berikut:

Debt Ratio = (Total Utang : Total Aktiva) x 100%

Dari rumus tersebut, ketika nilai Debt Ratio semakin kecil, maka
nilai tersebut menggambarkan keamanan dana perusahaan
yang semakin baik. Rumus tersebut mengkomunikasikan bahwa
kemampuan perusahaan bisa menutup utang dengan aktiva.
• Contoh perhitungan debt ratio :

Misalnya suatu perusahaan memiliki total utang


sebesar Rp 5.000.000 dan total aktiva sebesar
Rp10.000.000. Maka debt rationya adalah:

(5.000.000 : 10.000.000) x 100% = 50%


2.2. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio adalah perbandingan antara utang


perusahaan dengan modal yang dimilikinya. Ketika nilai
rasio ini relatif tinggi (mencapai 100% atau lebih dari itu),
artinya perusahaan memiliki modal yang lebih sedikit
dibandingkan dengan total utangnya.
Padahal, perusahaan yang sehat memiliki tingkat utang
yang tidak melebihi modal sendiri agar beban perusahaan
tidak terlampau tinggi.
Dari penjelasan tersebut bisa kita buat rumus sederhana
Debt to Equity Ratio ini sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio = (Total Utang : Modal) x 100%
• Contoh perhitungan debt to equity ratio :

Misalnya suatu perusahaan memiliki total utang


sebesar Rp 50.000.000 dan modal sebesar
Rp75.000.000. Maka debt to equity rationya adalah:

(50.000.000 : 75.000.000) x 100% = 67%


3. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas merupakan rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
yang mereka inginkan.
Rasio ini dianggap paling berhubungan dengan
kelangsungan hidup perusahaan. Rasio Rentabilitas
bukan rasio tunggal karena di dalamnya terdapat
beberapa rasio yang mengukur kemampuan tersebut,
di antaranya:
3.1. Profit Margin

Profit Margin adalah rasio yang mengukur kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih pada
tingkat penjualan yang sudah ditentukan. Biasanya, Profit
Margin sudah akan tertera pada Laporan Laba Rugi. Rasio
ini membuat penggunanya akan mengintepretasikan
kemampuan perusahaan untuk menekan biaya pada
periode tertentu. Rumus dari Profit Margin adalah sebagai
berikut:

Profit Margin = (Laba Bersih : Penjualan) x 100%

Ketika kita mendapatkan nilai mendekati 100% pada rasio


ini, bisa dikatakan peruashaan memiliki kemampuan yang
relatif tinggi untuk mengumpulkan laba bersih.
• Contoh perhitungan profit margin :

Misalnya suatu perusahaan memiliki laba bersih


sebesar Rp 25.000.000 dan modalnya sebesar
Rp 50.000.000. Maka profit marginnya adalah:

(25.000.000 : 50.000.000) x 100% = 50%


3.2. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin adalah perbandingan yang mengukur


laba kotor terhadap penjualan bersih yang dilakukan
perusahaan. Rasio ini mengukur sejauh mana laba kotor
yang bisa diraup perusahaan pada setiap penjualannya.
Nilai Gross Profit Margin yang semakin tinggi mencerminkan
kondisi keuangan perusahaan tersebut yang semakin baik.
Rumus Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:

Gross Profit Margin = (Laba Kotor : Penjualan Bersih) x


100%
• Contoh perhitungan gross profit margin :

Misalnya suatu perusahaan memiliki laba kotor


sebesar Rp 30.000.000 dan penjualan bersih sebesar
Rp 45.000.000. Maka gross profit marginnya adalah:

(30.000.000 : 45.000.000) x 100% = 67%


3.3. Net Profit Margin

Net Profit Margin atau dalam bahasa Indonesia disebut


sebagai Margin Laba bersih merupakan alat pengukur laba
bersih yang didapatkan perusahaan per satu satuan mata
uang penjualan.
Selain itu, rasio ini juga mengukur efisiensi produksi,
administrasi, sampai manajemen pajak. Dari rumus yang
didapatkan, bila nilai rasio ini relatif tinggi (mendekati 100%,
100% atau lebih dari itu) maka perusahaan dikatakan
memiliki kemampuan menghasilkan laba yang tinggi. Rumus
Net Profit Margin adalah:

Net Profit Margin = (Laba Bersih : Penjualan Bersih) x 100%


• Contoh perhitungan net profit margin :

Misalnya suatu perusahaan memiliki laba bersih


sebesar Rp 25.000.000 dan penjualan bersih sebesar
Rp 45.000.000. Maka net profit marginnya adalah:

(25.000.000 : 45.000.000) x 100% = 56%


3.4. Return On Investment (ROI)

Return On Investment adalah rasio yang relatif umum yang


digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan
ketika akan menghasilkan laba guna menutup sistem
akuntansi biaya investasi yang sudah dikeluarkan.
Sebagai catatan, penghitungan rasio ini melibatkan laba yang
merupakan laba bersih setelah pajak (Earning After Tax).
Rumus rasio ini:

Return On Investment = (EAT : Investasi) x 100%


• Contoh perhitungan return on investment :

Misalnya suatu perusahaan memiliki laba bersih setelah


pajak sebesar Rp 20.000.000 dan biaya investasi
sebesar Rp 100.000.000. Maka return on investmentnya
adalah:

(20.000.000 : 100.000.000) x 100% = 20%


3.5. Return On Assets (ROA)

Return On Assets atau Rentabilitas Ekonomis ini merupakan


rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan memanfaatkan semua aktiva
yang dimilikinya.
Laba yang dihasilkan menurut perhitungan rasio ini adalah
laba sebelum bunga dan pajak atau sering disebut juga EBT.
Semakin tinggi nilai rasio yang didapatkan maka semakin
baik kemampuan perusahaan tersebut untuk mendapatkan
laba dengan memanfaatkan semua aktivanya. Rumus ROA
adalah:

Return On Assets = (EBT : Total Aktiva) x 100%


• Contoh perhitungan return on asset :

Misalnya suatu perusahaan memiliki laba sebelum


bunga dan pajak sebesar Rp 40.000.000 dan total
aktiva sebesar Rp 120.000.000. Maka return on
assetnya adalah:

(40.000.000 : 120.000.000) x 100% = 33%


SEKIAN

S-ar putea să vă placă și