Sunteți pe pagina 1din 21

EPILEPSI

Nama Kelompok :
• Yeni Siswanti (
• Salsabila Sania Yahya
(131911123037)
EPILEPSI

• Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang


berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat
reversibel (Tarwoto, 2007)

• Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala


yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan
lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel
dengan berbagai etiologi (Arif, 2000).

• Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi


dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal (sering dalam waktu
singkat) dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara
berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik
Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik),


sering terjadi pada (Tarwoto, 2007) :

1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum


2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6.Kelainan pembuluh darah
Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau


gangguan penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG :gambaran EEG menunjukkan cetusan polyspike-
wave dan fotosensitivitas. Typical recording of spike-wave type (generalized
seizure)

3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen


4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit
kepala dan sebagainya)
Pathway Durasi pendek Durasi pendek
< 15 menit < 15 menit

Hiperkapni Hipoksemia Denyut jantung meningkat

Kerusakan Neuron otak


Demam Meningkat

Takikardi Gangguan saraf otonom


Dx : tidak efektif termoregulasi
peningkatan suhu Dx : jalan nafas tidak efektif

Dispnea O2 Menurun

Gangguan keseimbangan membran sel neuron Kebutuhan O2 Meningkat

Disfusi Na+& K+ Berlebilahan Kesadaran menurun

Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun Dx : gangguan perfusi jaringan serebral tidak
membran sel disekitarnya dengan bantuan neorotransiter aktif
Dx : Resiko Cidera
Kejang

Parsial Umum

Sederhana Komplek Mioklonik tonik Atonik

klonik Tonik-klonik
Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi
pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan
degeneratif serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan
jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance
imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi
oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas
• Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu
serangan
• Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
• Mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
• Menilai fungsi hati dan ginjal
• Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan
adanya infeksi).
• Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak
Penatalaksanaan
Manajemen Epilepsi :
• Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari
epilepsi
• Melakukan terapi simtomatik
• Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran
pengobatan yang dicapai, yakni:
• Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
• Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf
pusat yang normal.
• Penderita dapat memiliki kualitas hidup yang optimal.
• Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin
(difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik.
Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat
tersebut di atas.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
Selama Kejang

• Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
tahu
• Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
• Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras,
tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
• Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk
mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.
• Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara
giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien
melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan
sampai menutupi jalan pernapasannya.
• Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg
biasa disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti
perasaan bingung, melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan
mendengar bunyi yang melengking di telinga. Jika Penderita mulai
merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun
pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur.
• Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka
berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
Setelah kejang

• Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.


• Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan napas paten.
• Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
• Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah
kejang
• Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan
• Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang
dan biarkan penderita beristirahat.
• Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba
untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member
restrein yang lembut
• Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk
pemberian pengobatan oleh dokter.
• Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan
medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah
bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini
bagi penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang
penderita epilepsi.
KASUS
Anak E, Usia 8 tahun, datang ke Poli klinik dengan riwayat kejang berulang.
Dalam tahun ini pasien mengalami kejang lebih dari 3 kali, orang tua
mengatakan kejang sering terjadi ketika anak di sekolah. Riwayat penyakit
dahulu anak ketika anak berusia 2 tahun anak pernah mengalami infeksi di
otak. Anak didiagnosa Epilepsi.

• Pertanyaan:
1. Masalah keperawatan apa yang dapat muncul pada anak
2. Susunlah intervensi keperawatan pada masalah keperawatan yang paling
prioritas
Pengkajian

• Nama : Anak E
• Usia : 8 tahun
• DS : orang tua mengatakan
kejang sering terjadi ketika anak di sekolah
• RPS : Pasien datang ke Poli klinik
dengan riwayat kejang berulang. Dalam
tahun ini pasien mengalami kejang lebih
dari 3 kali
• RPD : ketika anak berusia 2 tahun
anak pernah mengalami infeksi di otak
• DX medis: Anak didiagnosa Epilepsi.
Analisa data
NO DATA SUBYEKTIF / OBYEKTIF PENYEBAB MASALAH
1 DS :
• orang tua mengatakan kejang sering aktivitas kejang tidak Resiko cedera
terjadi ketika anak di sekolah terkontrol (gangguan
keseimbangan)
DO :
- Px berusia 8 tahun
- Datang ke Poli klinik dengan riwayat
kejang berulang
2 DS :
Orang tua mengatakan dalam tahun ini sumbatan lidah di Ketidakefektifian
anaknya mengalami kejang lebih dari 3 kali endotrakia, bersihan jalan
peningkatan sekresi nafas
DO : saliva
- Px berusia 8 tahun
- datang ke Poli klinik dengan riwayat
kejang berulang.
- Anak didiagnosa Epilepsi.
1.Masalah keperawatan apa yang
dapat muncul pada anak ?

1. Risiko cidera dengan faktor risiko perubahan fungsi


kognitif (D.0136)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan sumbatan lidah di endotrakia, peningkatan
sekresi saliva
3. Defisit pengetahuan tentang keamanan fisik anak
berhubungan dengan kurang terpapar informasi (
D.0111)
2. Susunlah intervensi keperawatan pada masalah
keperawatan yang paling prioritas
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Resiko cedera b.d 1. klien dan keluarga 1. Jauhkan pasien dari benda
aktivitas kejang mengetahui benda tajam / membahayakan
yang tidak pelaksanaan kejang, bagi pasien.
terkontrol
menghindari stimulus 2. Segera letakkan sendok di mulut
(gangguan
keseimbangan) kejang, melakukan pasien yaitu diantara rahang
pengobatan teratur pasien.
untuk menurunkan 3. Kaji karakteristik kejang.
intensitas kejang. 4. Pasang penghalang tempat tidur
2. Tidak ada cedera fisik pasien Penjagaan untuk
3. Pasien dalam kondisi keamanan
aman 5. Berikan informasi pada keluarga
4. Tidak ada memar dan tentang tindakan yang harus
tidak jatuh dilakukan selama pasien kejang.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
anti kejang (diazepam, lorazepam
dll).
2. Susunlah intervensi keperawatan pada masalah
keperawatan yang paling prioritas

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


tidak terjadi cidera dengan kriteria hasil :
• Tingkat cidera ( L.14136) :
Kejadian cidera menurun
Toleransi aktivitas meningkat

• Kontrol kejang (L. 06050) :


Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko/pemicu kejang meningkat
Kepatuhan mencegah factor risiko/pemicu kejang meningkat
Kepatuhan meminum obat meningkat
Melaporkan frekuensi kejang menurun
• Manajemen kesehatan lingkungan (I. 14513)
• Observasi :
• Identifikasi kebutuhan keselamatan
• Terapeutik :
• Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
• Gunakan perangkat pelindung
• Edukasi :
• Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
• Manajemen kejang (I.06193) • Reorientasi setelah periode kejang
Observasi : • Dokumentasi periode terjadi kejang
• Monitor terjadinya kejang berulang • Edukasi :
• Monitor karakteristik kejang • Anjurkan keluarga menghindari
• Monitor status neurologi memasukkan apapun ke dalam
• Monitor TTV mulut pasien saat peride kejang
• Terapeutik : • Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasanuntuk
• Berikan alas empuk dibawah kepala menahan gerakan pasien
• Pertahankan kepatenan jalan nafas • Kolaborasi :
• Dampingi selama periode kejang • Kolaborasi pemberian anti
• Jauhkan benda-benda berbahaya konvulsan
terutama benda tajam
• Dampingi selama periode kejang
No DIAGNOSA NIC NOC
1 Resiko cedera b.d • Knowledge : Safety 1. Sediakan lingkungan yang aman
aktivitas personal • Safety Behavior : Faal untuk pasien
kejang yang tidak Prevention 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
terkontrol • Safety Behavior : Falls pasien, sesuai dengan kondisi
(gangguan occurance fisik dan fungsi kognitif pasien
keseimbangan). • Safety Behavior : dan riwayat penyakit terdahulu
Physical Injury pasien
Environmental 3. Menghindarkan lingkungan yang
Management safety berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
pasien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang
cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
10. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

S-ar putea să vă placă și