Sunteți pe pagina 1din 20

Kelompok 4

 Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan


urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan
terhadap hal tersebut (Brunner & Suddarth).
 Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di
kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna
 Supra vesikal
 Vesikal
 Intravesikal
Adapun tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada
penyakit ini adalah sebagai berikut:
 Diawali dengan urine mengalir lambat
 Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi
parah karena pengosongan kandungkemih tidak
efisien.
 Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung
kemih.
 Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa
ingin BAK.
 Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
 Mengeluh tertahan BAK atau kencing keluar sedikit-
sedikit.
 Tampak benjolan pada perut sebelah bawah dengan
disertai nyeri yang hebat.
 Teraba batu diuretra
 Terlihat batu di meatus uretra eksternum
 Terlihat fistel atau abses diuretra
 Terlihat darah keluar dari uretra akibat cedera uretra
 Pemeriksaan foto polos perut menunjukan bayangan
buli- buli penuh, terlihat bayangan batu opak diuretra
atau buli- buli.
 Pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktur uretra
dari suatu trauma uretra.
 Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada
retensio urine adalah sebagai berikut:
 Pemeriksaan specimen urine.
 Pengambilan: steril, random, midstream.
 Urinalisis : data dasar mengenai fungsi perkemihan urin
keruh,berbau,pH > 8,0. Adanya sel darah merah ,leukosit.
 Urin kultur : menentukan tipe bakteri
 BUN dan keratin : evaluasi fungsi ginjal perkemihan terjadi
peningkatan.
 Tes fungsi perkemihan : evaluasi penyebab retensi urine >>
Cystocopy.
 Kidney ,ureter , bladder radiography : identifikasi ukuran,
bentuk dan posisi.
 Excretory urograms / intravenous pyelogram : evaluasi
penyebab disfungsi
 Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio
urine adalah sebagai berikut:
 Kateterisasi urethra.
 Dilatasi urethra dengan boudy.
 Drainage suprapubik.
 Urine yang tertahan lama dibuli- buli secepatnya
harus dikeluarkan karena jika dibiarkan akan
menimbulkan beberapa masalah seperti : terjadi
infeksi saluran kemih, kontraksi otot buli- buli
menjadi lemah ,dan terjadi hidroureter, dan
hidronefrose - > gagal ginjal.
 Pengeluaran urine dengan cara kateterisasi sistostomi.
 Fimosisi atau parafimosis dilakukan sirkumsisi atau
dorsumsisi.
 Kolaborasi :
 Kolinergik : stimulasi kontraksi bladder
 Analgesik : menghilangkan nyeri
 Antibiotik : jika ada infeksi
 Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-
buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah
suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai
mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut
lokasi, faktor obat dan faktor lainnya seperti ansietas,
kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya.
 PENGKAJIAN
 Identitas klien
 Riwayat kesehatan umum
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat kesehatan klien
 Riwayat kesehatan sekarang
 Bagaimana frekuensi miksinya
 Adakah kelainan waktu miksi
 Apakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atau
secara umum
 Apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit lain
 Apakah terdapat mual muntah atau oedema
 Bagaimana keadaan urinya
 Adakah secret atau darah yang keluar
 Adakah hambatan seksual
 Bagaimana riwayat menstruasi
 Bagaimana riwayat kehamilan
 Rasa nyeri
 Data fisik Inpeksi : seluruh tubuh dan daerah genital
 Palpasi : pada daerah abdomen \
 Auskultasi : kuadran atas abdomen dilakukan untuk
mendeteksi bruit
 Tingkat kesadaran
 TB, BB
 TTV
 Data psikologis
 Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit
 Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit
 Persepsi pasien terhadap penyakit
 Data social, budaya, spiritual Umum :
 Hubungan dengan orang lain.
 Kepercayaan yang dianut
 Keaktifanya dalam kegiatan
 Pengkajian keperawatan Tanda-tanda dan gejala retensi urine
mudah terlewatkan kecuali bila perawat melakukan
pengkajian secara sadar terhadap tanda dan gejala
tersebut.Oleh karna itu ,pengkajian keperawatan harus
memperhatikan masalah berikut:
 Kapan urinasi terakhir dilakukan dan berapa banyak urine
yang dieliminasikan
 Apakah pasien mengeluarkan urine sedikit-sedikit dengan
sering
 Apakah urine yang keluar itu menetes
 Apakah pasien mengeluh adanya rasa nyeri atau gangguan
rasa nyaman pada abdomen bagian bawah
 Apakah ada massa bulat yang muncul dari pelvis
 Apakah perkusi didaerah suprapubik menghasilkan suara
yang pekak?
 Adakah indicator lain yang menunjukan retensi kandung
kemih seperti kegelisahan dan agitasi?
 Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih
untuk berkontraksi dengan adekuat.
 Gangguan rasa nyaman: nyeri
 Intoleransi aktivitas
 Ansietas b.d krisis situasi
 Retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot
detrusor, blockade
 Retensi urin b.d ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi dengan adekuat.
 Kriteria evaluasi : - Berkemih dengan jumlah yang cukup
 - Tidak teraba distensi kandung kemih
 Intervensi:
 Dorong pasien utnuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan.
 Tanyakan pasien tentang inkontinensia stres.
 Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan ketakutan.
 Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih..
 Perkusi/palpasi area suprapubik.
 Rasional
 Meminimalkan retensi urin distensi berlebihan pada kandung
kemih.
 Tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung
kemih.
 Berguna untuk mengevaluasi obsrtuksi dan pilihan intervensi.
 Retensi urin meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan
atas.
 Gangguan rasa nyaman: nyeri
 Kriteria evaluasi : - Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol
 - Menunjukkan rileks, istirahat dan peningkatan aktivitas
dengan tepat
 Intervensi
 Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri.
 Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen.
 Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
 Berikan tindakan kenyamanan
 Dorong menggunakan rendam duduk, sabun hangat untuk
perineum.
 Rasional
 Memberikan informasi untuk membantu dalam menetukan
intervensi.
 Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-
skrotal.
 Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi
akut.
 Meningktakan relaksasi dan mekanisme koping.
 Intoleransi aktivitas
 Kriteria evaluasi : - Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan, tanda
vital dalam rentang normal.

 Intervensi
 Evaluasi respon klien terhadap aktivitas.
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
 Jelaskna pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan.
 Rasional
 Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
 Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
 Tirah baring dapat menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi
untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
 Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
 Ansietas b.d krisis situasi
 Kriteria evaluasi : - Mengakui dan mendiskusikan takut/masalah
 Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah
tampak rileks/istirahat

 Intervensi
 Identifikasi persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi.
 Observasi respon fisik,seperti gelisah, tanda vital, gerakan berulang.
 Dorong pasien/orang terdekat untuk mengakui dan menyatakan rasa
takut.
 Identifikasi pencegahan keamanan yang diambil, seperti marah dan
suplai oksigen. Diskusikan.
 Rasional
 Mendefinisikan lingkup masalah individu dan mempengaruhi pilihan
intervensi.
 Berguna dalam evaluasi derajat masalah khususnya bila dibandingkan
dengan pernyataan verbal.
 Memberikan kesempatan untuk menerima masalah, memperjelas
kenyataan takut dan menurunkan ansietas.
 Memberikan kayakinan untuk membantu ansietas yang tak perlu.
 Retensi urine berhubungan dengan kelemahan otot
detrusor, blockade
 Intervensi
 Kaji bladder terhadap distensi dengan inspeksi
,perkusi , dan palpasi , ukur dan catat intake-output.
 Jika perlu ,coba tehnik non infasif untuk membantu
klien BAK ,anjurkan klien mendengarkan air mengalir.
 Monitor fungsi dan status pencernaan , konstipasi
dapat menyebabkan retensi urin
 Monitor TD dan nadi klien bila klien terpasang kateter
. jika klien mengeluh nyeri abdomen atau TD turun >
20 mmHg ,klem kateter sampai TD kembali kebatas
normal.

S-ar putea să vă placă și